Dokumen - Tips - 9 Uji Sterilitas Sediaan Farmasi
Dokumen - Tips - 9 Uji Sterilitas Sediaan Farmasi
II. Pendahuluan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan mengetahui cara menguji
sediaan farmasi baik obat maupun alat kesehatan.
Sediaan obat dan alat kesehatan seharusnya bersifat steril, bebas dari
kuman. Terutama sediaan obat yang langsung kontak dengan mukosa
atau langsung masuk ke aliran darah seperti tetes mata, injeksi, cairan
infus, salep mata, dan tablet implant.
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba
hidup, baik yang pathogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen
(tidak menimbulkan penyakit, baik dalam bentuk vegetative maupun
dalam bentuk spora.
1. Padat steril
- merupakan obat untuk injeksi, yaitu obat kering yang disuspensikan bila
akan digunakan. Contoh: sodium ampisilin. Karena ampisilin tidak stabil dalam
cairan, maka dibuat padat. Cara pembuatannya yaitu dengaa liofilisasi pada suhu
rendah dengan pengeringan steril, kemudian didinginkan sampai -60oC untuk
pembekuan. Selanutnya dilakukan sublimasi (dengan pengurangan tekanan secra
bertahap), cairan menguap, sodium ampisilin padat tertinggal.
1. Efikasi
Efikasi mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi termasuk efektivitas
obat dalam terapi.
2. Safety
Keamanan ini antara lain meliputi: eamanan dosis obat dalam terapi, memberikan
efek terapi sesuai dengan yang diinginkan dan tidak memberikan efek toksik atau
efek samping yang tidak diinginkan.
3. Aceeptable
Maksudnya disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat sedemikian menarik dan
mudah dipakai konsumen.
1. Terapi, meliputi:
- dosis efektif obat. Obat dibuat dalam dosiss yang disesuaikan dengan dosis
terapi efektif obat tersebut.
- ukuran partikel
- sifat alir
- kompaktibilitas
Sifat fisika kimia inilah yang menetukan formulasi dan pemilihan metode
pembuatan sediaan obat.
SEDIAAN PARENTERAL
1. tidak praktis
2. butuh alat khusus (untuk injeksi)
3. sakit
4. risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung dighilangkan
5. butuh personil khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau perawat.
Jumlah obat yang sampai ke jaringan target sesuai dengan jumlah yang diinginkan
untuk terapi.
2. Parameter farmakologi
4. Efek biologis
Efek biologis tidak dapat dicapai karen aobat tidak bisa dipakai secara oral.
Contoh: amphoterin B (absorbsi jelek) dan insulin (rusak oleh asam lambung).
6. Dikehendaki efek lokal dengan menghindari efek atau reaksi toksik sistemik.
7. Kondisi pasien
Untuk pasien-pasien yang tidak saar, tidak kooperatif, atau tidak bisa dikontrol
8. Inbalance (cairan badan dan elektroli)
Kelarutan obat akan berpengaruh pada volume injeksi, jika mudah larut mak
volume yang diberikan kecil. Untuk obat yang sukar larut dapat dibuat dalam
bentuk suspensi atau dengan kosolvensi.
a. Isohidris yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Kalu bisa pH sama dengan
pH darah, tapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas obat. Contoh: ijeksi
aminofilin dibuat sangat basa karena pada kondisi asam akan terurai. Dalam
pembuatan ditambahkan etilendiamin untuk menaikkan kelarutan dari aminofilin.
b. Isotonis, yaitu tekanan osmosis larutan sama dengan tekanan osmosis cairan
tubuh. Di luar isotonis disebut paratonis, meliputi: hipotonis dan hipertonis.
- hipotonis yaitu tekanan osmosis larutan lebih kecil dari tekanan osmosis cairan
tubuh (NaCl 0,9%). NaCl jika terurai menjadi Na (15,1 mOsmol) dan Cl (154
mOsmol) sehingga total 308 mOsmol. Sedngkan tekanan osmosis cairan tubuh
yaitu 300 mOsmol. Pada hipotonis, cairan masuk ke tubuh dan masuk ke sel darah
merah, sehingga sel darah merah bisa pecah(ireversibel)
- hipertonis, yaitu tekanan osmosis larutan lebih besar dari tekanan osmosis cairan
tubuh. Air kan mengalir keluar dari sel darah sehinggga sel mengkerut (krenasi),
bersifat reversibel.
1. larutan
2. suspensi
3. emulsi
4. solid
- aquous solution
- aquous suspensi
- oleagonous solution
- oleagenous
Mekanisme pelepasan:
o/w à iv
1. Mengapa w/o lebih lama? Karena water keluar dulu dari sistem emulsi,
baru masuk k sel tubuh. Jadi ada dua barier.
2. Suspensi: terlarut, statusnya tetap hipertonis
FISIKA
1. Sediaan obat harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak
larut dalam sediaan tersebut. Jadi, meskipun sediaan berearna, tetap
terlihat jernih (tidak keruh).
2. Tidak berwarna. Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun
warna larutan sama dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada
campuran warna lain dalam sediaan itu.
3. Bebasa dari partikel asing. Partikel asing; partikel yang bukan penyusun
obat. Sumber partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang
bekerja, seratr dari alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas
(gelas, plastik).
4. Keseragaman volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.
5. Memenuhi uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam
ampul. Uji kebocoran dapat dilakukan dengan:
6. Stabil. Artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika. Misal jika bentuk
sediaan larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan
suspensi). Sifat stabil ini berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat
dari:
Contoh: Larutan adrenalin yang awalnya berwarna jernih karena teroksidasi akan
menjadi merah karena terbentuk adenokrom.
b. Terjadi pengendapan
Contoh: Injeksi aminophilin dibuat dengan air bebas CO2, karena jika tidak bebas
CO2 maka akan terbewntuk theopilin yang kelarutannya kecil dalam air sehingga
kanmengendap. Akibatnya dosis menjadi berkurang.
MACAM PELARUT
1. Air
Air merupakan pelarut utama. Akan dijelaskan lebih mendetail setelah ini.
Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil dalam air, maka pengatasannya
dengan dibentuk sediaan kering steril atau dengan sistem kosolvensi. Aqua
kosolven: pelarut pembantu, tidak pernah dipakai tunggal, tetapi campuran.
Macam-macam kosolven yang bisa digunakan:
3. Pelarut yang tidak dapat campur dengan air (water immiscible solvent).
Contoh: minyak kacang (peanut oil), minyak wijen (oleum sesame), minyak biji
kapas (cotton seed), minyak jagung (corn oil), minyak zaitun (olive), paraben cair.
Oleum sesame dianggap pelarut yang paling baik untuk jenis pelarut golongan ini
karena mengandung komponen penstabil (pencegah tengik). Sedangkan paraben
sekarang dilarang penggunaanya.
Sebagai pelarut juga harus emenuhi batasan klorida, kalsium, ion sulfat, CO2.
logam berat, oxidizable substance dengan total zat padat terlarut kurang dari 10
ppm (ppm = % x 104).
REVERSE OSMOSIS
Reverse Osmosis yaitu metode pemurnian air dengan prinsip pemisahan solute
melalui membran semipermiabel dari konsentrasi tinggi ke kosentrasi rendah.
Maka akan terjadi penolakan terhadap solut pada permukaan filter sehingga tidak
bisa menembus membran. RO merupakan kebalikan dari osmosis. Osmosis adalah
dari konsentrasi rendah ke tinggi.
Filter dipasang untuk menyaring partikel kasar. Berdasarkan ukuran partikel, filter
dibuat berbeda ukuran porinya.
Partikel besar
Bakteri
Virus
Pirogen
Ion
Keuntungan RO:
Kerugian RO:
1. In process control lebih ketat
2. Air segera digunakan pada waktu 24 jam, jikalebih dari itu maka harus
disimpan pad suhu 70-80oC agar kualitas air tidak menurun.
Manfaat:
2. Pembuatan WFI
WFI disimpan dalam suhu ekstrim untuk mencegah pertumbuhan mikroba yaitu
suhu < 5oC atau 80oC.
Sumber panas dapat dipakai steam atau hot water. Heat exchanger berfungsi
untuk menurunkan suhu pada storage tank sebelum digunakan. Jika suhu masih
terlalu tinggi maka akan masuk ke return sirkuit. Air yang dihasilkan harus dicek
dalam endotoksinometer dan dijaga kadar endotoksin < 0,25 SU/ml, ion klor,
ammonia, partikel padat.
METODE STERILISASI
1. Manusia
2. Bahan awal
4. Air di pabrik
9. Instalasi pembuangan
Macam limbah: cair, padat, cair semipadat, suara dalam desibel, gas. Limbah lain
dapat diproses dulu seperti beta-laktam, sepalosporin baru boleh dicampur bahan
lain. Di gudang dipasang alat penangkap serangga dan tikus.
Bila suatu mesin akan digunkan untuk proses suatu zat,mak mesin harus dibilas
dulu dan bilasan terakhir tidak boleh mengandung lebih dari 10 ppm zat
sebelumnya.
Pengecekan limbah:
c. Biologi: dengan ikan mas, jika tidak ada yang mati berate kotoran inimal.
Mengap ikan mas? Karena ikan mas sensitif terhadap air kotor.
Uji sterilitas
2. Membran filtrasi
Teknik yang banyak direkomendasikan farmakope, meliputi filtrasi cairan melalui
membran steril. Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14 hari karena
mungkin organisme perlu adaptasi dulu.
Medium yang pekat langsung dimasukkan dalam wadah sampel yang akan
ditumbuhkan. Tidak banyak digunakan, hanya dipakai bila ada kecurigaan akan
adanya bakteri.
Uji pirogen
Cara uji in vitro dengan menggunakan sifat membentuk gel dari lisat amebasit
dari limulus polifemus. Uji ini 5-10 kali lebih sensitif dari Rabbit test.
Kondisi LAL-test:
a. pH larutan 6-7
b. Suhu 37oC
A. Alat-alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Bunsen
4. Kapas dan alcohol
B. Bahan
1. Medium Nutrient broth (NB)
2. Tetes mata
C. Tata Kerja
1. Teori Kerja
2. Menyiapkan alat kesehatan yang akan diuji sterilitasnya.
3. Menyiapkan media cair NB ke dalam 1 tabung reaksi.
4. Teteskan obat tetes mata sebanyak 2-3 tetes
5. Tutup dengan kapas , kemudian inkubasi selama 1x24 jam
6. Keesokan hari, amati yang terjadi.
Tabung Hasil
Blanko +
+ : Keruh
b. Pembahasan
Disusun oleh :
M.fuad 0904015181
Kelas/Semester 3G
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JAKARTA
2010