Laporan P3 - FCP
Laporan P3 - FCP
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1.1 Pemicu
Laki-laki 25 tahun, dibawa ke IGD tempat anda bertugas dengan
riwayat dada sisi kanan terbentur stang sepeda motor (kecelakaan lalu lintas)
sekitar 15 menit yang lalu. Penderita tampak pucat dan mengeluh sesak nafas.
Data Tambahan
a. TD : 100/60 mmHg
b. N : 120x/mnt
c. RR : 36x/menit
d. Retraksi otot pernafasan : (+)
e. Trakhea bergeser ke kiri
f. Jejas (+) pada hemithorax dextra
g. Hemithorax dextra tampak lebih cembung dan hipersonor
h. Akral dingin (+) denyut arteri lemah, Capillary refill time > 3 detik
i. External bleeding(-)
Foto Thorax
1.2 Klarifikasi dan Definisi
-
Laki-laki, 25 thn
KLL
Dibawa ke IGD
DD
-Pneumothorax
-Obstruksi saluran nafas
-Hemothorax
-Cedera servikal
-Flail chest
- Cardiac tamponade
Secondary survey
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Tatalaksana
1.6 Hipotesis
Laki-laki 25 tahun mengalami pneumothorax.
2.4 Pneumothorax
a. Definisi
Pneumothorax adalah istilah medis untuk terkumpulnya udara pada
rongga pleura, yaitu rongga tipis yang dibatasi dua selaput pleura diantara
paru-paru dan dinding dada. Udara yang terkumpul pada rongga pleura
dapat terjadi akibat adanya celah yang terbentuk akibat cedera pada dinding
dada atau robekan pada jaringan paru-paru. Akibatnya, udara tersebut
menekan paru-paru dan membuat paru-paru menjadi mengempis (kolaps).3
b. Epidemiologi
Kejadian pneumotoraks berkisar antara 2,4 – 17,8 per 100.000 per
tahun. Beberapa karakteristik pada pneumotoraks antara lain: laki -laki lebih
sering daripada wanita (4: 1), paling sering pada usia 20-30 tahun.
Pneumotoraks merupakan kegawatan paru. Angka kejadian Inggris laki-laki
24 per 100.000 penduduk dan perempuan 9,8 per 100.000 penduduk per
tahun. Kasus pneumotoraks lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Kasus pneumotoraks di Pakistan pada laki-laki 63,58% dan
perempuan 36,42%, sesuai penelitian didapatkan kasus pneumotoraks laki-
laki 64,10% dan perempuan 35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun.4
c. Etiologi
Pneumotoraks dapat terjadi setiap kali permukaan paru-paru pecah,
memungkinkan udara keluar dari paru-paru ke ruang pleura. Hal ini dapat
terjadi ketika luka beberapa tusukan dinding dada, yang memungkinkan
udara luar masuk ruang pleura. Sebuah pneumotoraks spontan terjadi tanpa
trauma dada, dan biasa nya disebabkan oleh pecahnya kista kecil pada
permukaan paru-paru, kista tersebut dapat terjadi tanpa penyakit paru-paru
yang berhubungan, atau dapat berkembang karena berbagai gangguan paru-
paru yang mendasari.5
Sedangkan pada pneumotaks traumatic dapat dihasilkan dari kedua
trauma tumpul dan luka tembus ke dinding dada. Ini dapat terjadi pada
mereka yang terkena ledakan eksplosif, bahkan jika tidak ada cedera
langsung ke dada telah terjadi. Mekanisme paling umum adalah tertusuknya
pleura oleh tulang iga.5
d. Klasifikasi 5,6
Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
1. Pneumotoraks spontan
Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks
tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi
secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya.
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi
dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki
sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik
kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik,
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik
trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura,
dinding dada maupun paru. Pneumotoraks tipe ini juga dapat
diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang
terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada,
barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang
terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis
inipun masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental adalah suatu
pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena
kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada
parasentesis dada, biopsi pleura.
Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate) adalah
suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini
dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan
tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai
permukaan paru.
Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu :
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka
pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun
lambat laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru
disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi,
sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah
kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara
di rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),
Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura
dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka
terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan
tekanan udara luar. Pada pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura
sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan
yang disebabkan oleh gerakan pernapasan. Pada saat inspirasi tekanan
menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif.
Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal, tetapi
pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang
terluka (sucking wound).
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan
makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis
yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea,
bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura
melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga
pleura tidak dapat keluar. Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura
makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang
terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
menimbulkan gagal napas.
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka
pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada
sebagian kecil paru (< 50% volume paru).