Anda di halaman 1dari 24

PPTA Uji Coba Pembelajaran Sains Di Kelas IV SDN EMPANG BAHAGIA I

Kecamatan Batuceper

KARYA TULIS
DISAMPAIKAN DALAM LOMBA GURU BERPRESTASI TINGKAT
KOTA TANGERANG TAHUN 2007

Disusun Oleh :

NAMA : ANGGITYA PRATIWI


NIP : 131 958 544
SMA NEGERI 2 KUNINGAN

MODEL PENGELOMPOKKAN TERPADU DAPAT MENINGKATKAN


EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS
Uji coba pembelajaran sains dikelas IV SDN EMPANG BAHAGIA I

Kecamatan Batuceper
Mengetahui /Menyetujui
Kepala Sekolah

Djuhairi, S.Pd.
131 313 752

Kata pengantar
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Yang
telah memberikan berkat, rahmat, serta karunianya sehingga kami bisa menyusun
karya kecil ini.
Karya kecil ini disusun agar dapat melengkapi syarat untuk menjadi
penegak bantara pramuka yang ditugasi oleh Pembina Ambalan Singalodra dan
Nyimas Gandasari. Semoga karya kecil yang kami susun bermanfaat bagi
pembaca nya dan orang-orang yang membutuhkan nya.
Semoga apa yang telah kami kerjakan dapat memenuhi syarat dan bisa
bermanfaat bagi yang lainnya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.

Kuningan,
November 2010

Penulis

Daftar Isi
ABSTRAKSI
……………………………………………………………………………………………..ii
i
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………………
……..v
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………
…...vii
DAFTAR
LAMPIRAN………………………………………………………………………………
…....ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah………………………………………………………………………………..1
1.2 Identifikasi
Masalah……………………………………………………………………………………2
1.3 Pembatasan masalah dan perumusan
masalah…………………………………………………………2

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Peraturan perkemahan
2.2 Perkemahan secara umum
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Dokumentasi

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 9
5.2 Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS 18

ABSTRAKSI
Gerakan Pramuka merupakan pendidikan yang menarik dan sarat dengan
kedisiplinan sehingga para remaja dapat mengikuti kegiatan dengan suka rela
tanpa adanya paksaan. Sehingga penanaman kedisiplinan pada remaja dapat
berjalan dengan baik tanpa adanya rasa bosan dan terpaksa yang dapat membuat
para remaja berontak. Karena di dalam pendidikan kepramukaan menggunakan
sistem pendidikan “bermain sambil belajar” dan tidak lepas dari faktor
kedisiplinan yang tinggi karena pendidikan yang seperti ini membutuhkan
kedisiplinan yang tinggi, apabila tidak berdisiplin, maka dia akan mendapat
sanksi, sedangkan sanksi yang diberikan merupakan sanksi yang mendidik dan
tidak dianggap berat oleh para anak didik. Dan ini terbukti berhasil dalam
membentuk karakter remaja untuk menjadi seorang yang berdisiplin serta
bermental baja.
Permasalahan dalam penelitian ini tentang ada tidaknya pengaruh kegiatan
pramuka terhadap kedisiplinan kegiatan intrakurikuler siswa di SMA Negeri 2
Kuningan Kec. Kuningan Kab. Kuningan .
Tujuan penelitian ini ada untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
kegiatan pramuka terhadap kedisiplinan kegiatan intrakurikuler siswa di SMA
Negeri 2 Kuningan Kec. Kuningan Kab. Kuningan .
Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2 Kuningan Kec.
Kuningan Kab. Kuningan sebanyak 294 siswa, semetara sampel dalam penelitian
ini adalah sebanyak 50 siswa. Instrumen utama yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah angket, sedangkan instrumen penunjang adalah
observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data berlangsung mulai dari tanggal 1
November 2010 sampai dengan 4 November 2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan kepramukaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kedisiplinan kegiatan intrakurikuler siswa di SMA
Negeri 2 Kuningan Kec. Kuningan Kab. Kuningan

Abstraction
Scout Movement is an exciting educational and loaded with discipline so
that teens can take part voluntarily without any coercion. So the planting of
discipline in teenagers can run smoothly without any sense of boredom and
compelled that can make teens rebel. For in scouting education using the
educational system "to play while learning" and not be separated from the high
discipline factor because this kind of education that requires high discipline, if not
disciplined, then he will get a penalty, while sanctions are given an educational
sanction and not considered severe by the students. And this proved to be
successful in shaping the character of young people to become a disciplined and
mentally steel.
The problem in this research about the presence or absence of the
influence of Boy Scout activities on student discipline intrakurikuler activity in
SMA Negeri 2 Kuningan district. Kuningan Kab. Brass.
The purpose of this study is to determine whether there is any influence on
the discipline of scout activities intrakurikuler student at SMA Negeri 2 Kuningan
district. Kuningan Kab. Brass.
The population of this study was student SMA Negeri 2 Kuningan district.
Kuningan Kab. Brass as many as 294 students, of temporary sample in this study
were as many as 50 students. The main instruments used in data collection is the
questionnaire, the instrument is the observation and documentation support. Data
collection takes place from November 1, 2010 to 4 November 2010.
The results showed that scouting activities have positive and significant
impact on student discipline intrakurikuler activity in SMA Negeri 2 Kuningan,
district. Kuningan, Kuningan Brass.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pertemuan kali ini, saya akan membahas mengenai perkemahan. Sebagai
syarat untuk menjadi penegak, saya diharuskan membuat karya tulis dalam
memenuhi tugas peralihan dari perkemahan yang diadakan pada bulan Oktober
2010 selama 3 hari. Seorang calon penegak yang berhalangan mengikuti
perkemahan tersebut diharuskan menyelesaikan karya tulisnya seminggu setelah
adanya kegiatan perkemahan tersebut. Poin-poin yang terkandung dalam
perkemahan mengandung nilai-nilai yang sangat berarti bagi kelangsungan
kehidupannya baik sekarang maupun di masa yang akan datang.

1.2 Tujuan
Untuk memenuhi syarat sebagai seorang calon penegak, maka diharuskan untuk
melengkapi tugas dan membuat karya tulis.

1.3 Pembatasan masalah dan perumusan masalah


Dari sekian permasalahan yang ada tidak mungkin penulis dapat membahasnya
secara baik
keseluruhan, karena mengingat kemampuan yang ada intelektual, biaya dan
waktu yang dimiliki
penulis sangat terbatas. Maka penulis perlu memberikan batasan-batasan
masalah. Pembatasan
masalah diperlukan untuk memperjelas permasalahan yang ingin dipecahkan.

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Peraturan perkemahan

a)Sedikitnya sudah 3 kali mengikuti perkemahan sehari semalam (misalnya


Perkemahan Sabtu Minggu = Persami), dan satu kali perkemahan yang lebih dari
2 malam,

b)Dapat memperlihatkan cara menyusun isi kantong punggung (ransel = rugzak)


dengan baik dan rapih,

c)Mengetahui dan dapat mendirikan tenda regu (untuk 6 – 10 orang), dengan


rapih dan benar, termasuk pemakaian simpul dan pembuatan paritnya,

d)Mengetahui dan dapat mengatur perkemahan regu/sangganya (mengatur barang


dalam tenda, isi tenda dapur, barang-barang di rak piring, rak sepatu, dan lain-lain.

e)Mengetahui dan dapat menjaga kebersihan perkemahan regu/sangganya,


termasuk pembuatan tempat sampah basah dan sampah kering, serta membawa
pulang ke rumah alat-alat dapur dan barang lainnya dalam keadaan bersih.

Khusus untuk Pramuka Penegak dan Pandega, ditambah dengan:

f)Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka Siaga, sehingga mencapai Berkemah.

2.1 Perkemahan secara umum


Berkemah adalah sebuah kegiatan rekreasi di luar ruangan. Kegiatan ini
umumnya dilakukan untuk beristirahat dari ramainya perkotaan, atau dari keramaian
secara umum, untuk menikmati keindahan alam. Berkemah biasanya dilakukan dengan
menginap di lokasi perkemahan, dengan menggunakan tenda, di bangunan primitif, atau
tanpa atap sama sekali.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemah (kata benda) adalah


tempat tinggal darurat, biasanya berupa tenda yang ujungnya hampir menyentuh
tanah dibuat dari kain terpal dan sebagainya. perkemahan (kata benda) 1 hal
berkemah; 2 himpunan kemah (pramuka, pasukan, dsb); tempat berkemah.
Berkemah sebagai aktivitas rekreasi mulai populer pada awal abad ke-20.
Kegiatan ini juga umumnya disertai dengan kegiatan rekreasi luar ruangan
lainnya, seperti mendaki gunung, berenang, memancing, dan bersepeda gunung.
Pemilihan tempat berkemah tergantung dari rencana yang sudah diprogramkan,
apakah di daerah pantai yang indah, di lereng pegunungan yang sejuk atau di
lembah yang mempesona, kadang-kadang juga dilakukan di tepi hutan dekat
dengan sungai yang menakjubkan.
Semua acara diperkemahan dilakukan dengan riang gembira, walaupun
tidak menutup kemungkinan pekerjaan itu penuh dengan rintangan yang tidak
kecil. Selain membawa perlengkapan berkemah, mereka juga memanfaatkan
bahan-bahan dari alam sekitarnya dengan tidak merusak lingkungan
tersebut.Berkemah dalam Kepramukaan
Pramuka Penggalang tengah berkemah
Berkemah atau Perkemahan adalah salah satu macam kegiatan dalam kepramukaan yang
dilaksanakan secara out bond. Kegiatan ini merupakan salah satu media pertemuan untuk
Pramuka.
Macam Perkemahan
1. Menurut waktunya, perkemahan dibagi dalam :
(1) Perkemahan satu hari (siang hari saja), terkadang disebut Perkemahan Sehari (
PERSARI )
(2) Perkemahan Sabtu Minggu, disebut juga PERSAMI
(3) Perkemahan yang waktunya lebih dari 3 hari

2. Menurut tempat berkemah, dibagi dalam :


(1) Perkemahan menetap (dari awal sampai akhir tetap ditempat itu)
(2) Perkemahan safari (berpindah-pindah tempat)

3. Menurut tujuannya, dibagi dalam :


(1) Perkemahan untuk lomba
(2) Perkemahan untuk persahabatan dengan acara santai
(3) Perkemahan untuk berkarya (menyelesaikan proyek)
(4) Perkemahan untuk penyelidikan alam dan lingkungannya
(5) Perkemahan untuk rekreasi

4. Menurut jumlah peserta dan tingkatnya, dibagi dalam :


(1) Perkemahan 2 (dua) orang (perkemahan pengembaraan penegak)
(2) Perkemahan satu regu Penggalang
(3) Perkemahan satuan perindukan siaga, pasukan penggalang, Ambalan Penegak
atau Racana Pandega
(4) Perkemahan tingkat Kwartir Ranting/Cabang/Daerah/Nasional,
Kawasan/Dunia

Pelaksanaan Perkemahan
Untuk suatu perkemahan yang baik, maka prosedur yang harus ditempuh adalah :
1. Persiapan
(1) Penentuan waktu, tempat, tujuan dan biaya
(2) Pengadaan peralatan dan perbekalan, peninjauan ke daerah berkemah
(3) Ijin orang tua peserta dan ijin memberitahukan kepada penguasa setempat
(4) Pembentukan panitia/staf pelaksana
(5) Memantapkan kesiapan mental fisik, dan ketrampilan

2. Pelaksana
(1) Pemimpin perkemahan sebagai penanggung jawab
(2) Pembantu-pembantu dari pembina pramuka
(3) Panitia/staf pelaksana sesuai keperluan
(4) Pembagian tugas pendayagunaan

3. Acara
(1) Acara harian yang menjelaskan acara pokok secara garis besar
(2) Acara kegiatan keseluruhan yang berisi perincian waktu dan kegiatan selama
berkemah
(3) Acara perorangan dan kelompok

4. Pelaksanaan
(1) Kegiatan hendaknya diusahakan menurut rencana yang telah dipersiapkan
sesuai dengan tujuan diselenggarakannya perkemahan
(2) Acara mungkin saja dapat berubah, sesuai dengan perkembangan keadaan
(3) Perubahan acara seyogyanya tidak kearah resiko yang lebih berat
(4) Pelaksanaan acara harus disesuaikan dengan kemampuan peserta perkemahan
dan acara berikutnya
(5) Mengusahakan adanya acara pengganti dan tambahan untuk mengisi
kesibukan pada waktu terluang
(6) Faktor pengamanan dan keselamatan peserta harus diperhatikan

5. Penyelesaian
(1) Pembongkaran tenda-tenda
(2) Pembersihan tempat berkemah (pada prinsipnya tempat bekas berkemah harus
lebih baik dan lebih bersih dari pada waktu datang)
(3) Pengecekan pengembalian barang pinjaman
(4) Upacara penutupan dan ucapan terima kasih kepada masyarakat setempat
(5) Jika mungkin dilakukan penyerahan sumbangan bagi keluarga masyarakat
yang kurang mampu, baik berupa bahan makanan, pakaian layak pakai atau
lainnya.

Evaluasi
Untuk mengetahui hasil perkemahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk
perkemahan di masa-masa mendatang kita dapat mengevaluasi dengan :
1. Mencatat prestasi kegiatan perorangan maupun kelompok selama berkemah
2. Mengajukan pertanyaan kepada peserta perkemahan
3. Melihat perubahan sikap peserta perkemahan sebelum dan sesudah pulang
berkemah
4. Melihat kesehatan peserta (banyak yang sakit atau tidak)
5. Kekurangan dan kesalahan serta hambatan dicatat guna perbaikan pada
perkemahan yang akan datang
6. Menyusun laporan hasil berkemah merupakan suatu kewajiban untuk
penanggung jawab perkemahan

Lain-lain
1. Untuk perkemahan besar dapat dibentuk panitia pelaksana dengan
mengikutsertakan petugas-petugas yang mempunyai keahlian sesuai bidang tugas
yang diperlukan dari luar Gerakan Pramuka
2. Syarat memilih tempat berkemah :
(1) Tanahnya rata, atau sedikit miring dan berumput
(2) Ada pohon pelindung
(3) Ada saluran pengeringan/pembuangan air
(4) Dekat sumber air
(5) Pemandangan menarik
(6) Ada arena petualangan
(7) Terjamin keamanannya
(8) Tidak terlalu dekat dengan kampung dan jalan raya
(9) Tidak terlalu jauh dari pasar, pos kesehatan, pos keamanan dan lain-lain
(10) Tidak ditepi jurang
(11) Tidak dekat dengan rawa-rawa
(12) Tidak dibawah pohon kelapa yang sedang berbuah atau tidak dibawah pohon
yang mudah patah/tumbang
(13) Ada sinar matahari

Perkemahan sebagai alat pendidikan dalam kegiatan kepramukaan harus dapat


memenuhi norma-norma dan peraturan serta persyaratan perkemahan yang baik.
Untuk memenuhi kebutuhan akan nilai-nilai pendidikan, perlu dibuat program dan
disusun acara kegiatan dalam perkemahan dengan cara pelaksanaan yang tepat,
teratur dan tertib serta meningkat.
Acara diperkemahan antara lain, bertualang, menjelajah, mengamati, menyelidik,
berlatih dan menyiapkan segala keperluan untuk hidup sehari-hari selama dalam
perkemahan.

2.1.1 Tujuan Perkemahan

1. memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam


dan kebutuhan untuk melestarikannya, menjaga lingkungan dan mengembangkan
sikap bertanggung jawab akan masa depan yang menghormati keseimbangan
alam.
2. Mengembangkan kemampuan diri mengatasi tantangan yang dihadapi, menyadari
tidak ada sesuatu yang berlebih di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup
yang menyenangkan dalam kesederhanaan.
3. Membina kerjasama dan persatuan dan persaudaraan.

Ditinjau dari Tujuannya, yaitu:

1. Kemah Bakti. Seperti; Perkemahan Wirakarya (PW)


2. Kemah Pelantikan. Seperti; Perkemahan Pelantikan Tamu Ambalan, Pelantikan
Penggalang Ramu dan lain-lain
3. Kemah Lomba. Seperti; Lomba Tingkat (LT)
4. Kemah Rekreasi
5. Kemah Jambore. Seperti; Jambore Ranting (tingkat Kwartir Ranting/Kecamatan),
Jambore Cabang (tingkat Kwartir Cabang / Kabupaten/Kota, Jambore Daerah
(tingkat Kwartir Daerah / Provinsi, Jambore Nasional (tingkat Kwartir Nasional /
se-Indonesia).
6. Kemah Riset/Penelitian

Lain-lain:

Dalam berkemah kita perlu mencari tempat yang baik dan ideal, yaitu:

1. Tanahnya rata atau sedikit miring dan berumput dan terdapat pohon pelindung
2. Dekat dengan sumber air
3. Terjamin keamanannya
4. Tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari kampung dan jalan raya
5. Tidak terlalu jauh dengan pasar, pos keamanan dan pos kesehatan
6. Memiliki pemandangan menarik

2.1.2 Manfaat perkemahan:

1. Mengagumi alam ciptaan Tuhan


2. Mempercakap diri dalam melaksanakan ajaran – ajaran Pramuka
3. Mempraktekkan sistim kerukunan
4. Dapat mengenal alam dan kawan dari dekat
5. Kita akan menemukan hal – hal yang baru.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode : wawancara

3.1.1 Pengertian metode wawancara


Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data
dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah
dengan bercakap-cakap secara tatap muka.

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan


pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses
wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview
dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu
yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak
terbentuk pertanyaan yang eksplisit.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer


mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek
(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.
Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan
tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus
menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung
(Patton dalam poerwandari, 1998)

Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan


metode wawancara :
a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan
yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer
dengan memberikan penjelasan.
b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain
sudah tidak dapat dilakukan.
Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga
memiliki kelemahan, yaitu :

a. Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan


yang penyusunanya kurang baik.
b. Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang
kurang sesuai.
c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi
kurang akurat.
d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin
didengar oleh interviwer.

Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara


merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan.
Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to
face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung
seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).
Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik sangat tergantung dari hasil
wawancara di lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di lapangan, akan
menyulitkan wartawan dalam menulis berita. Untuk itu, dalam melakukan
wawancara, upayakan mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya di lapangan,
khususnya melalui proses wawancara.
Data yang diperoleh melalui wawancara tergolong data primer (diperoleh dari
sumber pertama)
Data yang diperoleh melalui wawancara bersifat kualitatif dan cenderung
subyektif.
Fungsi Data:
Memberikan gambaran mengenai kebutuhan masyarakat terhadap
permasalahan tertentu yang perlu mendapat perhatian pemerintah.
Mendapatkan gambaran mengenai respon masyarakat terhadap kebijakan
publik.
Mendapatkan masukan dari masyarakat untuk tujuan monitoring dan evaluasi
(monev) kebijakan publik.
Melengkapi temuan data yang diperoleh melalui metode observasi, polling,
survei, dan analisis isi.

Jenis/Ragam Wawancara :
Wawancara menurut tujuannya
Wawancara Informatif/Informasial/faktual, yaitu tanya jawab antara
interviwer dengan interviewee yang bertujuan untuk menggali informasi tentang
fakta sosial yang terjadi di masyarakat sebagai dasar proses kebijakan maupun
untuk evaluasi kebijakan publik.
wawancara Interpretatif (opini), yaitu wawancara yang bertujuan menggali
pendapat dari narasumber berkaitan dengan suatu peristiwa/fakta sosial/kebijakan
publik (UU, PP, Permen, Perda, dll).

Menurut cara pelaksanaan:


Wawancara tatap muka atau langsung
Wawancara melalui telepon
Wawancara melalui surat/email
Wawancara online melalui chatting
Wawancara tertulis
Menurut pendekatannya:
Wawancara terstruktur
Wawancata tidak terstruktur
Wawancara terbuka
Wawancara tertutup

Wawancara menurut Metodenya ( Theo Stokkink )


Wawancara terarah (terfokus pada topik tertentu)
Wawancara tidak terarah (tidak terfokus pada satu topik)
Menurut suasana:
Wawancara formal
Wawancara semiformal
Wawancara informal

Wawancara menurut Waktu Pelaksanaan


Teragenda/terencana
tak teragenda/mendadak.

Wawancara menurut tempat Pelaksanaan


Di lokasi peristiwa
Di luar lokasi
In door
Out door

Wawancara menurut Gayanya ( Masduki )


Simpati
Empati
Keras/memaksa
Tipe Pertanyaan:
Why question atau Exsplanation Question
Yes atau No Question
Tag Question (persetujuan/penegasan)

Tahap – Tahap Wawancara


Perencanaan dan Persiapan
Menentukan Topik – memahami topic permasalahan
Mempelajari latar belakang permasalahan
Merumuskan tujuan wawancara
Mengidentifikasikan jenis informasi yang ingin didapatkan
Merumuskan butir-butir pokok persoalan (question route)
Memilih dan menentukan narasumber
Mempersiapkan perangkat wawancara

Waktu Pelaksanaan Wawancara


Melakukan proses ice breaking
Mengecek kembli kesiapan peralatan rekaman di depan narasumber
Pada saatwawancara berlangsung, hal-hal yang perlu diperhatikan :
Menunjukkan rasa hormat/penghargaan terhadap narasumber dengan
menggunakan tatapan mata, mimic, dan body language
Menyimak secara seksama jawaban narasumber
Menyampaikan pertayaan secara langsung, dan jelas, tidak berbelit-belit
Menghindari cara bertanya yang terkesan membaca
Menghindari terjadinya debat dengan narasumber
Jika diperlukan, pewawancara dapat membuat pertayaan yang didasarkan pada
jawaban narasumber (ordering question).
Menghindari penggunaan bahan pertayaan yang dibuatkan oleh narasumber
Menjaga netralitas
Mengendalikan wawancara agar sesuai dengan tujuan
Melakukan instrupsi pada narasumber hanya pada saat terpaksa.

Pasca Wawancara
Mengecek ulang hasil wawancara di depan narasumber guna meyakinkan
bahwa tidak terjadi kesalahan teknis.
Melakukan cek ulang atas beberapa istilah yang tidak dipahami benar oleh si
pewawancara.
Melakukan cek ulang mengenai penulisan nama, gelar, jabatan, dan data lain
narasumber yang dipandang perlu sesuai dengan tujuan wawancara.
Jangan memberikan janji apapun kepada narasumber berkaitan dengan
pelaksanaan wawancara.
Mentaati kesepakatan hal-hal yang off the record.
Untuk kepentingan dokumentasi, seyogyanya pada bagian akhir wawancara
Anda sebutkan: wawancara dengan siapa, kapan dan di mana, serta dalam konteks
apa.

Keutamaan metode wawancara:


Dapat menyajikan informasi yang beragam, dan kadang tidak terduga
sebelumnya.
Dapat memberikan gambaran mengenai respon maupun sikap masyarakat
terhadap kebijakan publik.
Mampu menjaring aspirasi yang beragam dari masyarakat untuk analisis
kebijakan publik.
Kelemahan:
Informasi yang didapatkan cenderung subyektif (benar menurut
narasumber/informan)
Hasil wawancara hanya dapat menggambarkan kecenderungan
informan/narasumber, tetapi tidak untuk generalisasi.
Kualifikasi Pewawancara:
Menguasai permasalahan
Memiliki kemampuan berhubungan dengan orang lain (human relation)
Memiliki kemampuan berempati
Memiliki ketrampilan berkomunikasi lisan, termasuk body languade
Memiliki kemampuan untuk bersikap friendly
Memiliki kemampuan untuk mendengar
Mampu bersikap rendah hati
Mampu mengendalikan diri

Tip untuk melakukan Wawancara:


Cara Memilih Narasumber
Sesuai dengan tujuan wawancara (konfirmasi, minta pendapat, masukan,
saran).
Untuk tujuan evaluasi, narasumber yang ditunjuk harus menguasai jenis
kebijakan yang bersangkutan.
Kredibilitas narasumber dipercaya oleh publik karena jabatan atau
kedudukannya.
Kredibilitas narasumber dipercaya oleh publik karena independen, dan netral.
Tersedia fasilitas yang memungkinkan untuk menghubungi narasumber.

Cara Memilih/Menentukan Topik


Sesuatu yang baru dan mengundang rasa ingin tahu publik.
Permasalahan yang masih hangat di masyarakat.
Persoalan yang bersifat kontroversial.
Sesuatu yang masih memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Menarik sebagian besar khalayak ( ketermukaan ).

Source : Darmanto MMTC Yogyakarta 2008


OBJEK PENELITIAN

PPTA

TEMPAT PENELITIAN

WAKTU PENELITIAN.
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Dokumentasi
http://sites.google.com/site/pramukabrajasakti/10-tkk-wajib
file:///H:/perkemahan%20secara%20umum.htm
http://pramukasmpn1cerme.wordpress.com/
http://mcdougelas.blogspot.com/2009/11/pengertian-wawancara.html

http://www.activeboard.com/forum.spark?aBID=119659&p=3&topicID=15759656

Anda mungkin juga menyukai