Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Baja adalah suatu bahan yang mempunyai homogenitas yang tinggi, hasil
campuran dari besi, zat arang, mangan, silicon dan tembaga. Kekutan baja tergantung
dari besar kecilnya kadar karbon. Semakin besar kadar karbon semakin besar pula
tegangan patah dan regangannya, tetapi akan mengurangi daktalitasnya. Untuk
menjamin daktalitas minimum dari baja, maka persentase maksimum dari karbon,
fosfor dan sulfur dibatasi. Pembatasan komposisi maksimum dari campuran tersebut
adalah: 1.70 % zat karbon, 1.65 % zat mangaan, 0.60 % tembaga. Berdasarkan
persentase zat arang yang dikandung, baja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Baja untuk bahan struktur termasuk kedalam baja lunak, karena mempunyai
daktalitas yang tinggi. Nilai modulus elastis dari bermacam–macam baja adalah
sama, walaupun nilai batas lelehnya berbeda–beda. Modulus elastis ini diperoleh dari
sudut kemiringan grafik tegangan–regangan. Hal ini ditunjukkan pada diagram di
bawah ini berdasarkan
hasil percobaan tarik dari
berbagai jenis Stress mutu baja.
Fy
Strain
Hubungan antara regangan dan tegangan baja dapat dilihat pada diagram berikut ini
D
Fu
B
Fy
C E
Fp
A
Dari kurva dapat dilihat bahwa sampai titik A hubungan tegangan dan
regangan masih bersifat linear, atau masih mengikuti hukum Hooke. Titik A disebut
juga titik proporsional, sedangkan titik B disebut dengan batas elastis. Sampai pada
Batang akan putus apabila beban bertambah terus. Tegangan batas pada baja
akan tercapai pada saat regangan mencapai harga maksimum sebesar 20 %. Perlu
diketahui bahwa batas elastis dan batas keseimbangan sulit ditentukan, dan oleh
karena itu sebagai standart untuk menentukan besarnya tegangan didefenisikan
sebagai tegangan yang menyebabkan regangan tetap sebesar 0.20 % (menurut Charles
G. Salmon,1986). Dari titik C ditarik garis sejajar OB yang memotong grafik pada
titik D. Dari titik D ditarik garis horizontal yang memotong sumbu tegangan.
Tegangan yang diperoleh ini dinamakan tegangan leleh
D
B
CD OB
O 0.002 0.004
1. Kekuatan (strength)
Dari segi kekuatan, sambungan harus kuat menahan momen, gaya geser, gaya
aksial yang dipindahkan dari elemen yang satu ke elemen yang lainnya
beserta gaya skunder yang ditimbulkannya.
2. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan sambungan secara menyeluruh sangatlah penting, antara lain untuk
menjaga lokasi semua komponen struktur satu sama lain.
Menurut kekakuannya, sambungan dapat dibagi atas:
a. Sambungan Diffinitif, berarti tidak dapat dibuka lagi tanpa merusak alat–
alat penyambungan.
b. Sambungan Tetap, berarti bagian–bagian yang disambung tidak dapat
bergerak lagi.
c. Sambungan Sementara, berarti dapat dibuka lagi tanpa merusak alat-alat
penyambungnya.
d. Sambungan Bergerak, berarti sambungan ini memungkinkan pergerakan
yang dibutuhkan menurut perhitungan statis pada bagian–bagian yang
disambung.
3. Cukup Ekonomis
Umumnya disebut rangka sederhana (tidak bisa menahan momen atau asumsi
hubungan sendi), pada Gambar 2.4a. Pada sambungan ini, rotasi ujung batang
relative besar, dengan perkataan lain derajat pengekangan ujung batang sangat kecil,
kurang dari 20 % terhadap kapasitas yang diperlukan untuk mencegah perubahan
sudut.
01
01
02
02
01
02
(c) Rigid
Rotasi yang dimaksud adalah perubahan sudut yang terjadi antara balok dan
kolom dari kondisi aslinya, yang merupakan suatu ukuran putaran balok dan kolom.
Ada terdapat dua macam sambungan pelat rata dalam konstruksi baja yaitu:
P
P
P P
Gambar 2.6a. Sambungan dengan Pelat Penyambung Tunggal
[ Charles G Salmon,1986]
P P
P P
a. Sambungan dengan gaya lintang tunggal, dalam hal ini baut memikul satu
irisan.
b. Sambungan dengan gaya lintang rangkap, baut memikul dua irisan. Kekuatan
baut dua irisan dua kali daripada kekuatan baut satu irisan.
c. Tampang T yang digunakan sebagai batang gantung yang menimbulkan
tegangan tarik pada baut.
P
P P
P P
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasikan oleh ASTM
(American Society for Testing and Materials) sebagai A307, dan merupakan jenis
baut yang paling murah. Namun baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang
paling murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan.
Pemakaiannya terutama pada struktur ringan, batang sekunder atau pengaku,
anjungan (platform), jalan laluan (catwalk), gording, rusuk dinding, rangka batang
kecil dan lainnya yang bebannya kecil dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai
sebagai alat penyambung sementara pada sambungan yang menggunakan baut
kekuatan tinggi, paku keling atau las.
dimana:
s1 = jarak dari sumbu baut yang paling luar ke tepi bagian yang disambung
d = diameter baut
Ada dua jenis baut mutu tinggi yang ditunjukkkan oleh ASTM sebagai A 325
dan A 490 . Baut ini memiliki kepala segi enam yang tebal dan digunakan dengan mur
segi enam yang setengah halus dan tebal seperti diperlihatkan pada Gambar 2.8.
Bagian ulirnya lebih pendek daripada bagian baut yang tidak struktural, dan
dapat dipotong atau digiling. Baut A 325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi
perlakuan panas sekitar 558 sampai 634 MPa yang tergantung pada diameter. Baut
A 490 juga diberi perlakuan panas tetapi dibuat dari baja paduan (alloy) dengan
kekuatan leleh sekitar 793 samapai 896 MPa yang tergantung pada diameter baut.
Alat sambung baut mutu tinggi berkekuatan leleh minimal 372 MPa mampu
mengatasi slip antara dua elemen baja yang disambung pada struktur rangka batang
memikul gaya aksial.
Sumber: Struktur Baja Desain dan Perilaku Jilid I Edisi Kedua, Penerbit
Erlangga,1997
Baik baut A 325 yang paling banyak dipakai, maupun baut A 490 yang kadang–
kadang digunakan merupakan baut kepala segi enam yang tebal. Baut ini ditunjukkan
dengan indentifikasi ASTM dan symbol pabrik yang ditulis dipuncak kepala baut.
Keduanya memiliki mur segi enam tebal yang diberi tanda standar dan simbol pabrik
pada salah satu mukanya.
Tabel 2.2 Dimensi baut mutu tinggi A 325 dan A 490 [ Charles G Salmon,1986 ]
inc mm in mm in mm in mm in Mm in mm
7 5 7 31
½ 12.7 /8 22.2 / 16 7.9 1 25.4 /8 22.2 / 64 12.3
5 17 25 5 17 39
/8 15.9 / 16 27.0 / 64 9.9 /4 31.8 / 16 27.0 / 64 15.5
5 15 11 5 47
¾ 19.1 /4 31.8 / 32 11.9 /8 34.9 /4 31.8 / 64 18.7
7 23 35 3 23 55
/8 22.2 / 16 36.5 / 64 13.9 /2 38.1 / 16 36.5 / 64 21.8
13 39 7 13 63
1 25.4 /8 41.3 / 64 15.5 /4 44.5 /8 41.3 / 64 25.0
9 29 11 29 71
/8 28.6 / 16 46.0 / 16 17.5 2 50.8 / 16 46.0 / 64 28.2
5 25 39
/4 31.8 2 50.8 / 32 19.8 2 50.8 2 50.8 / 32 31.0
11 35 27 6 35 43
/8 34.9 / 16 55.6 / 32 21.4 /4 38.1 / 16 55.6 / 32 34.1
3 19 15 6 19 47
/2 38.1 /8 60.3 / 16 23.8 /4 38.1 /8 60.3 / 32 37.3
F H Panjang Baut
H'
Baut A325
Tanda baut
Panjang Ulir
H Panjang baut
TIPE 3 TIPE 2 TIPE 1 Cincin tipe 3 yang
ditandai dengan "3" atau
Simbol identifikasi pabrik tanda lain yang sesuai
(a) (b)
2 3
Baut A490
Panjang Ulir
H Panjang baut H H
W Tanda mur "2H" (a) (b)
atau "DH"
Simbol identifikasi pabrik
Gambar 2.9 Dimensi penentu untuk baut mutu tinggi A 325 dan A 490
Syarat utama dalam pemasangan baut mutu tinggi ialah memberikan gaya
pratarik yang memadai dan tidak menyebabkan kehancuran baut. Bahan baut
menunjukkan tegangan – tegangan yang tidak memiliki titik leleh yang jelas.
70 Min. 300
tension A490
60 A490
Proof load
A490 250
50 Min.
tension A325
A325 200
Bolt tension, kips
Bolt tension, kN
40
150
30 1
2 turn from snug
20 100
7 1
8 x5 2 in . bolts
10 1
8 in. thread in grip
50
0
1/4 1/2 3/4 1 5/4 3/2 7/4
Turns from snug
Gambar 2.10 Hubungan tipikal untuk beban dan rotasi mur pada baut A 325 dan A 490
[ Charles G Salmon,1986 ]
Sebagai pengganti tegangan leleh, istilah beban leleh atau beban tarik awal
akan digunakan untuk baut. Beban leleh adalah beban yang diperoleh dari perkalian
luas tegangan tarik dan tegangan leleh yang ditentukan berdasarkan regangan tetap
(offset strain) 0.2 % atau perpanjangan 0.5 % akibat beban. ASTM menyajikan tabel
beban leleh untuk setiap diameter baut. Misalnya untuk baut berdiameter ½ sampai 1
inchi, harga dari metode regangan adalah 634 MPa dan harga dari pengukuran
Tiga teknik yang umum digunakan untuk memperoleh pratarik yang dibutuhkan
adalah:
Metode kunci yang dikalibrasi dapat dilakukan dengan kunci puntir manual
(kunci inggris) atau kunci otomatis yang diatur agar berhenti pada harga puntir yang
ditetapkan. Variasi tarikan baut yang dihasilkan oleh satu puntiran dapat mencapai ±
30 % dengan variasi rata–rata sebesar ±10 %. Oleh karena itu, research council
menyarankan agar kunci yang dikalibrasi diatur untuk menimbulkan tarikan baut
minimal 5% atas harga yang ditunjuk dalam Tabel 2.3.
½ 12.7 12 53 418.6
5
/8 15.9 19 85 429.7
Pada metode putaran mur, deformasi merupakan faktor kritis dengan batas
keamanan yang diperlihatkan Gambar 2.10 . Secara umum masing–masing proses
pemasangan memerlukan minimum 2 1/ 4 putaran dari titik erat untuk mematahkan
Bolt Elongation, mm
1 2 3 4 5 6 7 8
300
60 1
11
2 Turn of nut
2 Turn of nut
40
Bolt tension, kN
Min. Proof Load
30 7
8 diam A325 bolt
20 100
10
Metode indikator tarikan langsung adalah metode paling baru untuk menarik
baut. Alat yang dipakai adalah cincin pengencang dengan sejumlah tonjolan pada
salah satu murnya. Cincin dimasukkan diantara kepala baut dan bahan yang
digenggam, dengan bagian tonjolan menumpu pada sisi bawah kepala baut sehingga
terdapat celah akibat tonjolan tersebut. Pada saat baut dikencangkan, tonjolan–
tonjolan tertekan dan mendesak sehingga akhirnya mengecil. Tarikan baut ditentukan
≤4d 2
/ 3 putaran 1
/ 2 putaran 2
/ 3 putaran
1 2 5
4d<1≤8d / 2 putaran / 3 putaran / 6 putaran
2 5
8d<1≤12d / 3 putaran / 6 putaran 1 putaran
Kapasitas pikul beban atau kekuatan pikul desain sebuah baut yang
mengalami geser tunggal sama dengan hasil kali antara luas penampang melintang
tangkainya (shank) dan tegangan geser ijin:
P gsr = A b . τ b
Dimana:
Untuk meninjau kekuatan baut, selain yang ditinjau baut itu sendiri juga perlu
ditinjau kekuatan pelat disekitar lubang baut. Jika pelat tidak kuat maka lubang baut
pada pelat akan berubah bentuk dari bundar menjadi oval. Pada bidang kontak antara
baut dan pelat terjadi tegangan yang disebut sebagai tegangan tumpu.
P tp = d . t . τ tp
Dimana:
P tp = kekuatan tumpu
d = diameter lubang
τ tp = tegangan tumpu
Pada sambungan jenis tumpu dianggap bautnya mengalami geser dan beban
yang disalurkan berdasarkan tahanana geser baut selain itu juga tumpu pada bagian–
bagian yang disambung. Penyambungan jenis tumpu dapat didesain dengan ulir baut
terletak di dalam atau diluar bidang geser. Ringkasnya baut–baut pada setiap jenis
sambungan mengalami tarik dengan cara yang benar–benar sama, dan gaya tarik itu
sama yaitu yang ditentukan oleh ukuran dan materialnya. Perbedaan yang ada hanya
pada tegangan ijin yang digunakan dalam analisis atau desain.
Pelat A
Baut Mutu Tinggi
P
P
Pelat B
Free Body
Pelat A
P
T = gaya tarik
T = Tahanan friksi Bagian Berulir
= Koefisien Friksi
P= T
P
Free Body Pelat B
[ Charles G Salmon,1986 ]
(a) (b)
(c) (d)