Refrat Ku
Refrat Ku
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kolelitiasis
unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu.
B. Epidemiologi Kolelitiasis
Tiap tahun 500.000 kasus baru dari batu empedu ditemukan di Amerika
sedangkan pada anak-anak jarang. Orang gemuk ternyata mempunyai resiko tiga
kali lipat untuk menderita batu empedu. Insiden pada laki-laki dan wanita pada
pembentukan batu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi jenis batu yang
terbentuk. Hal ini disokong oleh peneliti dari Jepang yang menemukan bukti
bahwa orang dengan diet berat biasanya menderita batu jenis kolesterol,
sedangkan yang dietnya tetap biasanya menderita batu jenis pigmen. Faktor
kemungkinan untuk menderita penyakit tersebut dua kali lipat dari orang normal.
2
C. Anatomi Kandung Empedu
yang terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi
fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol
dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum
dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk
arteri yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung
empedu.
dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi
lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus
coeliacus.
terletak tepat dibawah lobus kanan hati. Empedu yang disekresi secara terus
menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran
3
empedu yang kecil-kecil tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih
besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan
dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus
terminal dari kedua saluran dan ampla dikelilingi oleh serabut otot sirkular,
empedu sehingga cairan empedu dalam kandung empedu akan lebih pekat 10
kali lipat daripada cairan empedu hati. Secara berkala kandung empedu akan
4
Dua penyakit saluran empedu yang paling sering frekuensinya adalah
sarang tawon. Sel- sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak
mikrovilli.
interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus
kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada
yang sama, otot polos yang terletak pada ujung distal duktus coledokus dan
5
ampula relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental ke
dalam duodenum. Garam – garam empedu dalam cairan empedu penting untuk
emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi
lemak.
Sementara itu, komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol yang
biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena
kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di
luar empedu.
F. Faktor Risiko
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor risiko di bawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
6
2. Usia. Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia >60 tahun lebih cenderung untuk
3. Berat badan (BMI). Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi,
dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun
4. Makanan. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
empedu.
kolelitiasis adalah crohn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan
ileus paralitik.
7
makanan/nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk
G. Patofisiologi kolelitiasis
empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3)
asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah
harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang
koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang
hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan,
atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan
yang litogenik.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan.
Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel
sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai
benih pengkristalan.
8
H. Klasifikasi kolelitiasis
1. Batu kolesterol
70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
a. Supersaturasi kolesterol
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang
cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu.
operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu,
9
penelitian yang dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi
dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu pigmen hitam
adalah tipe batu yang banyak ditemukan pada pasien dengan hemolisis
kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat
3. Batu campuran
50% kolesterol.
70% hingga 80% pasien tetap asimtomatik seumur hidupnya. Penderita batu
empedu sering mempunyai gejala-gejala kolestitis akut atau kronik. Bentuk akut
ditandai dengan nyeri hebat mendadak pada abdomen bagian atas, terutama
(Murphy sign). Pasien dapat berkeringat banyak dan berguling ke kanan-kiri saat
10
tidur. Nausea dan muntah sering terjadi. Nyeri dapat berlangsung selama berjam-
nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Sering kali terdapat riwayat dispepsia,
intoleransi lemak, nyeri ulu hati atau flatulen yang berlangsung lama. Setelah
terbentuk, batu empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu
Komplikasi yang paling sering adalah infeksi kandung empedu (kolesistitis) dan
obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koledokus. Obstruksi ini dapat
J. Diagnosa Kolelitiasis
1. Anamnesis
Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari
11
terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik
nafas dalam.
2. Pemeriksaan fisik
Kadang teraba hati dan sklera ikterik. Perlu diketahui bahwa bila kadar
bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl, gejala ikterik tidak jelas. Apabila
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
12
tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus. Kadar
fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya
yaitu yang dinamai tes fungsi hati. Bilirubin serum yang difraksionasi
sebagai komponen tak langsung dan langsung dari reaksi Van den bergh,
memuncak 25 sampai 30 mg per 100 ml, yang pada waktu itu eksresi
bilirubin sama dengan produksi harian. Nilai >30 mg per 100 ml berarti
terjadi bersamaan dengan hemolisis atau disfungsi ginjal atau sel hati.
13
Alanin aminotransferase (dulu dinamai SGOT, serum glutamat-
sering menunjukkan kelainan sel hati, tetapi peningkatan enzim ini ( 1-3
kali normal atau kadang-kadang cukup tinggi tetapi sepintas) bisa timbul
empedu.
b. Pemeriksaan Radiologis
khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat
berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan
atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.
14
c. Pemeriksaan Ultrosonografi (USG)
dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau
udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang
rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada
teknik penyaring, tidak hanya dilatasi duktus biliaris ekstra dan intra
dalam parenkim hati atau pankreas (seperti massa atau kista) juga bisa
empedu, tetapi jelas melebihi 90% .Distensi usus oleh gas mengganggu
pemeriksaan ini.
15
d. Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik
karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu
kandung empedu.
K. Penatalaksanaan Kolelitiasis
16
kolesterol pada empedu yaitu dengan mengurangi sekresi kolesterol dan efek
deterjen dari asam empedu pada kandung empedu. Desaturasi dari empedu
mencegah kristalisasi.
Dosis lazim yang digunakan ialah 8-10 mg/kgBB terbagi dalam 2-3
dosis harian akan mempercepat disolusi. Intervensi ini membutuhkan waktu
6-18 bulan dan berhasil bila batu yang terdapat ialah kecil dan murni batu
kolesterol.
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Litotripsi gelombang elektrosyok meskipun sangat populer beberapa
tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pada saat ini hanya terbatas untuk
pasien yang benar-benar telah dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.
Efektifitas ESWL memerlukan terapi adjuvant asam ursodeoksilat.
2. Simptomatik
Kolesistektomi
Kolesistektomi adalah pengangkatan kandung empedu yang secara
umum diindikasikan bagi yang memiliki gejala atau komplikasi dari batu,
kecuali yang terkait usia tua dan memiliki resiko operasi. Pada beberapa
kasus empiema kandung empedu, diperlukan drainase sementara untuk
mengeluarkan pus yang dinamakan kolesistostomi dan kemudian baru
direncanakan kolesistektomi elektif. Indikasi yang paling umum untuk
kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan
infeksi. Langkah-langkah pada kolesistektomi terbuka:
a. Insisi
Jenis insisi yang dapat digunakan ialah insisi subkosta kanan atas, insisi
kocher, insisi kocher termodifikasi dan insisi tranverse.
17
1. Insisi kocher
7. Insisi transverse
18
di rumah sakit dan biaya yang lebih murah. Indikasi tersering adalah nyeri
bilier yang berulang. Kontra indikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka
yaitu tidak dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang
tidak dapat dikoreksi. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan,
pankreatitis, bocor stump duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. Resiko
trauma duktus biliaris sering dibicarakan, namun umumnya berkisar antara
0,5–1%. Dengan menggunakan teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih
baik, tidak terdapat nyeri, kembali menjalankan aktifitas normal dalam 10
hari, cepat bekerja kembali, dan semua otot abdomen utuh sehingga dapat
digunakan untuk aktifitas olahraga.
Kolesistostomi
Pada pasien dengan kandung empedu yang mengalami empiema dan
sepsis, yang dapat dilakukan ialah kolesistostomi. Kolesistostomi adalah
penaruhan pipa drainase di dalam kandung empedu. Setelah pasien
stabil,maka kolesistektomi dapat dilakukan.
Endoscopic sphincterotomy
Dilakukan apabila batu pada CBD tidak dapat dikeluarkan. Pada
prosedur ini kanula diletakan pada duktus melalui papila vateri. Dengan
mennggunkan spinterectome elektrokauter, dibuat insisi 1 cm melalui sfingter
oddi dan bagian CBD yang mengarah ke intraduodenal terbuka dan batu
keluar dan diekstraksi. Prosedur ini terutama digunakan pada batu yang
impaksi di ampula vateri.
L. Komplikasi Kolelitiasis
(Sjamsuhidajat,2005)
1. Asimtomatik
19
3. Kolik bilier
4. Kolesistitis akut
5. Perikolesistitis
7. Perforasi
8. Kolesistitis kronis
12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan
menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada dalam
kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat
menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara
menetap maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi maka
dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga membentuk
nekrosis sebagian dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat membentuk
20
suatu fistel kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi kandung empedu
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada
saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus
M. Prognosis
Prognosis dari kolelitiasis adalah tergantung pada keberadaan dan tingkat
DAFTAR PUSTAKA
1. Beckingham, IJ. Gallstone disease. 2001. In: ABC of Liver, Pancreas and Gall
Science; 2004.
21
3. Kumar, Ramzi S. Cotran & Stanley L. Robbins. Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Penerbit EGC. Jakarta. 2007
4. Mansjoer A. etal, 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. hal 510-512.
EGC. 2006
6. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 edisi 21. Jakarta :
8. Sabiston David C. Buku Ajar Bedah, Bagian 2. Penerbit EGC. Jakarta. 1994
10. Sekijima J.H, Lee, Sum P. Gallstones and Cholecystitis. In: Humes D, Dupon
12. Snell, Richard S.. Anatomi klinik, edisi 3, bag. 1, hal 265 – 266, Penerbit
13. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
22
14. Yekeler E, Akyol Y. Cholelithiasis. Dalam : New England Journal of
http://content.nejm.org/cgi/content/full/351/22/2318#F1
23