Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan kedaruratanFraktur biasanya menyertai trauma.

Untuk itu sangat


penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan
sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru
lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6jam. Bila lebih dari
6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat
dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses
pembuatan foto.Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya
fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur, penting
untuk mengimobilisasi bagain tubuh segara sebelum pasien dipindahkan. Bila pasienyang mengalami
cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus
disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan
fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih
lanjut.Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari gerakan
fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting untuk mencegah
kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai
sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang
panjang ekstremitasbawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan
ektremitas yangsehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas,
lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di
distal cedera harus dikaji untuk menntukan kecukupan perfusi jaringan perifer.Pada fraktur terbuka, luka
ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan
sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah
bidai sesuai yang diterangkan diatas.Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap.
Pakaian dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera.
Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai
digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.2. Penatalaksanaan bedah ortopediBanyak pasien
yang mengalami disfungsi muskuloskeletal harus menjalani pembedahan untuk mengoreksi masalahnya.
Masalah yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi fraktur, deformitas, penyakit sendi, jaringan infeksi atau
nekrosis, gangguan peredaran darah (mis; sindrom komparteman), adanya tumor. Prpsedurpembedahan
yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open
Reduction and Fixation). Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortoped dan indikasinya yang lazim
dilakukan :• Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah
terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah• Fiksasi interna : stabilisasi tulang
patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam• Graft tulang : penggantian jaringan
tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.• Amputasi : penghilangan bagian tubuh• Artroplasti : memperbaiki
masalah sendi dengan artroskop (suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya
sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka• Menisektomi : eksisi
fibrokartilago sendi yang telah rusak• Penggantian sendi : penggantian permukaan sendi dengan bahan
logam atau sintetis• Penggantian sendi total : penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendi
dengan logam atau sintetis• Transfer tendo : pemindahan insersi tendo untuk memperbaiki fungsi•
Fasiotomi : pemotongan fasia otot untuk menghilangkan konstriksi otot atau mengurangi kontraktur
fasia.(Ramadhan: 2008)

. Terapi MedisPengobatan dan Terapi Medisa. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau
prednisoneb. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akutc. Obat-obat relaksan untuk
mengatasi spasme ototd. Bedrest, Fisioterapi(Ramadhan: 2008)4. Prinsip 4 R pada FrakturMenurut Price
(1995) konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu : rekognisi,
reduksi, retensi, dan rehabilitasi.1. Rekognisi (Pengenalan )Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus
jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkaiakan
terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas
rangka. fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak.2. Reduksi (manipulasi/ reposisi)Reduksi
adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen tulang yang patah sedapat mungkin
kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi
terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur
menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan (Mansjoer, 2002).3. Retensi
(Immobilisasi)Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula
secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam
posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,traksi kontinu, pin, dan
teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di gunakan untuk fiksasi intrerna yang brperan
sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar
kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang denganmemasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus
menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan
satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan
untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis
(Mansjoer, 2000).4. RehabilitasiMengembalikan aktifitas fungsional semaksimalmungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan
latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi (Mansjoer, 2000).

Anda mungkin juga menyukai