b. Buat klipping berita tentang perilaku menyimpang dari penyelenggara negara, buat
analisismu tentang perilaku menyimpang tersebut.
Jawaban:
JAKARTA - Selama hampir satu pekan masyarakat tengah diramaikan soal penangkapan
Hakim Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar. Patrialis sebelumnya juga dikenal mantan
Menteri Hukum dan HAM era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Menyikapi hal tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan tegas meminta pada
seluruh penengak hukum untuk tidak menerima suap ataupun hadiah dari siapapun.
"Tahun 2017 awal ini, KPK ingatkan pada penyelenggara negara khususnya penegak
hukum untuk kasih contoh baik tidak menerima suap," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah
lewat pesan kepada SINDOnews, Minggu (29/1/2017).
Melarang Mahasiswi
Bercadar Melanggar
Sila Pertama
Pancasila
Sabtu 10 Mar 2018 15:45 WIB
Rep: Gumanti Awaliyah, Fuji Eka Permana/ Red: Karta Raharja Ucu
Ada pula praktik politik uang yang langsung dilakukan dengan memberikan
uang kepada para pemilih. Selain itu, ada praktik politik uang dengan
menjanjikan pergi umrah. Hal tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh
Calon Anggota Legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN) DPRD DKI
Mandala Shoji dan Lucky Andriani. Mandala dan Lucky ketahuan
membagikan kupon undian berhadiah umrah ketika berkampanye di Pasar
Gembrong Lama, Johar Baru, Jakarta. Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan menilai Mandala dan Lucky meminta masyarakat
penerima kupon umrah tersebut memilihnya sebagai caleg DPR RI dan
DPRD Provinsi DKI Jakarta. Mandala dan Lucky terbukti melanggar Pasal
280 angka 1 huruf j Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017. Karenanya,
Mandala dan Lucky divonis tiga bulan penjara dan denda Rp 5 juta
subsider 1 bulan penjara. Selain politik uang, Abhan juga menyebut
netralitas menjadi pelanggaran yang cukup banyak ketika Pemilu 2019.
Ada beberapa tindakan atau ucapan dari pejabat negara atau Aparatur
Sipil Negara (ASN) yang menunjukkan keberpihakan kepada salah satu
peserta Pemilu. Hal tersebut terjadi di berbagai kegiatan dan media sosial.
"Lebih banyak di kegiatan," kata Abhan. (Baca: PSI Desak Bawaslu Buka
Kembali Kasus Mahar Politik Sandiaga)
Liputan6
23 Apr 2015, 17:29 WIB
Liputan6.com, Situbondo - Palu hakim diketuk, Nenek Asyani langsung
mengungkapkan amarahnya. Nenek renta berusia 63 tahun ini tak terima dengan vonis
bersalah oleh hakim. Nenek Asyani divonis 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1
tahun 3 bulan dan denda Rp 500 juta subsider 1 hari hukuman percobaan.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (23/4/2015), walau putusan hakim
lebih ringan dari tuntutan jaksa 1 tahun 18 bulan penjara dan denda Rp 500 juta, Nenek
Asyani tidak terima.
"Saya sudah bersumpah mati tidak ada gunanya. Pasti ada suap. Saya tidak mencuri.
Sumpah pocong, Pak," kata Nenek Asyani.
Asyani didakwa mencuri dua batang pohon jati milik perhutani untuk dibuat tempat tidur.
Namun Asyani membantah dengan alasan batang pohon jati itu diambil dari lahannya
sendiri oleh almarhum suaminya 5 tahun silam (Dan/Ein)
Kliping pertama memberitakan tentang kasus korupsi yang dilakukan oleh Hakim
Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar. Patrialis Akbar menerima suap dari pengusaha impor
daging Basuki Hariman dan stafnya Ng Fenny. Suap tersebut dilakukan untuk
memenangkan putusan perkara terkait uji materi UU No. 41 Tahun 2014 tentang peternakan
dan daging hewan. Seperti yang telah disebutkan dalam contoh pelanggaran sila pertama
Pancasila, MK banyak menerima uji materi UU yang dibatalkan karena isinya memberi
peluang kepada penjabat negara dan pihak-pihak tertentu untuk korupsi. UU seperti itu
sengaja dibuat dan untuk bisa lolos uji materi mereka yang punya kepentingan terhadap UU
tersebut tidak segan-segan untuk menyuap hakim MK seperti yang dilakukan Basuki
Hariman terhadap Patrialis Akbar. Bahkan dalam kliping lainnya, Kepala UPK-PIP Yudi latief
mengatakan bahwa korupsi itu bertentanngan atau melanggar semua sila dari Pancasila. Itu
bisa diterima mengingat kelima sila itu saling berkaitan. Jika melanggar sila pertama maka
secara otomatis akan melanggar sila-sila yang lainnya. Karena sila pertama memiliki nilai
spiritual yaitu tentang nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Maka jika melanggar sila pertama
berarti melanggar nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME. Orang yang
tidak memiliki keimanan dan ketaqwaan, bagaimana ia bisa memiliki nilai kemanusiaan yang
adil dan beradab, bagaimana ia bisa bersatu; solider; gotong royong; dan bekerjasama
dengan orang lain, bagaimana ia mampu menghargai pendapat orang lain, bagaimana ia
mampu bersikap adil terhadap orang lain.
Kliping kedua berisi tentang larangan mengenakan cadar bagi mahasiswa. Ini jelas
melanggar sila pertama. Karena berdasarkan sila pertama harusnya siapapun baik
pemerintah maupu masyarakat tidak boleh mengganggu kebebasan warga negara untuk
mengamalkan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya. Menurut pendapat kami, cadar
itu tidak melanggar UU kenegaraan manapun sehingga harus di halang-halangi karena
dianggap refresentasi golongn Islam tertentu yang dianggap radikal.
Kliping selanjutnya berisi tentang pelanggaran pada Pemilu 2019 yang menurut
Bawaslu ada 28 pelanggaran. Salah satunya adalah politik uang. Politik uang baik berupa
pembagian uang tunai, sembako atau janji mengumrahkan, itu dilakukan agar bisa membeli
suara rakyat. Ini jelas melanggar sila keempat yang memiliki nilai-nilai demokrasi, tentang
hak mengemukakan pendapat dan sebagainya. Politik uang secara halus telah
membungkam suara rakyat untuk menyampaikan pendapatnya atau hak pilihnya sesuai
dengan hati nuraninya.
Kliping terakhir berisi tentang Nenek Asyani yang dijatuhi hukuman satu tahun
penjara karena mencuri kayu milik perhutani. Walaupun dalam sidang Nenek Asyani
mengaku kalau kayu itu merupakan warisan suaminya yang dia ambil dikebun miliknya tapi
Hakim tetap menvonis Nenek Asyani bersalah dan di hukum satu tahun penjara. Coba kita
bandingkan dengan kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara. Bagaimana asas
praduga tak bersalah diterapkan, bagaimana cara penegak hukum memperlakuka mereka
dengan hormat, dan bahkan kasusnya berhenti tanpa kejelasan. Mereka si tersangka
korupsi tersebut dengan bebasnya bisa jalan-jalan ke luar negeri. Dan kalaupu mereka
akhrnya dihukum, hukumannya tidak sesuai dengan seharusnya dan bahkan di penjaranya
mendapatkan fasilitas mewah. Dimana nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia kalau begitu?.