Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang
berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi),
kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya
(kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan
batuan (Noor,2009).
Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-
19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa perlapisan
batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi).
Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang
terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena
banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang
berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya
pada suatu wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka
kemudian Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk periode-
periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu belum ada penamaan waktunya.
Berawal dari hasil pengamatan William Smith dan kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang susunan, hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal
dengan stratigrafi (Noor,2009).
Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata,
yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata
“grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya gambar atau lukisan.
Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu
pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan
pembentukan (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu
(Noor,2009).
2.2. Prinsip Stratigrafi
Dalam pembelajaran stratigrafi permulaannya adalah pada prinsip-prinsip dasar
yang sangat sebagai dasar dari studi ini Nicolas Steno membuat empat prinsip
tentang konsep dasar perlapisan dikenal sekarang dengan “Steno’sLaw”
(Rusman,2016).
Empat prinsip Steno tersebut adalah :
Dalam suatu urutan perlapisan, lapisan yang lebih muda berada diatas lapisan
yang lebih tua. "...pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat terjadinya pengendapan),
semua masa yang berada diatasnya adalah fluida, maka, pada saat suatu lapisan yang
lebih dulu terbentuk, tidak ada keterdapatan lapisan diatasnya." Steno, 1669
(Rusman,2016).
Gambar 2.4 Principle of Cross Cutting Relationship: (a) intrusi lebih muda dari batuan
yang dipotongnya; (b) sesar lebih muda dari batuan yang dipotongnya
William Smith (1769-1839) seorang peneliti dari Inggris. Smith adalah insinyur
yang bekerja disebuah bendungan, ia mengemukakan Teori biostratigrafi dan
korelasi stratigrafi. Smith mengungkapkan dengan menganalisa keterdapatan fosil
dalam suatu batuan, maka suatu lapisan yang satu dapat dikorelasikan dengan
lapisan yang lain, yang merupakan satu perlapisan. Dengan korelasi stratigrafi maka
dapat diketahui sejarah geologinya pula. Dalam studi hubungan fosil antar perlapisan
batuan, ia pun menyimpulkan suatu hukum yaitu “Law of Faunal Succession”,
pernyataan umum yang menerangkan bahwa fosil suatu organisme terdapat dalam
data rekaman stratigrafi dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui
sejarah geologi yang pernah dilauinya. Jasanya sebagai pencetus biostratigrafi
membuat ia dikenal dengan sebuatan“Bapak Stratigrafi”. Ahli Stratigrafi lain seperti
D’Orbigny dan Albert Oppel juga berperan besar dalam perkembangan ilmu
stratigrafi. D’Orbigny mengemukakan suatu perlapisan secara sistematis mengikuti
yang lainnya yang memiliki karakteristik fosil yang sama. Sedangkan Oppel berjasa
dalam mencetuskan konsep “Biozone”. Biozone adalah satu unit skala kecil yang
mengandung semua lapisan yang diendapkan selama eksistensi/keberadaan fosil
organisme tertentu. Kedua orang inilah yang juga mencetuskan pembuatan standar
kolom stratigrafi (Rusman,2016).
Beberapa kriteria yang bisa dijadikan dasar untuk pengenalan lapisan pada
suatu singkapan dilapangan, antara lain :
• Perubahan susunan mineralogi
• Perubahan tekstur (besar butir, bentuk butir, pemilahan)
• Perubahan macam batuan/litologi
• Perubahan warna
• Penyebaran kerikil atau fosil ataupun mineral tertentu menurut suatu bidang
• Perubahan kekerasan/pelapukandari batuan
• Perubahan struktur sedimen Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas
antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak
antar lapisan.
2.4. Satuan Biostratigrafi
Biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan
fosil yang terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu
menunjukkan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode
waktu yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain.
Azas Tujuan:
1. Pembagian biostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan lapisan-lapisan batuan
di bumi secara bersistem menjadi satuan satuan bernama berdasar kandungan
dan penyebaran fosil.
2. Satuan biostratigrafi ialah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan berdasar
kandungan fosil atau ciri-ciri paleontologi sebagai sendi pembeda terhadap
tubuh batuan sekitarnya.
Satuan Resmi dan Tak Resmi: Satuan biostratigrafi resmi ialah satuan yang
memenuhi persyaratan Sandi sedangkan satuan biostratigrafi tak resmi adalah satuan
yang tidak seluruhnya memenuhi persyaratan Sandi.
Kelanjutan Satuan Kelanjutan satuan biostratigrafi ditentukan oleh penyebaran
kandungan fosil yang mencirikannnya.
A. Tingkat dan Jenis Satuan Biostratigrafi
Zona ialah satuan dasar biostratigrafi
1. Zona adalah suatu lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu takson fosil
atau lebih.
2. Urutan tingkat satuan biostratigrafi resmi, masing-masing dari besar sampai
kecil ialah: Super-Zona, Zona, Sub-Zona, dan Zenula,
3. Berdasarkan ciri paleontologi yang dijadikan sendi satuan biostratigrafi,
dibedakan: Zona Kumpulan, Zona Kisaran, Zona Puncak, dan Zona Selang
Zona Kumpulan
a) Zona Kumpulan ialah kesatuan sejumpah lapisan yang terdiri oleh kumpulan
alamiah fosil yang hkas atau kumpulan sesuatu jenis fosil.
b) Kegunaan Zona Kumpulan, selain sebagai penunjuk lingkungan kehidupan
purba dapat juga dipakai sebagai penciri waktu.
c) Batas dan kelanjutan zona Kumpulan ditentukan oleh batas terdapat
bersamaannya (kemasyarakatan) unsur-unsur utama dalam kesinambungan yang
wajar.
d) Nama Zona Kisaran harus diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang menjadi
penciri utama kumpulannya.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
TUGAS PENDAHUUAN
OLEH :
MUH.FAJRIN
D061171002
GOWA
2019