Anda di halaman 1dari 10

SPESIFIKASI TEKNIS

REHABILITASI RUANG BELAJAR DAN TINGKAT KERUSAKAN SEDANG ATAU BERAT,


BAIK BERIKUT PERABOTNYA ATAU TANPA PERABOTNYA SD (SILPA OTSUS 2018)

Pedoman teknis untuk pelaksanaan adalah sebagai berikut:

I. SYARAT TEKNIS BAHAN BANGUNAN


a. Air
Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih yang tidak mengandung
minyak, asam, alkali, garam, bahan- bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak
bangunan.

b. Tanah Urug
Untuk penimbunan tanah digunakan tanah yang tidak menggandung humus, bahan-
bahan organis atau sampah yang dapat terjadi penurunan pada lantai.

b. Pasir Urug Pasir


untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuan, harus bersih dan keras.

c. Pasir Pasang
 Butiran-butiran harus halus dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari;
 Kadar lumpur harus kurang dari 5%;
 Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan persegi # 3 mm.

d. Pasir Beton
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sebagainya;
 Butiran-butiran pasir harus tajam dan keras, serta tidak dapat dihancurkan dengan
jari;
 Kadar lumpur harus kurang dari 5%.

e. Portland Cement (PC)


 Tipe semen yang digunakan adalah Tipe 1 (kemasan 1 zak berisi 50 kg atau kemasan
1 zak berisi 40 kg);
 Dalam pengangkutan Portland Cement (PC) ke lokasi pekerjaan, harus dijaga agar
tidak menjadi lembab dan tidak kena air. Penempatan atau penyimpanannya harus
di tempat yang terlindung, kering dan pada ketinggian minimum 25 cm dari lantai;
 Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh dipakai.

f. Batu Kerikil/Split
 Gunakan batu kerikil atau batu pecah/split ukuran 1/2 dan 2/3 yang bersih, dan
bermutu baik, serta tidak berpori;
 Butiran-butiran split/batu kerikil harus dapat melalui ayakan berlubang persegi Ø 40
mm dan tertinggal diatas ayakan berlubang Ø 20 mm;
 Batu kerikil/split tidak boleh mengandung lumpur melebihi 1%.

g. Batu kali/ batu belah


 Digunakan batu kali/batu belah yang bermutu baik;
 Ukuran batu kali/batu belah yang digunakan yaitu antara 20 cm sampai 30 cm
berdasarkan panjang sisi.
h. Kayu
 Kayu kusen harus berkualitas baik, dengan mutu kayu kelas I;
 Yang dimaksud dengan mutu kayu adalah kayu yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
- Kadar lengas kayu 30 %;
- Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari
5 cm;
- Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10 dari tinggi
balok;
- Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak
menurut lingkaran tidak melebihi 1/4 tebal kayu;
- Miring arah serat (tangenial) tidak melebihi 1/7.
 Kayu untuk keperluan non struktural seperti perancah dan bekisting minimal
menggunakan kayu kelas III;
 Kusen pintu/jendela, panel pintu dan jendela menggunakan kayu kelas I;
 Jalusi dan rangka plafond menggunakan kayu kelas II.

i. Beton Non Struktural


 Pekerjaan ini meliputi kolom praktis, balok dinding dan lantai kerja;
 Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang K-225;
 Perbandingan campuran yang digunakan yaitu 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr.

j. Beton Struktural
 Pekerjaan ini meliputi sloof, kolom utama, ring balk;
 Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang K-225;
 Perbandingan campuran yang digunakan yaitu 1 PC : 2 Ps : 3 Kr.

k. Besi Beton
 Besi beton yang digunakan adalah besi beton minimal mutu U-24;
 Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam alkali dan bebas dari
cacat seperti serpih-serpih serta tidak berkarat;
 Pembengkokan besi yang terjadi diijinkan yaitu maksimal 4 kali pada titik
pembengkokan yang sama;
 Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
- Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI-5;
- Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI-8.

l. Pasangan dinding
 Pasangan dinding harus satu ukuran, satu warna dan satu kualitas (batu bata, batako,
beton ber-aerasi ringan, dan/atau conblock);
 Warna satu sama lain harus sama dan apabila dipatahkan warna penampang harus
sama rata;
 Bidang-bidangnya harus rata atau sudut-sudut harus siku atau bersudut 90 derajat
dan tidak boleh retak-retak.

m. Anti rayap Untuk daerah yang terdapat banyak rayap maka perlu dilakukan
perlindungan bangunan dengan anti rayap. Jenis obat anti rayap yang digunakan
yaitu:
- Anti rayap pada tanah.
- Anti rayap pada kayu.
n. Penutup lantai
Jenis: Keramik lantai dan dinding (setara IKAD)
Ukuran : 40 x 40 cm (kulit jeruk) untuk lantai teras.
40 x 40 cm (bermotif) untuk lantai ruangan.
Kualitas : KW 1.

o. Cat
 Cat dinding/cat plafon
Tahan terhadap perubahan cuaca dan tidak mudah retak/terkelupas setelah kering.
- Cat dasar dinding sealer (setara Paragon) warna putih.
- Cat warna dinding (setara Paragon) warna disesuaikan.
 Cat kayu/cat besi
Tahan terhadap perubahan cuaca dan tidak mudah retak/terkelupas setelah kering.
- Cat dasar meni.
- Cat warna setara Avian.

p. Rangka dan Penutup Atap


Bahan yang digunakan untuk penutup atap harus kuat, awet dan tahan lama terhadap
gangguan iklim/cuaca serta tidak gampang bocor atau berkarat.
 Kuda-kuda kayu kelas II.
 Reng kayu kelas II.
 Spandex dan rabung dengan ketebalan 0,30 mm.

II. PEKERJAAN PERSIAPAN


Pekerjaan persiapan meliputi pengkoordinasian dan mempersiapkan format-format
pengendalian evaluasi pelaksanaan antara lain:

a. Pembersihan lahan; meliputi penebangan pohon, pembuangan sampah dan hal-hal yang
tidak diperlukan untuk pekerjaan.

b. Pengukuran lahan; meliputi penentuan batas-batas lokasi, kontur (kemiringan) tanah.

c. Penyediaan air; dilakukan untuk menyediakan air yang dibutuhkan untuk membantu
pelaksanaan pekerjaan.

d. Penyediaan listrik; dilakukan untuk menyediakan listrik yang dibutuhkan untuk


membantu pelaksanaan pekerjaan.

e. Tersedia los/area kerja untuk fabrikasi komponen-komponen (contoh: kusen, pintu,


jendela dan rangka besi/baja dll); dilakukan untuk mempermudah pekerja dalam
melakukan pembuatan dan pemasangan komponen kerja.

f. Penentuan peil lantai (± 0.00) atau titik duga; dilakukan untuk menentukan ketinggian
lantai bangunan. Ketinggian lantai bangunan adalah 60 cm dari muka tanah atau
permukaan air tertinggi jika pada lokasi terdapat genangan air.

g. Pemasangan bouwplank dilakukan untuk menentukan as bangunan pada gedung yang


akan dibangun. Untuk menentukan siku as bangunan dipakai segitiga siku-siku dengan
perbandingan sisi 3:4:5.
III. PEKERJAAN STRUKTURAL
a. Pekerjaan Pondasi
1) Pondasi Batu Kali
1.1 Lingkup Pekerjaan Pemasangan profil pondasi, pekerjaan galian dan urugan
tanah, pekerjaan anti rayap (untuk daerah yang terdapat banyak rayap) dan
pembuatan pondasi.
1.2 Bahan yang digunakan Batu kali dengan ukuran antara 20 cm s/d 30 cm, Pasir
cor dan Pc.
1.3 Penjelasan Pekerjaan
 Siapkan lantai kerja dari pasir kosong tebal ± 5 cm, kemudian lakukan
penyemprotan anti rayap. Letakkan batu kosong (aanstamping) dengan
posisi berdiri, batu kali yang digunakan berdiameter antara 20 – 25 cm.
Pasangan batu kali menggunakan adukan spesi 1 PC : 4 Ps;
 Pada setiap 1 m panjang pondasi menerus harus diberikan angkur dengan
diameter 12 mm berbentuk Z dengan panjang ± 40 cm.
 Pada lokasi-lokasi yang tidak menemukan tanah keras, maka dapat dibantu
dengan pemasangan cerucuk dari kayu atau bambu.

2) Pondasi Beton Bertulang


2.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian dan urugan tanah, pekerjaan anti rayap (untuk daerah yang
terdapat banyak rayap) dan pembuatan pondasi.
2.2 Bahan yang digunakan PC, pasirbeton, kerikil/split, besi beton dan kawat
bendrat (ikat).
Penjelasan pekerjaan
 Siapkan lantai kerja dari spesi 1 PC : 5 Ps setebal ± 7 cm, letakkan
pembesian dengan dengan ukuran minimal 12 mm untuk tulangan utama
dan 6 mm untuk beugel, cor campuran beton dengan spesi 1 Pc: 2 Ps : 3 Kr.
Pada lokasi-lokasi yang tidak menemukan tanah keras, maka dapat dibantu
dengan pemasangan cerucuk dari kayu atau bambu dengan meruncingkan
ujung kayu yang akan dipancang sampai mencapai tanah keras.

b. Pekerjaan Sloof, Kolom dan Balok


Lingkup Pekerjaan meliputi: Pekerjaan bekisting, pembesian, pengecoran.
1) Bahan yang digunakan Kayu bekisting, PC, pasir beton, besi beton dan kawat
bendrat.

2) Penjelasan Pekerjaan :
2.1 Pekerjaan papan bekisting
 Bekisting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran sloof dan balok
sesuai gambar kerja. Dengan perkuatan yang cukup kokoh agar bentuk
sloof dan balok tidak berubah dan tetap pada kedudukannya;
 Sebelum pengecoran, permukaan bekisting harus bebas dari kotoran-
kotoran seperti serbuk gergaji, potongan kayu, tanah dan sebagainya.
Selain itu permukaan dalamnya sebaiknya dilapisi oli/pelumas bekas agar
setelah pengecoran selesai, bekisting mudah dibongkar tanpa merusak
permukaan beton;
 Setelah pengecoran tidak diizinkan mengganggu proses pengerasan beton
dengan menghindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam;
 Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain. Bagian beton setelah dicor selama dalam masa
pengerasan harus selalu dibasahi dengan air secara terus-menerus minimal
selama 3 hari.
2.2 Pekerjaan pembesian
 Perakitan besi tulangan sesuai gambar;
 Diameter besi untuk tulangan pokok minimal 12 mm, untuk tiang minimal
10 mm dan untuk beugel minimal 6 mm;
 Pemasangan sengkang (beugel) berjarak 15 cm, untuk balok di dekat
tumpuan jaraknya di buat lebih rapat antara 7.5 cm – 15 cm;
 Setiap sambungan konstruksi (stek) yang direncanakan untuk dilanjutkan,
maka pembesian harus dilebihkan minimal 40 X d (diameter).

2.3 Pengecoran beton


 Pengadukan beton struktural sebaiknya menggunakan mesin molen atau
ready mix dengan mutu beton yang telah ditentukan. Untuk beton bukan
struktural dapat menggunakan manual;
 Bila diaduk secara manual, pengadukan harus dilakukan dalam wadah
pengadukan, tidak boleh dilakukan langsung di atas tanah;
 Ukuran tempat pengadukan beton yaitu 2 m x 2,5 m, tinggi tanggulan 20
cm. Bila menggunakan molen, tempat ini bisa juga digunakan sebagai
tempat penuangan adukan beton dari molen;
 Sebelum dilakukan pengecoran, cetakan wajib dibersihkan dan disiram,
kekentalan adukan beton (slump) harus diawasi;
 Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dan untuk menjamin beton
cukup padat digunakan alat penggetar (vibrator);
 Apabila terjadi pemberhentian pengecoran pada balok dan lantai maka
harus berhenti pada jarak 1/5 bentang dan sebelum dilanjutkan
pengecoran harus diberikan pasta semen (air semen) terlebih dahulu pada
permukaan yang akan dilanjutkan.

c. Pekerjaan Atap
Pekerjaan atap meliputi :
1) Pekerjaan Penutup Atap
1.1 Lingkup Pekerjaan meliputi pemasangan penutup atap.
1.2 Bahan yang digunakan.
Untuk atap digunakan bahan seng spandek dan rabung dengan ketebalan 0,30
mm.
1.3 Penjelasan Pekerjaan
 Penutup atap metal dipakukan pada rangka atap/langsung pada gording
dengan menggunakan paku payung + busa;
 Tiap sambungan diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi pabrik. Minimal
tindisan antara satu lembaran dengan lembaran lainnya 2,5 alur. Alur
harus dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir pasangan
akan rapi;
 Bubungan ditutup dengan bahan yang sama. Tindisan antara satu
lembaran bubungan dengan lembaran bubungan lainnya harus sesuai
dengan persyaratan pabrik;
 Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
berakibat bocor. Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya, maka
bagian yang bocor tersebut harus dibongkar dan dipasang baru.
IV. PEKERJAAN ARSITEKTURAL
a. Pekerjaan Dinding
1) Lingkup Pekerjaan Pemasangan dinding bata, plesteran dan acian.
2) Bahan yang digunakan batu bata, pasir pasang, PC.
3) Penjelasan Pekerjaan :
 Untuk pasangan dinding dipakai spesi 1 PC : 4 Ps. Untuk trasraam dipakai spesi
1 PC : 2 Ps;
 Ketinggian trasraam dari permukaan sloof minimal adalah 30 cm. Kecuali
kamar mandi termasuk daerah rawa atau mengandung air, maka ketinggian
trasraam adalah minimal 0,5 m;
 Ketinggian per-hari dalam pemasangan dinding batu bata untuk menjaga
kekuatan dinding batu bata adalah minimal 0,5 m;
 Bidang dinding yang luasnya lebih besar 12 m² harus ditambahkan kolom
praktis dengan tulangan besi minimal 4 Ø 10 mm, beugel Ø 6 dengan jarak 15
cm;
 Bagian pasangan batu bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek Ø 10 mm, jarak 50 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian
yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali
ditentukan lain.

b. Pekerjaan Pintu & Jendela


1) Lingkup Pekerjaan Pemasangan kusen, daun pintu dan daun jendela.
2) Bahan yang digunakan kayu mutu minimal kelas I dan kaca.
3) Penjelasan Pekerjaan :
3.1 Pekerjaan Kusen
 Kayu harus dalam keadaan utuh dan tidak cacat. Kayu maupun kusen
harus dihindarkan/ dilindungi dari hujan dan pengaruh pekerjaan lain
supaya terhindar dari cacat atau rusak;
 Semua kayu yang jelas terlihat bekas pemakuannya harus didempul atau
sejenisnya. Hindari terlalu banyak pemakuan pada permukaan kayu;
 Setiap bahan yang digunakan, harus terlebih dahulu diberikan obat anti
rayap agar tidak terjadi kerusakan di masa datang;
 Ambang batas bawah kusen jendela pada dinding di muka selasar
bangunan adalah 120 - 150 cm.
 Di atas ambang atas kusen pintu dan jendela harus dipasang balok latei
atau rolaag bata yang dipasang miring.

3.2 Pekerjaan daun pintu dan jendela


 Sebelum pemasangan, daun pintu dan jendela harus disimpan pada
ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca
langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban;
 Semua kayu harus diserut halus, rata, lurus dan harus siku sudut-sudutnya
serta dilapangan sudah dalam keadaan siap untuk penyetelan/pemasangan;
 Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya, dengan
memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang yang
tampak, tidak boleh ada lubang-lubang atau bekas penyetelan;
 Seluruh daun pintu harus terbuat dari papan kayu solid
 Daun jendela dibuka keluar dengan engsel diletakkan di ambang atas,
ketebalan kaca jendela adalah minimal 5 mm warna bening.
c. Pekerjaan Penggantung & Pengunci
1) Lingkup Pekerjaan Pemasangan engsel, handle, hak angin, pengantung dan pengunci.
2) Bahan yang digunakan engsel, handle, hak angin, pengunci (stainlessteel).
3) Penjelasan Pekerjaan :
 Semua kunci, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastik atau tempat aslinya
setelah dicoba. Pemasangannya dilakukan setelah bangunan selesai dicat;
 Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, dilarang memukul
sekrup, cara mencocokkannya hanya diputar sampai ujung, sekrup yang rusak
waktu dipasang harus dicabut kembali dan diganti;
 Engsel untuk pintu kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah, sedangkan
untuk engsel ke 3 (tiga) dipasang di tengah- tengah;
 Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu,
dipasang setinggi 90 – 100 cm dari lantai atau sesuai gambar. Jenis kunci tanam
yang digunakan adalah kunci tanam besar;
 Untuk daun pintu yang membuka ke dalam menggunakan engsel kupu
sedangkan yang membuka keluar agar mengunakan engsel H.

d. Pekerjaan Plafon
1) Lingkup Pekerjaan Pemasangan plafon dan list plafon.
2) Bahan yang digunakan kayu kelas II, tripleks 4 mm, list profil kayu.
3) Penjelasan Pekerjaan
 Perhatikan letak titik lampu dan bentuk rumah lampu (armature) saat memasang
rangka plafon;
 Rangka menggunakan kayu kelas II;
 Untuk penutup langit-langit tripleks dengan ketebalan minimal 4 mm. Untuk
langit- langit selasar dan sekeliling bangunan menggunakan tripleks dan list profil
kayu;
 Hasil akhir dari pemasangan harus rata, lurus dan ukuran nat ± 60 x 120 cm.

e. Pekerjaan Pengecatan
1) Lingkup Pekerjaan Pengecatan :
Plafon, listplank, kusen daun pintu dan jendela.
2) Bahan yang digunakan cat tembok, cat kayu dan besi, plamur tembok.
3) Penjelasan Pekerjaan :
3.1 Pengecatan plafon
 Pekerjaan pengecatan dengan cat pada permukaan plafon sebagai berikut:
 Bidang plafon dibersihkan dan diplamur sebelum dipasang;
 Pengecatan plafon harus merata, berwarna sama dan setelah mengering
tidak mengelupas.
3.2 Pengecatan kayu dan besi
 Pekerjaan meni, residu harus betul-betul rata, berwarna sama, pengecatan
minimal 2 (dua) kali;
 Urutan pekerjaan pengecatan dengan cat pada permukaan kayu/besi
sebagai berikut:
 2 (dua) kali pengerjaan meni kayu/cat dasar;
 1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu;
 Penghalusan dengan amplas hingga rata;
 Pengecatan dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali.
 Urutan pekerjaan pengecatan dengan politur pada permukaan kayu/besi
sebagai berikut:
 Lubang-lubang pada permukaan kayu ditutup dengan dempul;
 Penghalusan dengan amplas;
 Pengelapan dengan kain compound (kompon);
 Pemelituran dengan politur sampai rata.
f. Pekerjaan Lantai
1) Lingkup Pekerjaan Lantai :
Timbunan tanah, Pemadatan tanah, pembuatan lantai kerja, pemasangan lantai
keramik.
2) Bahan yang digunakan Keramik lantai Kw 1 , Pc, Pasir pasang dan pasir cor.
3) Penjelasan Pekerjaan :
3.1 Pekerjaan Lantai Keramik
 Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan di-sub lantai
harus dipadatkan sehingga terdapat permukaan yang rata dan untuk
memperoleh daya dukung tanah yang maksimal, dipergunakan alat timbris
(pemadat).
 Pasir urug di bawah lantai disyaratkan harus pasir yang keras, bersih dan
bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya dengan tebal minimal 10
cm atau sesuai dengan gambar dan disiram dengan air kemudian
dipadatkan untuk memperoleh kepadatan yang maksimal. Setelah
pekerjaan pasir urug selesai maka harus dilakukan penyemprotan obat anti
rayap;
 Di atas pasir urug diberi adukan rabat beton setebal 7 cm dengan campuran
1 PC : 3 Ps : 5 Kr;
 Adukan pengikat lantai keramik menggunakan PC. Adukan harus cukup
padat sehingga di permukaan bawah keramik tidak terdapat rongga udara;
 Untuk menghindari terjadinya “ledakan” pada lantai keramik maka sebelum
keramik dipasang terlebih dahulu harus direndam dalam air;
 Bahan keramik yang telah terpasang dihindarkan dari injakan selama 3 x 24
jam setelah pemasangan;
 Lebar nat maksimum 5 mm membentuk garis lurus atau sesuai dengan
gambar, nat diisi dengan bahan pengisi berwarna/grouting semen
berwarna. Pemberian nat dilakukan minimal setelah 3 x 24 jam setelah
pemasangan keramik;

V. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
a. Lingkup Pekerjaan Listrik Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah
seluruh system listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan
sempurna dan aman.
b. Bahan yang digunakan Kabel daya tegangan rendah, stop kontak, saklar, lampu dan
armature, junction box dan bahan isolasi.
1) Kabel daya tegangan yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan type yang
sesuai dengan gambar rencana (NYA), kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai
dengan standard SNI atau SPLN. Sebelum dan sesudah dipasang, kabel TR harus
dites dengan pengujian-pengujian sebagai berikut;
 Test isolasi;
 Test kontinuitas.
2) Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi peraturan
PUIL/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas ditandai dengan ukuran,
jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.
3) Semua armature lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan (grounding).
4) Semua lampu flourescent dan lampu tabung gas harus dilengkapi dengan kapasitor
sehingga diperoleh faktor daya 0,8.
5) Boks/kotak tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus cukup
besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan unsur komponen lampu itu sendiri.
6) Ventilasi di dalam boks/kotak harus dibuat dengan sempurna. Kabel-kabel dalam
boks/kotak harus diberikan saluran atau klem-klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada ballast atau kapasitor.
7) Boks/kotak terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan karat,
kemudian difinish dengan cat akhir oven warna putih.
8) Ballast harus jenis “Low Loss Ballast” dan harus juga digunakan single lamp ballast
(satu ballast untuk satu lampu flourescent).

c. Penjelasan Pekerjaan
1) Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari type :
1.1 Untuk instalasi penerangan adalah NYA dengan conduit pipa PVC.
1.2 Untuk kabel distribusi digunakan NYA, untuk penerangan taman dan pompa air
digunakan kabel NYFGBY.
2) Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasaan (tembok, jalan, beton dll)
harus berada di dalam conduit PVC class AW yang disesuaikan dengan ukurannya.
3) Tidak diperkenankan adanya “splice” pencabangan ataupun sambungan-sambungan
baik dalam feeder maupun cabang- cabang kecuali pada outlet atau pada kotak-
kotak penghubung yang biasa dipakai (acceptable).
4) Dalam membuat pencabangan connector harus dihubungkan pada konduktor-
konduktor dengan baik, sehingga semua konduktor tersambung, tidak ada kabel-
kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.
5) Semua sambungan kabel, baik di dalam juction box, panel ataupun tempat lainnya
harus mempergunakan connector yang terbuat dari tembaga yang diisolasi dengan
porselin atau bakelit ataupun PVC, yang diamaternya disesuaikan dengan diameter
kabel.
6) Semua bahan isolasi untuk percabangan, connector dan lain-lain seperti karet, PVC
asbes tipe sintetis, resin, splice case,composition dan lain-lain harus dari tipe yang
disetujui untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain tertentu itu harus dipasang
memakai cara yang disetujui menurut anjuran atau manufacturer.
7) Stop kontak biasa yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, rating 250 volt, 13
ampere, untuk pemasangan rata dinding. Stop kontak yang dipasang di dekat kran
air harus dilengkapi dengan tutup. Stop kontak dinding dipasang 75 cm dari
permukaan lantai.
8) Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe rocker dengan rating 250
volt, 10 ampere, single gang, double gangs atau saklar hotel. Saklar ditempatkan di
dekat pintu dan dipasang 120 cm di atas permukaan lantai.
9) Junction box harus terbuat dari bahan metal dengan kedalaman tidak kurang dari
35 mm. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
10) Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada junction box dengan menggunakan
baut atau ditanamkan dalam dinding.
11) Pada umumnya kabel 1.5 mm instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus
kabel 2,5 mm inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYM).
12) Kode warna instalasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai berikut:
Fasa 1 : Merah (Positif)
Fasa 2 : Hitam (Negatif)
Fasa 3 : Kuning (Netral)
13) Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC klas AW atau
GIP.
14) Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus sesuai satu
dengan yang lainnya, yaitu tidak kurang dari diameter 3/4”.
15) Pipa fleksibel harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambungan
(junction box) dan armature lampu.
16) Penyempurnaan kabel
a. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan.
b. Kabel-kabel disambungkan sesuai dengan warna-warna atau nama-nama
masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum
dan sesudah penyambungan dilakukan.
c. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran yang sesuai.
d. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC/
protolen yang khusus untuk listrik.

17) Pemasangan kabel tanah


 Kabel tanah yang dipasang di dalam tanah harus dilindungi terhadap
kemungkinan terjadinya gangguan mekanis dan kimiawi. Perlindungan terhadap
gangguan mekanis pada umumnya dianggap mencukupi dan aman jika kabelnya
ditanam minimum 60 cm di bawah permukaan tanah yang tidak dilalui
kendaraan dan ditanam minimum 80 cm di bawah permukaan tanah yang
dilalui kendaraan.
 Kabel tanah harus diletakkan di dalam pasir atau tanah lunak yang bebas dari
batu-batuan dan bebas dari benda-benda tajam, serta di atas galian tanah yang
stabil, kuat dan rata. Lapisan pasir atau tanah lunak harus sekurang-kurangnya 5
cm di sekeliling kabel. Sebagai perlindungan tambahan di atas timbunan pasir
atau tanah lunak dapat dipasang beton atau batu bata sebagai pelindung.
 Kabel tanah yang dipasang keluar dari tanah pada tempat di luar bangunan
harus dipasang di dalam pipa atau dari bahan lain yang cukup kuat sampai di
luar jangkauan tangan, kecuali telah mendapatkan perlindungan lain yang
sekurang-kurangnya sederajat.
18) Proteksi dari kejut listrik Proteksi dari kejut listrik harus diberikan dengan cara
mentanahkan semua bagian konduktif terbuka peralatan dan instalasi listrik.
Pentanahan dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh tahanan pentanahan
kurang dari 5 ohm.
19) Testing/Pengujian Testing dilakukan dengan disaksikan oleh Ketua Tim Pengawas
yang disahkan oleh lembaga yang berwenang. Pengujian tersebut meliputi :
 Test ketahanan isolasi;
 Pengukuran tahanan pentanahan;
 Test kontinuitas.

VI. PEKERJAAN FINISHING/PERAPIAN


Pekerjaan perapihan merupakan pekerjaan penyempurnaan dan merapikan pekerjaan yang
pada hakekatnya telah selesai dikerjakan namun masih perlu penyempurnaan.
Sebagai contoh misalnya terdapat pintu yang tidak dapat dibuka/ditutup dengan sempurna,
maka perlu disempurnakan, atau terdapat cat yang belum menutup permukaan bidang
secara merata, maka perlu di cat ulang sehingga diperoleh permukaan bidang cat yang rata,
dan sebagainya.

Karang Baru, Maret 2018


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Aceh Tamiang

MUKHLIS, S.Pd. M.Pd


NIP. 19690909 199110 1 001

Anda mungkin juga menyukai