Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1

KOMPAS DAN SUDUT LERENG

tugas mata kuliah


PERPETAN
Dosen Pengampu: devry hernawan SN,S.T

Disusun Oleh:

SYUKRON MAHARESTU (2016310010)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN PENDIDIKAN PRABUMULIH
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak para ahli kartografi memberikan pendapat secara sederhana tentang pengertian
peta, yaitu gambaran konvensional dari permukaan bumi yang dilukiskan dengan skala
tertentu dan digambarkan pada bidang datar jika dilihat dari atas.Pengertian tersebut
mengandung arti yang luas sekali sebab permukaan bumi memiliki bentuk yang bermacam-
macam.
Jika kita membicarakan permukaan bumi, berarti kita membicarakan segala bentuk
kenampakan yang ada di permukaan bumi, baik berupa gunung, pegunungan, bukit, sungai,
laut, selat, danau, kota, jalan, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk kenampakan bumi juga mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Bentuk
yang luas perlu digambar secara luas, sedangkan bentuk yang sempit digambar secara
sempit.Dengan demikian, dibutuhkan adanya skala.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Kompas adalah alat penunjuk arah yang bekerja berdasarkan gaya medan magnet. Pada
kompas selalu terdapat sebuah magnet sebagai komponen utamanya. Magnet tersebut biasanya
berbentuk sebuah jarum penunjuk. Saat magnet penunjuk tersebut berada dalam keadaan bebas,
maka akan mengarah ke utara-selatan magnet bumi. Inilah yang dijadikan dasar dalam
pembuatan kompas dan alat navigasi berbasis medan magnet yang lain.
Umumnya kompas terdiri dari tiga komponen kompas, yaitu badan kompas, jarum magnet,
dan skala arah mata angin. Badan kompas berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung
komponen utama kompas. Jarum magnet dipasang sedemikian rupa agar bisa berputar bebas
secara horizontal. Skala penunjuk umumnya berupa lingkaran 360° dan arah mata angin.
Dalam pembahasan kali ini kita akan memahami mengenai fungsi, penggunaan, sejarah
perkembangan, jenis-jenis dan cara menentukan deklinasi kompas.
a. Fungsi dan Penggunaan Kompas Magnetik
Kompas merupakan alat navigasi berupa panah penunjuk magnetis yang menyesuaikan
dirinya dengan medan magnet bumi untuk menunjukkan arah mata angin.[1] Kompas bekerja
berdasarkan medan magnet. Oleh karena itu maka jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-
selatan magnetis.
Fungsi dan kegunaan kompas diantaranya adalah untuk mencari arah utara magnetis dan
mengukur besarnya sudut peta.[2]
Arah mata angin yang dapat ditentukan kompas, diantaranya adalah utara (North), barat
(West), timur (East), selatan (South), barat laut (North West), timur laut (North East), barat daya
(South West), dan juga tenggara (South East).
Penggunaan kompas ini perlu dijauhkan dari benda-benda logam, pisau, karabiner, jam
tangan, dll karena dapat mempengaruhi jarum kompas sehingga tidak menunjukkah arah utara
sejati bumi.

3
Bagian-bagian penting kompas diantaranya adalah
1. Dial adalah permukaan kompas dimana tertera angka derajat dan huruf mata angin.
2. Visir adalah lubang dengan kawat halus untuk membidik sasaran.
3. Kaca pembesar, digunakan untuk melihat derajat kompas.
4. Jarum penunjuk adalah alat yang menunjuk utara selatan magnet, biasanya berwarna merah dan
hitam.
5. Tutup Dial dengan dua garis bersudut 45º yang dapat diputar.
6. Alat penyangkut adalah tempat ibu jari untuk menopang.
Sedangkan cara untuk menggunakan kompas adalah :[4]
1. Letakkan kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum kompas tidak bergerak maka
jarum tersebut akan menunjukkan utara magnet.
2. Bidik sasaran melalui visir, melalui celah pada kaca pembesar, setelah itu miringkan kaca
pembesar kira-kira bersudut 50º dengan kaca dial. Kaca pembesar tersebut berfungsi membidik
sasaran dan mengintai derajat kompas pada dial.
3. Apabila visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan garis yang
terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah terlihat melalui
kaca pembesar.
4. Apabila sasaran bidik 40º, maka bidiklah ke arah 40º. Sebelum menuju sasaran, tetapkan
terlebih dahulu titik sasaran sepanjang jalur 40º. Carilah sebuah benda yang menonjol atau tinggi
diantara benda lain disekitarnya, sebab rute ke 40º tidak selalu datar.
b. Sejarah Perkembangan Kompas
Pada ranah sejarahnya, Howard R. Turner menyatakan bahwa pada sekitar abad ke 14 M,
kaum muslimin pembuat peralatan di zaman Utsmani mulai membuat variasi dari alat-alat yang
menggabungkan jam matahari berukuran kecil dengan kompas magnetik dan sebuah diagram
atau peta yang menunjukkan arah Makkah dari berbagai kota.[5] Lanjut daripada itu, alat ini pun
kemudian berkembang menjadi penunjuk kiblat ukuran saku yang menunjukkan penggunanya
untuk menentukan arah Makkah di suatu area yang luas.
Pada awal perkembangannya, kompas mempunyai pembagian arah mata angin sebanyak
32 buah dengan garis pembagian 0º sampai 360º. Pembagian ini dinamakan compass rose,
dimana pada tanda arah-arahnya memiliki nama-nama tersendiri. Replika kompas ini dibuat
oleh Jorge de Aguiar pada tahun 1492 M. Kini, seiring berjalannya waktu, kompas hanya
menggunakan 8 tanda arah seperti yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya.
4
c. Jenis-jenis kompas
Jenis-jenis kompas yang beredar di masyarakat sangatlah beragam. Ada kompas yang
digunakan navigasi darat, yaitu kompas bidik dan kompasorienteering. Kompas bidik, misalnya
prisma, dapat dengan mudah digunakan untuk membidik, akan tetapi dalam pembacaan di peta
perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris. Sedangkan kompas orienteering, misalnya
kompas silva, kurang akurat jika dipakai untuk membidik, akan tetapi kompas ini banyak
membantu dalam pembacaan, perhitungan di peta, untuk pergerakan dan kemudahan ploting
peta.
Ada pula kompas magnetik yang digunakan untuk keperluan memandu arah mata angin,
yang mana sistem kerja kompas ini berdasarkan kekuatan magnet bumi yang membuat jarum
magnet selalu menunjuk ke arah utara dan selatan. Kompas magnetik yang memiliki ketelitian
cukup tinggi ini diantaranya adalah jenis Suunto, Forestry Compass DQL-1, Brunton, Marine,
Silva, leica, Furuno, dan Magellan.
Kelemahan pada kompas magnetik ini (terutama jenis militarry Compass) adalah begitu
mudah terpengaruh oleh benda-benda yang bermuatan logam, dan juga sangat dipengaruhi oleh
medan magnetik lokal dan deklinasi magnetik secara global. Berbeda dengan jenis kompas
magnetik yang beredar di khalayak ramai, ada pula kompas yang menggunakan sistem digital
seperti yang terdapat di GPS (Global Positioning System) yang bisa kita gunakan untuk
mendapatkan data utara secara akurat.[6]
Banyak juga kompas yang beredar di masyarakat dalam bentuk yang terdapat dalam
sajadah, gantungan kunci, atau dalam bentuk lain yang merupakan modifikasi dari alat untuk
memperkirakan arah. Kompas jenis ini sangat riskan digunakan karena jam magnetisnya
bergerak dalam waktu yang cukup lama yang menandakan arahnya kurang akurat.[7]
d. Menentukan Deklinasi Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah mata angin dengan menggunakan jarum jam yang
terdapat padanya.[8] Jarum jam kompas ini terbuat dari logam magnetis yang dipasang
sedemikian rupa sehingga bisa bergerak secara otomatis untuk menunjukkan arah utara. hanya
saja arah utara yang ditunjukkan olehnya bukan arah utara sejati (titik kutub utara), sehingga
untuk mendapatkan arah utara sejati perlu perhitungan ulang(koreksi terhadap kompas arah yang
ditunjukkan oleh jarum kompas.
Dalam praktek pengukuran arah kiblat, kompas seringkali digunakan di lapangan. Tapi
kenyataanya, kompas kurang bisa memberikan hasil maksimal atau kurang akurat. Arah yang
ditunjukkan oleh kompas tidak selalu tepat menunjuk ke arah utara sejati (True North). Ini

5
dikarenakan jarum kompas selalu mengikuti arah medan magnet bumi tidak selalu menunjukkan
arah utara sebenarnya karena kompleksnya pengaruh yang ada di permukaan bumi.
Kutub magnet utara (magnetic north) memiliki selisih (jarak) dengan kutub utara sejati
yang besaranya berubah-ubah. Selisih itu disebut Variasi Magnet (Magnetic variation) atau
disebut juga Deklinasi Magnetis (Magnetic Declination). Nilai variasi ini selalu berbeda di setiap
waktu dan tempat. Sebagai contoh di Indonesia, variasi magnet rata rata berkisar antara -1°
sampai dengan 4.5°. Selain itu, sering kali terjadi deviasi (kesalahan dalam membaca jarum
kompas yang disebabkan oleh pengaruh benda benda di sekitar kompas), misalnya besi, baja,
mesin atau alat-alat elektronik (HP, MP3 player, dsb). Oleh karena itu, kompas dinilai kurang
akurat bila digunakan dalam menentukan arah utara sejati. Arah utara yang digunakan dalam
penentuan arah kiblat adalah arah utara sejati (True North) bukan arah utara magnet bumi
(Magnetic North).
Adapun cara mengoreksi deklinasi kompas sebagai berikut:
a. Siapkan kompas yang masih dalam keadaan baik.
b. Lakukan koreksi deklinasi magnetik, bisa dihitung dengansoftware atau dengan peta deklinasi
magnetic, koreksikan deklinasi magnetik dengan cara menambahkanya pada hasil perhitungan
arah kiblat.
c. Cari tempat yang benar-benar datar dan letakkan kompas di atasnya.
d. Baca arah kompas sesuai dengan nilai arah setelah di koreksi deklinasi magnetiknya.
Menentukan arah utara dengan menggunakan kompas, memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya:[9]
1. Kompas hanya membantu kita untuk mengetahui arah Kutub Utara atau Selatan magnet
(magnetic North).
2. Terdapat selisih (jarak) antara (magnetic North) dengan (true North) yang besarnya berubah-
ubah seperti di Indonesia variasi magnet rata-rata berkisar -10 sampai dengan +4.50
3. Kompas sangat mudah terpengaruh medan magnet dan medan listrik lingkungan terdekat
sekitar seperti besi, baja, HP, MP3 dan sejenisnya.
e. Penentuan Arah Kiblat dengan Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah mata angin oleh jarum jam yang ada
padanya.[10] Jarum kompas terbuat dari logam magnetis yang dipasang sedemikian rupa
sehingga dengan mudah bergerak menunjukkan arah utara magnetis. Karena kompas berarah
pada utara magnetis, maka perlu dilakukan koresi deklinasi kompas terhadap arah jarum kompas
sehingga mendapatkan arah utara sejati (true north).

6
E mengukur besarnya sudut lereng

Besar persentase kemiringan lereng adalah salah satu informasi yang bisa didapat setelah
melihat dan menganalisa peta topografi. Pada umumnya peta topografi menggambarkan
bentuk muka bumi (relief) yang disertai dengan garis kontur yang menunjukan wilayah-
wilayah yang memiliki ketinggian sama dan sejumlah keterangan mengenai bentang
budaya (jalan,dll).

Berikut ini akan dijelaskan cara umum untuk menghitung persentase kemiringan lereng
pada peta topografi. Agar lebih jelas langsung saja masuk pada contoh yang akan
menggunakan peta topografi di bawah ini.

Pada peta diatas hanya termuat garis kontur dan interval konturnya 25 meter dan tidak ada
keterangan skala (Interval konturnya itu yang garis orange tebal). Jika interval
konturnya 25 meter maka garis berikut 50, 75, 100, 125, dst. Bagaimana cara
mengetahui besar presentase kemiringan lereng antara titik A dan titik B yang
ditunjukan pada peta diatas ? Simak ulasan berikut.
7
-) Cari skala petanya terlebih dahulu

Untuk mengetahui berapa skala peta dicari dengan rumus berikut :

Ci = 1/2000 x Penyebut Skala

Ci = 1/2000 x Penyebut Skala

25 = 1/2000 x Penyebut Skala

Penyebut Skala = 50.0000

Maka skala peta tersebut 1 : 50.0000 atau setiap 1 cm mewakili 500 m.-) Hitung jarak A
dan B

Jarak A dan B di peta 4 cm, maka jarak sebenarnya di lapangan adalah 2000 meter atau ± 2
Km.

-) Hitung beda tinggi

Tinggi A 125 mdpl dan tinggi B 25 mdpl (titik acuannya muka air laut), maka beda tinggi =
125 – 25 = 100 meter.

-) Hitung kemiringan lereng (S) :

*) Hitung kemiringan lereng (%) dengan rumus berikut :

S (%) = (Beda Tinggi / Jarak A ke B) x %

S = (100/ 2000) x %

S=5%

Maka kemiringan lerengnya 0,05%


*) Hitung Kemiringan lereng dalam derajat (0)
Tan α = beda tinggi/jarak A ke B
Tan α = 100/2000
Tan α = 0,05
α = 2,85 0 ( Pake kalkulator : Tekan SHIFT, TAN, 0,05, lalu tekan =. Pada kalkulator
tertentu pakai INV jika tidak ada SHIFT
Maka Sudut kemiringan lereng (α) = 2,850
8
9

Anda mungkin juga menyukai