Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN LITERATUR

Disusun untuk memenuhi tugas residensial II

Disusun Oleh :
Rhama Praditya Wiguna
171 091 023

DESAIN INTERIOR
FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I

Apa itu Mekanikal Elektrikal (M&E)

Mekanikal
Mekanikal adalah sebuah prinsip ilmu yang mencakup tentang hal-hal mekanis. Yang intinya
memerlukan prinsip mekanis dalam penerapannya.
Elektrikal
Elektrikal adalah sebuah prinsip ilmu yang mencakup tentang hal-hal yang memerlukan tenaga
listrik dalam penerapannya.
Pengertian Mekanikal dan Elektrikal dalam bangunan.
Mekanikal dan Elektrikal dalam bangunan adalah sistem-sistem pendukung bangunan yang
memerlukan sebuah sistem mekanis dan sistem yang memerlukan tenaga listrik. Sistem - sistem
pendukung tersebut diaplikasikan dalam bangunan untuk tujuan menunjang kegiatan yang
dilakukan dalam bangunan, termasuk dalam hal kenyamanan dan keamanan bagi setiap aktivitas
dan pelakunya di dalam bangunan tersebut. Sebagai contoh kecil adalah aktivitas istirahat, dalam
istirahat pastinya kita membutuhkan ruangan yang nyaman, dan aman untuk mendapatkan istirahat
yang bermutu. Untuk membuat ruangan tersebut aman dan nyaman, diperlukan penerapan ilmu
mekanikal eletrikal yaitu sistem pengkondisian tata udara, pergantian udara, sistem tata cahaya
dan juga sistem keamanan seperti fire fighting & dan alram.

SISTEM MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL (M&E)


Bangunan suatu gedung terdiri dari 3 komponen penting, yaitu struktur, arsitektur dan ME
(Mekanikal & Elektrikal). Ketiganya satu sama lain saling terkait. Jika struktur mengedepankan
kekuatan, arsitek lebih mengedepankan keindahan, maka ME (mekanikal & Elektrikal) lebih
mengedepankan pada fungsi. Sekuat apapun bangunan dan seindah apapun bangunan, jika tidak
ditunjang dengan sistem ME (mekanikal & elektrikal) maka bangunan tersebut tidak ada fungsinya.
Jadi sangat jelas antara ketiga komponen dalam suatu gedung yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian sistem mekanikal dan Elektrikal termasuk salah satu komponen yang sangat
penting. Jadi intinya, suatu bangunan yang telah dirancang oleh para arsitek akhirnya harus dipakai,
dihuni dan dinikmati. Untuk itu suatu gedung haus dilengkapi dengan prasarana yang sesuai dengan
kebutuhan gedung itu sendiri, seperti perkantoran, rumah sakit, bank, bandara dan lain-lain.

A. Sistem Mekanikal & Elektrikal (M&E) yang Umum Digunakan pada Suatu Gedung
Sistem mekanikal dan elektrikal (ME) suatu bangunan / gedung sangat tergantung maksud suatu
gedung itu dibangun. ME suatu gedung perkantoran mempunyai perbedaan dengan gedung rumah
sakit, atau bandara, pembangkit listrik atau pabik. Tetapi secara prinsip mempunyai berbagai
persamaan.

Pada umumnya sistem ME yang sering digunakan dalam suatu gedung, diantaranya:
1. Sistem Plumbing
2. Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting)
3. Sistem transfortasi vertikal (lift)
4. Sistem Elektrikal
5. Sistem Penangkal petir
6. Sistem Fire Alarm (Fire Protection)
7. Sistem telepon
8. Sistem tata suara (sound system)
9. Sistem data
10. Sistem CCTV
11. Sistem MATV
12. BAS (Building Automatic sistem), sistem ini digunakan untuk mengontrol suatu
sistem tersebut diatas), terutama menyalakan dan mematikan ac (AHU & fan) atau panel
listrik secara automatic. Tetapi sistem ini kadang masih jarang digunakan pada kebanyakan
gedung, sehingga yang utama yang digunakan dalam sustu gedung adalah ke-11 sistem
tersebut.
B. Sistem Mekanikal & Elektrikal (ME) khusus suatu Gedung
Maksud dan fungsi utama dari suatu gedung menjadi landasan dasar dalam menentukan
kekhusususan sistem ME dalam suatu bangunan/ gedung. Gedung rumah sakit misalnya akan
mempunyai sistem yang khusus yang digunakan di gedung tersebut yang tidak digunakan di
gedung lain. Demikian juga bandara atau mall / plaza.
Salah satu kekhususan sistem yang ada di rumah sakit diantaranya adalah sistem instalasi gas
(oksigen) dan compressor, disamping sistem ipal-nya juga harus mempunyai sistem
pennngan khusus. Di bandara diantara sistem ME yang khusus yaitu sistem FIDS (Flight
information display sistem), sistem belalai gajah (garbarata) dan yang tak kalah petingnya adalah
sistem sekuriti. Sedang yang ada di mall atau plaza sistem yang khususnya misalnya sisstem
instalasi gas untuk food coat.

Disamping itu dalam menentukan suatu sistempun sangat tergantung pada maksud dan fungsi
gedung itu sendiri. Mislanya untuk sistem AC, sistemnya akan berbeda, Jika hanya untuk
perkantoran biasanya digunakan sistem AC split. Sedang untuk bandara atau mall atau perkantoran
dalam skala besar biasanya digunakan sistem AC terpusat.
(dari berbagai sumber)

BAB II

ERGONOMI INTERIOR
18 Mei 2015vegaaqmarina
Ergonomi merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Yunani. Ergonomi terdiri dari dua
suku kata, yaitu: ergon yang berarti ‘kerja‘ dan nomos yang berarti ‘hukum‘ atau ‘aturan‘.
Ergonomi adalah ilmu mengenai kaidah atau batas-batas kemampuan penyesuaian interaksi
manusia secara fisik dan non-fisik dengan elemen-elemen lain dalam lingkungannya sebagai
suatu komponen dalam suatu kegiatan atau sistem kerja, dalam mencapai taraf keamanan dan
kenyamanan yang disyaratkan.
Ergonomi merupakan pedoman dalam proses perancangan. Dalam perancangan arsitektur dan
interior, ergonomi berperan penting dalam memberikan data-data dan informasi, sebagai
dasar pertimbangan atau acuan mengenai jangkauan, dan interaksi, serta dinamika pergerakan
dari variabilitas dan realibilitas (berdasar kelompok umur, jenis kelamin, kelompok kegiatan,
kelompok pekerjaan, suku bangsa, maupun cacat tubuh) dimensi dan fungsi tubuh manusia
terhadap dimensi ruang (perancangan area kerja/ruang dan bangunan) beserta kelengkapan-
kelengkapan yang berada di dalamnya (perancangan sistem dan alat-alat kerja).

Beragamnya pengguna menjadikan adanya beberapa klasifikasi, salah satunya adalah


klasifikasi umur. Pengguna yang terbilang sebagai anak-anak tentu akan berbeda dengan
remaja maupun dewasa. Spesifikasi penting untuk diperjelas sehingga efisiensi yang
dibutuhkan bagi setiap pengguna berlaku secara maksimum.

Dalam setiap projek desain, ergonomi yang dibutuhkan dapat berbeda-beda tergantung dari
pengguna serta lingkungannya. Kebutuhan klien menjadi titik fokus utama dalam setiap
pemecahan masalah desain. Kepribadian dan kebiasaan setiap klien dapat mempengaruhi
ergonomi yang diperlukan. Sebagai contoh, klien yang lebih senang berada di luar ruangan,
membutuhkan ruang gerak khususnya di luar ruangan yang lebih banyak dibanding ruang
dalam itu sendiri.

Tujuan utama dari penggunaan ilmu ergonomi adalah untuk mengurangi tingkat kelelahan
bekerja, sehingga diharapkan akan meningkatkan perfomansi dan efektifitas kerja, serta
meminimasi akan potensi terjadinya kecelakaan dalam bekerja, dalam hal ini sebuah system
kerja atau dimensi kelengkapan kerja harus sesuai dengan variabilitas/realibilitas dimensi,
fungsi, dan kemampuan kontinuitas gerak tubuh manusia dalam rentang waktu tertentu.

Pada tubuh manusia terdapat dua jenis dimensi yang mempengaruhi proses perancangan,
yang pertama adalah dimensi struktural atau statis, dalam hal ini mencakup dimensi pada
bagian-bagian tubuh pada posisi diam atau statis, seperti posisi tubuh dalam keadaan diam
(tidur, duduk), yang kedua adalah dimensi dinamik, yaitu dimensi pada saat fungsi-fungsi
tubuh bekerja, atau ketika fungsi-fungsi tubuh bergerak dalam melakukan suatu kegiatan
tertentu, maka dalam proses perancangan arsitektur dan interior akan terdapat suatu
pendekatan dimensional, yaitu proses penyesuaian antara dimensi-dimensi ruang dan
kelengkapannya dengan dimensi tubuh manusia dalam keadaan diam/statis maupun dalam
keadaan bergerak/dinamis.

Penerapan ergonomi pada perencanaan interior sangatlah penting. Tiap ruang memiliki
standar ergonomi yang berbeda satu sama lainnya mengikuti kegunaan ruangan dan aktivitas
yang dilakukan di ruangan tersebut.

Salah satu penerapan ilmu ergonomi dalam interior adalah saat mendesain dapur. Ada
beberapa aspek yang diperhatikan saat mendesain dapur:

 Kenyamanan. Aspek yang satu ini kaitannya bisa dengan pencahayaan yang cukup,
jalur sirkulasi yang memadai, pertukaran udara yang lancar, dan sebagainya. Selain
nyaman untuk memasak, sebisa mungkin dapur juga nyaman untuk berinteraksi
dengan seluruh anggota keluarga.
 Kesehatan . Dapur yang dibuat sembarangan, biasanya tidak memperhatikan ukuran
tinggi meja kerja atau lemari penyimpanan. Meja terlalu tinggi atau terlalu rendah
akan membuat punggung bekerja tidak wajar. Begitu pula dengan lemari
penyimpanan yang terlalu tinggi, hingga kita harus berjinjit untuk meraih benda yang
kita perlukan. Sebaiknya terdapat 2 tempat sampah dalam dapur, di mana satu tempat
sampah untuk membuang kaleng, kertas, plastik (anorganik), sementara tempat
sampah yang lain untuk membuang sampah organik.
 Keamanan . Dapur harus dibuat seaman mungkin untuk seluruh anggota keluarga.
Misalnya, ujung-ujung meja, island , atau kitchen set dibuat tumpul untuk
menghindarkan luka parah jika terbentur. Satu hal yang masih jarang dilakukan
adalah menempatkan alarm kebakaran di area ini.
 Produktivitas dan efisiensi kerja. Berkaitan dengan penempatan perabot dan
pemilihan desain dapur. Dapur harus ditata sedemikian rupa agar bekerja di dalamnya
menjadi lebih praktis.
Layout penempatan peralatan dan jarak penempatan dapur harus diatur sedemikian rupa agar
pemakai tidak cepat lelah untuk aktivitas memasak. Ada dua macam sistim penempatan
peralatan yaitu lay out bentuk U atau lay out bentuk L, yang efektif dipakai didapur.

Kebanyakan orang-orang tidak terlalu mempedulikan ukuran kitchen set, apakah tinggi
kabinet gantung teralu tinggi atau terlalu rendah, akibatnya saat beraktiftas di dapur akan
merasa tidak nyaman. Ukuran idela sebuah kitchen set sepintas terkesan sepele.Tapi sebagai
pengguna bisa merasakan sendiri akibatnya. Ukuran yang sembarangan dapat membuat kerja
di dapur jadi tidak nyaman. Untuk kondisi yang lebih nyaman lagi, ukuran lemari, working
table, dan kitchen set harus disesuaikan dengan ukuran tinggi badan, bahkan ukuran siku, dari
orang yang sering beraktivitas di dapur tersebut. Ketinggian unit dapur biasanya 85 cm agar
bisa pas dengan postur tubuh manusia saat bekerja sambil berdiri. Ketinggian meja racik
harus sama dengan tinggi pinggul, agar lengan tetap santai ketika sedang bekerja. Namun
untuk pekerjaan yang lebih berat, sebaiknya menggunakan ketingian yang sedikit lebih
rendah. Kompor dua tungku yang diletakkan begitu saja di atas meja menyebabkan tinggi
penggorengan bertambah 20 cm, yang menyebabkan proses menggoreng tidak terjadi dalam
postur tubuh ideal.

Zona penyimpanan menyangkut penyimpanan bahan makanan, dan penyimpanan alat-alat


masak maupun makan/minum. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan
adalah jenis lemari yang dipakai. Lemari yang kerap dipakai adalah lemari pendingin yang
menyatu dengan freezer. Alat pendingin ini harus memiliki ventilasi yang cukup (baik di atas
maupun belakang) agar bisa berfungsi dengan aman dan ekonomis.

Jarak sirkulasi koridor antara area kerja satu dan yang lain, juga perlu diperhatikan. Bila
terlalu kecil akan membuat dapur terasa sempit dan tidak nyaman. Jarak optimal jalur
sirkulasi yang sebaiknya diaplikasikan adalah 94cm.

Area kerja, yaitu adanya ruang bebas antara meja dapur yang letaknya berhadapan,
setidaknya harus berjarak 90 cm. Jarak ini berguna untuk memberi keleluasaan orang berdiri
dan bekerja di dapur, juga saat membungkuk dan berjongkok ketika mengambil barang dari
kabinet bawah. Jika merangkap jalur sirkulasi kegiatan di dapur, jarak tersebut minimum 150
cm.

BAB III
PENGELOMPOKAN AKTIVITAS RUANG DI DALAM RUMAH
TINGGAL

Dalam pembangunan rumah perlu adanya pembagian dalam masing-masing ruang,


dengan tujuan keguaan dan kebutuhan ruang dapat berfungsi dengan baik.
Ada tiga tiga pengelompokan aktivitas dalam perumahan antara lain:
1. Area Permukiman ( living Area )
Area ini merupakan kelompok ruang yang terdiri atas:
a. Ruang tamu, berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu. Ruang ini dapat pula
menampung fungsi-fungsi lain sesuai dengan kebutuhan aktivitas penghuni, misalnya untuk
pertemuan atau perjamuan. Biasanya ruang ini terletak pada area yang mudah di akses oleh
tamu/orang luar. Pada umumnya ruang tamu ini berada di bagian depan bangunan .

b. Ruang Makan, merupakan tempat untuk makan seluruh anggota keluarga. Sesuai dengan
fungsinya , ruang ini sesbaiknya di letakkan berdekatan dengan area persiapan makanan (
dapur ). Biasanya saat makan bersama maka sesluruh atau sebagian besar anggota keluarga
berkumpul sehingga aktivitas ini juga merupakan sarana interaksi antar anggota keluarga.
Karenanya ruang makan sebaiknya dapatmenampung dua aktifitas tersebut. Ruang makan
ssbaiknya agar bersuasana santai namun dapat meningkatkan keakraban.
c. Ruang Keluarga, merupakan tempat berkumpul dan berinteraksi antar anggota keliuarga. Di
ruang ini sering kali di lakukan aktivitas rekreas ( nonton televise, mendengarkan musik ,dll )
dan bersantai , ruang ini merupakan area semi publik dan di rencanakan dengan suasana
akrab.
d. Ruang Belajar/rung kerja adalah bagian dari rumah yang di gunakan untuk aktivitas
belajar atau bekerja. Karenanya ruang ini harus di lengkapi dengan sarana yang di perlukan
untuk belajar/bekerja. Biasanya tatanan ruang ini cenderung formal dan membuutuhkan
privatisasi yang sangat tinggi.

2. Area Peristirahatan ( sleeping area ), yang terdiri dari:


a. Ruang Tidur, merupakan ruang tempat beristirahat setalah seharian beraktivitas. Karenanya
ruang ini harus di rencanakan dengan perlengkapan istirahat dan suasana santai seerta tenang,
agar penghuni dapat beristirahat dengan yaman. Ruang ini harus di hindarkan dari
kebisingan, polusi cukup sinar mataharai dan memiliki sirkulasi udara yang lancer.
b. Kamar mandi merupak area untuk membersihkan diri.

3. Area Pelayanan (service area), yaitu kelompok ruang dengan fungsi-fungsi pelayanan bagi
seluruh aktifitas di dalam rumah, yaitu:
a. Dapur, merupakan ruang untuk mempersiapkan makanan,ruang ini harus di rencanakan
dengan material yang mudah di bersihkan, sehingga kebersiihan dan kesehatan selalu
terjaga.pada ruang ini dilakukan aktivitas memasak makanan yang sering menggunakan api
atau listrik. Karenanya instalasi yang di perlukan harus bekerja dengan baik. Sirkulasi udara
di ruang ini harus di rencanakan dengan baik agar asap yang timbul dari aktivitas memasak
dapat secepat mungkin hilang.
b. Ruang Penyimpanan (Gudang), yang disediakan untuk menyimpan berbagi peralatan dan
perlengkapan rumah tangga, baik yang belum akan digunakan, maupun yang sudah tidak
digunakan lagi. Keberadan ruang penyimpanan pada sebuah rumah direncanakan dengan
tujuan untuk menjaga kebersihan dari barang-barang yang sudah tidak di butuhkan lagi,
sehingga tidak menelan ruang-ruang di dalam rumah.
c. Garasi, yaitu area untuk menyimpan kendaraan. Area ini perlu di pisahkan karena biasanya
dekat denngan debu dan polusi.
Idealnya sebuah rumah memang harus dapat memeenuhi kebutuhan aktivitas harian
penghuninya. Namun demikian bukan berarti bahwa semua ruang tersebut harus diadakan.
Pada kasus-kasus tertentu beberapa fungsi dapat di tamping sekaligus dalam satu ruan,
misalnya ruang keluarga sekaligus ruang tamu, yang sekaligus juga menampung aktivitas
makan anggota keluarga. Penyediaan ruang ini sangat di pengaruhi kondisi ekonomi pemilik
rumah. Kelengkapan ruang-ruang pun berfariasi dari yang sederhana, yang sekedar ada agar
aktivitas yang di rencanakan dapat berlangsung, hingga pada kelengkapan yang mewah
sekalipun.
Secara arsitektural, besarnya ruang pada sebuah rumah harus memenuhi standar kebutuhan
ruang gerak bagi penghuni untuk melakukan aktivitas tertentu.Ruang gerak untuk aktivitas
makan akan berbeda dengan ruang gerak yang di butuhkan untuk melakuakan interaksi
soisal. Selain itu, ukuran ruang tersebut harus juga melihat kapasitas untuk daya tampung
ruang yang direncanakan.kebutuhan rung gerak untuk dua orang tentu berbeda dengan
kebutuhan ruang untuk tiga orang.

BAB IV
LIVING ROOM

In Western architecture, a living room, also called a lounge room, lounge or sitting room, is
a room in a residential house or apartment for relaxing and socializing. Such a room is sometimes
called a front room when it is near the main entrance at the front of the house. In large formal
homes, a sitting room is often a small private living area adjacent to a bedroom –WIKIPEDIA

MICRO HOUSE

micro house merupakan sebuah istilah untuk hunian yang memiliki luas kurang dari seratus meter
persegi.

Konsep micro house sebenarnya telah diperkenalkan oleh

 Lloyd Kahn—penulis buku ‘Shelter’—pada tahun 1973.


 Lester Walker lalu meneruskan pengembangan konsep rumah mungil tersebut pada tahun
1987 melalui buku ‘Tiny Houses’.
 Sarah Susanka seorang arsitek lulusan University of Oregon yang berdomisili di Amerika
Pada tahun 1997, Sarah mempublikasikan bukunya yang berjudul ‘The Not So Big House’.

micro house. Menomorsatukan kebutuhan primer dibandingkan kebutuhan sekunder juga sangat
berkaitan dengan konsep sederhana ini.

memunculkan kebutuhan-kebutuhan ruang yang dianggap paling utama dalam mewadahi seluruh
aktivitas harian dari setiap pengguna hunian. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan bagaimana kita
dapat memasukkan seluruh kebutuhan ruang pada suatu luasan lahan yang kurang dari seratus
meter persegi namun tetap memberikan kenyamanan.

RUANG PUBLIK

Ruang publik yang dimaksud secara umum pada sebuah kota, menurut Project for Public Spaces in
New York tahun 1984, adalah bentuk ruang yang digunakan manusia secara bersama-sama berupa
jalan, pedestrian, taman-taman, plaza, fasilitas transportasi umum (halte) dan museum.

Jurgen Habermas menjelaskan bahwa ruang publik merupakan media untuk mengomunikasikan
informasi dan juga pandangan.
Sedangkan menurut Roger Scurton (1984) setiap ruang publik memiliki makna sebagai berikut: sebuah
lokasi yang didesain seminimal apapun, memiliki akses yang besar terhadap lingkungan sekitar,
tempat bertemunya manusia/pengguna ruang publik dan perilaku masyarakat pengguna ruang publik
satu sama lain mengikuti norma-norma yang berlaku setempat.

Meskipun sebagian ahli mengatakan umumnya ruang publik adalah ruang terbuka, Rustam Hakim
(1987) mengatakan bahwa, ruang umum pada dasarnya merupakan suatau wadah yang dapat
menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun secara kelompok,
dimana bentuk ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Menurut
sifatnya, ruang publik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Ruang publik tertutup : adalah ruang publik yang terdapat di dalam suatu bangunan.

2. Ruang publik terbuka : yaitu ruang publik yang berada di luar bangunan yang sering juga
disebut ruang terbuka (open space).

Terbentuknya ruang terbuka dipengaruhi oleh beberapa faktor baik oleh alam maupun

lingkungan buatan, dibedakan sebagai berikut :

a. Pembatas, dimana ruang selalu terbentuk oleh tiga elemen pembentuk ruang yaitu
bidang alas, bidang langit-langit dan bidang pembatas/dinding

b. Skala, dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau


ruang dengan elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan kebutuhan manusia. Skala
terdiri atas 2 (dua) macam :

· Skala manusia, perbandingan ukuran elemen atau ruang dengan dimensi tubuh
manusia
· Skala generik, perbandingan elemen bangunan atau ruang terhadap elemen lain
yang berhubungan dengan sekitarnya.

c. Bentuk, yang terdiri atas bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Dapat juga dikategorikan
dalam dua bagian bentuk alami dan buatan. Menurut penampilan terbagi atas : bentuk
teratur, bentuk lengkung dan bentuk tidak teratur.

RUANG

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan
kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.

Unsur-unsur ruang dapat dikategorikan menjadi ruang fisik dan ruang sosial. Ruang fisik
adalah ruang yang dibatasi oleh unsur-unsur fisik yang nyata dan mempunyai karakter yang
serupa dan biasanya ditandai dengan batas-batas administrasi. Sedangkan ruang sosial
adalah ruang yang terbentuk oleh adanya kegiatan manusia dan ditandai dengan seberapa
luas jangkauan layanan dalam ruang tersebut.
Ruang secara fisik dapat dibedakaan menjadi:

1. Ruang terbuka

Ciri-ciri ruang terbuka adalah natural atau alami, berupa daratan, perairan (sungai, laut,
danau, dll), daerah hijau, dan belum terbangun.

2. Ruang Terbangun

Ciri-ciri ruang terbangun adalah ada batas-batas yang jelas, dikategorikan berdasarkan fungsi
ruang, berbentuk 3 dimensi serta dapat dibedakan menjadi bangunan-bangunan kompak atau
menyebar.

Fungsi Ruang

Berdasarkan Undang-Undang Panataan Ruang No.24 Tahun 1992 dan Undang-Undang


Penataan Ruang No.26 Tahun 2007, fungsi ruang wilayah dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:

1. Sebagai fungsi lindung

Kawasan ini memiliki karakteristik ruang dan sifat pemanfaatannya, yang dapat didelineasi
sebagai kawasan lindung yaitu fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup, biasa
dijumpai sebagai kawasan campuran budidaya terbatas (kawasan suaka alam, kawasan
pantai hutan bakau, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, taman hutan raya dan
taman wisata alam)

2. Sebagai fungsi budidaya

Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan. Kawasan ini memiliki karakteristik ruang dan sifat pemanfaatannya,
yang dapat didelineasi sebagai kawasan budidaya yaitu fungsi utama untuk budidaya, batas
kawasan bisa kabur, tumpang tindih atau “bergerak” atau berpindah (kawasan permukiman,
kawasan pariwisata, kawasan / peruntukan industri, kawasan pertambangan, perikanan,
peternakan, dll)

Terbentuknya ruang dapat direncanakan atau planned maupun tidak direncanakan


atau unplanned. Ruang yang terbentuk dengan terencana biasanya mengikuti kaidah
perencanaan dan memiliki pola fisik atau sosial yang jelas atau teratur. Sedangkan ruang
yang tidak direncanakan tumbuh berkembang secara spontan dan tidak ada pola fisik atau
sosial yang jelas.
Difinisi ruang sendiri dapat bermacam-macam tergantung dari cara pandang atau pendekatan
terhadap ruang itu sendiri. Cara pandang terhadap ruang berupa:

1. Pendekatan ekologis

Pendekatan ekologis bermula dari Pendekatan Chicago School of Urban Sociology pada
tahun 1916-1940. Pendekatan ini diilhami oleh terjadinya persaingan alamiah pada
masyarakat tumbuhan dan binatang serta proses inter relasi dan keseimbangan. Dalam
pendekatan ini, kota atau wilayah dipandang sebagai obyek studi, dimana di dalamnya
terdapat masyarakat yang kompleks dan inter relasi antara manusia dan lingkungan yang
mana didalamnya terdapat proses natural atau biotis, kebutuhan tempat tinggal, proses
regenerasi dan perkembangbiakan, serta kebutuhan tempat untuk makan.

2. Pendekatan ekonomi

Pendekatan ekonomis berkembang sejak tahun 1960-an. Pendekatan ini didasarkan pada
nilai lahan atau land values, serta harga sewa dan biaya (rent and cost) dalam suatu guna lahan.
Pendekatan ini meyakini bahwa faktor jarak atau kedekatan dalam suatu guna lahan
mempengaruhi kenyamanan penghuni yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai lahan
tersebut.

3. Pendekatan morfologis

Pendekatan ekologis menekankan pada bentuk-bentuk fisik dan ekspresi keruangan


morfologi kota baik bentuk kompak maupun menyebar.

4. Pendekatan sistem kegiatan

Pendekatan sistem kegiatan dipelopori oleh Stuart Chapin di tahun 1965 sebagai upaya untuk
memahami pola-pola perilaku manusia dalam terciptanya pola-pola keruangan. Dalam
pendekatan ini menekanan analisis pada unsur-unsur utama perilaku, dinamika perilaku
(ruang dan waktu).
BAB VII
Micro House: Kualitas dari Penyederhanaan Cara Berhuni
Istilah micro house merupakan sebuah istilah untuk hunian yang memiliki luas kurang dari seratus
meter persegi. Berangkat dari definisi micro house, sebenarnya rumah seperti ini sudah sering
ditemukan di Indonesia. Mungkin kita mengenalnya dengan sebutan rumah sederhana atau rumah
sangat sederhana. Namun apa yang kemudian membedakan micro house dengan rumah sederhana
yang telah kita kenal sebelumnya? Isu apa yang membuat konsep micro house kembali diangkat?

Konsep micro house sebenarnya telah diperkenalkan oleh Lloyd Kahn—penulis buku ‘Shelter’—pada
tahun 1973. Lester Walker lalu meneruskan pengembangan konsep rumah mungil tersebut pada tahun
1987 melalui buku ‘Tiny Houses’. Tidak berhenti sampai di situ, Sarah Susanka seorang arsitek
lulusan University of Oregon yang berdomisili di Amerika Serikat kembali mendengungkan konsep
tersebut. Pada tahun 1997, Sarah mempublikasikan bukunya yang berjudul ‘The Not So Big House’.
Buku inilah yang kemudian menjadi tonggak pergerakan dari cara berhuni yang sederhana namun
esensial.

Bentukan arsitektur dari micro house. Sumber: www.dadhome.tk

Sederhana. Kata ini begitu sering diulang pada pembuka di atas. Sederhana seperti apakah yang
dimaksud? Kembali kepada kebutuhan dasar atau basic needs merupakan penjelasan dari konsep
sederhana pada micro house. Menomorsatukan kebutuhan primer dibandingkan kebutuhan sekunder
juga sangat berkaitan dengan konsep sederhana ini. Pada sebuah micro house, bisa jadi kita hanya
akan menemukan satu kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Sedangkan kita dapat menemukan dua
buah kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan garasi pada micro houselain.
Layout ruang pada micro house sebaiknya dibuat seefisien mungkin Sumber: www.fyi.tv

Munculnya perbedaan kebutuhan ruang tersebut tentu bukanlah suatu masalah esensial karena
perbedaan tersebut berangkat dari kebutuhan setiap pengguna hunian. Bagian terpentingnya adalah
bagaimana memunculkan kebutuhan-kebutuhan ruang yang dianggap paling utama dalam mewadahi
seluruh aktivitas harian dari setiap pengguna hunian. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan
bagaimana kita dapat memasukkan seluruh kebutuhan ruang pada suatu luasan lahan yang kurang dari
seratus meter persegi namun tetap memberikan kenyamanan.

Lantas isu utama apa yang ada di balik konsep micro house? Harga tanah yang kian lama kian
melambung merupakan salah satu isu nomor wahid yang bersinggungan dengan konsep micro house.
Mayoritas masyarakat dengan kelas ekonomi menengah sangat kesulitan untuk membeli tanah dengan
ukuran yang relatif luas. Sehingga dengan luas tanah seadanya, mereka harus membangun ‘istana’
yang akan mereka tinggali untuk berbelas bahkan berpuluh tahun ke depan dengan perencanaan yang
cermat.

Sebuah filosofi dasar yang disampaikan oleh Sarah Susanka sepertinya sangat relevan dengan kondisi
tersebut. ‘BuildBetter, Not Bigger’. Pada micro house, bukan saatnya kita menitikberatkan soal berapa
luas hunian yang ditinggali. Namun bagaimana hunian tersebut dapat mengakomodasi kebutuhan
secara optimal dan memberikan kenyamanan selama kita tinggal pada hunian tersebut.

BAB VIII

Cara Menghitung Kebutuhan Lampu dalam suatu Ruangan


Sebenarnya, pertanyaan yang tepat untuk mewakili berbagai pertanyaan tersebut diatas,
adalah seberapa besar pencahayaan yang dibutuhkan untuk menerangi suatu ruangan.
Seberapa besar Pencahayaan yang dibutuhkan suatu ruangan?
Maka, jika kita bicara mengenai pencahayaan atau cahaya, maka sebelumnya kita perlu
mengetahui beberapa satuan cahaya yang biasa digunakan, yaitu:

CANDELA
Candela adalah salah satu satuan pencahayaan. Dari bahasanya Candela bisa diartikan
sama dengan besar pencahayaan lilin.

LUMEN
Lumen adalah salah satu satuan Pencahayaan. Pada satuan pencahayaan LUMEN,
menyatakan seberapa besar pencahayaan yang dihasilkan dari satu sumber cahaya.
LUX
Lux adalah salah satu satuan Pencahayaan. Lux menyatakan nilai besaran Pencahayaan
yang ada dalam suatu ruangan yang mendapatkan Pencahayaan dari suatu sumber
cahaya.

Setelah kita mengetahui beberapa satuan pencahayaan, selanjutnya bagaimana cara


menentukan jumlah lampu untuk menerangi suatu ruangan.
Baca juga: cara memilih lampu penerangan

Untuk menentukan jumlah lampu penerangan suatu ruangan, ada beberapa hal yang harus
kita ketahui, antara lain:

A. Jenis ruangan yang akan dipasangi lampu penerangan


Ruangan yang akan dipasang lampu penerangan

Tingkat pencahayaan memiliki nilai yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan fungsi
ruangan tersebut.
Dibawah ini dapat anda lihat beberapa nilai standar pencahayaan pada suatu ruangan
tertentu.

Ruangan yang ada di dalam Rumah Tinggal

 TERAS Standar pencahayannya adalah 60 LUX


 RUANG TAMU Standar pencahayannya adalah 120 – 150 LUX
 RUANG MAKAN Standar pencahayannya adalah 120 – 250 LUX
 RUANG KERJA Standar pencahayannya adalah 120 – 250 LUX
 KAMAR TIDUR Standar pencahayannya adalah 120 – 250 LUX
 KAMAR MANDI Standar pencahayannya adalah 250 LUX
 DAPUR Standar pencahayannya adalah 250 LUX
 GARASI Standar pencahayannya adalah 60 LUX

Ruangan yang ada di dalam perkantoran

 RUANG DIREKTUR Standar pencahayannya adalah 350 LUX


 RUANG KERJA Standar pencahayannya adalah 350 LUX
 RUANG KOMPUTER Standar pencahayannya adalah 350 LUX
 RUANG RAPAT Standar pencahayannya adalah 300 LUX
 RUANG GAMBAR Standar pencahayannya adalah 750 LUX
 GUDANG ARSIP Standar pencahayannya adalah 150 LUX
 RUANGAN ARSIP AKTIF Standar pencahayannya adalah 300 LUX

Ruangan yang ada di dalam Sekolahan

 RUANG KELAS Standar pencahayannya adalah 250 LUX


 PERPUSTAKAAN Standar pencahayannya adalah 300 LUX
 LABORATORIUM Standar pencahayannya adalah 500 LUX
 RUANG GAMBAR Standar pencahayannya adalah 750 LUX
 KANTIN Standar pencahayannya adalah 200 LUX
Ruangan yang ada di dalam Hotel dan Restoran

 LOBBY & KORIDOR Standar pencahayannya adalah 100 LUX


 RUANG SERBA GUNA Standar pencahayannya adalah 200 LUX
 RUANG MAKAN Standar pencahayannya adalah 250 LUX
 KAFETARIA Standar pencahayannya adalah 250 LUX
 KAMAR TIDUR Standar pencahayannya adalah 150 LUX
 DAPUR Standar pencahayannya adalah 300 LUX
B. Ukuran ruangan tersebut, seperti ukuran Panjang dan lebar ruangan.
C. Berapa besar daya atau Watt untuk satu buah lampu yang akan digunakan.
D. 1 Watt lampu = 75 Lumen pencahayaan

Setelah beberapa hal tersebut kita ketahui, selanjutnya kita dapat menghitung berapa
banyak lampu penerangan yang kita butuhkan untuk memberikan penerangan yang
diinginkan di dalam ruangan tersebut.

Dengan menggunakan Rumus untuk menentukan jumlah lampu penerangan dalam suatu
ruangan.

Rumus:
N= ExLxW
Ø x LLF x Cu x n

Penjelasan Rumus diatas, adalah :

 N = Jumlah titik lampu


 E = Kuat penerangan (Lux), rumah atau apartemen standar 100lux - 250lux
 L = Panjang (Length) ruangan dalam satuan Meter
 W = Lebar (Width) ruangan dalam satuan Meter.
 Ø = Total nilai pencahayaan lampu dalam satuan LUMEN
 LLF = (Light Loss Factor) atau Faktor kehilangan atau kerugian cahaya, biasa
nilainya antara 0,7–0,8
 Cu = (Coeffesien of Utillization)
 n = Jumlah Lampu dalam 1 titik

Sebagai contoh perhitungan untuk mengetahui seberapa banyak kebutuhan lampu dalam
suatu ruangan, kita dapat mengambil data berikut:

Contoh:
Suatu ruangan Kamar tidur berukuran Panjang 5 meter dan Lebar 4 Meter di dalam Rumah
tinggal, hendak dipasang Lampu TL 40 Watt, Berapa banyak lampu TL 40 Watt yang
dibutuhkan untuk memberikan pencahayaan yang baik dalam ruangan Kamar tidur tersebut
Diketahui:
Dapat kita lihat, dari data standar kuat pencahayaan diatas bahwa untuk ruangan Kamar
tidur di rumah tinggal adalah : 120 Lux – 250 Lux.
Kita ambil Nilai tengah sekitar 200 Lux

Maka diketahui, E = 200 Lux.

Panjang ruangan atau L = 5 meter

Lebar ruangan atau W = 4 meter

Nilai Lumen lampu atau Ø = 40 Watt x 75 Lumen


Ø = 3000 Lumen.

Untuk sistem penerangan langsung dengan warna plafon dan dinding terang, Nilai Koefisien
atau CU ( coeffesien of utilization ) adalah : 50-65 %.

Untuk Hal ini, kita bisa ambil nilai terendah yaitu 50 % atau 0,5

Light loss factor ( LLF ) = 0,7-0,8. LLF tergantung ; kebersihan sumber cahaya, tipe kap
lampu, penyusutan cahaya dari permukaan lampu, dan lainnya

Nilai LLF kita ambil nilai sebesar = 0,7

Jumlah lampu dalam satu titik (n) adalah 1

Maka,

N= ExLxW
Ø x LLF x Cu x n

N = 200 LUX x 5 meter x 4 meter


3000 Lumen x 0,7 x 0,5 x 1

N= 4000
1050

N = 3,8 (dibulatkan menjadi 4 buah lampu)


Maka didapat bahwa Jumlah lampu yang dibutuhkan untuk memberikan pencahayaan pada
Kamar tidur di Rumah tinggal adalah sebanyak 4 Buah dengan Lampu yang digunakan
adalah TL 40 Watt.

Atau jumlah watt yang dibutuhkan adalah 4 x 40 watt = 160 watt.

Daftar Pustaka
CV Sinar Matoa Mandiri 22.43 3 Comments Kontraktor Mekanikal Elektrikal

https://en.wikipedia.org/wiki/Tiny_house_movement

http://www.letstalkbuilding.com/48/not-so-big-house-movement-fueled-by-challenging-economy

https://youtube.com/watch?v=mRNKa5dVJ9g%3Ffeature%3Doembed

https://duniaberbagiilmuuntuksemua.blogspot.com/2017/01/cara-menghitung-kebutuhan-lampu-
dalam-ruangan.html

https://www.arsitag.com/blog/micro-house-kualitas-dari-penyederhanaan-cara-berhuni/

Anda mungkin juga menyukai