251 Utari Permadi
251 Utari Permadi
JUDUL
A. Ayat Al-Qur’an tentang Toleransi
Oleh:
Nama NIM
1. Utari Permadi 1182020251
1
Alfatih,terjemah tafsir perkata kode tajwid arab (Jakarta timur:pustaka
alfatih,2009),hlm603
17
B. Terjemah Perkata
terjemah no
Dengan nama Allah ِّٰللا
بِس ِْم ه ١
Yang maha pengasih الرحْ مٰ ِن
َّ ٢
Maha penyayang الر ِحي ِْم
َّ ٣
Katakanlah (Muhammad) قُ ْل ٤
Wahai ٰ ٰٓياَيُّ َها ٥
Orang-orang kafir َْال ٰك ِف ُر ْون ٦
Aku tidak akan menyembah ُ َل ا َ ْعبُد
ٰٓ َ ٧
(berhala) apa yang kalian sembah ََما تَ ْعبُد ُْون ٨
Dan kalian tidak َل اَ ْنت ُ ْم
ٰٓ َ َو ٩
menyembah َعٰ ِبد ُْون ١٠
Apa yang aku sembah ُ َما ٰٓ ا َ ْعبُد ١١
Dan aku tidak َل اَن َ۠ا
ٰٓ َ َو ١٢
menyembah ٌ َعابِد ١٣
Apa yang kalian sembah َّما َعبَدْتُّ ْم ١٤
Dan kalian tidak َل اَ ْنت ُ ْم
ٰٓ َ َو ١٥
menyembah َعٰ بِد ُْون ١٦
Apa yang aku sembah ُ َما ٰٓ ا َ ْعبُد ١٧
Bagi kalian لَ ُك ْم ١٨
Agama kalian (kekufuran) ِد ْينُ ُك ْم ١٩
18
C. Asbabun Nuzul
Diriwayatkan bahwa Al-walid ibnul-mugirah, Al’as ibnu wa’il
As-Sahmy, Al-Aswad ibnu abdil-Muttalib, Umayyah ibnu Khalaf
dan lain sebagainya, mendatangi nabi saw, dan mengatakan, “Hai
Muhammad, marilah engkau mengikuti agama kami, dan kami akan
mengikuti agamamu. Kami juga akan senantiasa mengajakmu
dalam segala kegiatan kami. Kamu menyembah tuhan kami selama
setahun,dan kami menyembah tuhanmu selama setahun juga. Jika
ternyata yang engkau bawa itu adalah lebih baik,maka kami akan
mengikutimu dan melibatkan diri di dalamnya. Dan jika ternyata
yang ada pada kami itu lebih baik,maka engkau mengikuti kami,dan
engkau pun melibatkan diri di dalam agama kami”. Nabi saw
menjawab aku berlindung kepada allah agar tidak menyekutukan
nya dengan selain nya kemudian allah menurunkan surah ini
sebagai balasan atas ajaran mereka
2
Alfatih,terjemah tafsir perkata kode tajwid arab (Jakarta timur:pustaka
alfatih,2009),hlm603
3
Tafsir Al-maragi.tafsir terjemah.(semarang:CV.Toha.putra.1992),hlm446
19
D. Kandungan Tafsir
1. Tafsir al maragi
َقُ ْل ٰ ٰٓياَيُّهَا ا ْل ٰك ِف ُر ْون
ََ َٰٓل ا َ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُد ُْون
Katakanlah kepada mereka, “Sesungguhnya apa yang kamu sembah itu
bukanlah Tuhan yang aku sembah. Sebab, kalian telah menyembah sesuatu
yang membutuhkan perantara dan membutuhkan anak. Bahkan berbentuk
seseorang atau sesuatu dan lainnya yang kalian duga sebagai tuhan. Tetapi
aku adalah penyembah Tuhan yang tidak ada persamaan dan tandingan-
Nya, Allah tidak mempunyai anak dan istri, tidak beraga, tidak diketahui
oleh akal manusia, tidak bertempat tinggal, tidak terpengaruh oleh masa,
dan tidak diperlukan perantara untuk meminta kepada-Nya, disamping
tidak memerlukan wasilah didalam mendekatkan diri kepada-Nya.
Ringkasnya, antara yang kalian sembah dengan yang aku sembah
sangat berbeda. Sebab, kalian telah menggambarkan Tuhan kalian dengan
sifat-sifat yang tidak semestinya bagi Tuhan kami.
َو َ َٰٓل اَ ْنت ُ ْم ٰع ِبد ُْونَ َما ٰٓ ا َ ْعبُ ُد
Sesungguhnya kalian itu bukan orang-orang yang berhak menyembah
Tuhan yang aku sembah. Sebab, sifat-sifat Allah sangat bertentangan
dengan Tuhan kalian. Karenanya, tidak mungkin menyamakan antara
kedua Tuhan itu.
Setelah menyanggah adanya persamaan dalam hal zat yang
disembah, kemudian Allah menyanggah juga akan tidak adanya persamaan
dalam hal cara beribadah. Sebab, mereka mepunyai anggapan bahwa
ibadah yang merek lakukan itu harus dilakukan dengan perantara, atau
khusus di tempat-tempat yang telah mereka buat, yakni ditempat-tempat
yang sunyi. Selain itu, mereka juga yakin jika menggunakan perantara ini
merupakan ibadah murni kepada Allah dan Nabi SAW. Dianggap oleh
mereka sebagai tidak lebih utama dibandingkan dengan perantara-
perantara itu. Untuk itu lah Allah ber-firman
َ َو َ َٰٓل اَنَ ۠ا عَابِ ٌد َّما
عبَ ْدت ُّ ْم
20
Dan aku tidak akan melakukan ibadah seperti ibadah kalian. Kalianpun
tidak akan melakukan ibadahku. Penfsiran seperti ini juga disampaikan
oleh Imam Muslim Al Asfahani.Kesimpulan, bahwa ada pebedaan yang
asasi dalam hal yang disembah dengan cara beribadah. Jadi, disembah
olehku bukanlah batu, dan caranya pun berbeda. Yang kusembah itu tidak
ada yang menyamainya, tidak berbentuk seperti orang, tidak hanya cinta
kepada 1 bangsa, dan tidak hanya mencintai seseorang. Sedang
sesembahan kalian itu sangat berbeda dengan sifat-sifat Tuhanku.
Ibadahku hanyalah ikhlas karna-Nya, sedang ibadah kalian sedang
bercampur dengan kemusyrikan dan dibarengi dengan kealfaan terhadapa
Allah. Karenanya, ibadah kalian itu hakekatnya bukan ibadah, tetapi
kemusyrikan
لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َو ِل َي ِدي ِْن
Kalian mempunyai balasan atas amal kalian, dan aku pun menerima
balasan atas amalanku. 4
2. Tafsir muyassar
4
Tafsir Al-maragi.tafsir terjemah.(semarang:CV.Toha.putra.1992),hlm447
21
5
Dr. Hikmat Basyir,Dr. Hazim Haidar,Dr. Musthafa Muslim,Dr. Abdul Aziz Isma'I,”Tafsir
Muyassar”, http://markazsunnah.blogspot.com/2018/07/tafsir-al-muyassar-al-
kafirun.html (Diakses pada 4 Maret 2019, pukul 21.22).
22
6
Muhyiddin Ibn ‘Arabi,” Isyarat Ilahi (Tafsir Juz ‘Amma Ibn ‘Arabi)”
https://hatisenang.com/quran/surah-al-kafirun-109-tafsir-ibni-arabi/,(diakses pada 3
Maret 2019, pukul 21.29).
23
dengan bapak, ibu, saudara, kerabat atau teman karib kita. Di antara
bentuk loyal pada orang kafir:
Pertama: Tasyabbuh dengan orang kafir, yaitu menyerupai pakaian dan
adat yang menjadi ciri khas mereka.
Kedua: Turut serta dalam perayaan non muslim.
Allah Ta’ala berfirman,
َور َي ْش َهد ُونَ َل َوالَّذِين ُّ ِك َرا ًما َم ُّروا ِباللَّ ْغ ِو َم ُّروا َو ِإذَا
َ الز
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-
perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masiir mengatakan bahwa ada 8 pendapat
mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat
yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat
tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara
pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur”
adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan
oleh Ar Robi’ bin Anas. Jadi, ayat di atas adalah pujian bagi orang yang
tidak menghadiri perayaan orang non muslim. Ini berarti turut dalam
perayaan tersebut adalah suatu perbuatan yang sangat tercela dan termasuk
‘aib(Lihat Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim, 1/483). Oleh karena itu,
tidak pantas bagi seorang muslim menghadiri perayaan natal,
mengucapkan selamat natal pada orang nashrani, menghadiri perayaan
natal bersama atau bahkan membantu mereka dalam melaksanakan
perayaaan tersebut.
Dalam perayaan Natal, orang Nashrani mengingat-ingat akan kelahiran
Yesus yang dinyatakan sebagai anak Allah. Padahal Allah sendiri
menyatakan Dia tidak memiliki anak dan pernyataan seperti ini adalah
suatu kekufuran. Allah Ta’ala berfirman,
Sungguh aneh jika seorang muslim masih menghadiri acara natal, padahal
sudah jelas mereka (Nashrani) merayakan kekufuran. Dengan alasan
toleransi apakah kita ingin mengorbankan akidah Islam kita? Dengan
alasan karena tidak enak dengan tetangga, atasan, teman kerja, apakah kita
24
berpaling dari ayat Allah? Apakah hanya karena alasan mereka telah
memberi kita selamat Idul Fithri, kita jadi rela terjerumus dalam dosa?
Simak haramnya seorang muslim mengucapkan selamat natal dan
menghadiri perayaan natal di: Bolehkah Seorang Muslim Mengucapkan
Selamat Natal.
Bentuk loyal pada orang kafir lainnya sudah dibahas di rumaysho.com:
Bentuk loyal pada orang kafir. Sedangkan tafsir surat Al Kafirun juga
sudah diulas: Faedah Tafsir Surat Al Kafirun. Tidak loyal tidak berarti kita
mesti membunuh non muslim atau menyiksa atau menyengsarakan
mereka, bahkan kita pun diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka
selama tidak ada sangkut pautnya dengan agama atau akidah kaum
muslimin, simak dalam artikel: Interaksi dengan Non Muslim yang
Dibolehkan.
F. Kesimpulan
Dapat kita ambil kesimpulan bahwa surah al-kafirun ini mengandung
keutamaan yakni:
Membangun Pondasi Keimanan
Dengan membaca surat Al Kafirun, kita dapat memperkuat pondasi
keimanan kita dan menjadikan keimanan kita lebih kuat. Karena surat ini
berisikan dengan ketundukan dan kepatuhan kita terhadap Allah SWT.
Membangun Keberanian Menghadapi Orang-Orang Kafir
Di dalam surat Al Kafirun terdapat makna bahwa orang-orang
islam siap dalam melawan dan menentang orang orang kafir bahwa agama
islam tidak bisa disamakan dengan agama mereka.
Menjadi Pembeda Antara Islam dan Kafir
Surat Al Kafirun juga menjadi pembeda antara islam dan kafir. Hal
ini ditunjukkan oleh ayat tersebut bahwa apa yang disembah, diikuti dan
apapun yang menjadi aturan islam tidak sama dengan apa yang mereka
yakini. Mereka tidak bisa menjadi muslim dan muslim tidak bisa menjadi
mereka..
Membangun Keoptimisan Islam
25
Ayat ini juga menjelaskan bahwa umat islam tidak perlu takut dan
harus optimis dalam membangun kemenangan ketika melawan kafir.
Semuanya dilakukan agar islam menang dan dapat memberikan rahmatan
lil alamin bagi semesta alam.
Tentu saja, hal ini menjadi hal yang sama juga untuk masa sekarang.
Karena masa sekarang tetap umat islam dihadapkan pada pertarungan yang
lebih halus antara muslim dan anti muslim.
Menghargai Perbedaan dan Keyakinan
Perbedaan dalam keyakinan pasti akan terjadi. Untuk itu perlu
adanya pembeda. Bagaimanapun dalam konteks masyarakat hari ini
menghargai perlu, sehingga tidak perlu menjadi konflik. Akan tetapi, tetap
antara satu keyakinan lain dengan keyakinan lainnya tidak bisa disamakan.
Untuk itulah ayat dalam Al Kafirun ini ada.
Untuk itu, dengan keyakinan terhadap Allah SWT umat islam harus
menjalankan kehidupan toleransi yang sesuai dengan Tujuan Penciptaan
Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia ,
Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai
dengan fungsi agama .
DAFTAR PUSTAKA