Perkembangan Javasche Bank
Perkembangan Javasche Bank
39
[10] http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/49790779-3745-495A-B097-
156B917448CB/792/DJBberdasarkanOktroi1sd8.pdf (Diakses pada 1 April 2011, pukul 20:00)
[11] Dawam Rahardjo, Op. Cit., hlm. 40-43
[12] Dawam Rahardjo, dkk. Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: LP3ES,
1995, hlm. 17
[13] Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 25.
[14] Dawam Rahardjo, dkk. Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: LP3ES,
1995, hlm. 58
[15] Tim Penulis, Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia
dalam Setengah Abad Terakhir, Kanisius, Yogyakarta, 2005, hlm.
95.
[16]Dawam Rahardjo, dkk. Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: LP3ES,
1995, hlm. 60
[17] Ibid.hlm 60
[18] Dawam Rahardjo, dkk. Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: LP3ES,
1995, hlm. 82
Perkembangan Javasche Bank
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada zaman Kolonial tidak ada sebuah bank milik pemerintah
(bank gementee) yang ada hanyalah bank partikulir milik pemerintah
swasta. Diantaranya adalah De Bank van Leening didirikan pada
tahun 1746 yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank van
Leening pada tahun 1752. Bank ini merupakan bank pertama yang
lahir di Nusantara dan merupakan cikal bakal dari perbankan di
Indonesia.
De Javasche Bank didirikan pada tanggal 24 Januari 1828.
Javasche Bank merupakan bank pertama yang dimiliki oleh
pemerintah. Awalnya bank ini merupakan bank sirkulasi yang
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menertibkan dan
pengaturan sistem pembayaran di Hindia Belanda. Selanjutnya De
Javasche Bank diberi posisi monopoli dalam pengeluaran uang kertas
bank ketika menjalankan fungsinya sebagai bank sirkulasi. Selain
itu De Javasche Bank juga bergerak di bidang komersial seperti
menerima deposito, memberikan kredit, menerima wesel serta
melakukan jual beli emas dan perak batangan.
BAB II
KELAHIRAN BANK INDONESIA
1 Berdasarkan http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/49790779-3745-495A-B097-156B917448CB/
792/DE JAVASCHE BANKberdasarkanOctrooi1sd8.pdf
Belanda dari Nederlandsche Handel-Mij. Pembentukan De Javasche
Bank itu dilakukan oleh Komisaris Jenderal Hindia Belanda, Leonard
Pierre Joseph Burgraaf Du Bus de Gisignies. Pada tanggal 11
Desember 1827 konsepsioctrooi itu diundangkan oleh Du Bus. Di
tangan Du Bus, De Javasche Bank berdiri pada tanggal 24 Januari
1828.2
Berdasarkan Octrooi en Reglement voor De Javasche Bank tahun
1827 yang kemudian menjadi octrooi pertama yang berlaku sejak 1
Januari 1828 sampai dengan 31 Desember 1837, De Javasche Bank
diberi posisi monopoli dalam pengeluaran uang kertas bank ketika
menjalankan fungsinya sebagai bank sirkulasi. Tapi De Javasche
Bank juga bergerak di bidang komersial dengan menerima deposito,
memberikan kredit, menerima wesel serta melakukan jual beli emas
dan perak batangan.3
Dalam periode 1828-1870, Bank dipimpin oleh sebuah Dewan yang
terdiri dari Presiden, satu Sekretaris, dan tiga Direktur yang
secara bersama-sama menjadi Direksi. Presiden dan Sekretaris
tersebut diangkat oleh Gubernur Jenderal setelah mendapatkan
persetujuan Raja. Para Direktur yang dipilih dalam Rapat Umum
Pemegang Saham tahunan, pada mulanya masih diperbolehkan melakukan
pekerjaan lain yang mereka sukai. Situasi ini terus berlangsung
hingga tahun 1870. Berdasarkan pasal 19 octrooi tahun 1870,
manajemen harus dipegang oleh Presiden dan dua Direktur yang
permanen dan digaji, salah seorang diantaranya bisa menjadi
sekretaris. Para fungsionaris itu masih harus diangkat oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dipilih dari daftar nominasi
yang diajukan oleh rapat gabungan antara Dewan Direktur dan Dewan
Pengawas. Presiden atau Ketua Dewan Direktur memegang jabatan
selama 5 tahun dan para Direktur selama 3 tahun dengan syarat
mereka haruslah warga negara Belanda, memiliki saham bank dan
bertempat tinggal di Batavia.4
Fungsi dan peranan De Javasche Bank sebagai bank sirkulasi
berkembang secara gradual berdasarkan octrooi yang dikeluarkan
dari waktu ke waktu. Di Hindia Belanda, pada awalnya De Javasche
Bank pada mulanya dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak tahu
soal-soal perbankan dan karena itu mereka tidak tahu pasti tugas
apa yang harus dilaksanakannya. Dihadapkan pada situasi yang sama
sekali baru dan tanpa pengalaman sebelumnya, manajemen Bank
sebenarnya masih meraba-raba. Hal ini dikatakan secara terbuka
oleh Presiden Bank yang pertama Mr. C. de Haan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham Pertama.
2 Dawam Rahardjo, dkk. Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: LP3ES,
1995, hlm. 29
3 Ibid.
4 Ibid., hlm 30
Pada masa octrooi-nya yang pertama (1828-1837), De Javasche
Bank menghadapi masalah awal pelaksanaan Sistem Tanam Paksa yang
secara formal baru diberhentikan pada tahun 1870. Perang
Diponegoro (1825-1830) membutuhkan biaya yang sangat besar juga
ikut mempersulit pelaksanaan Sistem Tanam Paksa dengan tekanan-
tekanan pada keuangan pemerintah. Tapi pada waktu itu De Javasche
Bank belum terkena kewajiban-kewajiban tertentu dalam membantu
keuangan pemerintah. Dengan modal sebesar f 2 juta, De Javasche
Bank dapat berkembang dengan baik, karena uang kertas yang
diterbitkannya mendapat kepercayaan dari masyarakat. Tetapi dalam
periode octrooi pertamanya itu keuntungan bank masih sangat kecil,
sekalipun tingkat keuntungannya meningkat terus.
Pada masa octrooi-nya yang kedua (1838-1848), sistem tanam
paksa memberikan persoalan lain kepada bank, yaitu pada masa ini
semua komoditas pertanian untuk ekspor yang terpenting adalah
monopoli pemerintah, maka para pedagang swasta tak bisa menguasai
hasil ekspornya. Karena itu, timbul kecenderungan umum para
pedagang untuk mengkonversikan uang kertas bank mereka menjadi
emas dan perak untuk pembayaran impor. Itulah sebabnya emas dan
perak tidak kembali lagi ke dalam sirkulasi. Pada masa
akhir octrooi itu, bank mengalami kesulitan dalam mempertahankan
cadangan bank sehingga rasio cadangan emas dan perak terhadap uang
beredar merosot tajam sampai ke titik terendah. Akibatnya, bank
harus menolak konversi uang ke dalam perak dari nasabahnya, karena
cadangan emas dan peraknya hanya f 6.715 saja.5
Melalui surat Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 5 tanggal
3 Maret 1848, octrooi kedua diperpanjang 10 tahun yang berlaku
mulai 1 April 1848 sampai dengan 31 Maret 1858.
Pada octrooi ketiga, bentuk hukum, modal dan tempat kedudukan De
Javasche Bank tidak mengalami perubahan. Kantor cabang masih tetap
terbatas di Semarang dan Surabaya, tidak ada pembukaan kantor
cabang baru. Jenis usaha De Javasche Bank mengalami tambahan yaitu
dalam penerbitan surat perintah membayar kepada Kantor Cabang dan
sebaliknya serta menerima tugas-tugas dari Pemerintah. Dalam
peredaran uang kertas tidak mengalami perubahan, hanya dalam pasal
27 ditetapkan bahwa uang kertas bank dapat ditukar dengan Recepis
sebagaimana telah diumumkan pada octrooi kedua 4 Februari 1846.
Selain itu pada 1 Mei 1854 diberlakukan UU Mata Uang Hindia
Belanda yang menyatakan bahwa uang Belanda 1847 juga berlaku di
Hindia Belanda. UU ini dimuat dalam Staatsblad No. 75 dan
diumumkan pada de Javasche Courant No. 68 tanggal 26 Agustus
1854. Octrooi ketiga menetapkan jumlah maksimum uang yang
diedarkan dari waktu ke waktu ditetapkan oleh Gubernur Jenderal
dan diumumkam di De Javasche Courant untuk memberitahukan jumlah
uang beredar wajib setiap bulan.Octrooi ketiga sebenarnya telah
6 http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/49790779-3745-495A-B097-156B917448CB/792/DE
JAVASCHE BANKberdasarkanOktroi1sd8.pdf
7 Dawam Rahardjo, dkk. Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: LP3ES,
1995, hlm. 36-37
di Hindia Belanda tidak boleh didirikan suatu bank sirkulasi dan
juga dilarang beredar uang kertas bank dari bank sentral luar
negeri, kecuali dengan SK Gubernur Hindia Belanda. Modal bank
ditingkatkan menjadi ƒ 6.000.000,-yang terbagi atas sahampenuh ƒ
500 perlembar dan saham paroan ƒ 250 perlembar. Sedangkan
jenis pecahan uang-kertas-bank yang diedarkan ditambah dengan
pecahan ƒ 5,- Dalam octrooi ini terjadi perubahan struktur
kepengurusan.
1. De Javasche Bank dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari
seorang Presiden dibantu dua orang Direktur, yang salah satunya
menjadi sekretaris.
2. Presiden D Javasche Bank pada awal periode ini adalah Mr.
F Alting Mees dibantu DN Versteegh sebagai Direktur Sekretaris dan
D Schuurman sebagai Direktur.Mr. F Alting hanya menjabat selama 3
tahun, dan kemudian diganti oleh Mr. N.P. van den Berg.
3. Dibentuk Dewan Komisaris yang terdiri dari 5 orang yang
dipilih pemegang saham untuk masa jabatan 5 tahun.
4. Adapun untuk pengawasan Pemerintah terhadap tugas bank,
diangkat seorang Komisaris Pemerintah yang diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Menjelang
berakhirnya Octrooi V, tanggal 1 April 1879 dibuka Kantor Cabang
Yogyakarta dengan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7
tanggal 20 Desember 1878. Pemimpin cabang pertamanya adalah A.F.
van Suchtelen yang sebelumnya menjabat sebagai Pimpinan Cabang
Solo. Alasan pendirian Kantor Cabang tersebut adalah desakan dari
berbagai pihak, termasuk Firma Dorrepaal & Co Semarang, karena
firma tersebut mempunyai cabang usaha di Yogyakarta. Terlebih
lagi Yogyakarta pada waktu itu menunjukkan perkembangan ekonomi
yang cerah. Hal tersebut tampak dari nilai transfer masuk yang
disalurkan melalui Cabang Solo yang mencapai ƒ 3,5 juta. Sedang
produksi gula pada waktu itu mencapai 2.580 ton per tahun.8
Dalam octrooi keenam tahun 1881-1891, bank diberi kekuasaan
untuk memperdagangkan wesel luar negeri. Pembukaan kantor di
Amsterdam pada tahun 1891 sangat membantu bank dalam memelihara
nilai gulden Hindia Belanda dengan melakukan penjualan dan
pembelian wesel-wesel luar negeri.
Menghadapi persaingan domestiknya dengan bank-bank komersial,
bank mempunyai kedudukan yang menguntungkan, bahkan dapat dianggap
memberikan persaingan yang kurang wajar terhadap bank-bank
komersial lainnya, dengan hak mencetak uangnya yang dapat
mempengaruhi situasi perkreditan secara efektif. Tapi di sisi
lain, bank juga mempunyai kewajiban untuk menjaga kestabilan
moneter. Walaupun dapat bersaing dengan bank-bank lain dengan
memberikan pinjaman dengan tingkat bunga rendah, bank mengambil
8 http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/49790779-3745-495A-B097-156B917448CB/792/
DJBberdasarkanOktroi1sd8.pdf
kebijaksanaan kredit selektif dan mengarahkan pinjamannya kepada
perusahaan-perusahaan besar Eropa di bidang ekspor dan para
pedagang besar Cina saja. Dengan kebijaksanaan ini, dari segi
kuantitatif, persaingan bank dengan bank-bank komersial lainnya
tidak menjadi terlalu sengit.[9]
Masa berlaku octrooi ketujuh lebih lama lima tahun
darioctrooi-octrooi sebelumnya, yaitu menjadi 15 tahun. Sesuai
dengan Surat Keputusan Ratu Wilhelmina No. 6 tanggal 6 Januari
1891, Octrooi VII berlaku mulai 1 April 1891 sampai dengan
31 Maret 1906. Bentuk hukum, modal kerja, dan tempat usaha tidak
berubah. Pada pasal 5 octrooi ini, ditentukan bahwa bank
diperkenankan memiliki Kantor Perwakilan di Amsterdam yang dibuka
pada 15 Mei 1891. selain itu di Batavia didirikan Kantor Filial
Weltervreden pada 6 Mei 1901 yang hanya bertahan selama satu
setengah tahun karena ditutup pada 31 Januari 1902. Selama
periode Octrooi VII terjadi dua kali pergantian Presiden. Presiden
G.B. Zeverijn yang memimpin sejak 1889 (periode Octrooi VI)
digantikan D. Groeneveld pada 1893 yang selanjutnya digantikan
oleh J. Reysenbach pada tahun 1898. Presiden yang terakhir ini
tetap memangku jabatanPresiden DJB hingga berakhirnya Octrooi VII.
[10]
Pada octrooi ke delapan tahun 1906-1921, De Javasche Bank
diperbolehkan untuk membuka bank koresponden di luar Hindia
Belanda sehingga bank dapat menaruh depositonya sebagai cadangan
dalam mata uang asing di luar negeri. Pada waktu itu berlaku
sistem pertukaran berdasarkan emas (gold-exchange system). Nilai
gulden dalam nilai tukar internasional dipertahankan melalui
negosiasi wesel-wesel luar negeri.
Menjelang berakhirnya octrooi kedelapan dibuat undang-undang
De Javasche Bankwet pada tanggal 31 Maret 1922, yang kemudian
diubah dan ditambah dengan Undang-Undang tanggal 30 April 1927 dan
Undang-Undang tanggal 13 November 1930, yang seterusnya berlaku
bagi De Javasche Bank hingga berlakunya Undang-Undang Pokok Bank
Indonesia no, 11 tahun 1953. Dengan undang-undang itu kedudukan De
Javasche Bank sebagai satu-satunya bank sirkulasi di Hindia
Belanda menjadi lebih kokoh.
Meskipun demikian, ada tiga larangan terhadap De Javasche
Bank, yaitu melakukan penyertaan modal kepada perusahaan-
perusahaan, memberikan kredit tanpa agunan yang mencukupi serta
menjual dan membeli saham-sahamnya sendiri. Di samping itu, De
Javasche Bankwet 1922 memberikan tugas-tugas tertentu kepada bank,
antara lain memberikan pelayanan tanpa memungut biaya kepada
pemerintah. Sebagai Pemegang Kas Negara, bank bertindak sebagai
perantara ketika pemerintah ingin menerbitkan uang kertas atau
menerbitkan obligasi perbendaharaan negara.
Berdasarkan undang-undang tahun 1922 itu, dapat disimpulkan
fungsi dan tugas De Javasche bank sebagai berikut:
1. Mengeluarkan uang kertas bank dan dengan begitu dapat
menawarkan kepada masyarakat pelayanan dan pengiriman uang,
pembukaan rekening giro, menerima deposito berjangka, dan
semacamnya;
2. Melakukan negosiasi dalam wesel luar negeri, memperdagangkan
logam mulia dan alat-alat pembayaran luar negeri;
3. Memberikan kredit kepada perusahaan dan perorangan, melakukan
diskonto terhadap wesel-wesel luar negeri, memberikan pinjaman
dna pemberian uang muka dengan jaminan surat-surat berharga
atau barang-barang dagangan;
4. Bertindak sebagai kasir pemerintah dan memberikan uang muka
jangka pendek kepada pemerintah Hindia Belanda; dan
5. Menyelenggarakan kliring di antara bank-bank.
Dalam perjalanan sejarahnya, De Javasche Bank dapat disebut
sebagai bank komersial yang beroperasi berdasarkan octrooi yang
diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda secara periodik. Dalam De
Javasche Bankwet tahun 1922 itu ditegaskan kembali peranan De
Javasche Bank sebagai bank sirkulasi tetapi dengan pengawasan yang
lebih ketat dari pemerintah. Kebijaksanaan moneter juga harus
mendapatkan pengarahan dari pemerintah di negeri Belanda. Meskipun
demikian, dalam batas-batas tertentu sebenarnya bank telah
bertindak dalam fungsi-fungsi yang hanya dapat dilakukan oleh
sebuah bank sentral, sekalipun tidak berkedudukan resmi sebagai
bank sentral. Dengan kata lain, De Javasche Bank dapat disebut
sebagai bank perkreditan dengan hak menerbitkan uang kertas (note-
issuing credit bank).[11]
BAB III
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BANK INDONESIA
BAB IV
KESIMPULAN
http://merahputihku-tuminah.blogspot.com/2013/09/perkembangan-javasche-bank.html