Mayat bayi berjenis kelamin laki-laki ditemukan di sebuah tempat pembuangan akhir
(TPA) Darupono Kaliwangun Selatan,Kendal Jawa Tengah Kamis (6/12/12) pagi.Bayi
berada di dalam kerdus aqua dibungkus kantong plastic hitam, dalam keadaan
membusuk dan berbau. Saat ini,jasad bayi berada di Rumah Sakit Umum Suwondo
Daerah (RSUD) Kabupaten Kendal. Menurut Kepala Urusan (Kaur) Bin Ops Satuan
Reskrim Polres Kendal,Ipnu Abdullah Umar,mayat dibuang oleh seorang perempuan
yang semula hamil tua,sekarang perutnya sudah mengempis, bayi itu pertama kali
ditemukan oleh seorang pemulung bernama Jakarmo (31), warrga desa Darupono,
Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kendal.
Saat itu Jokarmo sedang mengais sampah.“Dia mengaku terkejut ketika ada plastic
hitam besar yang dikerumuni lalat,” kata Umar. Karena curiga,jelas Umar, pemulung
tersebut mendekati kantong plasik hitam. Setelah dekat,ia terkejut,saat melihat kepala
bayi.Lalu plastic itu dibuka dan terlihatlah sesosok mayat bayi. “kemudian,pemulung itu
melaporkannya ke kantor polisi,” jelasnya. Mayat bayi yang diperkirakan berusia 1 hari
itu akan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Semarang untuk diotopsi. Kasus itu
sekarang masih ditangani oleh petugas polisi. “kami akan mencari orang tua dari mayat
tersebut” tambam umar. Pelaku sudah diamankan di Polres.
Warni, sang pelaku mengaku dia juga korban pemerkosaan yang dilakukan oleh tetangga
desanya di Merepen Gerobokan, karena ketakutan hamil dan akan melahirkan, korban
pergi ke Kaliwungun untuk bekerja dipabrik gula dan mengasikan diri.
1
KATA SULIT
1. Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat dengan tujuan untuk
menemukan proses penyakit atau adanya cedera, merangkan penyakit kematian,
serta mencari hubungan sebab akibat penyakit kematian.
2. Perkosaan adalah hubungan sexual yang dilakukan diluar status pernikahan
disertai kekerasan dan pemaksaan.
2
HIPOTESIS
POLISI
3
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan Thanatologi
2. Memahami dan menjelaskan Infanticide
3. Memahami dan menjelaskan investigasi dalam kasus perkosaan
4. Memahami dan menjelaskan hukum dan sanksi pemerkosaan dan membunuh
dalam pandangan islam
4
1. Memahami dan menjelaskan Thanatologi
Kematian hanya dapat dialami oleh organisme hidup. Secara medis,
kematian merupakan suatu proses dimana fungsi dan metabolisme sel organ-
organ internal tubuh terhenti. Dikenal beberapa istilah kematian, yaitu mati
somatis, mati seluler, mati serebral, dan mati batang otak.Mati somatis (mati
klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan, yang
menetap.Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul
akibat terhentinya penggunaan oksigen serta metabolisme normal sel dan
jaringan. Proses ini kemudian diikuti oleh proses autolisis dan pembusukan.
Setiap sel tubuh memiliki perbedaan waktu untuk mengalami kematian sel
disebabkan oleh perbedaan metabolisme seluler didalamnya.Neuron korteks
memerlukan waktu paling cepat yaitu 3-7 menit setelah sel kehabisan oksigen.
Pada tubuh terjadi kematian sel demi sel dan kematian secara keseluruhan akan
terjadi dalam beberapa jam. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer
otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem
lainnya yaitu respirasi dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati batang otak adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial
yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum.Dengan diketahuinya mati
batang otak, maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat
dikatakan hidup lagi.1
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenali secara klinis pada
seseorang melalui tanda kematian yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh
mayat. Hal ini merupakan hal yang sangat penting dalam investigasi suatu kasus
kematian, dimana perubahan postmortem banyak memberikan informasi baik
mengenai waktu kematian, penyebab, maupun mekanisme kematian.1,2
Memperkirakan saat kematian yang mendekati ketepatan mempunyai arti
penting khususnya bila dikaitkan dengan proses penyidikan, dengan demikian
penyidik dapat lebih terarah dan selektif di dalam melakukan pemeriksaan
terhadap para tersangka pelaku tindak pidana.Seorang ahli forensik harus mampu
mendeskripsikan penyebab dan mekanisme kematian seseorang. Mekanisme
kematian timbul akibat abnormalitas dari aspek biokimia dan fisiologi tubuh
yang berujung pada kematian.1
Dalam mempelajari kematian, dikenal istilah Thanatologi. Thanatologi
berasal dari kata thanatos yang berarti berhubungan dengan kematian dan logos
yang berarti ilmu. Thanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang
mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut.1
Perubahan pada tubuh tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal
atau beberapa menit kemudian.
Ada 2 fase perubahan post mortem yaitu fase cepat (early) dan fase lambat (late).
Perubahan cepat (early) :
- Tidak adanya gerakan.
- Jantung tidak berdenyut (henti jantung).
- Paru-paru tidak bergerak (henti nafas).
- Kulit dingin dan turgornya menurun.
- Mata tidak ada reflek pupil dan tidak bergerak.
5
- Suhu tubuh sama dengan suhu lingkungan lebam mayat (post mortal
lividity).
- Lebam mayat.
Perubahan lambat (late) ;
- Kaku mayat (post mortal rigidity).
- Pembusukan (decomposition).
- Penyabunan (adipocere).
- Mummifikasi.
Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot baik otot lurik maupun otot
polos dan bila terjadi pada otot anggota gerak, maka akan didapatkan suatu
kekakuan yang mirip atau menyerupai papan sehingga dibutuhkan tenaga untuk
melawan kekuatan tersebut.1
Kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot berbeda-beda, sehingga
sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat
terjadinya kematian somatik, akan menyebabkan adanya perbedaan kadar ATP
dalam setiap otot. Keadaan ini dapat menerangkan alasan kaku mayat mulai
tampak pada jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit.Kaku mayat
biasanya tampak pertama kali pada rahang dilanjutkan siku dan kemudian pada
lutut. Pada laki-laki, kaku mayat lebih hebat dibandingkan pada perempuan oleh
karena laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan wanita.1,2
Pada rata-rata orang pada suhu ruangan yang biasa, rigor mortis biasanya
terlihat 2-4 jam setelah kematian. Dan biasanya terjadi rigor mortis sempurna
setelah meninggal.Tubuh mengalami rigor mortis sempurna ketika rahang, siku,
dan lutut sudah tidak dapat digerakkan lagi. Hal ini berlangsung 10-12 jam
setelah kematian pada suhu ruangan 70-750 F. Keadaan ini akan menetap 24-36
jam dan setelah itu, kaku mayat akan mulai menghilang. 1,6
Rigor Mortis pada Otot Involunter 7
Kontraksi muskulus erektor pilli (otot polos folikel rambut)
bermanifestasi sebagai goose bumps (cutis anserina). Hal ini
menunjukkan mayat terpapar suhu dingin setelah mati.
Kontraksi vesikel seminalis (otot polos) setelah kematian menyebabkan
keluarnya cairan seminalis (semen). Dapat pula menunjukkan terjadinya
aktivitas seksual setelah kematian.
Muskulus cilliaris pada iris mengubah ukuran pupil. Diameter pupil
berkisar antara 0,2-0,9 cm. Sisi luar pupil tidak selamanya berbentuk
sirkuler. Kedua pupil dapat berubah secara tersendiri dan memiliki
ukuran yang tidak sama. Namun demikian, ukuran pupil tidak dapat
digunakan untuk menentukan sebab kematian. Ukuran kedua pupil yang
tidak sama tidak menunjukkan terjadinya trauma kepala.
Kontraksi miokard ventrikel kiri menyebabkan dindingnya bertambah
tebal dan berisi sejumlah kecil darah.
Rigor Mortis pada Otot Volunter (Otot Skelet)7q
Rigor mortis pada otot skelet menyebabkan terjadinya kekakuan pada sendi.
Adapun beberapa proses yang terjadi selanjutnya yaitu :
7
Initial flaccidity (kecuali instantaneous rigor)
Terdapat sejumlah ATP yang cukup pada awal fase postmortem yang
mengakibatkan otot-otot mengalami relaksasi dan sendi menjadi
lemas.Fase ini berkisar antara 0,5-7 jam (rata-rata sekitar 3 + 2 jam).
Onset
Rigor terjadi secara bersamaan di semua otot, tetapi terjadi lebih cepat
pada kelompok otot yang lebih kecil.Perubahan rigor mortis tidak terjadi
secara konstan dan simetris.Rigor dimulai dari rahang, selanjutnya ke
ekstremitas superior dan akhirnya ke ekstremitas inferior. Waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya rigor secara keseluruhan di semua sendi
bervariasi mulai dari 2 hingga 20 jam. Seseorang yang mati dalam
keadaan supine menunjukkan sedikit fleksi pada siku dan lutut.Rigor
bertahan selama 24-96 jam.
Gambar 4 :Rigor Mortis yang ditemukan pada mayat 2 hari setelah kematian.
Dikutip dari kepustakaan 3.
11
keunguan, warna spesifik lama kelamaan berubah
pada kematian karena seiring bertambahnya waktu
kasus keracunan
Penyebab Distensi kapiler – vena Ekstravasasi darah dari
kapiler
Efek penekanan Bila ditekan akan memucat Tidak ada efek penekanan
Bila dipotong Akan terlihat darah yang Terlihat perdarahan pada
terjebak antara pembuluh jaringan dengan adanya
darah, tetesan akan koagulasi atau darah cair
perlahan – lahan yang berasal dari pembuluh
yang ruptur
Mikroskopis Unsur darah ditemukan Unsur darah ditemukan
diantara pembuluh darah diluar pembuluh darah dan
dan tidak terdapat tampak bukti peradangan
peradangan
Enzimatik Tidak ada perubahan Perubahan level dari enzim
pada daerah yang terlibat
Kepentingan medicolegal Memperkirakan waktu Memperkirakan cedera,
kematian dan posisi saat senjata yang digunakan
mati
12
Gambar 6: Glukogenesis. Dikutip dari kepustakaan 10.
Sesudah mati, metabolisme yang menghasilkan panas akan terhenti
sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya.
Penurunan ini disebabkan oleh adanya proses radiasi konduksi, dan pancaran
panas. Proses penurunan suhu pada mayat ini biasa disebut algor mortis. Algor
mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat
yang sudah berada pada fase lanjut post mortem.10
Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk
sigmoid. Hal ini disebabkan ada 2 faktor, yaitu :10
1. Masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat, yakni karena masih
adanya proses glikogenolisis dari cadangan glikogen yang disimpan di
otot dan hepar.
2. Perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu yang mencapai tangga
suhu.
13
mandi hangat, maka temperatur akan meningkat. Sebaliknya penyakit
degenerasi seperti cholera, gagal jantung kongestif, paparan terhadap suhu
dingin, perdarahan banyak, maka temperatur akan menurun.
- Perbedaan temperatur tubuh dan lingkungan.
Pada daerah dingin, penurunan suhu paling sedikit 1,5 derajat Fahrenheit per
jam dan pada daerah tropis, penurunan suhu paling sedikit 0,75 derajat
Fahrenheit per jam. Selain itu, didalam air, kehilangan suhu melalui konduksi
dan konveksi.Pada kasus udara, kehilangan suhu dapat melalui konduksi (saat
bagian dari badan bersentuhan dengan tanah atau suatu material), konveksi
(evaporasi dari cairan tubuh) dan sebagian radiasi.Pada kasus yang dikubur,
penurunan hanya melalui konduksi. Disamping itu, penguburan pada tanah
berbatu kering akan mempertahankan panas tubuh lebih lama dibanding
terkena udara dan tubuh yang dilempar ke timbunan sampah atau comberan,
suhunya akan lebih cepat turun sedikit dibanding dibiarkan di udara terbuka.
Flora normal atau belatung dapat meningkatkan temperatur tubuh.
- Keadaan fisik tubuh serta adanya pakaian atau penutup mayat.
Tebalnya jaringan lemak dan jaringan otot serta ketebalan pakaian yang
menutupi tubuh mayat akan mempengaruhi kecepatan penurunan suhu.
Konduksi dan konveksi secara signifikan diturunkan oleh adanya
pakaian.Pakaian yang terbuat dari sutera, wol, atau serat sintetik berperan
dalam menurunkan suhu. Pakaian basah akan mempercepat pendinginan
karena terdapat uptake panas untuk evaporasi.
- Ukuran tubuh.
Anak – anak dan orang dewasa dengan badan kecil akan mengalami
pendinginan yang lebih cepat daripada orang dewasa yang berukuran lebih
besar. Jumlah dari lemak subkutan dan lemak preperitoneal berperan dalam
menentukan cepat lambatnya proses pendinginan. Tubuh seorang yang kurus
akan lebih cepat mendingin karena luas permukaan tubuhnya yang kecil dan
kurangnya lemak.
- Aliran udara dan kelembapan.
Udara disekitar tubuh bertindak sebagai medium pemindah suhu. Dalam
beberapa kondisi, udara hangat biasanya menyelimuti permukaan tubuh
dengan demikian akan memblok perubahan temperatur. Pergerakan udara
pada permukaan tubuh membawa udara dingin yang mempunyai kontak
langsung pada tubuh yang mendorong hilangnya panas. Udara yang lembab
akan mengalirkan panas lebih cepat dibanding yang kering.
II.D.PEMBUSUKAN
Dalam pembusukan terjadi dua proses yaitu autolysis dan putrefaction.
Pembusukan adalah proses penghancuran dari jaringan tubuh yang terjadi setelah
kematian akibat aktivitas bakteri dan enzim.1
Autolisis
Penghancuran jaringan adalah hasil dari proses enzim endogenous yang
dikenal sebagai proses autolysis. Autolysis adalah pelunakan dan pencairan
jaringan yang terjadi dalam keadaan steril.Autolisis timbul akibat kerja digestif
oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan
pembekuan jaringan.1,2
Pada autolisis terjadi pelepasan enzim yang berasal dari pankreas dan asam
lambung yang berasal dari lambung.Pankreas menghasilkan banyak enzim
pencernaan diantaranya adalah amylase, lipase, dan tripsinogen.Pada kematian,
enzim ini dilepaskan oleh sel eksokrin dari pancreas dan enzim ini mencernakan
dirinya sendiri (terjadi autodigesti).Lambung terdiri dari banyak sel yang
menghasilkan enzim dan asam hidroklorida yang berperan penting dalam
pencernaan.Ketika meninggal, pepsinogen dan asam hidroklorida dilepaskan dari
sel lambung dan memberikan autodigesti dari mukosa lambung itu sendiri
(gastromalasia). Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka akan menyebabkan
perforasi dari lambung. Proses yang sama juga terjadi pada esophagus akibat dari
relaksasi sphincter esophagus sehingga cairan dari lambung masuk ke esophagus
(esofagomalasia). Akibat gastromalasia dan esofagomalasia, akan menyebabkan
perembesan isi cairan lambung ke cavum abdomen sehingga menyebabkan
penghancuran struktur organ sekitar.7
Ketika sel tubuh mencapai fase akhir dari proses autolisis, suasana
lingkungan sekitar menjadi anaerobik. Pada saat ini, bakteri normal pada tubuh
akan mulai berkembang dan mengancurkan jaringan tubuh dengan memproduksi
asam, gas dan bahan-bahan organic (fase putrefaction).7
Putrefaction
Sedangkan putrefaction adalah pembusukan yang disebabkan oleh aktivitas
bakteri.Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh
segera masuk ke jaringan.Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut
untuk bertumbuh.Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan traktus
respiratorius.Bakteri ini merupakan bakteri anaerobik yang memproduksi spora,
bakteri yang berbentuk coliform, mikrokokus, dan golongan proteus.
Peningkatan kadar organism anaerobik disebabkan karena peningkatan kadar ion
15
hidrogen dalam jaringan yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar
oksigen. 1,7
Tanda awal dari proses pembusukan (putrefaction) yang terjadi adalah
munculnya warna kehijauan pada kulit yang sering ditemukan pada kuadran
bawah abdomen, dan biasanya tampak juga pada periumbilikus dan bagian
abdomen kiri bawah. Hal ini dapat terlihat 36 hingga 72 jam setelah kematian
pada suhu sekitar 70oF. Warna kehijauan disebabkan karena penyebaran bakteri
dari caecum yang kemudian menyebar ke kuadran abdomen lainnya, dada,
anggota gerak, lalu wajah. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana,
H2S dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.Hasil dari putrefaction adalah
udara, cairan, dan garam. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya
sulf-met-hemoglobin dimana H2S yang berasal dari pemecahan protein akan
bereaksi dengan Hb, membentuk Hb-S dan Fe-S. Secara bertahap warna
kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busuk pun mulai
tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna
hijau kehitaman. 1,8
16
Gambar 8: Tampak kulit yang licin disertai dengan vesikel dan bulla yang telah
pecah. Dikutip dari kepustakaan 3.
Patomekanisme pembusukan.
Terdapat dua proses yang mempengaruhi terjadinya pembusukan yaitu adiposera
dan mumifikasi :
Adiposera
Adiposera adalah terbentuknya bahan berwarna keputihan, lunak, atau
berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh
paskamati.1
Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang
terbentuk dari hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga
terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot,
jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi, dan kristal-kristal sferis
dengan gambaran radial.1
Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan
hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab
kematian masih dapat dimungkinkan. Faktor-faktor yang mempermudah
terbentuknya adiposera adalah kelembapan dan lemak tubuh yang cukup.1
17
Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera karena derajat
keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah. 1
Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering,
berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat
berkembang pada lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu
hangat, kelembapan rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan
waktu yang lama.1
Grafik di bawah ini menunjukkan perubahan post mortal yang dikaitkan dengan
saat kematian:2
18
II. PENENTUAN WAKTU KEMATIAN YANG TERKINI
Forensik Entomologi
Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat
kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada
jenazah. Lalat pemakan bangkai (Zoosaprofag) biasanya digunakan dalam
entomologi forensik, untuk penentuan umur suatu mayat karena serangga
tersebut sering ditemukan pada mayat, contoh Famili Calliphoridae,
Sarcopagidae, Staphilinidae, Histeridae dan Silphidae. Serangga yang tertarik
pada mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok:
pertama, spesies nekrofagus; yang memakan jaringan tubuh mayat, kedua
kelompok predator dan parasit; yang memakan serangga nekrofagus dan
kelompok terakhir adalah kelompok spesies omnivore yang memakan baik
jaringan tubuh mayat dan juga memakan serangga lain. Dari tiga kelompok
ini, kelompok spesies nekrofagus adalah kelompok spesies yang paling
penting dalam membantu membuat perkiraan saat kematian. Sejalan dengan
proses pembusukan, beberapa generasi serangga dapat menetap pada tubuh
mayat. Berbagai faktor seperti derajat pembusukan, penguburan, terendam
dalam air, proses mumifikasi dan kondisi geografi dapat menentukan
kecepatan kerusakan tubuh mayat, dan berapa tipe serangga dan berapa
generasi serangga yang dapat ditemukan.11
Lalat adalah serangga yang paling umum diasosiasikan dengan
pembusukan.Lalat cenderung menempatkan telurnya dalam orificium tubuh
atau pada luka terbuka. Kecenderungan ini kemudian akan mengakibatkan
berubahnya bentuk luka dan bahkan hancurnya daerah sekitar luka. Telur lalat
umumnya terdeposit pada mayat segera setelah kematian pada siang hari.Bila
mayat tidak dipindahkan dan hanya telur yang ditemukan dari mayat, maka
19
dapat diasumsikan bahwa waktu kematian berkisar antara 1 sampai 2
hari.Angka ini sedikit variatif, tergantung pada temperature, kelembapan dan
spesies lalat.Setelah menetas, larva berkembang lebih besar hingga akhirnya
mencapai tahap pulpa.Tahap ini dapat memakan waktu 6 sampai 10 hari pada
kondisi tropis biasa.Lalat dewasa keluar dari pulpa pada 12 sampai 18 hari.
Harus diingat bahwa banyak variable yang mempengaruhi perkembangan
serangga, karenanya dari opini para penulis, suatu usaha memperkirakan saat
kematian dengan menggunakan metode dari entomologi, harus dibantu oleh
seorang ahli entomologi medik.11
Dalam perkembangannya dari telur menjadi dewasa, serangga ada yang
menjalani metarmorphosis lengkap dan ada yang menjalani metarorphosis
tidak lengkap.Pada metarmorphosis tidak lengkap, versi kecil Dari serangga
dewasa menetas dari telur.Serangga bertahap ini secara bertahap matang
menjadi bentuk dewasa.Pada metarmorphosis lengkap, serangga menetas dari
telur sebagai larva.Larva ini memiliki bentuk yang amat berbeda dengan
bentuk dewasanya.Setelah beberapa waktu larva memasuki fase istirahat,
yang disebut pupa.Dari pupa serangga keluar sebagai serangga telah terbentuk
sesuai anatomi dan histology serangga dewasa.11
Gambar 12: Wajah yang ditutupi dengan larva. Dikutip dari kepustakaan
20
HUMOR VITREUS
Memperkirakan saat mati secara kimia dalam humor vitreus sudah pernah
dicoba selama 30 tahun belakangan ini, walaupun tidak pernah diterima sebagai
pemeriksaan rutin. Dasar pemikiran dari digunakannya humor vitreus dalam
penentuan saat mati ialah karena cairan ini bebas terkontaminasi dari darah,
bakteri dan produk-produk autolisa postmortem bila dibandingkan dengan LCS.
Sebenarnya banyak yang dapat dinilai untuk penentuan saat mati melalui humor
vitreus, seperti mengukur kadar asam askorbat, konsentrasi asam piruvat,
hypoxanthine,glukosa dan potassium, tetapi yang paling banyak dipakai sebagai
penentuan saat mati adalah kadar potassium dalam humor vitreus.Pengikut
pengikut Jaffe adalah yang pertama kali memperkenalkan peningkatan kadar
potassium dan menghubungkannya dengan saat kematian, dan John Coe adalah
forensik patologis yang berpengalaman dalam hal ini. Sesudah kematian,
potassium interseluler menembus masuk kedalam retina melalui membran sel
yang setelah kematian menjadi membran yang permeable, dan kemudian masuk
kedalam corpus vitreus. Disini terdapat peningkatan yang nyata dan progressif
dari konsentrasi potassium sesudah mati, tetapi masih menjadi perdebatan
apakah peningkatan ini secara linear atau bifasik. Cara pengambilan humor
vitreus ini tidaklah sulit, hanya dibutuhkan 2 ml dari tiap mata dengan jarum
lunak syringe no 20. Sering didapati perbedaan kadar potassium mata kiri dan
mata kanan dalam satu individu. Selain itu bila aspirasinya dilakukan secara
paksa atau terlalu dekat dengan retina dapat mengubah nilai dari hasil
pemeriksaan oleh karena potassium mencapai vitreus dengan jalan menembus
retina. Pengaruh suhu juga masih menjadi perdebatan yang penting.13
Elektrolit lain yang dapat diperiksa dari humor vitreus adalah konsentrasi
sodium dan chlorida, dimana konsentrasi elektolit - elektrolit ini megalami
penurunan sesudah kematian, dan ini dapat digunakan untuk memeriksa
reabilitasnya satu sama lain, misalnya kadar potassium adalah < 15 mmol/l maka
kadar sodium dan chlorida dapat diperkirakan, dimana penurunan chlorida
kurang dari 1 mmol/l/jam dan sodium adalah 0.9 mmol/l/jam, sehingga
penurunan sodium disini tidak signifikan pada beberapa jam pertama, berbeda
dengan potassium yang peningkatannya terjadi secara bermakna. Sturner
menemukan cara pengukuran yang paling populer dalam penentuan potassium
vitreus untuk penentuan saat mati dengan menggunakan rumus :13
23
Setelah semua jaringan lunak lenyap, tulang-tulang yang baru mungkin
masih dapat dibedakan dari tulang yang lama dengan menentukan
kepadatan dan keadaan permukaan tulang.Bila tulang telah tampak mulai
berpori-pori, diperkirakan kematian kurang dari 1 tahun.Bila tulang telah
mempunyai pori-pori yang merata dan rapuh diperkirakan kematian lebih
dari 3 tahun.
Keadaan diatas berlaku bagi tulang yang tertanam di dalam tanah. Kondisi
penyimpanan akan mempengaruhi keadaan tulang dalam jangka waktu tertentu
misalnya tulang pada jari-jari akan menipis dalam beberapa tahun bahkan sampai
puluhan tahun jika disimpan dalam ruangan.14
Tulang baru akan terasa lebih berat dibanding dengan tulang yang lebih tua.
Tulang-tulang yang baru akan lebih tebal dan keras, khususnya tulang- tulang
panjang seperti femur. Pada tulang yang tua, bintik kolagen yang hilang akan
memudahkan tulang tersebut untuk dipotong. Korteks sebelah luar seperti pada
daerah sekitar rongga sumsum tulang, pertama sekali akan kehilangan stroma,
maka gambaran efek sandwich akan kelihatan pada sentral lapisan kolagen pada
daerah yang lebih rapuh. Hal ini tidak akan terjadi dalam waktu lebih dari
sepuluh tahun, bahkan dalam abad, kecuali jika tulang terpapar cahaya matahari
dan elemen lain. Merapuhnya tulang-tulang yang tua, biasanya kelihatan pertama
sekali pada ujung tulang-tulang panjang, tulang yang berdekatan dengan sendi,
seperti tibia atau trochanter mayor dari tulang paha.Hal ini sering karena lapisan
luar dari tulang pipih lebih tipis pada bagian ujung tulang dibandingkan dengan
di bagian batang, sehingga lebih mudah mendapat paparan dari luar. Kejadian ini
terjadi dalam beberapa puluh tahun jika tulang tidak terlindung, tetapi jika tulang
tersebut terlindungi, kerapuhan tulang akan terjadi setelah satu abad. Korteks
tulang yang sudah berumur, akan terasa kasar dan keropos, yang benar-benar
sudah tua mudah diremukkan ataupun dapat dilobangi dengan kuku jari.14
a. Tes Fisika
Seperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra
violet dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. Jika batang tulang
dipotong melintang, kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra
violet, tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan
pada tempat pemotongan. Sementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak
berfluorosensi sampai ke bagian tengah. Dengan pengamatan yang baik akan
terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum
tulang. Jalan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan
pemotongan menjadi tidak berfluoresensi. Waktu untuk terjadinya proses ini
berubah-ubah, tetapi diperkirakan efek fluoresensi ultra violet akan hilang
dengan sempurna kira-kira 100 -150 tahun. Tes fisika yang lain adalah
pengukuran kepadatan dan berat tulang, pemanasan secara ultra sonik dan
pengamatan terhadap sifat-sifat yang timbul akibat pemanasan pada kondisi
tertentu. Semua kriteria ini bergantung pada berkurangnya stroma organik dan
pembentukan dari kalsifikasi tulang seperti pengeroposannya.14
24
Garnba I : a. Tulang berumur 3 -80 tahun. Kelihatan permukaan pemotongan tulang
meman carkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan.
b. Setelah satu abad atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum
tulang.
c. Sebelum fluoresensi menghilang dengan sempurna pada abad
berikutnya.14
b. Tes Serologi
Tes yang positif pada pemeriksaan hemoglobin yang dijumpai pada
pemeriksaan permukaan tulang ataupun pada serbuk tulang, mungkin akan
memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada
kepekaan dari tehnik yang dilakukan. penggunaan metode cairan peroksida yang
hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 100 tahun. Aktifitas
serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat pada tulang yang terdapat di
daerah berhawa panas.14
Pemeriksaan dengan memakai reaksi Benzidin dimana dipakai campuran
Benzidin peroksida. Jika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. Jika reaksi
positif menyingkirkan bahwa tulang masih baru.Reaksi positif, diperkirakan
umur tulang saat kematian sampai 150 tahun. Reaksi ini dapat dipakai pada
tulang yang masih utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi serbuk.14
Aktifitas Immunologik ditentukan dengan metode gel difusion technique
dengan anti human serum.
Serbuk tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah,
mungkin akan memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti
reagen coombs, lama kematian kira-kira 5–10 tahun, dan ini dipengaruhi kondisi
lingkungan.14
c. Tes Kimia
Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara
mengukur pengurangan jumlah protein dan nitrogen tulang. Tulang-tulang yang
baru mengandung kira-kira 4,5 % nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat.
25
Jika pada pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % nitrogen, diperkirakan
bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung
kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain
menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur
tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per
centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.14
Inti protein dapat dianalisa, dengan metode Autoanalisa ataupun dengan
Cromatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 15 asam amino,
terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin
adalah yang terutama.Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang
spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang.Jika pada pemeriksaan Fralin dan
Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50
tahun.Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat
kematian kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah
beratus tahun, sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan
hanya mengandung 4 atau 5 asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa
Glisin akan tetap bertahan sampai masa 1000 tahun. Bila umur saat kematian
kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis asam amino atau lebih.14
Untuk itu dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu pembunuhan
yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai pembunuhan
26
anak (infanticide), malainkan suatu pembunuhan biasa (Apuranto, H. dan Hoediyanto,
2007).
Ibu yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan
pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau
tidak, sedangkan bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak
tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan
hukuman yang lebih berat yaitu 15 tahun penjara (pasal 338 pembunuhan tanpa
rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati ( pasal 339 dan 340,
pembunuhan dengan rencana).
Waktu yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang
tepat, tetapi hanya dinyatakan “ pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian “.
Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
27
terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan
merawat dan bukan membunuh anaknya.
Psikis yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan
akan diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang
dilahirkan tersebut didapatkan dari hubungan tidak sah.
Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat
sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban
pembunuhan anak sendiri (pasal 341, 342) pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343), lahir
mati kemudian dibuang (pasal 181) atau bayi yang ditelantarkan sampai mati (pasal 308)
(Budiyanto et al.,1997).
Oleh karena Visum et Repertum itu juga mengandung makna sebagai pengganti
barang bukti, maka segala apa yang terdapat dalam barang bukti dalam hal ini yaitu
tubuh anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian selain ketiga kejelasan
tersebut di atas, masih ada dua hal lagi yang harus diutarakan dalam VR yaitu:
Sehingga lebih jelas bahwa permasalahan tentang maturitas seperti cukup bulan
atau prematur merupakan hal yang penting, sama halnya dengan kemampuan anak untuk
28
hidup dengan wajar (viabilitas) tanpa kelainan bawaan yang diderita oleh anak (Idries,
1997).
Sebelum melangkah lebih jauh, perlu ditinjau lebih dahulu pengertian lahir hidup
dan lahir mati.Perlu diketahui bahwa seorang dokter tidak dibenarkan membuat
kesimpulan lahir hidup atau lahir mati dari hasil pemeriksaan terhadap korban kasus
yang diduga akibat pembunuhan anak (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).
Pernapasan
o Paru mengembang
o Udara dalam lambung atau usus
Menangis
Pergerakan otot
Sirkulasi darah dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin
Isi usus
Keadaan tali pusat
(Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007)
1. Pernapasan
29
a. Uji Apung Paru
Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-
paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan
histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.
Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit
dengan pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak
palatum mole.Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang
perbatasannya dengan palatum durum.Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea
dilepaskan dari tulang belakang.Esofagus bersama dengan trakea diikat di bawah
kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi
berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain tidak mengalir ke luar
melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru.
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset
bedah dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan.Kemudian esophagus diikat di
atas diafragma dan dipotong di atas ikatan.Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak
masuk ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan
hasil meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke
dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan
kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah mengapung atau
tenggelam.Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat
apakah mengapung atau tenggelam.Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus
dimasukkan ke dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena
kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di
antara dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk
mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu
masukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam.
Bila masih mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. Namun,
terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk
30
lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru
negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru
mengingat kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang dapat
bersifat buatan atau alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah
bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).
Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi
dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut,
sehingga udara dalam alveoli diresorpsi.Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan
histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup.
Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat
dipercaya, sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.
b. Mikroskopik paru-paru
32
. sedikit dan tidak berbuih (kecuali walaupun belum ada pembusukan
bila sudah ada pembusukan) (volume darah dua kali volume sebelum
napas.
Berat
7 paru kurang lebih 1/70 BB Berat paru kurang lebih 1/35 BB
.
Seluruh
8 bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang mengembang
. dalam air terapung dalam air.
2. Menangis
Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi
tanpa bernapas.Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup
karena suara tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina. Yang
merangsang bayi menangis dalam uterus adalah masuknya udara dalam uterus dan
kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO2 dalam darah meningkat.
3. Pergerakan Otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak
dapat dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian
mati maupun yang lahir mati.
33
5. Isi Usus dan Lambung
Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk
akibat reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup).Udara
dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan,
atau tertelan.Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat dibedakan.Cara pemeriksaan
yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada jejunum
lekuk pertama, kemudian dimasukkan ke dalam air.makin jauh udara usus masuk
dalam usus, makin kuat dugaan adanya pernapasan 24-48 jam post mortem,
mekonium sudah keluar semua seluruhnya dari usus besar.
7. Keadaan Kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan
setelah bayi lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi
tersebut tidak lahir hidup yaitu maceration, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati in
utero beberapa hari (8-10 hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan
yaitu pada maserasi tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada
bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama
sekali dari ibu.
Bukti kematian dalam kandungan:
Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu
melahirkan
Meceration, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:
o Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau)
o Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan
kemerahan
34
o Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak
o Tidak ada gas, baunya khas
o Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam
kandungan
35
Gambar 1. Tali Pusat Belum Terpotong dan Masih Terhubung dengan Ari-
Ari.
C. Luka-luka yang dapat Dikaitkan dengan Penyebab Kematian
Cara atau metoda yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan pembunuhan
anak adalah cara atau metoda yang menimbulkan keadaan mati lemas (asfiksia) seperti
penjeratan, pencekikan dan pembekapan serta membenamkan ke dalam air. Adapun cara
yang lain seperti menusuk atau memotong serta kekerasan dengan benda tumpul relatif
jarang ditemukan.
Dalam kasus ini yang harus diperhatikan yaitu:
Adanya tanda-tanda mati lemas seperti sianosis pada bibir dan ujung-ujung
jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata
serta jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa
halus berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung
dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat dalam.
keadaan mulut dan sekitarnya yaitu adanya luka lecet tekan di bibir dan
sekitarnya, biasanya berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam
yang berhadapan dengan gusi serta adanya gumpalan benda asing seperti
koran atau kain yang mengisi rongga mulut.
keadaan di daerah leher dan sekitarnya yaitu adanya luka lecet tekan yang
melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat
sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang digunakan,
adanya luka-luka lecet kecil berbentuk bulan sabit yang diakibatkan dari
ujung kuku dan adanya luka-lua lecet dan memar yang tidak beraturan akibat
tekanan ujung jari.
adanya luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian tubuh
lainnya. adanya istilah “tusukan bidadari” yaitu menusukkan benda tajam
pada langit-langit rongga mulut sampai menembus rongga tengkorak.
adanya tanda terendam seperti tubuh yang basah dan berlumpur, telapak
tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer woman hand), kulit
yang berbintil-bintil (cutis anserina sepert kulit angsa, serta adanya benda
asing di saluran pernapasan terutama trakea).
36
Gambar 2. Tampak adanya Luka terbuka pada Kepala dan Luka lecet
Berbentuk Bulan Sabit pada Leher.
E. Viabilitas
Dapat dilihat apakah terdapat kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup bayi seperti jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau
mikrosefalus) dan saluran pencernaan (stenosis esophagus) (Idries, 1997).
37
2.4. Pemeriksaan Kasus Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)
Pemeriksaan dilakukan terhadap pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru
melahirkan) dan korban (bayi yang baru dilahirkan).
A. Pemeriksaan terhadap Ibu
38
5. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasa dari
rahim
39
foramen ovale tidak dapat dipakai sebagai pegangan, karena waktu penutupannya
bervariasi (tidak tepat).
5. Sebab kematian
a. Kelalaian
Pada peristiwa kelahiran sering dijumpai kelalaian, baik itu disengaja atau tidak
disengaja.
Inhalasi cairan ketuban/darah atau terbenam di dalam WC mati akibat
asfiksia
Terjerat tali pusat, mati akibat asfiksia. Jeratan tali pusat yang dilakukan
setelah bayi mati dapat dibedakan dengan jeratan tali pusat intrauterine
yaitu bayi yang mati intrauterine menunjukkan paru yang belum pernah
bernapas.
Perdarahan dari tali pusat, karena setelah bayi lahir, tali pusat tidak diikat
dengan baik.
Suffocation, misalnya terjadi kelahiran dibawah selimut
Lalai membuat hangat (tidak dapat dibuktikan post mortem) atau tidak
memberi ASI. Sehingga kematian bayi secara pasif (kedinginan dan
starvasi)
b. Kekerasan
Kekerasan dalam uterus
o Dinding perut tertumbuk sesuatu (jatuh/ditendang)
o Pemasukkan alat ke vagina
Kekerasan selama proses kelahiran
o Kemungkinan terjadi trauma kelahiran yang wajar harus
dipikirkan sebelum menduga adanya tindak kekerasan
o Retak tulang tengkorak karena trauma kelahiran (biasanya pada os
temporal) pada umumnya hanya sedikit dan tidak disertai luka
lecet
o kekerasan pada kepala yang disengaja menimbulkan retak yang
besar, ada luka lecet, mungkin ditemukan kontusio/laserasi cerebri
40
Kekerasan yang terjadi setelah kelahiran lengkap
o Kekerasan benda tumpul
o Suffocation dan gagging
o Jeratan atau cekikan
o Luka iris atau luka tusuk
o Tenggelam
6. Periksa golongan darah
7. Tanda-tanda perawatan
(Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).
Sebagian besar perkosaan dilakukan oleh orang-orang yang dikenal korban:. Hanya
dua persen dari serangan yang dilakukan oleh orang asing menurut satu survei [1] .
Oleh karena itu, identitas pelaku sering dilaporkan bukti biologis seperti air
mani , darah , sekresi vagina , air liur , vagina sel epitel dapat diidentifikasi dan
genetik diketik oleh laboratorium kriminal .Informasi yang berasal dari analisis
sering dapat membantu menentukan apakah terjadi kontak seksual, memberikan
informasi mengenai keadaan dari insiden tersebut, dan dibandingkan dengan sampel
referensi yang dikumpulkan dari pasien dan tersangka. Personil medis di Amerika
Serikat mengumpulkan bukti untuk potensi kasus pemerkosaan dengan
menggunakan kit perkosaan.
Identifikasi pelaku
DNA profiling
Informasi lebih lanjut: profil DNA
Profil DNA digunakan oleh laboratorium kriminal untuk pengujian bukti biologis,
paling sering dengan menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR), yang
memungkinkan analisis sampel kualitas dan kuantitas yang terbatas dengan membuat
jutaan kopi. Sebuah bentuk lanjutan dari tes PCR disebut mengulangi tandem
pendek (STR) menghasilkan profil DNA yang dapat dibandingkan dengan DNA dari
tersangka atau TKP. Darah, bukal (pipi bagian dalam) swabbings atau air liur juga
harus dikumpulkan dari para korban untuk membedakan DNA mereka dari yang dari
tersangka.
41
Penjahat mungkin tanaman sampel DNA palsu di TKP. Dalam satu kasus Dr John
Schneeberger , yang memperkosa salah satu pasien dibius dan air mani yang tersisa
di celana dalamnya, pembedahan memasukkan Penrose mengalir ke lengannya dan
mengisinya dengan darah asing dan antikoagulan . Polisi menggambar apa yang
mereka yakini sebagai darah dan DNA Schneeberger dibandingkan pada tiga
kesempatan tanpa pertandingan.
Langkah-langkah pemeriksaan
Prosedur ketika akan melakukan pemeriksaan pada korban akibat pemerkosaan.
Izin pemeriksaan adalah hal pertama yang harus didapatkan dari wanita atau jika
anak kecil, dari orang tuanya atau yang menemaninya. Pemeriksaan seharusnya
dilakukan pada ruangan tertutup Almarhum W. H. Grace merekomendasikan agar
korban diberikan tempat duduk yang paling nyaman, jika dia tidak merasa gelisah,
maka keaslian dari segala keluhannya patut dicurigai.
Waktu dan tanggal ketika dilakukan pemeriksaan haruslah dicatat, karena interval
antara pemeriksaan dan peristiwa kejadian akan dijadikan bahan. Interval seterusnya
akan memerlukan penjelasan, dan yang paling penting adalah dokter, akan
mengeluarkan surat izin pemeriksaan yang menjelaskan jika ada tanda-tanda
pemerkosaan. Hasil negatif pada orang dewasa didapatkan jika pemeriksaan
dilakukan setelah lewat beberapa hari, wanita yang telah menikah atau jika dia sudah
terbiasa melakukan hubungan seksual.
Dokter akan mengambil kesempatan untuk memperhatikan gaya berjalan korban
ketika memasuki ruangan pemeriksaan atau dengan tes spesifik. Dokter akan
memperhatikan gerak-gerik secara umum dan kebiasaan tubuh. Apakah ketika
berjalan akan terasa sakit yang disebabkan oleh luka pada alat kelamin? Apakah
42
korban merasa gembira, menderita, atau jika merasa terganggu, sebagai konsekwensi
dari keadaan setelah baru saja diperkosa? Apakah dia adalah wanita lemah atau sehat
fisiknya, dan perlawanan macam apa yang bisa dia lakukan?
Riwayat Penyakit Pasien
Ketika korban ditemani oleh orang tua atau kawan, dokter seharusnya pertama kali
mendapatkan informasi dari sebelumnya, terpisah dari sang korban, selanjutnya
dokter mendengarkan penjelasan dan cerita dari sang korban dan kedua penjelasan
tersebut seharusnya direkam secara detail.
Pertanyaan yang lebih spesifik akan diberikan kepada kedua sumber tersebut,
sehingga akan memberikan data personal dari sang korban, seperti nama, umur dan
status, tanggal dan jam terjadinya insiden, rincian kejadian sepanjang kejadian,
posisi dari semua orang dalam lokasi kejadian, langkah yang diambil korban untuk
menolak penyerangan, dan apakah dia kehilangan kesadaran saat kejadian. Adalah
sangat penting untuk mengetahui apakah pada saat kejadian sang korban sedang
mengalami masa haid.
Pengujian
Pakaian
Ketika sang korban dalam keadaan tanpa busana, pakaian yang dikenakan juga harus
diuji. Harus dapat dipastikan apakah pakaian yang terpakai tersebut juga dipakai
pada saat kejadian.Jika iya, apakah telah terkotori oleh tanah atau rumput?Apakah
terkena noda darah atau yang lainnya, apakah telah rusak, dan apakah salah satu
kancingnya telah hilang?Kondisi dari sepatunya juga bisa menjadi bukti dari
kebohongan cerita korban.Ketika seorang gadis bernama nannie kembali ke tempat
kerjanya pada suatu malam, dia mengaku bahwa dia telah diperkosa dan pergi
dengan berjalan bermil-mil.Petugas kepolisian kemudian menguji sepatunya, dan
tidak ada tanda-tanda telah terpakai. Ahli bedah dari kepolisian kemudian tidak
menemukan tanda-tanda pemerkosaan, dia sedang mengalami menstruasi pada sat
itu. Kemudian, dari beberapa pemeriksaan yang lain dapat diindikasikan bahwa dia
adalah seorang yang pembohong dan pencuri.
Orang
Secara fisik, jika dalam kasus yang melibatkan anak kecil, ketika dalam masa
berkembang, terutama pada payudara dan alat kelamin, akan sangat terlihat. Apakah
sang korban menawarkan pembalasan? Apakah anak tersebut terlihat lebih tua dari
seharusnya, dan terlihat seperti anak berusia 16 tahun?Sangat relevan saat ini untuk
memperhatikan apakah sudah memakai kosmetik atau dari cara berpakaian.Anak
kecil berusia 14 atau seumurnya kadang-kadang, atau sepertinya, sudah berpakaian
dan menggunakan make-up dengan cara yang seharusnya dia belum ketahui.
Luka : Pertimbangan Umum
Seluruh bagian dari luar tubuh korban harus diperiksa apabila terdapat luka,
khususnya lecet dan memar.Detail dari setiap luka harus dicatat dan berapa
43
kemungkinan dari umur memarnya.Apakah luka tersebut terlihat seperti terkena saat
kejadian atau usaha secara paksa pada saat berhubungan?Apakah bersamaan
umurnya dengan tanggal terjadinya penyerangan? Perhatian yang lebih mendalam
akan diberikan kepada tangan, muka, leher, dan aspek dalam pada selangkangan.
Pemerkosaan pada anak muda yang dibawah 13 tahun akan dengan mudah terpenuhi
tanpa adanya luka pada bagian luar karena korbannya tidak dapat melakukan
perlawanan pada saat diserang. Beberapa bahkan bersedia untuk berhubungan
bahkan dia lah yang mengundangnya. Kunjungan ketempat kejadian juga sangatlah
diperlukan ( Gambar. 43, p. 141, and 146, p. 437 ).
Alat Kelamin dan Payudara
Payudara
Satu atau kedua payudara akan mengalami memar apabila diperlakukan secara kasar.
Mungkin digigit dan cetakan gigi dari si pelaku terlihat jelas, seperti pada kasus
Gorringe, putingnya mungkin terlihat seperti bekas digigit.
Genitalia
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan secara menyeluruh yang biasa
dilakukan, tetapi padda bagian vulva dan hymen diperlukan pemeriksaan yang lebih
lanjut dan teliti.
Rambut kemaluan
Sampel diperlukan dan harus diambil pada saat pemeriksaan lanjut karena rambut
harus didapat tanpa pemotongan langsung pada daerah yang dicurigai.Perlengketan
dari rambut dapat disebabkan oleh cairan semen yang mengering. Sampel rambut
diperlukan untuk pembuktian akan hal ini dan juga untuk perbandingan dengan
rambut yang ditemukan pada baju tersangka.
Vulva
Cedera/trauma pada vulva dapat dilihat dengan adanya sakit pada perabaan,
pembengkakan, kemerahan (perubahan warna dengan sekitar), memar, dan lecet.
Selaput dara
Pemeriksaan selaput darah terutama pada anak, yang sulit dilakukan atau sulit dinilai
/ dijangkau difasilitasi dengan penggunaan pemeriksaan tertentu.
Robekan (luka) selaput dara yang masih baru dapat dilihat dengan adanya
perdarahan pembengkakan dan proses inflamasi, tetapi jika sudah terjadi proses
penyembuhan luka, perlu diperhatikan dengan seksama antara robekan selaput dara
dengan bentuk –bentuk yang tidak biasa dari selaput darah yang masih utuh.
Liang senggama (Vagina )
Pelebaran dari liang senggama (vagina ) dapat menunjukkan akan adanya
persetubuhan, tapi hal tersebut juga dapat disebabkan oleh masuknya benda asing
(seperti tampon). Memar, lecet atau terkikisnya kulit dapat terjadi karena adanya
44
paksaan dalam persetubuhan dan tidak menyatakan bahwa hal tersebut sebagai
tindakan perkosaan.
Terdapat kasus-kasus menarik tentang robeknya liang senggama yang tidak
disebabkan olen perkosaan. Seperti yang diilustrasikan pada kasus robeknya liang
senggama (vagina) dikarenakan koitus yang biasa, yang dilaporkan oleh Victor
Boney (1912). Seorang wanita dilarikan ke rumah sakit setelah dilaporkan menderita
perdarahan dan peritonitis.Robekan pada fornix posterior sampai peritoneum. Dia
sempat disangka melakukan aborsi kriminalis dengan menggunakan alat bantu (dia
adalah seorang wanita yang telah memiliki banyak anak sebelumnya). Pada
kenyataannya perdarahan tersebut terjadi dikarenakan melakukan koitus dengan
posisi berdiri pada saat mabuk.Adapula kasus perforasi vagina yang disebabkan
karena kelemahnya tekstur.
Cairan vagina
Cairan vagina dikumpulkan ( swab& fresh smear) terutama untuk menunjang
pemeriksaan. Dapat untuk mendeteksi penyakit sexual yang ditularkan, menemukan
sperma, dan cairan semen untuk mengarahkan akan telah terjadinya persetubuhan
45
3. Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Perkosaan
1. Kronologis Pemeriksaan Kasus Kejahatan Seksual:
1. Informed consent
2. Anamnesa Pasien :
a. Umum :
Umur, tempat/tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid
Penyakit kelamin/penyakit kandungan/penyakit lain
Apa pernah bersetubuh
Kapan persetubuhan terakhir
Apakah memakai kondom
b. Khusus:
Waktu kejadian, tanggal, jam, tempat kejadian
Apakah korban melawan
Apakah korban pingsan
Apa ada penetrasi dan ejakulasi
Apa setelah kejadian korban mencuci, mandi, atau ganti
pakaian
3. Memeriksa pakaian
Robekan
Kancing putus
Bercak darah
Air mani
Lumpur
Rapi atau tidak
4. Memeriksa tubuh korban
Umum
-Penampilan
-Keadaan emosional
-Tanda bekas hilang kesadaran
-Tanda needle mark
-Tanda kekerasan
-Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya,
TB, BB, TD, keadaan jantung, paru, abdomen
-Adakah trace evidence pada tubuh korban
Khusus
*Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani
mongering gunting
*Bercak air manikerok/swab
*Vulva tanda kekerasan
*Introitus vagina
*Selaput daratentukan orifisiumperawan= 2,5cm ;
persetubuhan= 9cm
46
*Frenulum labiorum pudenda
*Vagina dan cervix
5. Pemeriksaan Laboratorium
Tes Penyaring cairan mani Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV
Tes Penentu cairan mani Berberio, Florence, Puranen
Tes Penentu spermatozoa Sediaan langsung, Malascheet Green, Baechii
Tes toksikologi (urin,darah)
Tes kehamilan
Tes kuman Gonorrhea
Dengan pewarnaan
Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut
pada nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green
Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan.
Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci
dengan air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin
Yellowish 1% selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air
47
Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor
(hijau)
Penentuan cairan mani (kimiawi)
Reaksi fosfatase asam
Mendeteksi adanya enzim Fosfatase asam dalam bercak/ cairan
Merupakan reaksi penyaring ada/ tidaknya mani, sehingga kharus
dikonfirmasi ulang lagi dengan menggunakan tes penentu
Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring
ang telah terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa
menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprotkan dengan
reagens.
(+)timbul warna ungu dalam waktu ± 30 detik
+ palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan
tumbuh-tumbuhan.
Reaksi Berberio
Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam semen
Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani
Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh
(+)kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan
ujung tumpul, kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal
Reakssi florence
Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin.
Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup
dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.
(+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung
sering terbelah.
+ palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan
memberikan warna serupa.
Pemeriksa bercak mani pada pakaian
Visual
Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang sudah agak tua
berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak menyerap, bercak yang
segar akan menunjukkan permukaan mengkilap dan translusen, kemudian akan
mengering.
Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih
Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh
Taktil
Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji
Pewarnaan baecchi
48
Untuk mengetahui adanya spermatozoa pada bercak kain
Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, leyakkan pada gelas obyek dan
diuraikan sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan
balsem kanada, periksa dengan mikroskop pembesaran 400 kali. Serabut pakaian
tidak mengambil warna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor
merah muda terlihat banyak menempel pada selaput benang.
Pemeriksaan pria tersangka
Cara lugol
Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian
kolom, korona serta frenulum
Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan spesimen
menghadap ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan
agar uap iodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel
epitel vagina dengan sitoplasma berwarna cokelat karena mengandung banyak
glikogen.
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan
adanya kromatin seks (barr body).
49
4. Memahami dan menjelaskan hukum dan sanksi pemerkosaan dan membunuh
dalam pandangan islam
KLASIFIKASI JINAYAT PEMBUNUHAN
Jinayat (tindak pidana) terhadap badan terbagi dalam dua jenis:
1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya
nyawa (pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:
a. Pembunuhan dengan sengaja (al-‘amd) =
Perbuatan yang dapat menghilangkan jiwa”,
Pembunuhan dengan sengaja oleh seorang mukallaf secara sengaja (dan
terencana) terhadap jiwa yang terlindungi darahnya, dengan cara dan alat yang
biasanya dapat membunuh.
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh
dengan cara dan alat yang biasanya tidak membunuh.
Sangsi Hukuman:
Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil
c.Pembunuhan karena keliru (al-khatha’) atau pembunuhan tidak sengaja,
kesalahan semata tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama
sekali.
Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak
panahnya nyasar mengenai orang hingga meninggal dunia.
Sangsi Hukuman:
Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.
Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang
lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang
mukmin karena tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang
beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu),
kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum
yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum
(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
50
pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak
memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut
sebagai cara tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)
51
Memahami dan menjelaskan pemerkosaan dalam islam
Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual dengan
paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha sepakat
perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100 kali
maupun hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364;
Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al
Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab,
Juz 20 hlm.18).
Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah SWT
(artinya), ”Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan dan
tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145). Ibnu Qayyim mengisahkan ayat ini dijadikan hujjah
oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah Umar bin Khaththab ra untuk membebaskan
seorang perempuan yang dipaksa berzina oleh seorang penggembala, demi mendapat air
minum karena perempuan itu sangat kehausan. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al
Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294).
Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, ”Telah diangkat dari umatku (dosa/sanksi)
karena ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan atas mereka.”
(HR Thabrani dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, ”Ini hadits hasan”). (Wahbah
Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al
Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu dari tiga bukti
(al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar) orang yang berbuat
zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik pengakuannya itu hingga
selesainya eksekusi hukuman zina. Kedua, kesaksian (syahadah) empat laki-laki Muslim
yang adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak), yang mempersaksikan satu perzinaan
(bukan perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan tempat yang
sama), dengan kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl),
yaitu kehamilan pada perempuan yang tidak bersuami. (Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul
Uqubat, hlm. 34-38).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah diperkosa
oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina) kepada laki-laki
itu. Kemungkinan hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim dapat berbeda-beda sesuai
fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:
Pertama, jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu kesaksian
empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki itu
dijatuhi hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukan muhshan, dan dirajam hingga
mati jika dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 358).
Kedua, jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka hukumnya
dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-baik yang menjaga
diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman menuduh zina (hadd
al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun jika laki-laki yang
52
dituduh memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang baik-baik yang menjaga diri dari
zina, maka perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman menuduh zina
53
Daftar Pustaka
Hamdani, Njowito. 1992. Ilmu Kedokteran Kehakiman Edisi Kedua. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Idries, A.M., 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi 1, Binarupa Aksara, Jakarta
Budiyanto,1997.Ilmu Kedokteran Forensik.
Chadha, PV. Otopsi Mediko-Legal. Dalam: Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi Kelima.
Guntur, P.J.L.,2000. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan
Pidana. HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr Sardjito ke-18, Yogyakarta.
54