Cari dua permasalahan masyarakat di salah satu kabupaten lokasi KKN.
a. Gambaran Umum Lokasi
Kabupaten Jepara merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota Jepara, dengan jaraktempuh ke Ibukota Provinsi sekitar 71 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan lebih kurang 2 jam. Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 100.413,189 ha (1.004,132 km) dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (2.3710,001 ha) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (12.311,588 ha). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering sebesar 74.122,133 ha (73,82%) dan sisanya merupakan tanah sawah 26.291,056 ha (26,28%). Wilayah Kabupaten Jepara juga mencakup luas lautan sebesar 1.845,6 km. Pada lautan tersebut terdapat daratan kepulauan sejumlah 29 pulau, dengan 5 pulau berpenghuni dan 24 pulau tidak berpenghuni. Wilayah kepuluan tersebut merupakan Kecamatan Karimunjawa yang berada digugusan Kepulauan Karimunjawa yakni, gugusan pulau-pulau yang ada di Laut Jawa dengan dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Data monografi desa mengungkapkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Karimunjawa pada tahun 2013 mencapai 9.018 jiwa dengan perbandingan antara jumlah laki-laki sebanyak 4.541 jiwa dan perempuan sebanyak 4.477 jiwa. Menurut kelompok umur Usia 10-14 tahun terdapat 867 jiwa dan kelompok umur usia 15-19 tahun terdapat 749 remaja serta kelompok umur usia 20- 24 tahun sebanyak 696 jiwa. b. Masalah 2 permasalahan masyarakat di Kabupaten Jepara antara lain adalah penyalahgunaan dextromethorphan dan perilaku seksual pranikah oleh remaja di Desa Karimunjawa, Kabupaten Jepara.. Penyalahgunaan dextromethorphan oleh remaja biasanya dikonsumsi secara langsung ataupun dicampur dengan obat-obatan untuk sakit kepala kemudian dicairkan. Efek overdosis dextromethorphan pada tubuh bisa berupa bicara kacau, gangguan berjalan, gampang tersinggung, berkeringat, dan bola mata berputar-putar (nistagmus). Perilaku seksual pranikah dilatarbelakangi oleh beberapa hal yaitu kurangnya pemahaman nilai-nilai agama, belum adanya pendidikan seks secara formal di sekolah, pengaruh teman, internet, dan lingkungan, penyebaran media pornografi melalui berbagai media, dan penggunaan NAPZA. c. Metode Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah psikoedukasi. Psikoedukasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman atau keterampilan sebagai usaha pencegahan atau meluasnya gangguan psikologis di suatu kelompok, komunitas atau masyarakat. Psikoedukasi merupakan pengembangan dan pemberian informasi dalam bentuk pendidikan masyarakat mengenai informasi yang berkaitan dengan psikologi populer/sederhana atau informasi lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikososial masyarakat. Dalam kasus penyalahgunaan dextromethorphan, upaya intervensi dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan melalui proses belajar sosial dari Albert Bandura dengan menggunakan metode Vicarious Reinforcement. Dengan metode ini, komunitas dapat mempelajari perilaku baru melalui pengamatan pada model sebagai panutan untuk belajar menerima konsekuensi atas perilaku yang diharapkan. Melalui proses pembelajaran ini diharapkan para remaja akan tergugah baik secara kognisi, afeksi, psikomotor (konatif), sehingga akan mengubah perilaku menjadi lebih baik, dalam arti para remaja akan menghindari dan menjauhi zat adiktif. Sedangkan untuk kasus perilaku seksual pranikah dapat menggunakan metode psikoedukasi dan pelatihan asertivitas. Psikoedukasi dan pelatihan asertivitas dapat membantu remaja meningkatkan pemahaman yang memadai tentang perilaku asertif dan dampak negatif perilaku seks pranikah, sehingga diharapkan remaja dapat mengekspresikan diri, dan mempertahankan hak-hak pribadi, dan pada akhirnya dapat mencegah dan menghindari perilaku seksual pranikah.