NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
NASKAH PUBLIKASI
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN BRIEF ILLNESS
PERCEPTION QUESTIONNAIRE (B-IPQ) VERSI INDONESIA
PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD SULTAN SYARIF
MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK
Abstrak
1
VALIDITY AND RELIABILITY TEST OF INDONESIAN VERSION OF
BRIEF ILLNESS PERCEPTION QUESTIONNAIRE (B-IPQ)
INSTRUMENT ON DIABETES MELLITUS PATIENT IN SULTAN
SYARIF MOHAMAD ALKADRIE HOSPITAL IN PONTIANAK
Abstract
2
PENDAHULUAN perlu dilakukan penilaian persepsi
pasien terhadap penyakit diabetes
Persepsi penyakit ialah melitus dengan menggunakan
komponen penting dalam proses instrumen B-IPQ. Disisi lain,
regulasi diri yang mempengaruhi istrumen B-IPQ belum pernah
cara individu memecahkan masalah digunakan di Indonesia untuk
kesehatannya. Persepsi penyakit penyakit diabetes melitus. Agar bisa
dapat menjadi penuntun individu diterapkan di Indonesia terlebih
dalam memilih strategi pengendalian dahulu instrumen B-IPQ perlu
penyakit, yaitu manajemen diri.(1) dilakukan uji validitas dan
Apabila persepsi pasien terhadap reliabilitas.
penyakit yang diderita negatif maka
kualitas hidup pasien akan rendah, METODE
sedangkan apabila persepsi pasien
terhadap penyakit yang diderita Penelitian ini menggunakan
positif maka kualitas hidup pasien metode observasional dengan cara
akan tinggi.(2) survei analitik, yaitu menggunakan
B-IPQ (Brief Illness Perception kuesioner sebagai instrumen utama
Questionnaire) merupakan instrumen untuk mengumpulkan data.
yang digunakan untuk studi tentang Pendekatan yang digunakan ialah
persepsi penyakit pada pasien yang pendekatan potong lintang (cross
menggambarkan proses bagaimana sectional).
pasien menanggapi ancaman (rasa Sampel pada penelitian ini
sakit) kesehatan yang dirasakan berjumlah 30 orang. Teknik
pasien. Instrumen B-IPQ sudah sampling dalam penelitian ini
digunakan di London, UK untuk menggunakan metode non
menggambarkan ancaman rasa sakit probability sampling dengan teknik
pada lima penyakit berbeda, antara purposive sampling. Kriteria sampel
lain asma, diabetes melitus (DM) tipe pasien dengan riwayat penyakit
2, miokardial, ginjal, dan diagnosis diabetes melitus, berusia ≥18 – 55
awal stres serta sudah melewati uji tahun, pasien rawat inap dan rawat
validitas instrumen yg digunakan.(3) jalan, dapat membaca dan
Diabetes melitus merupakan memahami instrumen B-IPQ versi
penyakit kronis yang diperkirakan Indonesia serta bersedia
telah menyebabkan 5,7% dari beban berpartisipasi dalam penelitian,
penyakit di Indonesia.(4) Pasien sedangkan pasien yang tidak mengisi
diabetes melitus diharuskan instrumen B-IPQ versi Indonesia
menjalani pengobatan jangka dengan lengkap dan jelas serta
panjang bahkan seumur hidup dengan penyakit penyerta yang parah
pasien. Lamanya menjalani tidak menjadi sampel dalam
pengobatan menyebabkan pasien penelitian ini.
merasa bosan, jenuh, depresi, dan Pada penelitian ini, data
putus asa serta ditambah lagi karakteristik pasien dianalisis secara
pengobatan yang dijalani tidak deskriptif dalam bentuk tabel berupa
memberikan kesembuhan. Untuk itu persentase. Uji validitas dilakukan
3
dengan metode Pearson correlation X7 0.555 0.3 Valid
(nilai korelasi ≥ 0,3) sedangkan uji X8 0.545 0.3 Valid
4
Tabel 4 Data Hasil Instrumen B-IPQ PEMBAHASAN
Versi Indonesia Item 1-8
Total 1. Karakteristik Pasien
No. Nomor Item Pertanyaan
Skor
Pasien
1 2 3 4 5 6 7 8 Sampel penelitian yaitu pasien
1
2
6
6
5
5
8
8
8
8
6
5
6
5
6
5
4
5
49
47
diabetes melitus di RSUD Sultan
3 7 8 8 8 7 8 7 8 58 Syarif Mohamad Alkadrie ini terdiri
4 7 8 8 9 8 8 8 4 60
5 5 4 8 8 6 7 6 5 49 dari berbagai macam karakteristik
6
7
6
7
6
4
8
5
8
6
7
8
6
6
5
5
4
4
50
45
seperti kategori pasien, jenis
8
9
5
5
4
7
5
8
4
8
6
7
3
8
4
6
4
4
35
53
kelamin, usia, pendidikan terakhir,
10 6 8 8 9 6 8 5 7 57 lamanya menderita penyakit, dan
11 9 9 9 8 9 9 7 9 69
12 4 4 7 7 5 5 7 4 43 penyakit penyerta. Setiap
13
14
6
8
8
7
8
8
8
9
8
5
8
8
6
7
4
4
56
56
karakteristik tersebut akan dibahas
15 5 7 8 9 7 5 8 9 58 sesuai dengan data biodata pasien
16 7 8 7 8 8 7 7 4 56
17 8 4 9 8 8 4 7 3 51 yang telah diisi sebelumnya. Pasien
18
19
7
5
6
7
8
7
8
8
6
7
7
7
8
4
5
8
55
50
pada penelitian ini seperti pada tabel
20
21
8
7
8
7
6
8
7
8
8
5
9
9
7
9
9
4
62
57
1 didominasi oleh kategori pasien
22 5 6 8 8 4 5 9 4 49 rawat jalan. Hal ini sesuai data dari
23 7 8 5 7 8 7 5 6 53
24 10 8 9 10 7 9 9 6 68 RSUD Sultan Syarif Mohamad
25
26
7
4
7
7
8
8
8
9
6
4
7
8
4
8
5
4
52
52
Alkadrie periode Januari-Juni 2015
27 7 4 5 8 8 8 6 7 55 yaitu untuk kategori rawat jalan
28 6 5 8 9 7 8 4 4 51
29 4 3 4 5 4 3 4 4 31 paling tidak terdapat ± 20 kasus per
30
Rata-
7 8 8 8 7 7 6 7 58
hari sedangkan kategori rawat inap
6.3 6.3 7.4 7.6 6.5 6.8 6.3 5.1 52.7
rata pada periode tersebut terdapat 48
kasus yang berarti paling banyak 8
hingga 10 kasus setiap bulannya.
54.76 Walaupun tidak berbeda
60 signifikan, berdasarkan data jenis
Persentase ( % )
5
pada orang tua atau lansia seperti ditemukan juga memiliki penyakit
stres, kurang aktifitas fisik, pola degeneratif lain seperti asam urat,
makan yang tidak baik serta fungsi hipertensi, gagal ginjal, dan jantung
organ tubuh yang semakin koroner.(9)
(4)
berkurang.
Tingginya risiko terkena 2. Uji Validitas
diabetes melitus pada pendidikan Berdasarkan Tabel 2,
yang rendah, kemungkinan menunjukkan bahwa kedelapan item
disebabkan karena kurangnya pertanyaan pada instrumen B-IPQ
pengetahuan pada pasien yang versi Indonesia memiliki nilai
berpendidikan rendah terhadap korelasi > 0.3 dengan taraf
kesehatan dan sulit atau lambat kepercayaan 95% (0.05) sebagai nilai
menerima informasi (penyuluhan) batas suatu item instrumen penelitian
yang diberikan oleh petugas sehingga dikatakan dapat diterima (dapat
berdampak pada prilaku/pola hidup digunakan). Sehingga dapat
sehat.(8) Namun pada penelitian ini, dikatakan bahwa setiap item
walaupun pasien yang berpendidikan instrumen B-IPQ versi Indonesia
terakhir diploma dan sarjana valid dan dapat dipahami oleh pasien
jumlahnya sangat sedikit tetapi diabetes melitus. Dengan kata lain
pasien yang pendidikan terakhirnya instrumen B-IPQ versi Indonesia
SMA jumlahnya lebih tinggi tersebut dapat digunakan untuk
dibandingkan yang pendidikan mengukur persepsi penyakit pada
terakhirnya SMP. Hal ini tentu saja pasien diabetes melitus.
menunjukan bahwa faktor lain (jenis Løchting(2013) menyebutkan bahwa
kelamin, usia, dsb.) juga instrumen ini telah diterjemahkan ke
mempengaruhi terjadinya diabetes dalam beberapa bahasa dan
melitus. digunakan lintas-nasional,(6) dengan
Berdasarkan tabel 1, demikian dapat dikatakan bahwa
Banyaknya jumlah pasien dengan instrumen ini sudah memenuhi
riwayat diabetes melitus yang masih segala aspek untuk menggambarkan
tergolong baru menunjukkan bahwa persepsi penyakit dari seorang pasien
sudah adanya kesadaran yang tinggi serta tentunya mudah dipahami oleh
dari masyarakat untuk melakukan pasien.
pengobatan diabetes melitus sedini
mungkin. Berdasarkan ada tidaknya 3. Uji Reliabilitas
penyakit penyerta, pasien diabetes Instrumen dikatakan reliabel
melitus yang tidak memiliki penyakit dan dapat diterima jika nilai
penyerta yaitu sebanyak 9 orang Cronbach alpha coefficient ≥ 0,7
(30%). Sedangkan pasien diabetes dengan taraf kepercayaan 95% (0.05)
melitus yang ada penyakit penyerta dan dikatakan tidak reliabel atau
sebanyak 21 orang (70%), adapun kurang baik jika nilai Cronbach
penyakit-penyakit penyerta tersebut alpha coefficient < 0,7.(5) Hasil uji
ialah hipertensi, asam urat, reliabilitas (keandalan) instrumen B-
kolesterol, asma, neoropati, dan IPQ versi Indonesia pada pasien
gangguan jantung. Umumnya, pada diabetes melitus menunjukkan nilai
seorang penderita diabetes melitus Cronbach alpha coefficient ialah
6
0.812 lebih besar dari 0.7, sehingga penyakit diabetes melitus mereka.
dapat disimpulkan bahwa 8 item Tiga faktor utama yang paling
instrumen B-IPQ versi Indonesia banyak diyakini sebagai penyebab
reliabel dan dapat digunakan untuk utama penyakit diabetes melitus
mengukur persepsi penyakit pada pasien yaitu pola makan (23 pasien
pasien diabetes melitus. Hal ini atau 54.76%), keturunan (11 pasien
sesuai pada penelitian Janti(2014), atau 26.2%) dan stres (4 pasien atau
yang menyebutkan bahwa nilai 9.5%). Kemudian diikuti oleh faktor-
koefisien reliabilitas atau Cronbach faktor lain seperti usia dan aktivitas
alpha yang baik adalah diatas 0,7 fisik. Sedikit banyak faktor-faktor
(cukup baik), di atas 0,8 (baik).(10) tersebut juga telah disebutkan di
Hal ini diperjelas dengan penelitian dalam InfoDATIN Diabetes
Løchting(2013), yang menyebutkan melitus(2014) yaitu ras, usia, jenis
instrumen ini telah diterjemahkan ke kelamin, genetik, kebiasaan
dalam beberapa bahasa dan merokok, obesitas serta kurang
digunakan lintas-nasional,(6) yang aktivitas fisik.(4)
berarti bahwa instrumen ini sudah
memenuhi segala aspek untuk KESIMPULAN
menggambarkan persepsi penyakit Berdasarkan hasil penelitian
dari seorang pasien serta dapat dan pembahasan uji validitas dan
digunakan dimanapun. reliabilitas instrumen B-IPQ versi
Indonesia di RSUD Sultan Syarif
4. Penilaian Instrumen B-IPQ Mohamad Alkadrie, maka dapat
versi Indonesia disimpulkan bahwa instrumen B-IPQ
Berdasarkan nilai rata-rata dari versi Indonesia valid untuk
keseluruhan item (tabel 3) tersebut mengukur persepsi penyakit pada
diketahui bahwa penyakit diabetes pasien diabetes melitus di RSUD
melitus masih dianggap sebagai Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
ancaman, karena berada di atas batas kota Pontianak dengan nilai korelasi
tengah yaitu 40 dengan rentang nilai masing-masing item > 0.3 (0.05),
total rata-rata 0 s/d 80. Menurut serta reliabel untuk mengukur
penelitian Løchting(2013), persepsi penyakit pada pasien
menyatakan bahwa skor yang lebih diabetes melitus di RSUD Sultan
tinggi menunjukkan bahwa penyakit Syarif Mohamad Alkadrie kota
tersebut dianggap sebagai Pontianak dengan nilai Cronbach
ancaman.(6) Pasien dengan total skor alpha coefficient 0.812 > 0.7 (0.05).
terendah yaitu 31 adalah pasien
nomor 29 sedangkan pasien dengan DAFTAR PUSTAKA
total skor tertinggi yaitu 69 adalah
pasien nomor 11. 1. Lensi R., Surjaningrum E.
Gambar 1 merupakan grafik Hubungan antara Persepsi
hasil pengelompokan faktor-faktor Penyakit dengan Manajemen Diri
yang memiliki makna yang saling pada Penderita Diabetes yang
mendekati sehingga dapat diketahui Memiliki Riwayat Keturunan.
faktor-faktor yang diyakini oleh Jurnal Psikologi Klinis dan
pasien sebagai penyebab utama Kesehatan Mental; 2014, 03(01).
7
2. Dhiyah C., Lestari S., Herani I. Pada Diabetisi. Skripsi, (Online)
Hubungan Antara Persepsi 2009. Dari
Terhadap Penyakit dengan http://pustaka.unpad.ac.id/wpcon
Tingkat Stres pada Penderita tent/uploads/
Diabetes Mellitus Tipe II di RSD 2009/09/kompilasi_kronik_dan_
dr. Haryoto Lumajang; 2012. penyakit_penyerta_pada_diabete
3. Elizabeth B., Keith J.P., Jodie M., si.pdf, diakses tanggal 21 mei
John W. The Brief Illness 2016.
Perception Questionnaire. Journal 10. Janti S. Analisis Validitas dan
of Psychosomatic Research 6; Reliabilitas dengan Skala
2006, 631– 637. Linkert Terhadap
4. Riset Kesehatan Dasar Pengembangan SI/TI dalam
(Riskesdas). Pedoman Penentuan Pengambilan
pewawancara petugas pengumpul Keputusan Penerapan Strategic
data. Departemen Kesehatan Planning pada Industri Garmen.
Republik Indonesia. Jakarta; Prosiding Seminar Nasional
2013. Aplikasi Sains dan Teknologi
5. Priyatno D. Teknik Mudah dan (SNAST); 2014.
Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS dan
Tanya Jawab Ujian Pendadaran.
Yogyakarta: Gaya Media; 2010.
6. Løchting I., Garratt AM.,
Storheim K., Werner EL., Grotle
M. Evaluation of the Brief Illness
Perception Questionnaire in Sub-
Acute and Chronic Low Back
Pain Patients: Data Quality,
Reliability and Validity. J Pain
Reli; 2013, 02(03).
7. Kementerian Kesehatan Rl.
InfoDATIN: Mencegah dan
Mengontrol Diabetes melitus
Agar Terhindar dari Kerusakan
Organ Jantung, Otak dan Ginjal.
Jakarta: Pusat Data dan lnformasi
Kementerian Kesehatan Rl; 2014.
8. Anggara, F.H., & Prayitno, N.
Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Tekanan
Dadrah di Puskesmas Telaga
Murni, Cikarang Barat Tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan;
2013: 20-25.
9. Permana Hikmat. Komplikasi
Kronik dan Penyakit Penyerta