Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
memaksimalkan peran dan fungsi perawat, khususnya peranan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antarperawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang mesti ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat pergantian
sif/timbang terima pasien (Nursalam, 2014).
Timbang terima pasien (hand over) merupakan cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Timbang
terima harus dilakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan /belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2014).
Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat perhatian
penting bagi sistem pelayanan kesehatan.Keselamatan pasien merupakan prinsip
dasar dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa keselamatan merupakan
hak bagi setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan. World Health
Organization (WHO) Collaborating Center for Patient Safety Solutions
bekerjasama dengan Joint Commision International(JCI) pada tahun 2005 telah
memasukan masalah keselamatan pasien dengan menerbitkan enam program
kegiatan keselamatan pasien dan sembilan panduan/solusi keselamatan pasien di
rumah sakit pada tahun 2007 (WHO, 2007).
Tahun 2000 Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat menerbitkan
laporan yang dilakukan di rumah sakit di Utah dan Colorado ditemukan Kejadian
Tidak Diduga (KTD) sebesar 2,9% dan 6,6% diantaranya meninggal, sedangkan
di rumah sakit yang ada di New York ditemukan 3,7% kejadian KTD dan 13,6%
diantaranya meninggal. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di
seluruh Amerika Serikat yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000

1
sampai 98.000 dilaporkan meninggal setiap tahunnya dan kesalahan medis
menempati urutan kedelapan penyebab kematian di Amerika Serikat. Publikasi
oleh WHO pada tahun 2004, juga menemukan KTD dengan rentang 3,2-16,6%
pada rumah sakit diberbagai negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark, dan
Australia (Depkes RI, 2006).
Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam PMK No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan mengacu pada sembilan solusi
keselamatan pasien oleh WHO bertujuan untuk mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien.Timbang terima pasien termasuk pada sasaran yang
kedua yaitu peningkatan komunikasi yang efektif.
Penyebab yang lazim terjadinya cedera pasien yaitu perintah medis yang tak
terbaca dan rancu yang rentan untuk salah terjemahan, prosedur yang dijalankan
pasien yang keliru, pembedahan keliru tempat, kesalahan medis, penundaan ruang
darurat, para perawat yang tak berdaya untuk turun tangan saat mereka
melaporkan perubahan signifikan pasien, ketidakmauan bertindak sebelum suatu
situasi menjadi krisis, ketidakmauan membelanjakan uang untuk pencegahan,
dokumentasi tak memadai dan kurangnya komunikasi (Fabre, 2010).
Program keselamatan pasien (patient safety) adalah untuk menjamin
keselamatan pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bersifat kompleks dan
melibatkan berbagai praktisi klinis serta berbagai disiplin ilmu kedokteran dan
ilmu kesehatan. Kerja sama antarpetugas kesehatan sangat menentukan efektivitas
dan efisiensi penyediaan pelayanan kesehatan pada pasien. Rumah sakit sebagai
institusi pelayanan kesehatan harus merespons dan produktif dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan kesehatan
seharusnya menunjuk pada penampilan dari pelayanan kesehatan. Keselamatan
pasien merupakan upaya yang harus diutamakan dalam penyediaan pelayanan
kesehatan. Pasien harus memperoleh jaminan keselamatan selama mendapatkan
perawatan atau pelayanan di lembaga pelayanan kesehatan, yakni terhindar dari
berbagai kesalahan tindakan medis (medical error) maupun kejadian yang tidak
diharapkan (Koentjoro, 2007).

2
1.2.Tujuan Umum
Untuk mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi
penting

1.3.Tujuan Khusus
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

3
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi

Timbang terima atau disebut overan atau komunikasi saat serah terima tugas
antar perawat memerlukan suatu komunikasi mengenai kebutuhan pasien,
intervensi yang telah dan belum dilaksanakan serta mengenai respon pasien. Cara
yang dilakukan adalah dengan berkeliling dari pasien ke pasien lain dan
melaporkan kondisi mereka secara akurat di dekat pasien. Cara ini lebih efektif
ketimbang hanya sekedar membaca dokumentasi yang talah dibuat karena perawat
dapat menerima overan secara nyata dan tidak terlalu menyita waktu (Nursalam,
2014).

Timbang terima adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang
dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan
tentang definisi dari timbang terima adalah transfer tentang informasi (termasuk
tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang
berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Timbang terima juga meliputi mekanisme transfer
informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari
perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.

2.2 Tujuan timbang terima


Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya.

Menurut Nursalam (2014) Tujuan umum timbang terima adalah


mengkomunikasikan kondisi pasien dan menyampaikan informasi yang penting
dan tujuan khususnya adalah:

1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).

4
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima memiliki 2 fungsi utama; Sebagai forum diskusi untuk
bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat dan sebagai sumber
informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan
keperawatan.

2.3 Prosedur dalam Timbang Terima


Berikut adalah prosedur timbang terima menurut Nurslam (2014):

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. Timbang terima Nurse Karu, PP,


dilaksanakan setiap station PA
pergantian shift.
2. Yang pelu dipertimbangkan,
semua pasien baru dan
pasien yang memiliki
permasalahan yang belum
bisa teratasi serta yang
memerlukan observasi lebih
lanjut
3. PA/PP menyempaikan
timbang terima kepada PP
shift berikutnya. Yang perlu
disampaikan:
S : Sebutkan nama pasien,
umur, tanggal masuk,
dan hari perawatan,

5
serta dokter yang
merawat. Sebutkan
diagnosis medis dan
masalah keperawtan
yang belum atau sudah
teratasi/keluhan utama.
B : Jelaskan intervensi yang
telah dilakukan dan
respons pasien dari
setiap diagnosis
keperawatan. Sebutkan
riwayat alergi, riwayat
pembedahan,
pemasangan alat
invasive, dan obat-
obatan termasuk cairan
infuse yang
digunakan. Jelaskan
engetahuan pasien dan
keluarga terhadap
diagnosisi medis.
A : Jelaskan secara lengkap
hasil pengkajian
pasien terkini seperti
tanda vital, skor nyeri,
tingkat kesadaran,
braden score,status
restrain,risiko jatuh,
pivas score, status
nutrisi, kemampuan
eliminasi dan lain-lain.
Jelaskan informasi

6
klinik lain yang
mendukung.
R :Merekomendasikan
intervensi keperawatan
yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to
nursing care plan)
termasuk discharge
planning dan edukasi
pasien dan keluarga.

Pelaksanaan Nurse Staion Nurse Karu, PP,


Station PA
1. Kedua kelompok dinas
sudah siap (shif jaga)
2. Kelompok yang bertugas
menyiapksan catatan
3. Karu membuka acara overan
4. Penyampaian yang singkat,
padat, jelas oleh perawat
jaga
5. Perawat jaga selanjutnya
dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal
yang kurang jelas
Penyampaian pada saat
timbang terima secara
singkat dan jelas

Di Bed Pasien

6. Karu menyampaikan salam


Bed

7
dan menanyakan kebutuhan Pasien
dasar pasien
7. Perawat jaga selanjutnya
mengkaji secara penuh
tentang masalah
keperawatan, kebutuhan dan
intervensi yang telah/belum
dilaksanakan serta hal
penting lain selama masa
perawatan
8. Hal khusus dan memerlukan
perincian matang sebaiknya
dicatat untuk diserah
terimakan ke sif selanjutnya
Pasca 1. Diskusi Nurse Karu, PP,
timbang 2. Pelaporan langsung Station PA
terima dituliskan pada form timbang
terima dengan ditandatangani
PP jaga dn PP jaga
berikutnya, diketahui oleh
Karu
3. Ditutup oleh Karu

2.4 Metode dalam Timbang Terima


Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
1. Menggunakan Tape recorder, Metode itu berupa one way communication.
2. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken.
3. Menggunakan komunikasi tertulis atau written.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.

8
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:

1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya


pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Timbang terima tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan
kegagalan informasi atau terlupa.

Berikut beberapa contoh model Timbang terima:


1. Timbang terima dengan menggunakan SBAR
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera (Nursalam, 2014).
S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta
dokter yang merawat.
b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawtan yang belum atau sudah
teratasi/keluhan utama.

B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien Terkini)


a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan.
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasive,
dan obat-obatan termasuk cairan infuse yang digunakan.
c. Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosisi medis.

9
A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital,
skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score,status restrain,risiko jatuh, pivas
score, status nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain-lain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.

R: Recommendation
Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan
(refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga.

2. Timbang terima dengan metode tradisional


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa overan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.

3. Timbang terima dengan metode bedside handover


Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu timbang terima yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga
pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses overan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:

10
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan


pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit
atau persepsi medis yang lain.

2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2. Dipimpin oleh Karu atau PP
3. Diikuti semua perawat yang sudah dan akan dinas
4. Informasi harus singkat, akurat, sistematis dan menggambarkan kondisi
pasien saat ini (jaga kerahasiaan pasien)
5. Harus berorientasi pada permasalahan pasien
6. Saat timbang terima di bed pasien, menggunakan volume suara yang cukup
agar hal-hal yang mungkin rahasia tidak didengar oleh pasien lain. Hal-hal
yang rahasia sebaiknya tidak dibicarakan langsung di dekat pasien
7. Sesuatu yang mungkin akan membuat pasien terkejut sebaiknya dibicarakan
di nurse station.

2.6 Faktor-faktor dalam Timbang Terima


1. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminologi keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

11
2.7 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Timbang terima atau overan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien.
Efek-efek dari shift kerja atau overan adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur
selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibattimbulnya perasaan
mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi
pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.

3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan


Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja


Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith dkk (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi

12
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-
rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

2.8 Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Keterampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan
oleh perawat.Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
identitas pasien, diagnosa medis pesien, dokter yang menangani, kondisi umum
pasien saat ini, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi
yang belum dilakukan, tindakan kolaborasi, rencana umum dan persiapan lain
serta tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah dapat digunakan lagi untuk keperluan


yang bermanfaat, mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga
kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien serta
bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat (Suarli & Yayan, 2009).

13
2.9 Alur Timbang Terima

Situation

data demografi diagnosis medis Diagnosis keperawatan (data)

Background

Riwayat keperawatan

Assessment: KU, TTV, GCS,


Skala nyeri, Jesiko Jatuh, ROS

Recomendation: tingkatkan
yang sudah, dilanjutkan, stop,
modifikasi, strategi baru

(Nursalam, 2014)

2.10 Evaluasi dalam Timbang Terima


1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain: Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang
terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada
shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.

2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer

14
malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift.
Timbang terima pertama dilakukan di nurse stationkemudian ke tempat tidur klien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien,
masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan
serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari
5 menit saat klarifikasi ke klien.

3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.

15
BAB 3
DIALOG

Sesi 1 di nurse station


Karu (Nafis) : Selamat pagi rekan-rekan, bagaimana kabar hari ini ?

Semua perawat : Alhamdulillah baik pak

Nafis (Karu) : Alhamdulillah. Sebelumnya saya ucapkan selamat datang


kepada tim untuk dinas pagi, dan terimakasih untuk tim dinas malam karena telah
melakukan tugasnya dengan baik. Apakah semua rekan-rekan perawat sudah
hadir?

Fauzi (PP Pagi 1) : Sudah lengkap pak.

Nafis (Karu) : Saya berterima kasih karena hari ini tidak ada yang
terlambat. (tersenyum, kemudian menoleh kepada salah satu PA di nurse station).
Apakah catatan medis, catatan keperawatan klien, serta buku timbang terima
sudah disiapkan?

Fadilah (PA 1 malam) : sudah pak, saya sudah menyiapkan buku timbang
terimanya.

(setelah semua staf perawat berkumpul maka operan pun dimulai)

Karu : Baiklah, karena semua sudah dipersiapkan. Sebelum kita


memulai kegiatan timbang terima ini marilah kita berdoa dengan keyakinan
masing-masing. berdoa dipersilahkan... (semua staf pun menundukan kepala
sejenak dan berdoa) selesai...
Baiklah untuk timbang terima kali ini saya persilahkan kepada perwakilan dari tim
dinas malam untuk melaporkan kondisi dan perkembangan dari pasiennya.

16
Fadilah (PA 1 malam) : Baik ners, terimakasih waktunya, pagi ini saya
akan membacakan kondisi dan perkembangan dari pasien. saya Fadilah dari tim
dinas malam. Untuk hari ini kita mempunyai 3 pasien. nah dari ketiga pasien ini
terdapat 1 pasien baru yang ada di kamar 04

Pasien pertama :
S : -Tn. R (49 Tahun)
-Kamar 02
-Diagnosa medis: Asma
-Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan sekret
-Kesadaran : Kompos mentis
-Keluhan : pasien mengeluh masih sesak nafas
-Pernafasan cuping hidung
-Pernafasan cepat
-Terdapat secret yang kental

B : -Telah diberikan terapi oksigen 2liter


-Telah diberikan terapi nebulizer

A : -Pemeriksaan TTV
TD : 130/90 mmhg
Nadi : 80x/menit
RR : 30x/menit
Suhu : 37°C
-Diet M2
-Terapi IVFD RL 20 tetes/menit

R : -Lakukan pemeriksaan TTV setiap 5 jam


-Lakukan pemberian terapi nebulizer
-Pantau pemberian Oksigen

17
Agik (PP 2 pagi) : Masih sering sesak?
Fadilah (PA 1 Malam) : iya.. tolong terapi oksigennya dipantau ya..

Agik (PP 2 Pagi) : oh iya..

Fadilah (PA 1 Malam) : Baik kalau tidak ada pertanyaan lagi saya lanjut.

Pasien kedua
S : -Tn.B (40 tahun)
-Kamar 03
-Diagnosa medis : GE
- Diagnosa keperawatan : Defisit volume cairan
-Keluhan : pasien mengatakan masih lemas
-Turgor kulit jelek

B : -Kekurangan cairan
-Telah diberikan terapi IVFD RL 20 tetes/menit

A : -Pemeriksaan TTV
TD :130/80 mmhg
Nadi : 80x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36°C
-Diet M2

R : -Lanjutkan terapi IVFD 20 tetes/menis


-Diet M2

Fauzi (PP 1 pagi) : Pasien ini muntah ?

Fadilah (PA 1 malam) : iya muntah tadi malam, pantau intake outputnya ya..

18
Fauzi (PP 1 Pagi) : oh baik..
Fadilah (PA 1 Malam) :

Pasien ketiga
S : -Tn. L (48 tahun)
-Kamar 04
-Diagnosa medis : Hepatitis
-Diagnosa keperawatan :
-Keluhan : pasien mengeluh lemas, kurang nafsu makan
-Tampak kuning

B :-Bilirubin 2,1 mg/dl (N : 0,1-1,2 mg/dl)


-Tidak memiliki riwayat alergi

A :-Pemeriksaan TTV
TD : 110/90 mmhg
Nadi: 60x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36,7°C
-Diet M2
-Terapi IVFD RL 20 tetes/menit

R : -Cek bilirubin
-Cek HB

Agik (PP 2 pagi) : ini HB nya berapa mbak?

Fadilah : Hasilnya belum keluar, nanti diambil ya.. baik itu saja, ada
yang kurang jelas ?

Agik : tidak ada..

19
Nafis : baik terimakasih laporannya mbak. Karna sudah tidak ada pertanyaan
lagi, mari kita langsung menuju kamar pasien.

Sesi 2 di RuangPerawatan

Pada pasien 1
Nafis (Karu) :“Selamat pagi Bapak R…. Kami dari tim perawat sedang
melakukan operan.” Bapak masih ingat dengan perawat shift malam yang tadi
merawat bapak ?

Angga (PP 1 malam) : Selamat pagi pak.. tugas saya dengan mbak fadilah sudah
selesai, dan sekarang saya akan digantikan oleh perawat yang akan bertugas di
pagi ini.

Agik (PP 2 pagi) :“Selamat pagi bapak, saya perawat Agik. Dan ini rekan
saya perawat Fauzi yang akan bertugas untuk merawat bapak pada pagi ini.
Bagaimana kabar bapak hari ini? apakah sudah merasa baikkan ?”

Tn. R (Pasien) : belum pak, masih sesak

Agik (PP 2 pagi ) : “ohh, iya bapak. Nantik kami akan memberikan obat
untuk mengurangi sesak bapak.

Tn. R : “iya pak

Agik (PP 2 pagi) : “apa ada yang ingin bapak tanyakan lagi ?”

Tn. R : “tidak ada pak, terimakasih”

Agik (PP 2 pagi) : “iya, sama-sama bapak. Nanti jika ada sesuatu yang perlu
ditanyakan, silahkan hubungi kami di ruang perawat di depan. kami permisi dulu
ya pak”

20
Tn. R : iya pak silahkan

Pada pasien 2
Nafis (Karu) :“Selamat pagi Bapak B…. Kami dari tim perawat sedang
melakukan operan.” Bapak masih ingat dengan perawat shift malam yang tadi
merawat bapak ?

Fadilah (PP 1 malam) : Selamat pagi pak.. tugas saya dengan mas angga sudah
selesai, dan sekarang saya akan digantikan oleh perawat yang akan bertugas di
pagi ini.

Fauzi (PP 1 pagi) :“Selamat pagi bapak, saya perawat Fauzi. Dan ini rekan
saya perawat Agik yang akan bertugas untuk merawat bapak pada pagi ini.
Bagaimana kabar bapak hari ini? apakah sudah merasa baikkan ?”

Tn. B (Pasien) : Alhamdulillah sudah baikan, tapi masih lemas

Fauzi : apakah bapak merasa mual dan ingin muntah ?

Tn. B (pasien) : untuk pagi ini tidak pak

Fauzi : Oh baik.. mungkin ada yang ingin ditanyakan ?

Tn. B : tidak pak..

Fauzi : oh baik kalau begitu saya permisi dulu ya pak, nanti jika ada
sesuatu tolong hubungi perawat yang ada di depan ya..

Tn. B : baik pak

21
Pada pasien 3
Nafis (Karu) :“Selamat pagi Bapak L…. Kami dari tim perawat sedang
melakukan operan.” Bapak masih ingat dengan perawat shift malam yang tadi
merawat bapak ?

Angga (PP 1 malam) : Selamat pagi pak.. tugas saya dengan mbak fadilah sudah
selesai, dan sekarang saya akan digantikan oleh perawat yang akan bertugas di
pagi ini.

Agik (PP 2 pagi) :“Selamat pagi bapak, saya perawat Agik. Dan ini rekan
saya perawat Fauzi yang akan bertugas untuk merawat bapak pada pagi ini.
Bagaimana kabar bapak hari ini? apakah sudah merasa baikkan ?”

Tn. L (pasien) : Alhamdulillah, tapi masih lemas pak

Agik (PP 2 pagi ) : “ohh, iya bapak. porsi makannya habis pak?

Tn. L : “tidak pak, saya kurang nafsu makan

Agik (PP 2 pagi) : Meskipun kurang nafsu makan, tapi harus sering makan
ya pak meskipun sedikit

Tn. L : baik pak

Agik : Apa ada yang kurang jelas pak ?

Tn. L : tidak pak

Agik (PP 2 pagi) : Nanti jika ada sesuatu yang perlu ditanyakan, silahkan
hubungi kami di ruang perawat di depan. kami permisi dulu ya pak”

Tn. L : iya pak silahkan

22
Sesi 3 Nurse station :
Nafis : Baik teman-teman , bagaimana setelah tadi kita bersama-sama ke
ruangan pasien , apakah ada dari teman-teman yang masih merasa kurang paham ?
Kalau ada silahkan ditanyakan kepada shift sebelumnya agar tidak terjadii
kekeliruan perawatan.
Agik : Tidak ada nurse..
Nafis :Baik silahkan untuk PP malam dan PP pagi menandatangani
laporan timbang terima

(PP pagi dan PP malam menandatangani laporan timbang terima)

Nafis : Berarti semuanya sudah jelas ya, jadi saya mohon shift
selanjutnya teliti dan hati-hati dalam melakukan perawatan , karena tidak ada
pertanyaan lagi kita tutup timbang terima ini dengan doa. Semoga teman-teman
perawat Shif malam selamat sampai tujuan dan teman-teman shift pagi tidak ada
halangan atau masalah dalam menjalankan semua tugas yang ada. Terimakasih
untuk tim malam karena sudah melakukan tugas dengan baik dan lancar dan
semangat bekerja untuk tim pagi. Berdoa dimulai... Berdoa selesai....”

23
BAB 4
PENUTUP

4.1. Simpulan
Timbang terima pasien (hand over) merupakan cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Timbang
terima harus dilakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan /belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna.

Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai


keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan yang
optimal.

4.2. Saran
1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse stasion
atau saat di pasien .
2. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda tangan PP
pagi dan PP sore sebagai dokumentasi keperawatan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Saksono, A. (1991). Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus Tertulis


Bagi Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Depnaker RI, Jakarta

Suarli S dan Bahtiar Yayan. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta: erlangga

25

Anda mungkin juga menyukai