Anda di halaman 1dari 10

FLUID ASSESMENT AND ACCURASY IN PRE, INTRA DAN POST

HEMODIALISYS

Gatot Subroto, SKep Ns

Rumah Sakit Islam Klaten

gatotsubroto.gs.gs@gmail.com

ABSTRAK

Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit gagal ginjal kronik merupakan gangguan pada
fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal
mempertahankan tabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan
uremia. Akibat ketidakmampuan ginjal membuang produk sisa melalui eliminasi urin bisa
menyebabkan gangguan endokrin, metabolik dan cairan elektrolit serta asam basa, sehingga
diperlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal untuk kelangsungan hidup pasien.
Pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Fluid assesmen/ manajemen cairan
adalah keterampilan dalam mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dalam menanggapi fluktuasi tanda dan gejala, mengambil
tindakan dalam menanggapi respon fisiologis kekurangan cairan tubuh, monitoring serta
mengelola gejala (Lindberg, 2010).
Fluid assesment pre, intra dan post dialisis merupakan pengkajian cairan, monitoring dan
penatalaksanaan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisa terdiri dari penghitungan
IDWG/ Interdialytic Weight Gain/ peningkatan volume cairan diantara waktu dialisis dan
monitoring keseimbangan cairan sehingga tercapai Fluid Restriction (Pembatasan Cairan).
Pembatasan cairan dapat membantu memberikan rasa nyaman pada saat : sebelum, selama
dan setelah dialisis.
Keseimbangan cairan tubuh dihitung berdasarkan jumlah cairan yang masuk dan jumlah
cairan yang keluar. IDWG dianjurkan untuk berada dalam kisaran 2,5% sampai 3,5% dari
berat tubuh kering untuk mengurangi risiko edema dan komplikasi kardiovaskular serta
mempertahankan status gizi yang baik (Lindberg,2010).

Kata kunci : Irreversibel, IDWG, fluid assesmen

1
PENDAHULUAN Definisi

Penyakit gagal ginjal kronik yang gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney
cenderung kurang tertangani secara baik Disease merupakan suatu perubahan
banyak terjadi dinegara berkembang. fungsi ginjal yang progresif dan
Indonesia berada diurutan ke empat ireversibel. Pada Gagal Ginjal Kronik,
sebagai negara terbanyak penderita gagal ginjal tidak mampu untuk
ginjal kronik. Dengan jumlah penderita mempertahankan keseimbangan cairan
mencapai 16 juta jiwa. Jumlah angka serta akumulasi sisa metabolisme sehingga
penderita semakin meningkat dari tahun ke menyebabkan penyakit ginjal stadium
tahun ( Dharma, dkk 2015). akhir.(Terry& Aurora, 2013)
Gagal ginjal kronik merupakan suatu
perubahan fungsi ginjal yang progresif dan
FISIOLOGI GINJAL ireversibel.ditandai oleh penurunan laju
filtrasi glomerulus secara medadak dan
cepat hitungan jam – minggu). Pada Gagal
Ginjal Kronik, ginjal tidak bisa untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga menyebabkan uremia
(Padila, 2012).

Penyebab
Penyebab gagal ginjal kronik yang dari
tahun ke tahun semakin meningkat dapat
disebabkan oleh kondisi klinis dari ginjal
sendiri dan dari luar ginjal. Penyakit dari
ginjal seperti penyakit pada saringan
(glomerulus), infeksi kuman, batu ginjal.
Sedangkan penyakit dari luar ginjal seperti
penyakit diabetes melitus, hipertensi,
kolesterol tinggi, infeksi di badan:
Tuberculosis,
sifilis, malaria, hepatitis, obat-obatan, dan
kehilangan banyak cairan yang mendadak
seperti pada luka bakar. (Muttaqin, 2011)

Tanda dan Gejala


Penyakit gagal ginjal kronik juga memiliki
tanda dan gejala yang bermacam-macam
yang terdapat pada sistem pernapasan
adanya pernapasan kussmaul sebagai
respon asidosis metabolik, efusi pleura,
edema paru.
Sistem kardiovaskular seperti hipertensi
gagal jantung. Sistem neurologi adanya
sakit kepala, kesulitan tidur, tremor
ditangan.
Sistem hematologi adanya anemia dengan
hemoglobin rendah, kerusakan sel darah
putih menyebabkan infeksi.
GAGAL GINJAL KRONIK
2
Sistem gastrointestinal seperti mual dan Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah,
muntah, diare, konstipasi, sariawan. anoreksia, mual-muntah, latergi, nokturia,
Sistem skeletal adanya nyeri sendi dan kelebihan volume cairan, pruritus, uremic
bengkak. frost, perikarditis,kejang-kejang hingga
Sistem integumen seperti kulit gatal dan koma merupakan gambaran klinis penyakit
kering(pruritus), pucat karena anemia, dan ginjal kronik (Sudoyo, 2007).
sistem reproduksi adanya penurunan Gagal ginjal kronik melibatkan kerusakan
libido, pada laki-laki terjadi impotensi dan nefron yang kehilangan fungsi ginjal
penurunan jumlah sperma dan pada secara bertahap. Total LFG dan klirens
perempuan terjadi penurunan gairah menurun, menyebabkan kadar ureum
seksual. nitrogen dan kreatinin menjadi meningkat.
Pada gagal ginjal kronik terjadi penurunan Ginjal kehilangan kemampuan untuk
fungsi renal. Produksi akhir metabolisme mengkonsetrasikan urin yang cukup.
protein tertimbun dalam darah dan Untuk dapat mengeksresikan larutan
terjadilah uremia yang mempengaruhi secara terus, urin yang encer dapat keluar
setiap sistem tubuh. Retensi natrium dan yang membuat klien dapat terhindar dari
cairan mengakibatkan ginjal tidak mampu deplesi cairan.
dalam mengkonsentrasikan atau Tubulus pelan-pelan akan kehilangan
mengencerkan urine secara normal pada kemampuan untuk menyerap lagi elektrolit
penyakit gagal ginjal kronik. yang berakibat pengeluaran garam dengan
Pasien biasanya menahan natrium dan urine yang mengakibatkan poliuri
cairan yang dapat meningkatkan resiko berlebihan (Black & Jane, 2014).
edema, gagal jantung kongesif dan Pada penyakit gagal ginjal kronik akan
hipertensi. Untuk menghindari hal-hal terjadi kehilangan daya cadang ginjal,
tersebut maka dapat dilakukan pencegahan dalam hal ini keadaan basal LFG masih
untuk kelebihan volume cairan dengan normal atau bisa juga menjadi meningkat.
berbagai terapi yang dapat diberikan. Kemudian secara perlahan-lahan, akan
(Smetzer & Bare, 2013) terjadi penurunan nefron yang progresif,
Keluhan atau tanda gejala pada pasien yang mana ditandai dengan peningkatan
gagal ginjal kronis diantaranya adalah kadar urea dan kreatinin serum (Sudoyo,
mual dan muntah (Terry & Aurora, 2013). 2007). Ureum diubah dari hati yang
Menurut Black & jane (2014) merupakan senyawa amonia yang berasal
meningkatnya sekresi asam lambung, dan dari metabolisme asam amino.
klien sering merasakan pahit, nafas berbau Peningkatan ureum dapat terjadi karena
busuk, amis, atau seperti amonia yang penurunan volume darah ke ginjal
dapat menimbulkan mual, muntah. Muntah (Sutedjo, 2013). Menurut Smeltzer & Bare
juga dapat disebabkan karena gangguan (2013) jika urea dan kreatinin tidak
konsentrasi air dan garam oleh ginjal. diekskresikan pada kelebihan volume
Pasien akan mengalami deplesi cairan cairan akibat penurunan perfusi ginjal dan
ekstraselular (CES) yang akan penurunan eksresi sampah metabolisme
memperburuk fungsi ginjal (Mcphee & dapat menjadi azotemia (peningkatan
Wiliam, 2010). kadar nitrogen dalam darah). Kreatinin
Anoreksia, mual, muntah yang muncul merupakan produk akhir metabolisme,
pada gagal ginjal kronik dapat pemeriksaan kreatinin berguna dalam
menyebabkan penurunan nafsu makan mengevaluasi fungsi glomerullus yang
sehingga dapat mempengaruhi penurunan hasilnya lebih spesifik. Peningkatan
berat badan dan malnutrisi. Akibat kreatinin dalam darah menunjukkan
inflamasi mukosa yang disebabkan oleh adanya penurunan fungsi ginjal (Sutedjo,
kadar ureum yang terlalu banyak, dapat 2013). Kemudian menurut Black & Jane
mempengaruhi sistem gastrointestinal. (2014) pada gagal ginjal kronik produksi

3
sisa metabolisme protein berakumulasi sebagai obat tambahan dalam pengobatan
dalam darah sehingga menyebabkan serum hipertensi (Karch, 2011).
kreatinin meningkat. Kadar serum
kreatinin merupakan pengukuran pada Cairan
fungsi ginjal yang paling akurat. Asupan cairan pada gagal ginjal kronik
Pemeriksaan ultrasonografi ginjal dapat juga membutuhkan regulasi yang sangat
memperlihatkan ukuran ginjal yang hati-hati dalam gagal ginjal lanjut.
mengecil, adanya hidronefrosis atau batu Pentingnya pencegahan kelebihan cairan
ginjal, korteks yang menipis, kista, massa, karena jika asupan terlalu bebas dapat
haisifikusi (Sudoyo, 2007). menyebabkan kelebihan beban sirkulasi,
edema, dan intoksikasi cairan. Kekurangan
Terapi cairan juga dapat menyebabkan dehidrasi,
Penyokong terapi untuk mencegah hipotensi dan memburuknya fungsi ginjal.
kelebihan beban cairan adalah pembatasan Aturan untuk asupan cairan adalah
asupan cairan dan garam. Untuk keluaran urin dalam 24 jam ditambah 500
memperlambat kebutuhaan akan dialisis ml mencerminkan keluaran cairan yang
dapat juga dengan menggunakan tidak disadari. (Haryanti, Nisa, 2015)
diuretik. Saat gagal ginjal kronik Volume cairan berlebihan merupakan
memburuk oliguria biasanya akan muncul, kondisi ketidakseimbangan ditandai
merupakan tanda dan gejala kelebihan dengan kelebihan (retensi) cairan, natrium
beban cairan. Pada pasien gagal ginjal di ruang ekstrasel. Dapat juga disebut
kronik, pengkajian status cairan yang hipervolemia. Kondisi ini disebabkan
berkelanjutan sangat lah penting, yang karena gangguan yang terjadi pada fungsi
meliputi melakukan pembatasan asupan ginjal (Ambarwati, 2014).
dan pengukuran haluaran cairan yang Edema merupakan tanda dan gejala yang
akurat, menimbang berat badan setiap hari umum pada kelebihan volume cairan untuk
dan memantau adanya komplikasi cairan. diperhatikan khusus. Edema terbentuk dari
Bila tidak melakukan pengukuran asupan perluasan cairan dalam kompartemen
dan haluaran cairan akan mengakibatkan cairan interstisiel, yang dapat terlokalisisr.
edema, hipertensi, edema paru, gagal Menurut Ambarwati (2014) akibat
jantung, dan distensi vena jugularis, peningkatan tekanan
kecuali akan dilakukan terapi dialisis. hidrostatik dan penurunan tekanan osmotik
(Morton, 2014) dapat menjadi edema, yang sering muncul
Terapi diuretik, yang berguna untuk pada daerah mata, jari, maupun
meningkatkan aliran urin guna mencegah pergelangan kaki. Edema pitting terjadi
keadaan oliguria, untuk menurunkan jika sebuah lubang terbentuk ketika
kelebihan beban cairan, dan furosemid seseorang menekankan jari ke jaringan
terbukti bermanfaat untuk mencegah yang edema. (Smeltzer& Bare, 2013).
sumbatan di tubulus (Morton, 2014). Sedangkan menurut Hidayat dan
Sedangkan menurut Butcher & Liu (2012) Musrifatul (2015) pitting edema
diuretik ini digunakan untuk meningkatkan merupakan bentuk cekungan pada daerah
output urin dan dapat meminimalkan yang bengkak setelah ditekan, ini
keseimbangan cairan. Diuretik merupakan disebabkan oleh perpindahan cairan ke
obat yang dapat meningkatkan eksresi dalam jaringan melalui titik tekan. Dengan
natrium, sehingga dapat membuang air penekanan jari cairan didalam jaringan
dari ginjal. Diuretik dapat berfungsi guna edema tidak digerakkan kepermukaan lain.
mengatasi edema yang berkaitan dengan Asites adalah bentuk edema yang terjadi
penyakit jantung kongestif gagal hati dan pada kavitas peritoneal akibat sindroma
sirosis hepatis, edema paru, macam- nefrotik atau sirosis (Smeltzer & Bare,
macam penyakit ginjal dan juga berfungsi 2013)

4
Kelebihan volume cairan berhubungan mengurangi penumpukan limbah nitrogen
dengan penurunan volume urine, retensi dan akan meminimalkan gejala uremik.
cairan dan natrium, peningkatan aldosteron Protein diberikan 0,6-0,8 gr/kg.bb/hari,
sekunder dari penurunan laju filtrasi yang 0,35-0,50 gr
glomerulus (LFG). Jika jumlah nefron dianteranya protein nilai biologi tinggi.
yang sudah tidak berfungsi menjadi Jumlah kalori yang diberikan sebesar 30-
meningkat, maka ginjal akan tidak mampu 35 kkal/kg.bb/hari. Jumlah asupan protein
dalam menyaring urin. Kemudian dalam dan kalori dapat ditingkatkan pada pasien
hal ini glomerulus akan kaku dan palsma yang mengalami malnutrisi (Sudoyo,
tidak dapat difilter dengan mudahnya 2009)
lewat tubulus, maka terjadilah kelebihan Menurut Terry & Aurora (2013)
cairan dengan retensi natrium dan air memonitoring berat badan setiap hari guna
(Muttaqin, 2011). Pada gagal ginjal kronik untuk mengetahui apakah pasien patuh
memiliki masalah kelebihan volume cairan atau tidak terhadap pembatasan dietnya.
yang dapat disebabkan oleh retensi Na dan Menimbang berat badan setiap harinya
air yang dapat mengakibatkan edema untuk memantau adanya retensi cairan atau
(Nurarif & Hardhi, 2013). Pada pasien kehilangan cairan dalam waktu yang
gagal ginjal akan sedikit banyak mendadak. Pasien harus tahu keadaan yang
mengalami kelebihan natrium dan air, dapat memperparah kehilangan cairan,
yang menggambarkan berkurangnya seperti diare, muntah, panas dan keringat
eksresi garam dan air oleh ginjal. berlebihan (Karch, 2011).
Kelebihan Na dan air dalam kondisi Keseimbangan cairan tubuh dihitung
derajat sedang dapat terjadi tanpa adanya berdasarkan jumlah cairan yang masuk dan
tanda objektif kelebihan CES atau cairan jumlahcairan yang keluar. Cairan yang
ekstraselular (Mcphee & Wiliam, 2010). masuk dalam kondisi normal orang dewasa
Cairan ekstraselular (CES) merupakan adalah ±2.500 cc per hari. Output sebagai
cairan yang terdapat di luar sel dan bagian mengimbangi asupan cairan dalam
menyusun sekitar 30% dari total cairan kondisi normal pada orang dewasa adalah
yang ada di dalam tubuh. CES meliputi ± 2.300 cc (Hidayat &Musrifatul, 2015).
cairan intravaskular, cairan transelular dan Kebutuhan cairan dapat dihitung dengan
cairan interstisisal (Ambarwati, 2014). menggunakan cara perhitungan balance
cairan. Untuk menghitung IWL (Insensible
Penatalaksanaan Water Loss) dengan rumus(15 x berat
Diet dan Cairan badan). Rumus balance cairan adalah
Diet merupakan faktor penting bagi pasien (intake-output). Input cairan antara lain air
yang menjalani hemodialisis mengingat (makan dan minum), cairan infus, injeksi,
adanya efek uremia. Untuk menghindari air metabolisme (hitung AM 5 x berat
malnutrisi pada pasien gagal ginjal badan).
pembatasan protein harus dilakukan hati- Sedangkan output cairan meliputi feses,
hati, karena tindakan ini akan dapat urin, muntah, dan perdarahan (Yuliana,
memperlambat penurunan laju filtrasi Syuibah &
glomerulus(LFG). Dalam diet pasien harus Ambarwati, 2014).
mendapat energi yang cukup dari
karbohidrat dan lemak untuk Pembatasan cairan bertujuan untuk
mempertahankan berat badan dan mengurangi kelebihan cairan jika tidak
mengurangi katabolisme protein tubuh dikurangi dapat menjadi edema, hipertensi,
(Chang, 2010). hipertrovi ventrikel kiri (Istanti, 2013).
Gejala yang terjadi akibat penumpukan
Menurut Lee (2015) pembatasan cairan
tersebut secara kolektif dikenal sebagai
gejala remik. Diet rendah protein akan sangat penting dalam keadaan kelebihan

5
volume cairan dapat meningkatkan resiko menanggapi fluktuasi tanda dan gejala,
hipertensi, aritmia, gagal jantung kongetif mengambil tindakan dalam menanggapi
dan berpengaruh dalam kelangsungan respon fisiologis kekurangan cairan tubuh,
monitoring serta mengelola gejala
hidup penderita gagal ginjal kronik.
(Lindberg, 2010).
Pembatasan masukan cairan didapatkan Fluid assesment pre, intra dan post dialisis
dari IWL (insensible water loss) ditambah merupakan pengkajian cairan, monitoring
dengan + urin, jadi pembatasan cairan dan penatalaksanaan cairan pada pasien
tidak boleh lebih dari hasil IWL ditambah yang menjalani hemodialisa terdiri dari
dengan keluaran urin perharinya. penghitungan IDWG/ Interdialytic Weight
Kemudian menurut Smeltzer (2016) diet Gain/ peningkatan volume cairan diantara
waktu dialisis dan monitoring
cairan diperbolehkan sebesar 500 ml
keseimbangan cairan sehingga tercapai
sampai 600 ml untuk 24 jam atau lebih Fluid Restriction (Pembatasan Cairan).
dari jumlah keluaran urin 24 jam hari Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
sebelumnya. Pembatasan asupan cairan hemodialisa, terjadi kehilangan fungsi
sangat perlu dilakukan pada pasien gagal ginjal sehingga tidak mampu memekatkan
ginjal kronik. Bertujuan untuk mencegah urine. Dialisis menghilangkan kelebihan
terjadinya edema dan komplikasi cairan dan limbah dalam tubuh, tetapi
tidak seefektif kinerja organ ginjal sehat.
kardiovaskular. Air yang masuk dalam
Jumlah cairan dapat menumpuk dalam
tubuh diseimbangkan dengan air yang tubuh dan menjadi sangat berbahaya. Oleh
keluar. Dengan asumsi bahwa air yang karenanya perlu adanya pembatasan
keluar melalui diantara 500-800 ml asupan cairan bagi penderita gagal ginjal
perhari, maka air yang masuk disarankan kronik. Pembatasan cairan dapat
500-800 ml ditambah dengan jumlah urin membantu memberikan rasa nyaman pada
saat : sebelum, selama dan setelah dialisis.
(Sudoyo, 2007).

Mekanisme rasa haus dimulai dari Penelitian Alharibi (2012), dari 222
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel, pasien hemodialisa terdapat 58,7% tidak
kemudian ginjal melepas renin akan mematuhi pembatasan cairan, sehingga
mengakibatkan produksi angiotensin II. perlu mendapatkan edukasi dan konseling
Angiotensin II merangsang hipotalamus secara rutin dan berkelanjutan.
kemudian menghasilkan rasa haus Parameter untuk menilai status cairan
(Saputra, 2013). Haus juga dapat tersebut melalui beberapa pemeriksaan
disebabkan oleh nefron yang menerima seperti trend in body
kelebihan natrium yang menyebabkan weight, residual renal function, blood
LFG menurun dan dehidrasi, sehingga preasure, neck veins, breathing, oedema,
menimbulkan rasa haus (Muttaqin, 2011). intradialytic & post dialysis problem
Pasien yang memerlukan obat-obatan (Charra, 2007, Jogger and Metha, 2009).
harus dipantau dengan ketat untuk
memastikan agar kadar obat-obatan dalam Pengelolaan rasa haus atau rasa panas
darah dan jaringan dapat dipertahankan akibat pembatasan cairan, dilakukan
tanpa menimbulkan kumulasi toksik. pasien dengan menurunkan suhu tubuh
dengan cara mandi ataupun berkumur.
Fluid assesmen Beberapa pasien lain sudah mampu
Fluid assesmen/ manajemen cairan adalah meminimalisir rasa haus dengan cara
keterampilan dalam mengidentifikasi mengurangi makanan yang sifatnya
masalah, menetapkan tujuan, pemecahan merangsang rasa haus seperti garam, cabai,
masalah, pengambilan keputusan dalam

6
monosodium glutamat (MSG) serta ditambah volume yang sama untuk output
membatasi aktivitas harian . urin harian. Konsekuensi kelebihan asupan
Menurut Waworuntu, Wuisan & cairan berhubungan dengan kram
Mintjelungan (2015) untuk mengatasi intradialytic dan hipotensi episode,
ketidaknyamanan pembatasan cairan dapat kelelahan dan pusing, edema ekstremitas
dengan meminum jus jambu biji merah, bawah, asites, hipertrofi ventrikel kiri dan
yang memiliki kandungan vitamin C dan kongestif gagal jantung, hipertensi, sesak
memiliki rasa manis. Buah jambu biji napas, dan pembuluh darah paru kongesti
merah memiliki kandungan vitamin C atau edema paru akut
tertinggi, buah jambu biji merah tergolong (Lindberg, 2010).
kedalam buah yang memiliki kandungan
vitami C terbanyak dari pada buah-buahan Manajemen cairan berpengaruh terhadap
yang lainnya. Kandungan vitamin C dapat perhitungan kenaikan berat badan
menambah aliran saliva yang dapat interdialytic (IDWG) . Tujuan mengukur
mencegah terjadinya kehausan. manajemen restriksi cairan pada pasien
Penggunaan es batu balok sebagai gagal ginjal kronik dengan output urin
pengurang rasa haus (pengganti air) dirasa berkurang banyak digunakan sebagai
masih susah dilakukan oleh pasien. ukuran kenaikan berat badan interdialytic.
Ada dua metode utama untuk menilai
Menghitung IDWG IDWG, yang pertama metode IDWG
Aspek yang lebih penting untuk menjaga dinyatakan dalam kilogram.
IDWG normal pada pasien dengan Keuntungan dari perhitungan ini adalah
hemodialysis dan peritonial dialysis adalah sederhana; dimana jumlah hari antara
dengan mengurangi jumlah garam dan perawatan dicatat, dan memungkinkan
menggunakan bumbu- bumbu serta untuk fluktuasi yang normal asupan cairan
rempah-rempah untuk menambah rasa selama periode interdialytic. Kerugian
(Thomas, 2003). utama dari metode ini adalah bahwa berat
Kelebihan IDWG mungkin tidak selalu kering tidak dipertimbangkan dalam
menjadi penyebab pasien kurang mengerti perhitungan.
tentang pembatasan asupan cairan. Metode alternatif adalah IDWG
Makanan berisi cairan dan nafsu makan dinyatakan sebagai persentase dari berat
pasien yang meningkat akan meningkatkan kering. Beberapa ahli menganggap ini
IDWG, dan kenyataan ini dapat dengan ukuran kurang baik karena berat kering
rinci diperoleh pada pengkajian diet, hanya dapat diperkirakan, sementara yang
indikasi tinggi protein dan kalori seperti lain menganggapnya sebagai alternatif
cairan dalam jelly, ice cream, saus dan sup. yang lebih baik untuk mengukur
Kelebihan IDWG dapat dicegah dengan kepatuhan cairan karena individu dengan
pemasukan cairan tiap hari 500 – 750 ml besar massa tubuh bisa mentolerir
dalam situasi produksi urin kering. kenaikan berat cairan lebih besar dari
Pemasukan natrium 80 – 110 mmol tiap orang dengan massa tubuh yang lebih
hari, akan cukup untuk mengontrol haus kecil. Tampaknya telah meningkat menjadi
dan membantu pasien mengatur cairan konsensus bahwa IDWG harus
(Thomas, 2003). didefinisikan sebagai persentase dari berat
kering. Dalam rangka untuk menurunkan
Untuk menghindari berat badan yang risiko kelebihan volume di antara dialisis
berlebihan, pasien HD direkomendasikan tiga kali seminggu.
diet ketat dan asupan cairan yang terbatas. IDWG dianjurkan untuk berada dalam
Berdasarkan pada praktek bukti dan kisaran 2,5% sampai 3,5% dari tubuh
terbaik, pasien disarankan HD adalah kering berat untuk mengurangi risiko
cairan setiap hari penyisihan dari 500 ml kardiovaskular dan juga untuk

7
mempertahankan status gizi yang baik perkembangan. Kekuatan otot
(Lindberg, 2010). Indikator kualitas hidup merupakan dasar untuk memiliki
berdasakan kesehatan fisik meliputi : kemampuan fisik yang lain.
1. Hemodinamik : Tekanan darah Kekuatan otot merupakan salah
normal menurut Price & Wilson satu indikator kelelahan yang
(2006) : Sistol : 90-140 mmHg, dialami pasien.
Diastol : 50-80 mmHg. 5. Edema
2. IDWG : Nilai IDWG (interdialytic Edema adalah penumpukan cairan
weight gain) dihitung berdasarkan yang berlebihan dalam ruang
berat badan pasien sebelum interstitial.
hemodialisa (berat badan basah) Penyebab primer meliputi
dikurangi berat badan setelah peningkatan permiabilitas kapiler,
hemodialisa (berat badan kering). berkurangnya protein plasma,
Nilai IDWG menurut Price & peningkatan tekanan hidrostatik,
Wilson (2006) adalah sebagai obstruksi limpa. Penyebab
berikut : sekunder meliputi peningkatan
a. Normal: <3% berat badan tekanan koloid osmotic dalam
kering jaringan dan retensi natrium dan
b. Ringan: < 2,5% air. Menurut Linberg (2010)
c. Sedang:2,5%-3,5% konsekuensi kelebihan asupan
(dianjurkan) cairan pada pasien hemodialisis
d. Berat: > 3,5% berhubungan dengan kejadian
3. LLA (lingkar lengan atas) : edema.Lokasi pemeriksaaan
merupakan salah satu indikasi dari /daerah terjadinya edema antara
status nutrisi pasien yang mudah lain daerah sacrum,diatas tibia,
dilakukan, tidak invasif dan pergelangan kaki. Derajat edema
sensitif (Thomas, 2003). IDWG adalah :
tinggi sebagai refleksi dari status a. Derajat I : kedalamannya 1- 3
gizi yang baik, tetapi harus hati- mm dengan waktu kembali
hati sehingga tidak 3 detik
merekomendasikan diit yang b. Derajat II : kedalamannya 3-
memiliki pengaruh negatif 5 mm dengan waktu kembali
terhadap aspek gizi. 5 detik
Batasan LLA adalah menurut c. Derajat III : kedalamannya
Susilowati (2008) sebagai berikut : 5-7 mm dengan waktu
a. Normal: Laki-laki : 25-27cm, kembali 7 detik
Wanita : 21-23cm d. Derajat IV : kedalamannya 7
b. Malnutrisi: Laki-laki : < 25 mm dengan waktu kembali
cm, Wanita :< 21cm lebih 7 detik
4. Kekuatan otot : Kekuatan otot 6. Lingkar pergelangan kaki (LPK) :
didefinisikan sebagai kekuatan Lingkar pergelangan kaki
atau tenaga otot yang dihasilkan merupakan salah satu at untuk
selama kontraksi maksimal mengetahui terjadinya edema.
(Rybski,2004). Kekuatan otot Perubahan ukuran lingkar
adalah kemampuan otot atau pergelangan kaki merupakan salah
sekelompok otot untuk mengatasi satu indikator penurunan derajat
beban secara maksimal. Manfaat edema
mengukur kekuatan otot antara
lain untuk mengkaji Monitoring keseimbangan cairan
ketidakmampuan dan memonitor

8
Monitoring keseimbangan cairan Klinis untuk Hasil yang Diharapkan.
dilakukan dengan cara mencatat Jakarta : Salemba Medika
pemasukan dan pengeluaran cairan serta
berat badan. Pemasukan cairan meliputi Butcher, B. W.,& Liu, K. D. Fluid
jenis dan jumlah makanan maupun cairan. Overload in AKI-Epiphenomonen or
Sedangkan pengeluaran cairan adalah Putative Effect on Mortality. Curr Opin
jumlah urin, muntah dan diare. Pasien Crit Care. Author Manuscript; avaible in
mengisi buku catatan harian unutk PMC 2013 December 01.
memonitoring keseimbangan cairan setiap
hari. Buku catatan harian membantu pasien Chang, E., John, D., & Doug, E. (2010).
dalam memecahkan masalah, mengambil Patofisiologi Aplikasi pada Praktik
keputusan dan tindakan dalam menanggapi Keperawatan. Jakarta : EGC
respon haus. Pasien yang mengikuti dan
melaksananakan petunjuk menjaga Chara .(2007). Fluid Balance Dry Weight
keseimbangan cairan dapat membantu And Blood Pressure In Dialysis.
mempertahankan IDWG pada nilai sedang. Hemodialisis. Int. Vol. 11
Nilai IDWG (interdialytic weight gain)
dihitung berdasarkan berat badan pasien
sebelum hemodialisa (berat badan basah) Dharma, D. S., dkk. (2015).Penyakit
dikurangi berat badan setelah hemodialisa Ginjal Deteksi Dini dan Pencegahan.
(berat badan kering). (Price dan Wilson, Yogyakarta : CV Solusi Distribusi
2006). Depkes. (2013). Riset Kesehatan dasar
tahun 2013.
KESIMPULAN
Pasien GGK yang menjalani hemodialisa http://Depkes.go.id/downloads/riskesdas20
agar diberikan edukasi sehingga bisa 13/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf,
melakukan manajemen / fluid assesmen diperoleh
cairan dengan melakukan penghitungan tanggal 22 Mei 2016
IDWG, monitoring keseimbangan cairan
sehingga mencapai taraf gizi baik dan Haryanti, I, A. P., & Nisa, K. Terapi
terhindar dari komplikasi hemodialisis. Konservatif dan Terapi Pengganti Ginja
sebagai Penatalaksanaan pada Gagal
Ginjal Kronik. Majority . Volume 4.
DAFTAR PUSTAKA Nomor 7. Juni 2015
Alharibi, K. & Enrione, B.E. (2012).
Malnutrition Is Prevalent Among Hidayat, A.A. A., & Musrifatul, U(2015).
Haemodialysis Patients Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
In jedah. Saudi Arabia. Saudi of journal Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Kidney Diseases and transplantation. 23
(3) 598 – 608
Istanti, Y. P. Hubungan Antara Masukan
Ambarwati, F. R. (2014). Konsep Cairan Dengan Interdialytic Weight Gains
Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : (IDWG) pada Pasien Chronoc Kidney
DUA SATRIA OFFSET Ariani, S. Disease di Unit Hemodialisis RS PKU
(2016). Stop Gagal Ginjal dan Gangguan- Muhammadiyah Yogyakarta. PROFESI
Gangguan Ginjal Lainnya. Yogyakarta : volume 10/September 2013-Februari
Istana Media 2014. Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Black, J., & Jane, H. H. (2014).
Keperawatan Medikal Bedah Manajemen

9
Karch, A. M. (2011). Buku Ajar Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta :
Farmakologi Keperawatan. Jakarta :EGC Amara Books

Lindberg (2010). Excessive fluid Overload Terry, C. L., & Aurora, W. (2013).
Among Haemodialysis Patient: Keperawatan Kritis. Yogyakarta : Rapha
Prevalence, Individual Characteristics And Publishing
Self Regulation Fluid Intake. Acta
Universitatis Upsaliensis Uppsala, 9 – 73 Thomas et.al (2009) Effect of patient
counseling on quality of life of
Lee et al. (2015). Association between hemodialysis patients India. Pharmacy
fluid balance and survival in critically ill Practice (internet) 2009 juli-Sept;7(3):181-
patients. J Intern Med. Author manuscript; 184.
avaible in PMC 2016 April 01.
Waworuntu, J. L., Wuisan, J.,&
Mcphee, S. J., &Wiliam, F. G. (2010). Mintjelungan, C. N. Uji Efektivitas Jambu
Patifisiologi Penyakit Pengantar Menuju Biji Merah (Psidium Guajava) Terhadap
Kedokteran Klinis Edisi 5. Jakarta : EGC Laju Aliran Saliva Pada Penderita
Xerostomia yang Mengonsumsi
Telmisartan. Jurnal e-GIGI(Eg), Volume
Muttaqin, A., & Kumala, S.(2011). Asuhan 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015.
Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta.: Salemba Medika Yuliana, A. R., Syuibah, U.,& Ambarwati.
12 Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Anak
A. Dengan Gastroentritis Di Ruang
Morton, P. G., dkk. (2014). Keperawatan Bougenville 3 Rumah Sakit Umum Daerah
Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Kudus. JPK Vol. 1, No 1,
Volume 1. Jakarta : EGC Juli 2014:93-98. Kudus : Akademi
Keperawatan Krida Husada Kudus
Nurarif, A.H.,& Hardhi. (2013). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing

Saputra, L. (2013). Pengantar Kebutuhan


Dasar Manusia. Jakarta : BINARUPA
AKSARA Publishing

Smeltzer , S. C.,& Bare, B. G. (2013).Buku


Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta
: EGC. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Vol. 2. Jakarta : EGC

Sudoyo, A. W., dkk. (2007). Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Sutedjo, AY. (2013). Buku Saku


Mengenal Penyakit Melalui Hasil

10

Anda mungkin juga menyukai