Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIOETIKA
“Eksperimen Transplantasi Kepala pada Manusia”

OLEH :

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

- ADELA PERTAMUNSILA MAHFUDZ (F1D1 15 002)


- CHIKA PUTRI AYU (F1D1 15 018)
- VERANDA SUSANTI (F1D1 15 086)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah

tentang eksperimen transplantasi kepala pada manusia ini dengan baik meskipun

banyak kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai eksperimen transplantasi pada kepala

manusia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan

saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan

datang.

Kendari, 29 Maret 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………...... 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat………………………………………………………….. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi transplantasi kepala……………………………………. 3
2.2 Prosedur transplantasi kepala …................................................... 4
2.3 Pandangan agama, sosial, etika dan moral……………………… 5
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………… 11
3.2 Saran…………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman


Gambar 1. Proses pemindahan jaringan pembuluh darah 5

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transplantasi organ adalah pemindahan suatu jaringan atau organ

manusia tertentu dari suatu tempat ketempat lain pada tubuhnya sendiri atau

tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Tujuan utama

transplantasi organ adalah untuk mengurangi penderitaan dan meningkatkan

kualitas hidup pasien. Penyembuhan suatu penyakit pada transpalntasi tidak

dapat dihindari dalam menyelamatkan nyawa si penderita, keberhasilan teknik

transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan

meningkatnya keterampilan dokter-dokter dalam melakukan transplantasi,

upaya transplantasi mulai diminati oleh para penderita dalam upaya

penyembuhan yang cepat dan tuntas, sehingga pertimbangan etik, moral,

agama, hukum, atau sosial budaya ikut mempengaruhinya.

Perkembangan zaman pada saat ini banyak eksperimen yang

mendorong para ilmuan untuk melakukan berbagai penelitian tentang

transplantasi organ tubuh manusia, salah satunya tranplantasi organ kepala.

seorang ahli bedah syaraf, Sergio Canavero dari Turin Advanced

Neuromodulation Group, melakukan eksperimen transplantasi kepala dengan

melanjutkan ekperimen dr. White yang telah gagal dalam percobaan

eksperimen transplantasi kepala monyet. Canavero melanjutkan percobaan

dr.White karena dalam proses pelaksanaan transplantasi pada saat itu adanya

kesalahan tidak dapat menyambungkan spinal cord (saraf tulang belakang),

akhirnya monyet itu lumpuh dan mati beberapa jam sesudah pembedahan
1
kemudian, Canavero mengatakan bahwa kegagalan dr.White itu semata karena

teknologi pada tahun 1970 tidak semaju sekarang dimana kemajuan teknologi

untuk menghubungkan kembali sumsum tulang belakang sudah mungkin

terjadi. Terobosan itu mampu menyembuhkan kelumpuhan yang diderita oleh

manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi tranplantasi kepala?

2. Bagaimana prosedur transplantasi kepala?

3. Bagaimana pandangan agama, sosial, etika dan moral?

1.3 Tujuan

Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi dari tranplantasi kepala.

2. Untuk mengetahui prosedur transplantasi kepala.

3. Untuk mengetahui pandangan agama, sosial, etika dan moral.

1.4 Manfaat

Manfaat pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui definisi dari tranplantasi kepala.

2. Dapat mengetahui prosedur transplantasi kepala.

4. Dapat mengetahui pandangan agama, sosial, etika dan moral.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transplantasi Kepala

Transplantasi berasal dari bahasa Inggris to transplant, yang berarti to

move from one place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Pengertian transplantasi menurut ahli ilmu kedokteran ialah pemindahan

jaringan atau organ dari tempat yang satu ke tempat lainnya yang dimaksud

jaringan disini ialah kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang sama

dan mempunyai fungsi tertentu yang dimaksud dengan organ ialah kumpulan

jaringan yang mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan

yang mempunyai fungsi tertentu.

Menurut (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil Muktamar

NU, HL. 484) transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih

mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak

sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik. Transplantasi organ kepala

merupakan pemindahan kepala manusia yang masih berfungsi untuk

menggantikan organ kepala tubuh resipien yang sudah tidak berfungsi dalam

rangka pengobatan atau upaya penyelamatan pihak resipien yang masih bisa

ditolong. Transplantasi kepala ini termasuk inovasi alternatif dalam dunia

bedah kedokteran modern, meski telah dilakukan beberapa abad sebelumnya

secara sederhana menggunakan hewan sebagai bahan uji percobaan.

Perkembangan dunia bedah beberapa puluh tahun terakhir, kajian dan studi

mengenai transplantasi organ kepala meramaikan perkembangan ilmu

kedokteran karena merupakan tantangan medis tersendiri.


3
2.2 Prosedur Transplantasi Kepala

Proses transplantasi kepala dilakukan oleh Canevaro dimana prosedur

transplantasi sama dengan yang dilakukan pada hewan. Tahap pertama yaitu

menidurkan kedua belah pihak yang akan menjalani transplantasi, kemudian

kepala yang akan ditransplantasi didinginkan antara 12- 15 ºC agar sel-selnya

dapat bertahan hidup tanpa membutuhkan oksigen. Tahap kedua kepala pasien

penerima kemudian dihubungkan dengan donor tubuh, yang selanjutnya ahli

bedah punya waktu satu jam untuk memindahkan kedua kepala dan

menyambungkan kembali transplantasi kepala ke sistem peredaran dari tubuh

donor, batasan waktu satu jam tersebut mempertimbangkan waktu terlama otak

agar dapat bertahan hidup tanpa aliran oksigen dan darah.

Tahap ketiga melakukan pemotongan spinal cord dengan pisau bedah

tajam, kemudian secara mekanik menyambungkan spinal cord dari salah satu

tubuh ke tubuh yang lain, dua ujung syaraf tulang belakang mereka. Tahap

keempat menyambungkan dua ujung syaraf tulang belakang dengan melumuri

daerah persambungan menggunakan polyethylene glycol (bahan kimia ini

membentuk pertumbuhan sel-sel pembentuk syaraf tulang belakang). Tahap

kelima yaitu pemotongan syaraf tulang belakang yang dilakukan dengan alat

khusus agar tetap utuh, pemotongan tuntas menjadi kunci untuk penyatuan

spinal cord dimana penyatuan itu memungkinkan jalur transmisi utama sistem

saraf yang membantu membuat saraf (akson) terdekat menyatu dengan akson

lainnya. Penyatuan itu memanfaatkan fusogen atau sealant, yang memperbaiki

kerusakan membran sel akibat cedera secara mekanik. Tahap keenam yaitu

4
pada saat kepala masih sementara disambungkan, tubuh donor harus

didinginkan dan diletakkan pada posisi cardiac arrest yaitu perawatan

hilangnya fungsi jantung, kemudian jantung tubuh donor dapat dihidupkan

kembali setelah kepala disambungkan.

(Gambar 1. Proses pemindahan jaringan pembuluh darah)

2.3 Pandangan Menurut Beberapa Aspek

a. Aspek agama

- Tansplantasi Organ dari Segi Agama Islam

1) Transplantasi organ dari donor yang masih hidup, mendonorkan organ

tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor, seperti

mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Hukumnya tidak diperbolehkan,

Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur’an : surat Al – Baqorah

ayat 195 ” dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan ”. An – Nisa ayat 29 ” dan janganlah kamu membunuh dirimu

5
sendiri ”. Al – Maidah ayat 2 ” dan jangan tolong – menolong dalam

berbuat dosa dan pelanggaran. “

2) Transplantasi organ dari donor yang sudah meninggal, Allah telah

mengharamkan pelanggaran terhadap kehormatan mayat sebagaimana

pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula

bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang

hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa

Rasulullah SAW bersabda : “Memecahkan tulang mayat itu sama dengan

memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu

Hibban). Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari

RA, dia berkata,”Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada

sebuah kuburan. Maka beliau lalu bersabda : “Janganlah kamu menyakiti

penghuni kubur itu !” Hadits-hadits di atas secara jelas menunjukkan

bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup. Begitu

pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan

melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup.

- Transplantasi Organ dari Segi Agama Kristen

Alkitab tidak dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh, selama

niatnya tulus dan tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama untuk

membantu kelangsungan hidup suatu nyawa (nyawa orang yang

membutuhkan donor organ) bukan karena mendonorkan untuk mendapatkan

imbalan berupa materi, uang untuk si pendonor organ. Akan lebih baik lagi

bila si pendonor sudah mati dari pada saat si pendonor belum mati karena saat

6
kita masih hidup organ tubuh itu bagaimanapun penting, sedangkan saat kita

sudah mati kita tidak membutuhkan organ tubuh jasmani kita.

- Transplantasi Organ dari Segi Agama Katolik

Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun

jantung kita, asal saja sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati

artinya bukan mati secara medis yaitu otak kita yang mati, seperti koma,

vegetative state atau kematian medis lainnya seharsunya jika kita dalam

keadaan hidup dan sehat kita dianjurkan untuk menolong hidup orang lain

dengan menjadi donor.

Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, seperti donor

darah, sum-sum, ginjal, kulit, mata, rambut, lengan, jari, kaki atau urat nadi,

tulang maka kita dianjurkan untuk melakukannya. Sedangkan menjadi donor

mati seperti jantung atau bagian tubuh lainnya dimana donor tidak bisa hidup

tanpa adanya organ tersebut, maka kita sebagai umat Katolik wajib untuk

dinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis atau medis bukan mati

sepenuhnya, jadi kita harus menunggu sampai si donor benar-benar mati

untuk dipanen organ, dan ini terbukti tidak ada halangan bagi kebutuhan

medis dalam pengambilan organ.

-Transplantasi Organ dari Segi Agama Budha

Menurut Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru. Oleh

karena itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada kehidupan yang

lampau tidak lagi berhubungan dengan tubuh dalam kehidupan yang

sekarang. Artinya, orang yang telah mendanakan anggota tubuh tertentu tetap

7
akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang lengkap dan normal. Ia yang

telah berdonor kornea mata misalnya, tetap akan terlahir dengan mata

normal, tidak buta karena donor adalah salah satu bentuk kamma baik,

ketika seseorang berdana kornea mata, dipercaya dalam kelahiran yang

berikutnya, ia akan mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata

yang ia miliki dalam kehidupan saat ini.

- Transplantasi Organ dari Segi Agama Hindu

Menurut ajaran Hindu transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan

dengan alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita,

agar dia bebas dari penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan

kebahagiaan, jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur, dari keutuhan organ

tubuh manusia yang telah meninggal. Perbuatan ini harus dilakukan diatas

prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan dilakukan

untuk maksud mendapatkan keuntungan material. Alasan yang lebih

bersifat logis dijumpai dalam kitab Bhagawadgita II.22 sebagai berikut:

“Wasamsi jirnani yatha wihaya nawani grihnati naro’parani, tatha sarirani

wihaya jirnany anyani samyati nawani dehi” Artinya: seperti halnya

seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama, begitu pula

Sang Roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan

badan-badan lama yang tiada berguna. Ajaran Hindu tidak melarang bahkan

menganjurkan umatnya unutk melaksanakan transplantasi organ tubuh

dengan dasar yajna (pengirbanan tulus ikhlas dan tanpa pamrih) untuk

kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia. Demikian pandangan

8
agama hindu terhadap transplantasi organ tubuh sebagai salah satu bentuk

pelaksanaan ajaran Panca Yajna terutama Manusa Yajna.

b. Aspek sosial

Berdasarkan aspek sosial yaitu secara tidak sengaja masyarakat

turut menentukan perkembangan transplantasi. Kerjasama tim pelaksana

dengan para cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama

diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan

tujuan luhur usaha transplantasi dengan adanya pengertian ini kemungkinan

penyediaan organ yang segera diperlukan, atas tujuan luhur akan terpenuhi.

c. Aspek etika dan moral

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah

donor hidup, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan pelaksana lain,

dan masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan moral

dalam transplatasi adalah :

1. Donor Hidup

Adalah orang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain

(resipien). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus

mengetahui dan mengerti resiko yang dihadapi, baik di bidang medis,

pembedaan maupun resiko untuk pembedahannya lebih lanjut sebagai

kekurangan jaringan atau organ yang telah dipindahkan.

2. Keluarga donor dan ahli waris

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk

menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal


9
mungkin ataupun tekanan psikis dan emosi di kemudian hari. Dari

keluarga resipien sebenarnya hanya dituntut suatu pengargaan kepada

donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat

suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah

pihak.

3. Dokter dan tenaga pelaksana lain

Sebelum melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus

mendapat persetujuan dari donor, resipien, maupun keluarga kedua belah

pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal yang mungkin akan terjadi setelah

dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi di

kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah

menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat

manusia dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana

hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan

kepentingan pribadi.

10
BAB III. PENUTUP

2.1 Simpulan

Adapun simpulan dari makalah ini yaitu:

1. Transplantasi berasal dari bahasa Inggris to transplant, yang berarti to move

from one place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Pengertian transplantasi menurut ahli ilmu kedokteran ialah pemindahan

jaringan atau organ dari tempat yang satu ke tempat lainnya yang dimaksud

jaringan disini ialah kumpulan sel-sel yang sama dan mempunyai fungsi

tertentu yang dimaksud dengan organ ialah kumpulan jaringan yang

mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan yang

mempunyai fungsi tertentu.

2. Tahap pertama yaitu menidurkan kedua pasien, kemudian kepala yang akan

ditransplantasi didinginkan antara 12- 15 ºC, tahap kedua kepala pasien

penerima kemudian dihubungkan dengan donor tubuh, tahap ketiga

melakukan pemotongan spinal cord dengan pisau bedah tajam, kemudian

secara mekanik menyambungkan spinal cord dari salah satu tubuh ke tubuh

yang lain, dua ujung syaraf tulang belakang mereka. Tahap keempat

menyambungkan dua ujung syaraf tulang belakang dengan melumuri daerah

persambungan menggunakan polyethylene glycol. Tahap kelima yaitu

pemotongan syaraf tulang belakang yang dilakukan dengan alat khusus agar

tetap utuh. Tahap keenam yaitu pada saat kepala masih sementara

disambungkan, tubuh donor didinginkan dan diletakkan pada posisi cardiac

11
arrest, kemudian jantung tubuh donor dapat dihidupkan kembali setelah

kepala disambung.

3. Pandangan dalam aspek agama terbagi atas bermacam agama yaitu menurut

pandangan dari agama islam,Budha,Katolik,Hindu, dan Kristen, menurut

pandangan agama Islam, Katolik dan Kristen transplantasi kepala haram

hukumnya, sedangkan menurut pandangan agama Hindu dan Budha baik

hukumnya. Pandangan dalam aspek Sosial yaitu para cendekiawan, pemuka

masyarakat, atau pemuka agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar

lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan

adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera

diperlukan, atas tujuan luhur akan terpenuhi. Pandang etik dan moral dalam

transplatasi yaitu terdiri dari donor hidup yang harus menerima resiko-resiko

yang akan di alami setelah mendonor, harus meminta persetujuan dari kelurga

dan ahli waris agar mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.

Dokter dan tim pelaksana sebaiknya dalam melaksanakan tugas, tim

pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan

kepentingan pribadi.

2.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada makalah ini yaitu

diharapkan ketelitian dalam pemeriksaan tugas untuk menghindari adanya

kesamaan tugas mahasiswa.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://keperawatanreligionkamilaazizarabiula.wordpress.com/articles/hukumtrans
plantasi-organ-menurut-islam/
Hanafiah, J., dan Amir, A., 1999., Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi
3, ECG, Jakarta.
http://www.slideshare.net/presentasi-12-transplantasi-organ

13

Anda mungkin juga menyukai