Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR BURST ABDOMEN

A. Anatomi dan Fisiologi Abdomen

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan


meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen
dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga
sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan
lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di
bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua
sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di
bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum.

Gambar 2.1. Bagian rongga abdomen


Keterangan :
1. Hipokhondriak kanan
2. Epigastrik
3. Hipokhondriak kiri
4. Lumbal kanan
5. Pusar (umbilikus)
6. Lumbal kiri
7. Ilium kanan
8. Hipogastrik
9. Ilium kiri
Abdomen adalah suatu rongga yang dilapisi oleh lapisan peritoneum baik
organ maupun dindingnya. Lapisan peritoneum yang melapisi rongga
abdomen disebut peritoneum parietal dan yang melapisi semua organ dalam
abdomen di sebut peritoneum visceral. Sebagian besar isi dari rongga
abdomen adalah :
1. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian
yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung terletak di sebelah atas kiri
abdomen, fundus lambung mencapai ketinggian ruang interkostal (antar
iga) kelima kiri.
Gambar 2.2. Lambung

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara


ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida
(HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir
melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam
klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein.

2. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta.
Gambar 2.3. Usus halus

Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Merupakan bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas
jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari
merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya
oleh selaput peritoneum. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
b. Usus Kosong (Jejenum)
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam
usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus.
c. Usus Penyerapan (Illeum)
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4
m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.

3. Usus Besar
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri),
kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Gambar 2.4. Usus Besar

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna


beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

4. Hati
Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas
dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma.

Gambar 2.5. Hati


Fungsi hati adalah:
a. Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai
pengaruhnya atas makanan dan darah.
b. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai pengantar
matabolisme.
c. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.
d. Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.
e. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.
f. Hati sebagai penghancur sel darah merah.
g. Membuat sebagian besar dari protein plasma.
h. Membersihkan bilirubin dari darah

5. Kantung Empedu
Kantung empedu adalah sebuah kantung berbentuk terong dan merupakan
membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah
permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya. Panjangnya 8-12
cm. Kantung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.
Fungsi kangtung empedu adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat
Gambar.2.6 Kantung Empedu

6. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki fungsi
utama yakni untuk menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin dan glukagon. Kelenjar pankreas terletak
pada bagian belakang lambung dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari), strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah.
Jaringan pancreas terdiri atas lobula dari sel sekretori yang tersusun
mengitari saluran-saluran halus.
Gambar 2.7. Pankreas

Panjangnya kira-kira 15 cm dan mengandung sekumpulan sel yang disebut


kepulauan Langerhans. Pulau Langerhans, terdiri dari dua macam sel yaitu
alfa dan beta. Tiap pankreas mengandung lebih kurang 100.000 pulau
Langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Sel beta memproduksi
insulin sedangkan sel-sel alfa memproduksi glukagon.

7. Ginjal
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding
abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12
hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena
besarnya lobus hepar.
Gambar 2.8. Ginjal

Ginjal dibungkus oleh tiga lapis yaitu yang terdalam adalah kapsula
renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar
adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung
dari trauma dan memfiksasi ginjal. Ginjal menjalankan fungsi yang vital
sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan
dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.

8. Limpa
Limpa merupakan organ RES (Reticuloendothelial system) yg terletak di
cavum abdomen pada regio hipokondrium/ hipokondriaka sinistra. Limpa
terletak sepanjang costa IX, X, dan XI sinistra dan ekstremitas inferiornya
berjalan ke depan sampai sejauh linea aksillaris media.

Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :


a. Dua facies yaitu facies diafragmatika dan visceralis.
b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior
Fungsi limpa adalah :
a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk
homoglobin dan zat besi bebas.

Gambar 2.9 Limpa

Gambar 2.10 Otot dinding abdomen

B. Definisi Burst Abdomen

Laparotomi merupakan suatu proses insisi bedah kedalam rongga


abdomen yang dilakukan dengan berbagai indikasi seperti trauma abdomen,
penanganan obstetric (sectio saesaria) infeksi pada rongga abdomen,
perdarahan saluran cerna, sumbatan pada usus halus dan usus besar serta
masa pada abdomen tindakan laparotomi dapat menimbulkan berbagai
komplikasi pasca bedah antara lain gangguan perfusi jaringan, infeksi pada
luka yang menyebabkan buruknya integritas kulit serta terjadinya burst
abdomen.
Burst abdomen juga dikenal sebagai abdominal wound dehiscence
atau luka operasi terbuka, didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai
terbukanya sebagian atau seluruh luka operasi yang disertai protusi atau
keluarnya isi rongga abdomen. Keadaan ini sebagai akibat kegagalan proses
penyembuhan luka operasi. Wound dehiscence merupakan komplikasi
pertama dari pembedahan abdominal. Insidennya sekitar 0,2% sampai dengan
0,6% dengan angka mortalitas cukup tinggi, mencapai 10% sampai dengan
40%, disebabkan penyembuhan luka operasi yang inadekuat (Baxter, 2003).
Terjadinya wound dehiscence dengan berbagai kondisi seperti anemia,
hipoalbumin, malnutrisi, keganasan, obesitas dan diabetes, usia lanjut,
prosedur pembedahan spesifik seperti pembedahan pada kolon atau
laparotomi emergency. Wound dehiscence dapat juga terjadi karena
perawatan luka yang tidak adekuat serta faktor mekanik seperti batuk batuk
yang berlebihan, ileus obstruktif dan hematoma serta teknik operasi yang
kurang baik.

C. Klasifikasi Burst Abdomen

Menurut Theodore (1999), klasifikasi dari burst abdomen adalah sebagai


berikut :
 Kontusio dinding abdomen
Disebabkan oleh trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen
tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis
atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
 Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ.

D. Etiologi Burst Abdomen


Terjadinya burst abdomen dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor risiko
akan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu faktor pre-operative, operative,
dan post-operative (British Medical Journal:1966).
 Pre operasi
1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Anemia
4. Hippoproteinemia
5. Defisiensi vitamin C
6. Kortikosteroid
7. Merokok
8. Hypoalbuminanemia (serum albumin <3 mg%)
9. Operasi yang bersifat emergensi
10. Diabetes (GDP>140 mg/dl atau GDA>200 mg/dl)

E. Manifestasi Klinis Burst Abdomen


1. Luka yang dehiscence yang ditunjukkan pada 7-14 hari setelah operasi
2. Nyeri yang sangat bahkan sampai meledak-ledak
3. Batuk yang berat disertai muntah-muntah
4. Adanya serosa kekuning- kuningan yang keluar dari luka
5. Perut yang distended (membesar dan tegang) yang menandai adanya
infeksi di daerah tersebut
6. Keluar cairan merah pada bekas jahitan atau bahkan keluar nanah
7. Luka jahitan menjadi lembek dan merah (hiperemi)
8. Keadaan umum pasien juga menurun ditandai dengan wajah tampak
anemis dan pasien tampak sangat kesakitan

F. Patofisiologi Burst Abdomen


Setiap kelainan yang meningkatkan tekanan dalam rongga perut dapat
menimbulkan hipertensi intra-abdomen. Dalam beberapa situasi, seperti
pancreatitis akut atau pecahnya aneurisma aorta abdominal. Obstruksi
mekanis usus halus, dan pembesaran abdomen bisa menimbulkan
hipertensi intra-abdomen. Namun, trauma tumpul abdomen dengan
pendarahan intra-abdomen dari lienalis, hati, dan cedera mesenterika
adalah penyebab paling umum dari hipertensi intra-abdomen. Pembedahan
perut dengan tujuan untuk mengendalikan pendarahan juga dapat
meningkatkan tekanan dalam ruang peritoneal. Distensi usus, sebagai
akibat dari syok hipovolemik dan perpindahan volume yang besar,
merupakan penyebab penting hipertensi intra-abdomen, dan selanjutnya
mengakibatkan ACS, pada pasien trauma.
Pada kondisi syok, vasokonstriksi dimediasi oleh sistem saraf simpatik
mengakibatkan kurangnya suplai darah ke kulit, otot, ginjal, dan saluran
pencernaan, hal ini bertujuan untuk menyuplai jantung dan otak.
Redistribusi darah dari usus menghasilkan hipoksia seluler di jaringan
usus. Hipoksia ini berhubungan dengan 3 bagian penting dari
perkembangan kompensasi positif yang mencirikan pathogenesis
hipertensi intra-abdomen dan perkembangannya menjadi ACS:
1. Pelepasan sitokin
2. Pembentukan oksigen radikal bebas
3. Penurunan produksi adenosin trifosfat pada sel
Sebagai respon terhadap jaringan yang mengalami hipoksia, maka
sitokin dilepaskan. Molekul-molekul ini meningkatkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas kapiler, yang mengarah pada terjadinya
edema. Setalah seluler mengalami re-perfusi, oksigen radikal bebas
dihasilkan. Agen ini mempunyai efek toksik pada membrane sel yang
kondisinya diperparah oleh adanya sitokin, yang merangsang pelepasan
radikal lebih banyak lagi. Selain itu, kurangnya penghantaran oksigen ke
jaringan yang mengalami keterbatasan produksi adenosine trifospat dan
penurunan persediaan dari adenosine trifosfat ini tergantung pada aktifitas
selular. Yang terkenadampak adalah pompa natrium-kalium. Efisien fungsi
pompa sangat penting untuk peraturan intraseluler elektrolit. Ketika
pompa gagal, terjadi kebocoran natrium kedalam sel sehingga menarik air.
Sehingga sel membengkak, selaput kehilangan integritas, menumpahkan
isi intraselular ke lingkungan ekstraselulardan lebih jauh mengakibatkan
inflamasi (peradangan). Peradangan dengan cepat mengarah pada
pembentukan edema, sebagai akibat dari kebocoran kapiler, dan jaringan
yang semakin membengkak di usus akibat semakin meningkatnya tekakan
intra-abdomen. Pada awal tekanan, perfusi usus terganggu, dan siklus
hipoksia selular, kematian sel, peradangan, dan edema terus berlanjut.

G. Pemeriksaan Diagnostik Burst Abdomen


1. Sinar X Abdomen
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam
usus atau obstruksi usus.
2. Laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui resiko yang dapat
memperparah penyakit. Pemeriksaan laboratorium ini meliputi
pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah.
3. CT scan atau MRI
Untuk mendiagnosa kelainan-kelainan yang terdapat dalam tubuh
manusia, juga sebagai evaluasi terhadap tindakan atau operasi maupun
terapi yang akan dilakukan terhadap pasien
4. Tes BGA
Hemoglobin, serum protein, gula darah, serum kreatinin, dan urea.
Hitung darah lengkap dan serum elekrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putuh, dan ketidakseimbangan elektrolit.

H. Penatalaksanaan Burst Abdomen


Pada burst abdomen, teknik jahitan ulangan tidak seluruhnya
dilakukan. Dalam perencanaan jahitan ulangan perlu dilakukan
pemeriksaan yang baik seperti laboratorium lengkap dan foto thoraks.
Penatalaksanaan penderita dengan luka operasi terbuka tergantung pada
keadaan umum penderita yang mana dibedakan atas penanganan operatif
dan nonoperatif.
1. Penatalaksanaan Operatif
Tindakan awal yang dilakukan adalah eksplorasi melalui luka jahitan
secara hati-hati dan memperlebar sayatan jahitan kemudian
mengidentifikasi sumber terjadinya burst abdomen. Tindakan eksplorasi
dilakukan dalam 48-72 jam sejak diagnosis burst abdomen ditegakkan.
Teknik yang sering digunakan adalah dengan melepas jahitan lama dan
menjahit kembali lukaoperasi dengan cara satu lapisan sekaligus.
Penjahitan ulang luka operasi dilakukan secara dalam, yaitu dengan
menjahit seluruh lapisan abdomen menjadi satu lapis.
2. Penatalaksanaan Non-operatif
Penatalaksanaan nonoperatif diberikan kepada penderita yang sangat
tidak stabil dan tidak mengalami eviserasi. Hal ini dilakukan dengan
penderita berbaring di tempat tidur dan menutup luka operasi dengan
kassa steril atau pakaian khusus steril.

I. Komplikasi Burst Abdomen

1. Perdarahan di sekitar daerah jahitan


2. Peritonitis (infeksi ke seluruh dinding usus)
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput
tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah
dalam.
3. Infeksi luka bedah
Infeksi Luka Operasi ( ILO )/Infeksi Tempat Pembedahan
(ITP)/Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka operasi atau
organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam kurun 1
tahun
PRE apabila terdapat implant. OPERASI
OPERASI POST OPERASI

Batuk, Merokok, Anemia, Tipe insisi, Jahitan luka, Batuk, Distensi abdomen,
Hypoalbumin, Usia Bahan jahitan, Teknik Kebocoran usus, Infeksi,
penutupan laparatomi Hematoma
PATHWAY
Anemia
Tipe insisi Batuk
Penurunan Hb
Penekanan Intra Abdomen
Midline incision
Suplay oksigen ke
Ketegangan pada luka
jaringan menurun Titik lemah abdomen

Menekan jahitan pada


Memperlambat proses
dinding abdomen
penyembuhan luka
Jahitan terbuka

BURST ABDOMEN

Kerusakan jaringan Suplai Oksigen ke Peningkatan intra Luka post operasi


usus berkurang abdomen
Post de entri kuman
Gg. Perfusi di usus Menghambat relaksasi
Dekontinuitas jaringan
diafragma Kuman mudah masuk
Hipoksia sel
Respon tubuh
Suplai oksigen ↓ Jaringan tubuh terinfeksi
Lemas
Timbul nyeri pada luka
Nafsu makan ↓ Sesak Timbul luka

MK : Nyeri
Intake makanan ↓ MK : Pola Pertahanan tubuh
nafas tidak berespon : Inflamasi
Nutrisi tidak adekuat
efektif

MK : Ketidakseimbangan Suhu tubuh naik


nutrisi kurang dari kebutuhan
MK: Hipertermi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Burst Abdomen


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tanggal dan alasan MRS.
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien burst abdomen adalah nyeri
pada daerah sekitar luka operasi di perut akibat membukanya luka bekas
operasi atau akibat perut distended dikarenakan adanya infeksi
c. Riwayat Penyakit sekarang
Mengkaji perjalanan penyakit pasien saat ini dari awal gejala muncul dan
penanganan yang telah dilakukan hingga saat dilakukan pengkajian.
Menguraikan jenis insisi bedah pada klien.
d. Riwayat Penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah pasien mempunyai riwayat penyakit yang
berhubungan dengan burst abdomen. Seperti anemia, DM,
hipoproteinemia, defesiensi vitamin C, hipoalbumin, dan lain-lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang memiliki gejala penyakit
yang sama seperti pasien.
f. Pola Kebiasaan:
1) Pola Nutrisi : biasanya nafsu makan pasien menurun karena rasa
nyaman saat makan terganggu akibat nyeri yang dirasakan, serta status
nutrisi jelek.
2) Pola Tidur/ Istirahat : pasien tidak dapat tidur nyenyak akibat nyeri
yang dirasakan.
3) Pola aktivitas : aktivitas pasien dan pergerakan pasien burst abdomen
terbatas.
4) Pola eliminasi : biasanya tidak ditemukan gangguan eliminasi pada
pasien burst abdomen.
5) Pola koping : koping individu maupun keluarga dalam mengatasi burst
abdomen
6) Konsep diri : keadaan psikososial pasien terhadap burst abdomen yang
dialaminya seperti ansietas akibat kurang pengetahuan terhadap proses
penyakit
g. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath) :
Terdapat RR yang meningkat
2) B2 (Blood) :
Jika terjadi pendarahan bisa timbul tekanan darah menurun, nadi
meningkat namun lemah, akral teraba basah, pucat dan dingin serta
takikardia.
3) B3 (Brain) :-
4) B4 (Bladder) :-
5) B5 (Bowel) :
Nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah, bibir kering.
Dilanjutkan dengan memeriksa bagian perut dimulai dengan :
- Inspeksi : adakah pembesaran abdomen, peregangan atau
tonjolan dan apakah ada distensi abdomen. Pada pasien
hipertermi luka post operasi biasanya sedikit bengkak an
terdapat rembesan darah.
- Palpasi : pada permukaan perut untuk menilai kekuatan otot-otot
perut, nyeri  2 cm pada sekitar luka
- Perkusi : normal atau tidak normal
- Auskultasi : bising usus normal
6) B6 (Bone) :
Lemah, turgor jelek
h. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Hematologi) :
1. Hemoglobin< dari 13-18 gr / dl ( turun )
2. Leukosit> 3,8 – 10,6 ribu mm3 (meningkat )
3. Hematokrit< dari 40-52%
4. Trombosit normal 150 – 440 ribu mm3
5. Albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan nyeri
3. Hyperthermia (00007) berhubungan dengan adanya peningkatan laju
metabolisme akibat respon inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan nyeri abdomen
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses invasive pada
abdomen
3. Intervensi Keperawatan

Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cidera fisik


Definition: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenagkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarklan
dalam hal kerusakan
Domain 12. Comfort
Class 2. Physical comfort
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Pain Management (1400)
keperawatan selama 1x24 jam nyeri 1. Lakukan penilaian yang komprehensif
klien dapat berkurang, dengan terhadap nyeri termasuk lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, onset / durasi, frekuensi,
Pain Control (1605) kualitas, intensitas atau keparahan nyeri,
1. Mengenali timbulnya nyeri dan faktor pencetus
2. Amati isyarat nonverbal dari
(160502)
2. Menjelaskan faktor penyebab ketidaknyamanan, terutama pada mereka
(160501) yang tidak dapat berkomunikasi secara
3. Melaporkan nyeri yang
efektif
terkontrol (160511) 3. Menentukan dampak dari pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup (Misalnya,
tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi,
suasana hati, hubungan, kinerja kerja, dan
peran tanggung jawab)
4. Membantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan memberikan dukungan
5. Mengurangi atau menghilangkan faktor-
faktor yang memicu atau meningkatkan
pengalaman nyeri (misalnya, takut,
kelelahan, monoton, dan kurangnya
pengetahuan)
6. Pilih dan menerapkan berbagai langkah-
langkah (mis, farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal) untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
8. Berkolaborasi dengan pasien dan
kesehatan profesional lainnya untuk
memilih dan menerapkan tindakan
nonfarmakologi penghilang nyeri, yang
sesuai
9. Memberikan pasien yang mengalami
nyeri yang optimal dengan analgesik
yang diresepkan
10. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya, hipnotis,
relaksasi, terapi musik, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupresur, terapi
kompres panas / dingin, dan pijat)
sebelum, sesudah, dan, jika mungkin,
selama terjadinya nyeri .

Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan nyeri


Definition: Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Domain 4. Activity/Rest
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses

NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Respiratory Status (3350)
selama 1x24 jam pola nafas klien 1. Memantau kecepatan, irama,
dapat kembali normal, dengan kriteria kedalaman, dan upaya pernapasan
2. Memantau pola pernapasan (mis,
hasil:
bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
Respiratory Status (0415)
Cheyne-Stokes pernapasan, apneustic)
1. Respiratory rate (041501) 3. Memantau saturasi oksigen
2. Irama pernapasan (041502) 4. Pantau adanya kelelahan otot
3. Kedalaman inspirasi (041503)
diafragma, seperti ditunjukkan oleh
4. Saturasi Oksigen (041508)
5. Sesak saat istirahat (041514) gerak paradoks
5. Lakukan auskultasi bunyi nafas,
mencatat daerah menurun atau tidak
ada ventilasi dan adanya bunyi
adventif
6. Pantau adanya dyspnea dan keadaan
yang meningkatkan dan memperburuk
pernapasan
7. Lakukan pengobatan terapi
pernapasan (misalnya, nebulizer),
sesuai yang dibutuhkan

Hyperthermia (00007) berhubungan dengan adanya peningkatan laju metabolisme


akibat respon inflamasi
Definition : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal suhu tiubuh
Domain 11. Safety/protection
Class 6. Thermoregulation
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Hyperthermia Treatment (3786)
selama 1x24 jam suhu badan klien 1. Memantau tanda-tanda vital
2. Mendapatkan nilai laboratorium untuk
normal, dengan kriteria hasil:
elektrolit serum, urinalisis, enzim
Risk Control: Hyperthermia (1922)
jantung, enzim hati, dan hitung darah
1. Mengidentifikasi faktor risiko
lengkap
hipertermia
3. Pantau komplikasi (misalnya,
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala
gangguan ginjal, ketidakseimbangan
hiperthermi
3. Mengidentifikasi kondisi asam-basa)
4. Beritahu pasien pada tanda-tanda awal
kesehatan yang mempercepat
dan gejala penyakit yang berhubungan
peningkatan suhu
dengan panas

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan


dengan nyeri abdomen
Definition: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management (1100)
selama 1x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria kemampuan untuk memenuhi
hasil: 613 kebutuhan nutrisi
2. Mengidentifikasi alergi makanan pada
Nutritional Status (1004)
klien atau intoleransi terhadap
1. Asupan nutrisi
2. Asupan makanan makanan
3. Monitor asupan kalori dan diet
4. Monitor pola penurunan atau
peningkatan berat badan klien

Kerusakan integritas NOC NIC :


 Tissue Pressure ulcer prevention
jaringan
Integrity : skin
Definisi : kerusakan and mucous wound care
 Wound healing :  Anjurkan pasien untuk
jaringan membrane
primary and menggunakan pakaian
mukosa, kornea,
secondaruy yang longgar
integument, atau
 Jaga kulit agar tetap
intention
subkutan
Kriteria Hasil : kering dan bersih
 Perfusi jaringan  Monitor kulit akan
normal adaya kemerahan
 Tidak ada  Observasi luka : lokasi,
tanda-tanda dimensi, kedalaman
infeksi luka, jaringan nekrotik,
 Ketebalan dan
tanda-tanda infeksi
tekstur jaringan
local, formasi traktus
normal  Lakukan tekhnik
 Menunjukan
perawatan luka dengan
pemahaman
steril
dalam proses  Monitor aktivitas dan
perbaikan kulit mobilisasi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Airlangga, Saktya. 2011. Asuhan keperawatan pada burst abdomen.


http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/27/asuhan-keperawatan-
burst-abdomen/. (diakses pada tanggal 4 Juli 2019)

Brunner & Suddarth. 1997. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Kumalasari, Arief Mutaqqin. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba


Medika

Novell, Richard (et.al.). 2013. Kirk’s General Surgical Operations: Sixth Edition.
China: Churchill Livingstone Elsevier. https://books.google.co.id/books?
id=XKhUglrLFvsC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
(diakses pada tanggal 4 Juli 2019).

Soni, Pradeep (et.al.). 2015. Burst Abdomen: A Post-operative Morbidity.


International Journal of Scientific Study. 10.17354/ijss/2015/417.
http://www.ijss-sn.com/uploads/2/0/1/5/20153321/ijss_sep_oa38_2015.pdf
(diakses pada tanggal 4 juli 2019).

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Dagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Penerbt Mediaction
Jogja.

Anda mungkin juga menyukai