Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PERENCANAAN MINING PROJECT

Perencanaan mining project dapat dilakukan setelah melakukan beberapa analisa mekanika
batuan seperti RQD, RMR, SMR, dan Q system. Berikut metode dan hasil analisanya.

4.1 Metode Rock Quality Designation (RQD)


Tabel4.1 Analisis Kestabilan Lereng Batuan

Perhitungan RQD :

(8,57/1000)x100%

=85,7%°
TABEL KECU

Rata-rata kedudukan bidang diskontinuitas : N122oE/60o


4.2 Metode Rock Mass Rating (RMR)
Tabel4.2 Rock Mass Rating
Jadi nilai RMR yang didapatkan dengan nomor kelas II adalah 74 dan termasuk dalam
kategori baik.

Gambar 4.1. Stand up time

RMR=74, Roof Span = 4, Stand up time : 105 hour

4.3 Metode Slope Mass Rating


Penerapan nilai RMR untuk memperkirakan sudut kemiringan lereng pengupasan berdasarkan
beberapa metode perhitungan:
(Menurut Hall, 1985) (Menurut Orr, 1992)
SMR = 0,65 x RMR + 25 SMR = 35 In RMR – 71
SMR = 0,65 (74) + 25 SMR = 35 (In 74) – 71
SMR = 73,1 SMR = 79,64
Tabel 4.3 Perhitungan Slope Mass Rating (Romana et al, 2003)

1. F1 Kepararelan Strike Lereng dan Strike Diskontinuitas (F1)


Nilai F1 menggambarkan kepararelan antara strike lereng dengan strike diskontinuitas. Dalam
menghitung nilai F1 dapat menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Romana (1993):
F1 = [1-sinA]2
Dimana :

A = Menandakan selisih antara strike lereng dan Strike diskontinuitas (αj-αs), dengan
menggunakan persamaan diatas maka nilai F1:
F1 =[1-sin(175-122)]2
F1 = [1-sin(53)] 2
F1 = [1-0,79]
F1 = 0,21°
Selanjutnya dengan menggunakan nilai diatas dilakukan pembobotan F1 dengan menggunakan
Tabel Pembobotan Berdasarkan Kualitas (Romana, 1985). Berdasarkan tabel diatas diketahui
bobot F1 pada adalah 1.
2. F2 adalah Hubungan sudut dip kekar sesuai dengan model longsoran (F2).
Nilai F2 menggambarkan Hubungan sudut dip kekar sesuai dengan model longsoran. Dalam
menghitung nilai F2 dapat menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Romana (1993) :
F2 = Tan2βj,
Dimana :
βj = Dip kekar. Dengan menggunakan persamaan diatas maka nilai F2 adalah :
F2 = Tan2 60
F2 = 3°
Selanjutnya dengan menggunakan nilai diatas dilakukan pembobotan F2 dengan menggunakan
tabel pembobotan berdasarkan kualitas (Romana, 1985). Berdasarkan tabel diatas diketahui bobot
F2 adalah 0,15.
3. F3 adalah Hubungan sudut dip lereng dengan dip kekar (F3).
Nilai F3 menggambarkan hubungan sudut dip kekar sesuai dengan model longsoran. Dalam
menghitung nilai F3 dapat menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Romana(1985) :
F3= βj – βs
Dimana :
Βj = Dip Diskontinuitas
Βs = Kemiringan lereng dengan menggunakan persamaan diatas maka nilai F3 adalah :
F3 = 60 – 90
F3 = - 30°
Berdasarkan tabel diatas diketahui bobot F3 pada set diskontinuitas satu dan set diskontinuitas dua
adalah -60.

4. F4 adalah Faktor penyelarasan yang berkaitan dengan metode ekskavasi


Pada daerah penelitian kegiatan pembongkaran batuan dilakukan secara mekanik sehingga untuk
faktor F4 di kategorikan dalam peledakan mekanik maka bobotnya 0.
SMR = RMRb + (F1 x F2 x F3) + F4
= 74 + [1 x 0.15 x (-60)] + 0
= 65

4.4 Evaluation of Tunnel


Metode ini digunakan untuk perencanaan pembangunan tunnel, dengan mengaplikasikan data-
data RMR, terutama untuk umur tunnel. Dari nilai RMR yang didapatkan yaitu 74,

Gambar 4.1. Stand up time

RMR=74, Roof Span = 4, Stand up time : 105 hour

4.5 Metode RSR


Tabel. 4.5.1 General area geology
Tabel. 4.5.2 Joint pattern, direction of drive

Tabel. 4.5.1 Groundwater, joint condition

RSR = A+B+C= <100

RSR = 77
Gambar. 4.5.1 Pengeplotan RSR

Dikarenakan nilai RSR= 76, maka tidak dibutuhkan shotcrete dan rockbolts

4.6 Metode Q System


Metode Q system ini digunakan untuk menentukan menentukan perencanaan span dan jangka
waktu penggunaannya. Secara total rumusnya sebagai berikut :

Diketahui :

RQD ( rock quality designation) = 85,7%


Jn (joint set number) =2
Jr (joint roughness number) =3
Ja (joint alteration number) = 0,75
Jw (joint water reduction number) =1
SRF (stress reduction factor) =5
Kemudian setelah dimasukkan rumus Q sistem, didapatkan nilai sebesar:
𝑅𝑄𝐷 𝑥 𝐽𝑟 𝑥 𝐽𝑤
Q =
𝐽𝑛 𝑥 𝐽𝑎 𝑥 𝑆𝑅𝐹

85,7 𝑥 3 𝑥 1
=
2 𝑥 0,75 𝑥 5

= 34,28

Lalu Q system dimasukkan ke dalam diagram perencanaan tunnel

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Q System


Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Q System

4.7 Tunnel and The Q Rating


Perencanaan tunnel dan rating berdasarkan nilai ESR dan span yang didapatkan dari
pengeplotan diagram RMR.

Gambar4.7.1 Tunnels and the Q Rating


Nilai ESR didapatkan nilai 3, berdasarkan tujuannya, yaitu pembuatan tunnel pada Temporary
Mine Opening
Gambar. 4.7.2. kategori ekskavasi berdasarkan nilai ESR

QSys : 34,28
ESR : 5
Gambar 4.7.3 Chart Tunnels and the Q Rating

( Grimstand & Barton, 1993 )


Dari pengeplotan Q rating dan Equivalent Dimension maka Tunnel membutuhkan panjang
Bault 2,4 m dan spasi Bault sebesar 2,5 m

Anda mungkin juga menyukai