Anda di halaman 1dari 41

Dokumen.

tips
Upload Login

 LEADERSHIP

 TECHNOLOGY

 EDUCATION

 MARKETING

 DESIGN

 MORE TOPICS

 SEARCH

1. Home

2. Documents

3. Persiapan Pra Bedah

PERSIAPAN PRA BEDAH


Penilaian dan
pengelolaan pra bedah
telah berkembang
sebagai bagian dari
peranan dokter
anestesiologi di luar
kamar operasi. Sasaran
dari evaluasi pra bedah
adalah untuk mengurangi
risiko pasien dan
kematian dari operasi,
meningkatkan
kualitas perawatan
perioperatif yang juga
mempertimbangkan
efisiensi dan menekan
biaya, serta
mengembalikan pasien
kepada kondisi yang
diharapkan secepatnya.
1,2

Data dari Australian


Incident Monitoring Study
(AIMS) menunjukkan
bahwa
3,1% dari kejadian
perioperatif yang tidak
diharapkan, serta angka
kematian 6 kali
lipat lebih tinggi
diakibatkan karena
persiapan dan penilaian
prabedah yang tidak
adekuat.
3,4

Persiapan dan edukasi


pra bedah dapat
memudahkan
pemulihan dan
menurunkan morbiditas
pasca bedah.
Kecemasan, nyeri pasca
bedah, dan lamanya
perawatan sangat
dipengaruhi oleh
penanganan pra bedah.
Evaluasi pra bedah
haruslah efisien, baik dari
sudut pandang pasien
maupun
petugas kesehatan. Hal
ini akan lebih cost-
effective, menurunkan
kejadian pembatalah
operasi, lama perawatan,
dan komplikasi pasca
bedah.
1,5

Berdasarkan pedoman
dari American Society of
Anesthesiologists (ASA),
visite pra bedah
mencakup:
3,4,6
1. Anamnesis untuk
melihat meninjau kondisi
medis, riwayat
pengobatan dan
anestesi sebelumnya
2. Melakukan
pemeriksaan fisik
3. Meninjau data
diagnostic dan
pemeriksaan penunjang
(laboratorium, EKG,
radiologi, dll)
4. Menilai dan
menentukan status fisik
ASA
5. Merumuskan dan
mendiskusikan rencana
anestesi kepada
pasien atau
pendampingnya.
PENILAIAN DAN
STRATIFIKASI RISIKO
Penilaian risiko yang
paling umum digunakan
yaitu status fisik ASA,
seperti
tertera pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1 Klasifikasi Status
Fisik ASA (American
Society of
Anesthesiologists)
P
1

Pasien sehat tanpa


penyakit organik,
biokimia ataupun
psikiatrik
P
2

Pasien dengan
penyakit sistemik
ringan, seperti asma
ringan atau hipertensi
terkontrol. Tidak ada
pengaruh yang bermakna
pada aktivitas sehari-
hari.
Tidak mempengaruhi
tindakan anestesi dan
operasi
P
3

Penyakit sistemik berat


atau secara bermakna
membatasi aktivitas
sehari-hari,
seperti gagal ginjal,
dalam terapi
hemodialisis, atau gagal
jantung derajat 2.
Cukup mempengaruhi
tindakan anestesi dan
operasi
P
4

Penyakit berat yang


mengancam nyawa atau
membutuhkan terapi
intensif, seperti
infark miokardial akut,
gagal nafas yang
membutuhkan ventilasi
mekanik.
Sangat mempengaruhi
tindakan anestesi dan
operasi
P
5

Pasien hampir meninggal


yang mungkin akan
meninggal dalam 24 jam
dengan
atau tanpa tindakan
operasi
P
6

Donor organ pada mati


otak
“E” ditambahkan pada
status di atas (P
1

-P
5

) menunjukkan operasi
emergensi
Disadur dari American
Society of
Anesthesiologists. ASA
physical status
classification system.
www.asahq.org
Sistem klasifikasi ini
diterapkan dalam
mengukur risiko yang
berhubungan
dengan tindakan anestesi
dan operasi, yang juga
berhubungan dengan
morbiditas dan
mortalitas.
5,7

Beberapa studi
memperlihatkan adanya
hubungan antara Status
Fisik
ASA dengan
perawatan intensif
pascabedah, perawatan
yang lebih lama pada
beberapa tindakan
operasi, serta dampak
kardiopulmonal yang
merugikan. Tidak ada
korelasi antara status
fisik ASA dengan
pembatalan, perawatan
pasca bedah yang
tidak direncanakan pada
pasien rawat jalan
1,4

.
VISITE PRA BEDAH
Download
of 16

All materials on our website are shared by users. If you have any questions about copyright issues, please report us to resolve
them. We are always happy to assist you.

PERSIAPAN PRA BEDAH


by yessika-adelwin-natalia
on Aug 06, 2015
Report
Category:

DOCUMENTS
Download: 21
Comment: 0
121
views

Share 1

Comments
Description
Download Persiapan Pra Bedah
Transcript
PERSIAPAN PRA BEDAH Penilaian dan pengelolaan pra bedah telah berkembang sebagai
bagian dari peranan dokter anestesiologi di luar kamar operasi. Sasaran dari evaluasi pra bedah
adalah untuk mengurangi risiko pasien dan kematian dari operasi, meningkatkan kualitas
perawatan perioperatif yang juga mempertimbangkan efisiensi dan menekan biaya, serta
mengembalikan pasien kepada kondisi yang diharapkan secepatnya.1,2 Data dari Australian
Incident Monitoring Study (AIMS) menunjukkan bahwa 3,1% dari kejadian perioperatif yang
tidak diharapkan, serta angka kematian 6 kali lipat lebih tinggi diakibatkan karena persiapan dan
penilaian prabedah yang tidak adekuat.3,4 Persiapan dan edukasi pra bedah dapat memudahkan
pemulihan dan menurunkan morbiditas pasca bedah. Kecemasan, nyeri pasca bedah, dan
lamanya perawatan sangat dipengaruhi oleh penanganan pra bedah. Evaluasi pra bedah haruslah
efisien, baik dari sudut pandang pasien maupun petugas kesehatan. Hal ini akan lebih cost-
effective, menurunkan kejadian pembatalah operasi, lama perawatan, dan komplikasi pasca
bedah.1,5 Berdasarkan pedoman dari American Society of Anesthesiologists (ASA), visite pra
bedah mencakup:3,4,6 1. Anamnesis untuk melihat meninjau kondisi medis, riwayat pengobatan
dan anestesi sebelumnya 2. Melakukan pemeriksaan fisik 3. Meninjau data diagnostic dan
pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, radiologi, dll) 4. Menilai dan menentukan status
fisik ASA 5. Merumuskan dan mendiskusikan rencana anestesi kepada pasien atau
pendampingnya.
PENILAIAN DAN STRATIFIKASI RISIKO Penilaian risiko yang paling umum digunakan
yaitu status fisik ASA, seperti tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Klasifikasi Status Fisik
ASA (American Society of Anesthesiologists) P1 P2 Pasien sehat tanpa penyakit organik,
biokimia ataupun psikiatrik Pasien dengan penyakit sistemik ringan, seperti asma ringan atau
hipertensi terkontrol. Tidak ada pengaruh yang bermakna pada aktivitas sehari-hari. Tidak
mempengaruhi tindakan anestesi dan operasi P3 Penyakit sistemik berat atau secara bermakna
membatasi aktivitas sehari-hari, seperti gagal ginjal, dalam terapi hemodialisis, atau gagal
jantung derajat 2. Cukup mempengaruhi tindakan anestesi dan operasi P4 Penyakit berat yang
mengancam nyawa atau membutuhkan terapi intensif, seperti infark miokardial akut, gagal nafas
yang membutuhkan ventilasi mekanik. Sangat mempengaruhi tindakan anestesi dan operasi P5
P6 Pasien hampir meninggal yang mungkin akan meninggal dalam 24 jam dengan atau tanpa
tindakan operasi Donor organ pada mati otak “E” ditambahkan pada status di atas (P1-P5)
menunjukkan operasi emergensi Disadur dari American Society of Anesthesiologists. ASA
physical status classification system. www.asahq.org Sistem klasifikasi ini diterapkan dalam
mengukur risiko yang berhubungan dengan tindakan anestesi dan operasi, yang juga
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas.5,7 Beberapa studi memperlihatkan adanya
hubungan antara Status Fisik ASA dengan perawatan intensif pascabedah, perawatan yang lebih
lama pada beberapa tindakan operasi, serta dampak kardiopulmonal yang merugikan. Tidak ada
korelasi antara status fisik ASA dengan pembatalan, perawatan pasca bedah yang tidak
direncanakan pada pasien rawat jalan1,4. VISITE PRA BEDAH Anamnesis dan pemeriksaan
klinis, yang menunjuk pada pemeriksaan klinis, dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis dan
diagnosis banding. Sebuah studi menunjukkan bahwa 56% dari diagnosis yang tepat dibuat
berdasarkan anamnesis, dan meningkat menjadi 73% dengan pemeriksaan fisik1. Dari data yang
diperoleh dalam 2 dekade, terdapat 60-70% tes laboratorium sebelum operasi yang sebenarnya
tidak diperlukan.8 Kemampuan dalam melakukan pemeriksaan klinis berasal dari pengenalan
pola yang dipelajari dengan melihat pasien dan mendengarkan riwayat penyakitnya. Identitas
pasien pun perlu dicatat dengan lengkap. ANAMNESIS Anamnesis tidak hanya proses tanya
jawab, tetapi juga menginterpretasi dan mendokumentasikan dengan hati-hati jawaban dari
pasien. Anamnesis yang baik tidak hanya mempermudah perencanaan anestesi yang tepat dan
aman, tetapi juga dapat menegakkan diagnosis yang lebih akurat dan cost-effective daripada
melakukan skrining tes laboratorium1,3,4. Beberapa hal yang perlu diperoleh dari anamnesis
adalah sebagai berikut9: 1. Riwayat penyakit yang akan dioperasi saat ini Ahli anestesiologi
harus mempelajari gejala yang dikeluhkan akibat penyakit yang akan dilakukan operasi saat ini,
berbagai pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, diagnosis, terapi berikut responsnya. 2.
Penyakit penyerta Penyakit penyerta ini dapat menjadi penyulit dalam tindakan anestesi dan
bedah. Hal ini perlu dievaluasi dalam suatu pendekatan sistem organ yang sistematis dengan
penekanan pada perubahan-perubahan terkini dari gejala, tanda dan terapinya.
3. Riwayat pengobatan Adanya terapi pada penyakit penyerta ataupun penyakit operasi saat ini
perlu diketahui macam obat, dosis dan jadwalnya. Keputusan dalam melanjutkan terapi ini
selama masa pra bedah bergantung pada derajat keparahan penyakitnya, konsekuensi yang
mungkin terjadi dari penghentian terapi, waktu paruh obat, dan interaksinya dengan obat
anestesi. 4. Reaksi obat dan alergi Sangat penting untuk mendapatkan informasi obat yang
mengakibatkan alergi, serta gambaran reaksi alergi yang dialami pasien. 5. Riwayat anestesi Data
tindakan anestesi yang lalu perlu ditinjau untuk memperoleh informasi berupa: Respons terhadap
premedikasi sedasi/analgetik dan obat anestesi Tindakan ventilasi, laringoskopi, akses vascular,
monitoring invasif serta tindakan lainnya beserta kesulitan yang terjadi Komplikasi periopertif
seperti cedera gigi, mual dan muntah, ketidakstabilan kardiopulmonal, kejadian infark
miokardial, hipertermia maligna perawatan intensif pasca bedah dan lama bangun dan ekstubasi
6. Riwayat keluarga Riwayat kejadian atau komplikasi perioperatif perlu ditanyakan pada
keluarga, terutama dengan hipertermia maligna 7. Tinjauan berdasarkan sistem organ a.
Kardiovaskular Komplikasi kardiovaskular merupakan penyebab tersering kejadian morbiditas
selama periode perioperatif. Perlu ditanyakan adanya nyeri dada (intensitas, durasi, faktor
presipitasi, gejala yang berhubungan, faktor yang mengurangi nyeri). Selain itu perlu ditanyakan
tentang dispnea d’effort yang berhubungan dengan gagal jantung
b. Sistem pernapasan Pada asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), atau penyakit saluran
napas lainnya perlu ditanyakan tentang sesak, eksaserbasi terkini, terapi, dan penggunaan steroid
atau oksigen, perawatan dan intubasi. c. Hematologi Perlu ditentukan riwayat dan penyebab
anemia, gejala yang berhubungan, serta terapi (terutama transfusi), serta riwayat pasien ataupun
keluarga pasien dengan kelainan perdarahan atau hiperkoagulasi. Operasi yang luas perlu
dipertimbangkan perdarahan yang banyak dan kondisi komorbid pasien akan berdampak pada
oksigenasi, seperti penyakit pulmonal, serebrovaskular dan kardiovaskular. d. Sistem saraf Pada
pasien dengan penyakit neurologis (seperti stroke, kelainan kejang, multipel sklerosis), riwayat
detail perlu difokuskan pada kejadian terkini, eksaserbasi, defisit neurologis, dan kontrol terapi.
e. Hati Pasien dengan penyakit hati yang berat akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perioperatif. Adanya ensefalopati, koagulaopati, asites, volume overload perlu diketahui dan
perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan penunjang. f. Ginjal Pasien dengan disfungsi ginjal
memiliki banyak komorbid, umumnya berhubungan dengan vaskulopati, seperti hipertensi,
penyakit kardiovaskular, dan gangguan elektrolit. Perlu ditanyakan tentang riwayat terapi
hipertensi, dialisis berikut kontrol terapinya. g. Muskuloskeletal Deformitas dapat menimbulkan
masalah jalan napas dan manajemen anestesi regional. Inflamasi kronis perlu diperhatikan pada
pasien artritis rematoid,
systemic lupus erythematosus menimbulkan disfungsi multiorgan. h. Endokrin (SLE),
scleroderma, di mana sering Diabetes dan penyakit tiroid merupakan endokrinopati yang
tersering. Diabetes dengan neuropati otonom dapat menimbulkan silent ischemia intraoperatif9.
Selain terapi berikut kontrolnya, perlu ditanyakan pada pasien diabetes tentang disfungsi
multiorgan yang terjadi: insufisiensi renal, stroke, neuropati perifer, dan penyakit kardiovaskular.
8. Kebiasaan sehari-hari Perlu diketahui kebiasaan merokok ataupun konsumsi alkohol dan obat
terlarang. Anjuran berhenti merokok dalam 2 – 4 minggu sebelum operasi elektif dapat
menurunkan hipereaktivitas jalan nafas dan komplikasi pulmonal perioperatif. PEMERIKSAAN
FISIK Pemeriksaan fisik dapat membantu mendeteksi kelainan yang tidak jelas pada anamnesis.
Pemeriksaan fisik pada pasien asimptomatis setidaknya meliputi tanda vital, pemeriksaan jalan
nafas, kardiopulmonal dan sistem muskuloskeletal menggunakan teknik standar inspeksi,
auskultasi, palpasi dan perkusi. Penentuan fungsi kapasitas kardiopulmonal sangat berguna
dalam evaluasi pra bedah dan prediksi dampak serta komplikasi perioperatif. Alat ukur yang
dapat digunakan antara lain The Duke Activity Status Index10, serta pengukuran aktivitas fisik
dengan Metabolic equivalent (MET) yang menunjukkan volume oksigen yang dikonsumsi
selama aktivitas tertentu. Beberapa studi membuktikan bahwa ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas fisik menengah (4-5 METS) menunjukkan adanya komplikasi
perioperatif11.
Tabel 2 Metabolic Equivalents (METS) dari kapasitas fungsional1,12 MET Level aktivitas
fungsional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Makan, bekerja depan computer, ganti pakaian Jalan
menuruni tangga, memasak Berjalan 1 – 2 blok Berkebun Jalan menaiki tangga 1 lantai, menari,
bersepeda santai Bermain golf, Playing golf, membawa club Bermain tenis (tunggal) Menaiki
tangga dengan cepat, jogging Lompat tali, bersepeda sedang Berenang dengan cepat, berlari
Bermain ski, bermain basket 1 lapangan penuh Berlari dengan cepat jarak menengah sampai jauh
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
berkembangnya penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes, dan dapat
dihitung dengan rumus:1,3,4 IMT = BB (kg) / TB2 (m2) BB: berat badan TB: tinggi badan
Tabel 3 Interpretasi Nilai IMT1,3,4 Nilai IMT < 18,5 18,5 – 24,9 25,0 – 29,9 30 Status Berat
Badan Underweight Normal Overweight Obese Pemeriksaan Jalan Napas Di bawah ini beberapa
komponen pemeriksaan jalan nafas. Tabel 4 Komponen Pemeriksaan Jalan Nafas Preoperatif13
Pemeriksaan Panjang gigi insisi atas Hubungan gigi insisi maksila dan mandibula waktu mulut
terkatup Hubungan gigi insisi maksila dan mandibula waktu mulut terbuka Jarak inter insisi
Penglihatan uvula Bentuk palatum Compliance dari ruang mandibula Jarak thyromental Panjang
leher Kekakuan leher Pergerakan kepala dan leher Hasil yang mungkin menyulitkan Relatif
panjang “Overbite” (gigi insisi maksila lebih anterior terhadap gigi insisi mandibula) Gigi insisi
mandibula lebih anterior terhadap gigi insisi maksila Kurang dari 3 cm Tidak terlihat ketika lidah
dikeluarkan pada posisi duduk (Malampati score lebih dari II) Sangat melengkung atau sangat
sempit Kaku, keras, terdapat massa Kurang dari lebar 3 jari tangan Pendek Kaku Ujung dagu
tidak dapat menyentuh dada serta leher tidak dapat diekstensikan Tabel di atas memperlihatkan
hasil pemeriksaan dari jalan nafas yang memperkirakan adanya kesulitan intubasi. Keputusan
dalam memeriksa beberapa ataupun
keseluruhan komponen jalan nafas yang tertera pada tabel di atas bergantung pada konteks klinis
dan keputusan pemeriksa itu sendiri. Tabel tersebut tidak bermaksud untuk membuat daftar yang
panjang dan membuat rumit pemeriksaan jalan nafas. Urutan dari tabel ini mengikuti urutan
pemeriksaan yang biasa dilakukan dalam tindakan laringoskopi. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah bila memungkinkan perlu diperiksa pada kedua lengan dan perbedaan antara
keduanya dicatat (perbedaan bermakna secara tidak langsung memperlihatkan adanya penyakit
pada Aorta torakal atau cabang-cabang besarnya). Hipotensi ortostatik perlu dicurigai adanya
hipovolemia9. Pemeriksaan nadi pada saat istirahat perlu diperhatikan ritme, kecukupan isi nadi
(menunjukkan perfusi) dan frekuensi. Pemberian obat -blocker dapat menyebabkan nadi menjadi
lebih lambat. Nadi yang lebih cepat dapat terjadi pada keadaan demam, regurgitasi aorta, ataupun
sepsis. Pada dehidrasi, selain nadi lebih cepat, juga disertai nadi yang lemah9. Pernapasan perlu
dinilai frekuensi, pola dan kedalaman napas. Pemeriksaan Kepala dan Leher Pemeriksaan ini
terutama ditujukan untuk penilaian jalan napas, seperti telah dibahas sebelumnya. Hal lain yang
perlu diperhatikan, yaitu adanya gigi yang goyang atau tanggal, gigi palsu, kawat gigi, dan lain-
lain. Deviasi trakhea, massa servikal, dan distensi vena jugularis, perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut9. Pemeriksaan Toraks Auskultasi jantung dapat ditemukan adanya murmur, irama
gallop, ataupun pericardial rub. Adanya murmur, perlu diperhatikan penyebab lain selain jantung,
seperti anemia, penyakit tiroid, serta kehamilan.3 Pada pemeriksaan paru perlu diperhatikan
adanya kerja napas, penggunaan otot respirasi asesorius, wheezing, ronkhi, rales, dan
menurunnya bunyi napas9. Pemeriksaan Abdomen dan Punggung Adanya massa, distensi dan
asites perlu dipikirkan pengaruhnya terhadap pernapasan, serta risiko regurgitasi. Pada punggung
perlu diperhatikan adanya deformitas dan tanda infeksi9. Pemeriksaan Ekstremitas Diperhatikan
adanya clubbing, sianosis, infeksi kutan, terutama bila tempat tersebut direncanakan untuk
kanulasi vascular ataupun blokade saraf regional. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan
penunjang dilakukan untuk menilai kondisi medis dan mendiagnosis kondisi asimptomatik yang
telah diketahui sebagai faktor risiko penyakit tertentu. Tes diagnostik dapat membantu dalam
penilaian risiko anestesi dan operasi, menuntun intervensi medis dalam menurunkan risiko, serta
sebagai nilai dasar dalam mengambil keputusan intra maupun pasca operasi.1,3,4 Penggunaan
pemeriksaan penunjang ini berkembang pada 2 masalah utama: pemilihan tes apa yang dilakukan
dalam pra bedah, dan apa yang harus dilakukan bila tidak terduga hasil tes tersebut abnormal.
Pemeriksaan laboratorium yang berlebihan tersebut akan meningkatkan biaya, menambah waktu
untuk konsultasi dan tindak lanjut, serta penundaan jadwal operasi, kecemasan dan bahkan terapi
yang tidak tepat.3,7,8 Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium pra bedah yang dilakukan
adalah yang akan menimbulkan risiko perioperatif bila hasil tes tersebut abnormal dan akan
menurunkan risiko perioperatif bila hasil abnormal tersebut dikoreksi7.
Menurut ASA, pemeriksaan penunjang pra operasi sebaiknya tidak dilakukan secara rutin.
Pemeriksaan itu haruslah diminta, dibutuhkan, dan dilakukan pada kondisi selektif untuk
optimalisasi manajemen perioperatif.6 Pada tabel berikut disebutkan jenis pemeriksaan atas
indikasi. Tabel 5 Pemeriksaan Penunjang Preoperatif atas Indikasi1,3,4,5,6,14 Jenis Pemeriksaan
Hematologi lengkap (Complete Blood Count) Indikasi Kelainan hematologi, koagulopati,
neonatus, stroke, keganasan, kemoterapi, penyakit malabsorbsi/nutrisi buruk, operasi dengan
perdarahan banyak, trauma, riwayat terapi steroid dan antikoagulan Koagulopati, riwayat terapi
antikoagulan, penyakit hati, alkoholik, malnutrisi Penyakit ginjal, kelainan endokrin, kelainan
serebrovaskular, malnutrisi, pemberian digoksin, diuretika, atau steroid, operasi risiko tinggi
Diabetes, morbid obese, penyakit serebrovaskuler, penyakit endokrin, pemberian steroid, umur
75 tahun Hepatitis, ikterus, sirosis, penyakit bilier, kelainan perdarahan, malnutrisi Diabetes,
hipertensi, penyakit jantung, dehidrasi, gagal jantung, edema perifer, asites, gangguan berkemih,
riwayat transplantasi ginjal, umur 75 tahun Infeksi saluran kemih Hipoksia (pulse oximetry <
91%), penyakit paru berat, gagal jantung, kelainan musculoskeletal yang berdampak pada
ventilasi Kelainan kardiovaskular dan pulmonal, massa mediastinum, deviasi trakhea, riwayat
infeksi pernapasan, perokok berat, keganasan, umur 75 tahun Penyakit jantung koroner,
gangguan keseimbangan elektrolit, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, pemberian digoxin
Penyakit paru berat,operasi reseksi paru Koagulasi (PT, APTT, INR) Elektrolit (Na, K, Ca, Cl,
Mg) Glukosa darah Tes Fungsi Hati Tes Fungsi Ginjal Urinalisis Analisis Gas Darah (AGD) Foto
toraks Elektrokardiogram (EKG) Tes Fungsi Paru
MANAJEMEN PRA BEDAH DAN PREMEDIKASI Manajemen kondisi komorbid dan
intervensi dalam menurunkan risiko sama pentingnya dengan identifikasi dan menegakkan
diagnosis. Koordinasi dan komunikasi yang baik antara ahli anestesilogi, ahli bedah, dan
konsultan lain sangatlah penting. Selain itu juga diperlukan suatu sistem yang seragam dan
metode yang konsisten dalam penilaian dan manajemen pra bedah. Penatalaksanaan anestesi pra
bedah dimulai dengan persiapan psikologis dan, bila diperlukan, premedikasi3,4. Puasa Pra
Bedah Puasa pra bedah dimaksudkan untuk menekan risiko regurgitasi dan aspirasi4. Dalam
anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu dinilai adanya penyakit refluks gastrointestinal, gejala
disfagia, atau kelainan motilitas gastrointestinal, potensi kesulitan manajemen jalan napas, serta
kelainan metabolik yang dapat meningkatkan risiko regurgitasi dan aspirasi paru.15 American
Society of Anesthesiologists merekomendasikan puasa pra bedah pada pasien sehat berdasarkan
jenis makanan seperti tertera dalam tabel berikut. Tabel 6 Pedoman Puasa Sebelum Operasi
Elektif1,3,4,5,15 Jenis Asupan Makanan Cairan jernih* ASI Susu formula Susu non-ASI
Makanan ringan Periode puasa minimum 2 jam 4 jam 6 jam 6 jam 6 jam *contoh cairan jernih
termasuk air minum, jus tanpa ampas, minuman berkarbonasi, teh jernih, dan kopi hitam
Pedoman tersebut dapat diterapkan pada semua umur pasien sehat dan bukan wanita hamil.
Pedoman ini tidak menjamin pengosongan gaster yang sempurna. Medikasi pra bedah yang rutin
berupa obat-obatan yang memblokade sekresi asam lambung, antasida, antiemetik pada orang
yang tidak mempunyai risiko aspirasi, tidak direkomendasikan. Pemberian antikolinergik dalam
menurunkan risiko aspirasi tidak direkomendasikan.15 Instruksi Medikasi Beberapa pengobatan
sebaiknya terus dilanjutkan pada hari operasi karena mempunyai efek yang menguntungkan,
sementara yang lainnya malah membahayakan atau menjadi kontraindikasi, seperti tertera pada
tabel di bawah ini. Tabel 7 Pedoman Instruksi Medikasi Pra Bedah4 Obat-obatan yang
dilanjutkan pada hari operasi Antidepresan, antianxietas, obat-obatan psikiatrik Obat
antihipertensi selain ACE-Inhibitor, Angiotensin antagonis Obat antikejang Obat asma Pil
kontrasepsi Obat-obatan kardiak (seperti digoxin) Diuretik, hanya triamteren dan
hidroklorotiazid (HCT) Obat-obatan refluks dan heartburn Insulin – semua intermediate,
kombinasi, dan Analgetik opioid Tetes mata Obat golongan statin Steroid oral ataupun inhalasi
Obat terapi tiroid COX-2 inhibitor Obat-obatan yang dihentikan 7 hari sebelum operasi Aspirin,
kecuali pasien untuk operasi vaskular dan katarak Clopidogrel, kecuali pasien untuk operasi
vaskular dan katarak Obat herbal dan suplemen non vitamin Terapi pengganti hormone
Obat-obatan yang dihentikan 4 hari sebelum operasi Warfarin, kecuali pasien untuk operasi
vaskular dan katarak tanpa blokade bulbar Obat-obatan yang dihentikan 48 jam sebelum operasi
Obat antiinflamasi non- steroid (NSAID) Obat-obatan yang dihentikan 24 jam sebelum operasi
Obat disfungsi ereksi Obat yang dihentikan pada hari operasi Diuretik selain triamteren dan
hidroklorotiazid (HCT) Insulin regular Suplemen besi Obat antidiabetik oral Obat topical
Vitamin Premedikasi Perlu dipahami bahwa tidak ada obat ataupun kombinasi obat yang ideal
untuk persiapan pra bedah. Dalam memilih obat yang tepat untuk premedikasi, perlu
dipertimbangkan kondisi fisik dan psikis dari pasien, status fisik, dan umur. Prosedur operasi,
durasinya, operasi elektif ataupun emergensi, juga merupakan faktor penting. Ahli anestesiologi
harus mengetahui berat badan, respons sebelumnya terhadap obat depresan, termasuk efek
samping dan alergi.1,5 Tujuan premedikasi antara lain:5 1. Meringankan kecemasan 2. Sedasi 3.
Amnesia 4. Analgesia 5. Mengurangi sekresi jalan napas 6. Mencegah respons refleks otonom 7.
Menurunkan volume cairan lambung dan meningkatkan pH 8. Antiemetik
9. Menurunkan kebutuhan obat anestesi 10. Melancarkan induksi anestesi 11. Profilaksis dalam
mengatasi reaksi alergi Tujuan premedikasi tersebut bisa multipel dan harus disesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Beberapa sasaran, seperti meringankan kecemasan dan sedasi, dapat
diterapkan pada hampir setiap pasien, sementara profilaksis alergi hanya dibutuhkan pada
beberpa kasus saja. Waktu dan rute pemberian premedikasi juga penting. Sebagai aturan umum,
obat per oral diberikan 60 – 90 menit sebelum kedatangan di kamar operasi. Obat intravena
mempunyai efek yang cepat, sementara obat intramuscular seharusnya diberikan minimal 20
menit sebelum pasien tiba di kamar operasi.5 Tabel 8 Obat-obatan Premedikasi yang umum
digunakan5 Nama Obat Lorazepam Midazolam Fentanyl Morphine Meperidine Cimetidine
Ranitidine Metoclopramide Atropine Glycopyrrolate Scopolamine Rute pemberian Oral, IV IV
IV IV IV Oral, IV Oral IV IV IV IV Dosis 0,5–4 mg 1,0–2,5 mg, titrasi 25–100 µg, titrasi 1.0–
2,5 mg, titrasi 10–25 mg, titrasi 150–300 mg 50–200 mg 5–10 mg 0,3–0,4 mg 0,1–0,2 mg 0,1–
0,4 mg
DAFTAR PUSTAKA 1. Miller RD, et al. Miller’s Anesthesia. 7th edition. Churchill Livingstone
– Elsevier. 2009 2. Lew E, DJ Pavlin, Amundsen L. Outpatient preanaesthesia evaluation clinics.
Singapore Med J 2004; 45 (11): 509-516 3. Sweitzer BJ. Preoperative Assessment and
Management. 2nd edition. Wolter Kluwer – Lippincott William & Wilkins. Philadelphia, 2008. 4.
Longnecker DE, et al. Anesthesiology. 1st edition. McGraw-Hill, 2008. 5. Barash PG, et al.
Clinical Anesthesia. 6th edition. Lippincott William & Wilkins. Philadelphia, 2009. 6. American
Society of Anesthesiologists Task Force on Preanesthesia Evaluation. Practice advisory for
preanesthesia evaluation: a report by the American Society of Anesthesiologists Task Force on
Preanesthesia Evaluation. Anesthesiology 2002; 96: 485-496. 7. Morgan GE, Mikhail MS,
Murray MJ. Clinical Anesthesiology. 4th edition. McGraw-Hill, 2006. 8. Roizen MF. More
preoperative assessment by physicians and less by laboratory test. NEJM 2000; 342 (3): 204-
205. 9. Hurford WE, et al. Clinical Anesthesia Procedures of the Massachusetts General
Hospital. 7th edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007 10. Hltaky MA Boineau RE et al. A
brief self-administered questionnaire to determine functional capacity (The Duke Activity Status
Index). Am J Cardio. 1989; 64: 651-654 11. Fleisher LA, Beckman JA, Brown KA, et al:
ACC/AHA 2007 guidelines on perioperative cardiovascular evaluation and care for noncardiac
surgery. J Am Coll Cardiol 2007; 50:e159-e241
12. Jette M, Sidney K, Blumchen G: Metabolic equivalents (METs) in exercise testing, exercise
prescription, and evaluation of functional capacity. Clin Cardiol 13:555-565, 1990 13. American
Society of Anesthesiologists Task Force on Management of the Difficult Airway. Practice
guidelines for management of the difficult airway: An updated report by the American Society of
Anesthesiologists Task Force on Management of the Difficult Airway. Anesthesiology 2003;
98:1269–77 14. Fischer SP. Cost-effective preoparative evaluation and testing. Chest 1999; 115:
96S-100S 15. American Society of Anesthesiologists Task Force on Preoperative Fasting.
Practice Guidelines for Preoperative Fasting and the Use of Pharmacologic Agents to Reduce the
Risk of Pulmonary Aspiration: Application to Healthy Patients Undergoing Elective Procedures:
A Report by the American Society of Anesthesiologists Task Force on Preoperative Fasting.
Anesthesiology 1999; 90 (3): 896-905
RECOMMENDED

2. Persiapan pra bedah


Pemeriksaan pra bedah (pre operative evaluation) Dr. Fachrul Jamal,SpAn.KIC Bagian Anestesiologi & UPI
Fakultas kedokteran Universitas Syiah Kuala, NAD ³ THE AIM OF…

Anestesi Persiapan Pra Bedah


Anestesi Persiapan Pra Bedah Persiapan Diri Anestetis Perawat anestesi harus sehat fisik dan psikis, memiliki
pengetahuan dan keterampilan anestesi yang memadai serta memiliki…

Persiapan Pra Bedah

Bedah persiapan
Bedah persiapan: anestesi & hemostasis KENNETH M. Hargreaves & AsMa KHAN Kontrol intra-operatif dari rasa
sakit dan perdarahan merupakan faktor penting yang diperlukan…
Persiapan Pra
Persiapan Pra-Bedah pada Lansia Persiapan pra bedah penting sekali untuk memperkecil resiko operasi karena hasil
akhir suatu pembedahan sangat tergantung pada penilaian keadaan…

persiapan ruangan bedah


Persiapan Ruangan Karena semua pasien yang terinfeksi tidak bisa dengan mudah diidentifikasi, baik secara
historik, pemeriksaan fisik, maupun laboratorium, maka pencegahan…

Resume Persiapan Bedah


1. Persiapan Pasien Prabedah 1.1.Definisi Persiapan prabedah merupakan persiapan dan pengelolaan pasien sebelum
operasi. Hal ini mencakup baik persiapan fisik maupun psikologis.…

Persiapan bedah katarak


Persiapan bedah katarak: Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti: Gula darah Hb, Leukosit, masa perdarahan,
masa pembekuan Tekanan darah Elektrokardiografi Jika akan…
PERSIAPAN PRA BEDAH.docx
PERSIAPAN PRA BEDAH Penilaian dan pengelolaan pra bedah telah berkembang sebagai bagian dari peranan
dokter anestesiologi di luar kamar operasi. Sasaran dari evaluasi pra…

Pra Bedah Risnawati


RISNAWATI 9926115371 IIA KEPERAWATAN SMK KESEHATAN MEGA REZKY MAKASSAR 2008 / 2009
KATA PENGANTAR Tiada kata yang paling indah serta mulia diucapkan hanyalah memuji syukur…

Anestesi-Pemeriksaan pra bedah


PEMERIKSAAN PRA BEDAH Dr. H. J. LALENOH, SpAn General Anestesia TRIAS : = Sedatif = Analgetik =
Supresi Refleks Tindakan Anestesia Pemeriksaan Pra Bedah / Pra Anestesia PEMBEDAHAN…

Edisi khusus pra ospek persiapan display ukm


1. EXPEDISI EDISI KHUSUS PRA OSPEK UNY 2014M E M B A N G U N B U D A Y A K R I T I SPanitia
Display UKM 2014 memberikan pengarahan formasi gerakan kepada para peserta latihan…

Asuhan Pda Pasien Pra Dan Pasca Bedah


KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya, meskipun ada berbagai kendala…
Pemakaian antibiotika pra bedah pada fraktur terbuka
1. PEMAKAIAN ANTIBIOTIKAPEMAKAIAN ANTIBIOTIKAPRA BEDAH PADAPRA BEDAH
PADAFRAKTUR TERBUKAFRAKTUR TERBUKAOlehOlehDr.Azharuddin,SpBO-K.Spine
FICSDr.Azharuddin,SpBO-K.Spine FICSDivisi…

Menurunkankan Prosentase Ketidaklengkapan Form Pra Bedah


MENURUNKAN PROSENTASE KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN FORM PRA BEDAH: SIO DI
MEDICAL CENTRE DARI 72,5% MENJADI 32,5% Disusun Oleh : Anna Ernawati Desy Sasmiwati Dian
Rachmawati…

PERSIAPAN .
PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN BACTERI Bacteri dapat diperoleh dari manusia misal : - Rongga mulut -
Sela2 gigi - Sampah - Sisa makanan yang basi Biasanya kita mengadakan pemiaraan…

BEDAH
OBSTRUKSI USUS Disebut juga sindroma obstruksi usus : Ileus Sindroma : sekumpulan gejala, terdiri dari : 1.
Kegagalan defekasi / platus 2. Kembung abdomen = pengumpulan udara…
bedah
Daftar pustaka 1. http://www.Files-of-DrsMed.tk 2. http://ilmubedah.info/ileus-obstruksi-anatomi-etiologi-
insidenpatofisiologi-klasifikasi-20110218.html 3. http://ilmubedah.info/ikterus-obstruksi-diagnosis-
penatalaksanaan20110204.html…

bedah
ca tiroid

BEDAH
BAB I PENDAHULUAN Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan…

View more

Subscribe to our Newsletter for latest news.


NEWLETTER
We built a platform for members to share documents and knowledge.
And we are not related to any other website. (Our website list)
About Terms DMCA Contact

STARTUP - SHARE TO SUCCESS

Anda mungkin juga menyukai