Anda di halaman 1dari 13

MODUL PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

Disusun oleh :

Susanti M.Si., Apt

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA

2018
PRAKTIKUM 1
KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

1. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menggunakan piknometer untuk penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan baik dan
benar
b. Menghitung kerapatan dan bobot jenis suatu zat

2. Dasar Teori
Kerapatan merupakan massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat
ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah
satu sifat fisika yang paling definitif, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan
kemurnian suatu zat. Suatu rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu objek dengan
volumenya:

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚)
(𝑑) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉)

Bobot jenis suatu zat merupakan perbandingan antara bobot zat terhadap air volume
sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot jenis digunakan hanya
untuk cairan, kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada
suhu 25° C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama.

3. Alat dan bahan


a. Alat : piknometer, neraca analitik, gotri
b. Bahan : aquadest, etanol 70%, aseton, tisu

4. Cara Kerja
a. Penentuan volume piknometer
 Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
 Isi piknometer dengan aquadest sampai penuh, lalu tutup pikno
 Usap dan keringkan bagian luar piknometer yang terkena aquadest dengan tissue
 Timbang piknometer dengan seksama
 Hitung volume piknometer
b. Penentuan kerapatan dan bobot jenis etanol 70%
 Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
 Isi piknometer dengan etanol sampai penuh, lalu tutup pikno
 Usap dan keringkan bagian luar piknometer yang terkena aquadest dengan tissue
 Timbang piknometer dengan seksama
 Hitung kerapatan dan bobot jenis etanol 70%
c. Penentuan kerapatan dan bobot zat padat
 Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
 Timbang gotri yang akan ditentukan kerapatannya dengan seksama
 Masukkan gotri ke dalam piknometer
 Isi piknometer dengan aquadest hingga penuh
 Tutup piknometer dan usap cairan yang menempel dengan tisu
 Timbang piknometer dengan seksama
 Hitung kerapatan dan bobot jenis gotri
PRAKTIKUM 2
KELARUTAN

1. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
b. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat
c. Menentukan konsentrasi misel kritik dari surfaktan dengan metode kelarutan

2. Dasar Teori
Kelarutan adalah interaksi spontan atau lebih dari dua atau lebih zat membentuk
dispersi molekuler yang homogen. Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat adalah konsentrasi
zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu atau tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan
dalam satuan ml pelarut yang dapat melarutkan 1 gram zat, atau dinyatakan dalam molaritas,
molalitas atau persen. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara
lain pH, suhu, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik pelarut, adanya zat-zat lain
seperti surfaktan, pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-lain.

3. Alat dan Bahan


a. Alat : seperangkat alat gelas, spektrofotometer uv vis, orbital shaker
b. Bahan : parasetamol, aquadest, propilenglikol, gliserol, tween 80

4. Cara Kerja
a. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
 Buatlah 50 mL campuran pelarut pada tabel di bawah ini :
Alkohol Propilenglikol Gliserol
(% v/v) (% v/v) (% v/v)
0 25 25
5 20 25
10 20 20

 Larutkan parasetamol sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran pelarut


sampai didapat larutan jenuh
 Kocok larutan dengan shaker selama 20 menit
 Saring, kemudian tentukan kadar parasetamol yang terlarut dengan spektrofotometer
uv –vis
b. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
 Buat 50 mL larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,5; 5; 25 mg/mL
 Tambahkan parasetamol sedikit sedikit ke dalam masing-masing larutan di atas
sampai diperoleh larutan yang jenuh
 Kocok larutan selama 1 jam dengan orbital shaker, jika ada endapan yang larut
selama pengocokan tambahkan lagi parasetamol sampai didapatkan larutan yang
jenuh
 Saring dan tentukan kadar parasetamol yang terlarut dalam masing-masing pelarut
dengan spektrofotometer uv –vis.
PRAKTIKUM 3
UKURAN PARTIKEL

1. Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Mengukur ukuran partikel zat dengan metode mikroskopik
b. Mengukur ukuran partikel zat dengan metode pengayakan

2. Dasar Teori
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil.
Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran
luas permukaan ratarata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah
ukuran diameter rata-rata Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh
Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan
mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada
dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar,
granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan. Pentingnya mempelajari
mikromiretik, yaitu:
a. Menghitung luas permukaan
b. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
c. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan
dan topikal
d. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
e. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).

Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:


a. Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak
diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di
bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan
mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
b. Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran
partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran
geometrik partikel.

3. Alat dan Bahan


a. Alat : mikroskop, mikrometer, beker glass, batang pengaduk, timbangan, ayakan
b. Bahan : asetosal; aquadest; granul

4. Cara Kerja
a. Penentuan ukuran partikel dengan metode mikroskopik
 Kalibrasi skala okuler: tempatkan mikrometer di bawah mikroskop. Himpitkan garis
awal skala okuler dengan garis awal skala objektif kemudian tentukan garis kedua
yang tepat berhimpit. Tentukan jarak skala lensa okuler.
 Buat suspensi asetosal encer partikel yang akan dianalisa dan buat preparat di atas
gelas objek
 Lakukan pengelompokkan : tentukan ukuran partikel yang terkecil dan terbesar,
bagilah jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian
 Ukurlah partikel dan golongkan ke dalam grup/kelompok yang telah ditentukan dan
ukurlah sedikitnya 200 partikel.
 Buat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter rata-rata

b. Penentuan ukuran partikel dengan metode pengayakan


 Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke bawah makin
besar nomor pengayakan
 Sejumlah granul yang sudah ditimbang diletakkan pada pengayak paling atas,
ditutup dan mesin pengayak dihidupkan selama 10 menit
 Fraksi yang tersisa pada masing-masing pengayak ditimbang
 Fraksi rata-rata partikel dihitung dari rata-rata lubang pengayak yang dapat dilewati
dan lubang pengayak yang menahan serbuk tersebut
 Buat distribusi ukuran partikel dan hitung diameter rata-rata partikel
PRAKTIKUM 4
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

1. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Membedakan sifat cairan Newton dan Non Newton
b. Menggunakan berbagai jenis viskometer
c. Menentukan viskositas dan rheologi cairan

2. Dasar Teori
Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Digunakan
istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk menggunakan aliran cairan
dan deformasi dari padatan. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan
suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas,
semakin besar tahanannya untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam simbol η. Prinsip
dasar rheologi telah digunakan dalam penyelidikan zat, tinta, berbagai adonan, bahan-bahan
untuk pembuat jalan, kosmetik, produk hasil peternakan, serta sediaan-sediaan farmasi.
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di
dalam fluida. Semakin besar viskositas (kekentalan) fluida, maka semakin sulit suatu fluida
untuk mengalir dan juga menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida
tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair.
Penggolongan sistem cair menurut tipe aliran dan deformasinya ada dua yaitu:
a. Sistem Newton
Sistem Newton Pada cairan Newton, hubungan antara shearing rate dan shearing
stress adalah linear, dengan suatu tetapan yang dikenal dengan viskositas atau koefisien
viskositas. Tipe alir ini umumnya dimiliki oleh zat cair tunggal serta larutan dengan
struktur molekul sederhana dengan volume molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti
Sistem Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak
tergantung pada kecepatan geser, sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu
kecepatan geser.
b. Sistem Non Newton.
Pada cairan non-Newton, shearing rate dan shearing stress tidak memiliki hubungan
linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan.
Tipe aliran non-Newton terjadi pada dispersi heterogen antara cairan dengan padatan
seperti pada koloid, emulsi, dan suspense cair,salep. Ada 3 jenis tipe aliran dalam
sistem Non-Newton, yaitu : PLASTIS, PSEUDOPLASTIS, dan DILATAN.

Alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat disebut viskometer. Ada 2 jenis
viksometer:
a. Viskometer satu titik
Hanya digunakan untuk menentukan viskositas cairan Newton. Misal viskometer
kapiler, bola jatuh
b. Viskometer banyak titik.
Viskometer jenis ini bisa digunakan untuk cairan Newton dan Non Newton. Misal
viskometer stromer, brookfield, dll.

3. Alat dan Bahan


Alat : viskometer pipa kapiler, stopwatch, bola hisap, viskometer brookfield
Bahan : etanol, sirupus simpleks, aquadest, PGA

4. Cara Kerja
a. Penentuan viskositas Newton menggunakan viskometer pipa kapiler/ ostwald
 Masukkan etanol, sirupus simpleks 65% melalui pipa ukuran besar sampai batas
bawah pipa kapiler
 Hisap cairan dari pipa ukuran kecil sampai cairan mencapai batas atas pipa kapiler
menggunakan bola hisap
 Lepaskan bola hisap, catat waktu yang diperlukan cairan mengalir dari batas atas
menuju batas bawah pipa kapiler menggunakan stopwatch. Lakukan secara triplo.
 Lakukan hal yang sama poin 1-3 menggunakan blanko aquades
 Hitung viskositas cairan

b. Penentuan viskositas Non Newton menggunakan viskometer brookfield


 Tentukan sifat alir dispersi PGA 10% menggunakan viskometer brookfield
 Hitung viskositas zat
PRAKTIKUM 5
TEGANGAN PERMUKAAN

1. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menentukan tegangan permukaan dari suatu zat cair (aquadest dan parafin liquid)
b. Menurunkan konsentrasi misel kritis (KMK) dari suatu surfaktan (tween 80)

2. Dasar Teori
Tegangan Permukaan (Tegangan Antar Muka) adalah gaya persatuan panjang yang
harus dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan.
Hal tersebut terjadi karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil
dari pada gaya khohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya
kedalam pada permukaan cairan. Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang
terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu
lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak
bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara. Pengukuran tegangan
permukaan atau tegangan antar muka:
a. Metode kenaikan kapiler:
Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/cairan yang naik melalui
suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk mengukur
tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan antar muka.
b. Metode tersiometer Du-Nouy:
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan
ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk
melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan sebanding
dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut.

Manfaat Fenomena antar muka dalam farmasi:


a. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat
b. Penetrasi molekul melalui membrane biologis
c. Pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair
untuk membentuk sediaan suspensi
3. Alat dan Bahan
a. Alat : Batang pengaduk, cawan petri, corong, gelas ukur 100 ml, pipa kapiler, pipet
skala, pipet tetes dan pot plastik
b. Bahan : aquadest, tween 80, parafin liquid

4. Cara Kerja
a. Pembuatan larutan tween 80
 Disiapkan alat dan bahan.
 Ditimbang tween 80 dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%,
dan 10%.
 Dilarutkan masing-masing tween 80 dan dicukupkan hingga 100 ml.
b. Pengukuran tegangan permukaan cairan
 Disiapkan alat dan bahan.
 Dipipet 20 ml aquadest dan parafin cair kemudian dimasukkan kedalam 2 cawan
petri yang berbeda.
 Dimasukkan pipa kapiler kedalam cawan petri yang telah diisi air dan parafin cair.
 Diukur ketinggian dari cairan-cairan tersebut
 Dihentikan pengukuran ketika tidak terjadi perubahan ketinggian dari cairan dalan
pipa kapiler.
 Dihitung tegangan permukaan cairan tersebut
c. Penentuan KMK dari surfaktan
 Dipipet 20 ml larutan tween 80 tiap konsentrasi dan dimasukkan dalam cawan petri.
 Dimasukkan pipa kapiler kedalam cawan petri yang diisi larutan tween 80
 Diukur ketinggian dari larutan tween 80 dengan konsentrasi yang berbeda tersebut
 Dihentikan pengukuran ketika tidak terjadi perubahan ketinggian dari cairan dalan
pipa kapiler
 Dihitung tegangan permukaan cairan tersebut
 Dibuat kurva hubungan konsentrasi dengan tengangan permukaan
PRAKTIKUM 6
STABILITAS

1. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas zat
b. Menentukan energi aktivasi penguraian suatu zat
c. Menentukan waktu paruh suatu zat
d. Menggunakan data kinetika kimia untuk memperkirakan stabilitas suatu zat

2. Dasar Teori
Di dalam reaksi kimia, untuk mencerai-beraikan ikatan kimia dibutuhkan energi dan
untuk membentuk ikatan-ikatan baru dilepaskan energi. Umumnya, ikatan-ikatan harus
diceraikan sebelum ikatan-ikatan yang baru terbentuk. Maka baik dalam reaksi endoterm
maupun eksoterm tetap dibutuhkan energi untuk mencerai-beraikan ikatan-ikatan kimia untuk
memulai terjadinya suatu reaksi. Energi yang dibutuhkan inilah yang disebut sebagai Ea
(energi aktivasi). Ea adalah adalah energi minimum yang diperlukan untuk melangsungkan
terjadinya suatu reaksi. Faktor-faktor yang Mempercepat Reaksi
a. Memperluas permukaan zat padat.
b. Memperbesar konsentrasi (kepekatan) larutan.
c. Memperbesar tekanan (memampatkan volume wadah) gas.
d. Menaikkan suhu (memperbesar energi kinetiknya).
e. Menambahkan katalis (menurunkan energi aktivasi).

Efek dari Perubahan Suhu pada Laju Reaksi


Ketika temperatur ditingkatkan maka laju reaksinya akan meningkat. Laju reaksi akan
berlipatganda setiap kenaikan suhu tertentu. Dan angka dari derajat suhu yang diperlukan
untuk melipatgandakan laju reaksi akan berubah secara bertahap seiring dengan
meningkatnya temperatur. Temperatur dapat mempengaruhi gerak molekul, dimana seluruh
molekul zat bergerak dengan arah dan laju yang sama. Adanya kenaikan temperatur
mempengaruhi arah dan kecepatan gerak molekul sehingga molekul bergerak dengan
kecepatan dan arah yang berbeda.
3. Alat dan Bahan
a. Alat : vial, oven, buret, seperangkat alat gelas
b. Bahan : asetosal, natrium sitrat, aquadest, NaOH 0,1N; indikator PP.

4. Cara Kerja
a. Pembuatan larutan asetosal
 Timbang seksama 15 g natrium sitrat, buat larutan jenuh natrium sitrat dalam air
hangat kemudian dinginkan. Timbang seksama 12,5 g asetosal kemudian larutkan
dalam larutan jenuh natrium sitrat sedikit demi sedikit dan tambahkan aquadest ad
250 ml.
 Masukkan 50 mL larutan ke dalam 2 buah vial, kemudian tutup rapat. Vial
disimpan dalam oven dengan temperatur 20-250C (suhu ruang); 700C.
 Setelah pemanasan 60 menit ambil vial dari semua suhu dan dinginkan. Tentukan
konsentrasi asetosal. Cara yang sama setelah pemanasan 2 jam dan 3 jam.

b. Penetuan konsentrasi asetosal :


 Pipet 10 mL larutan dan titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1N menggunakan
indikator PP. Lakukan tritasi masing-masing triplo.
 Konsentrasi awal (Co) ditentukan dari larutan asal (tanpa pemanasan)
 Tentukan tingka

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I Monografi
    Bab I Monografi
    Dokumen4 halaman
    Bab I Monografi
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Mikroemulsi
    Mikroemulsi
    Dokumen16 halaman
    Mikroemulsi
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Morfistum Finale
    Morfistum Finale
    Dokumen27 halaman
    Morfistum Finale
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Contoh Proposal Ape
    Contoh Proposal Ape
    Dokumen9 halaman
    Contoh Proposal Ape
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Wa0009
    Wa0009
    Dokumen8 halaman
    Wa0009
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • RPS Toksikologi
    RPS Toksikologi
    Dokumen5 halaman
    RPS Toksikologi
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Kasus Konstipasi-1
    Kasus Konstipasi-1
    Dokumen4 halaman
    Kasus Konstipasi-1
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Formulas I
    Formulas I
    Dokumen26 halaman
    Formulas I
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Lomba Sholawat Nabi
    Lomba Sholawat Nabi
    Dokumen3 halaman
    Lomba Sholawat Nabi
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Ikan Cair
    Ikan Cair
    Dokumen11 halaman
    Ikan Cair
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Ripa Badrussalam
    Belum ada peringkat