Transplantasi Kepala
Transplantasi Kepala
BIOETIKA
“Eksperimen Transplantasi Kepala pada Manusia”
OLEH :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang eksperimen transplantasi kepala pada manusia ini dengan baik meskipun
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
manusia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………...... 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat………………………………………………………….. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi transplantasi kepala……………………………………. 3
2.2 Prosedur transplantasi kepala …................................................... 4
2.3 Pandangan agama, sosial, etika dan moral……………………… 5
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………… 11
3.2 Saran…………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I. PENDAHULUAN
manusia tertentu dari suatu tempat ketempat lain pada tubuhnya sendiri atau
tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Tujuan utama
dr.White karena dalam proses pelaksanaan transplantasi pada saat itu adanya
akhirnya monyet itu lumpuh dan mati beberapa jam sesudah pembedahan
1
kemudian, Canavero mengatakan bahwa kegagalan dr.White itu semata karena
teknologi pada tahun 1970 tidak semaju sekarang dimana kemajuan teknologi
manusia.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II. PEMBAHASAN
move from one place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
jaringan atau organ dari tempat yang satu ke tempat lainnya yang dimaksud
jaringan disini ialah kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang sama
dan mempunyai fungsi tertentu yang dimaksud dengan organ ialah kumpulan
NU, HL. 484) transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih
mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak
sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik. Transplantasi organ kepala
menggantikan organ kepala tubuh resipien yang sudah tidak berfungsi dalam
rangka pengobatan atau upaya penyelamatan pihak resipien yang masih bisa
Perkembangan dunia bedah beberapa puluh tahun terakhir, kajian dan studi
transplantasi sama dengan yang dilakukan pada hewan. Tahap pertama yaitu
dapat bertahan hidup tanpa membutuhkan oksigen. Tahap kedua kepala pasien
bedah punya waktu satu jam untuk memindahkan kedua kepala dan
donor, batasan waktu satu jam tersebut mempertimbangkan waktu terlama otak
tajam, kemudian secara mekanik menyambungkan spinal cord dari salah satu
tubuh ke tubuh yang lain, dua ujung syaraf tulang belakang mereka. Tahap
kelima yaitu pemotongan syaraf tulang belakang yang dilakukan dengan alat
khusus agar tetap utuh, pemotongan tuntas menjadi kunci untuk penyatuan
spinal cord dimana penyatuan itu memungkinkan jalur transmisi utama sistem
saraf yang membantu membuat saraf (akson) terdekat menyatu dengan akson
kerusakan membran sel akibat cedera secara mekanik. Tahap keenam yaitu
4
pada saat kepala masih sementara disambungkan, tubuh donor harus
a. Aspek agama
5
sendiri ”. Al – Maidah ayat 2 ” dan jangan tolong – menolong dalam
memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu
niatnya tulus dan tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama untuk
imbalan berupa materi, uang untuk si pendonor organ. Akan lebih baik lagi
bila si pendonor sudah mati dari pada saat si pendonor belum mati karena saat
6
kita masih hidup organ tubuh itu bagaimanapun penting, sedangkan saat kita
jantung kita, asal saja sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati
artinya bukan mati secara medis yaitu otak kita yang mati, seperti koma,
vegetative state atau kematian medis lainnya seharsunya jika kita dalam
keadaan hidup dan sehat kita dianjurkan untuk menolong hidup orang lain
Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, seperti donor
darah, sum-sum, ginjal, kulit, mata, rambut, lengan, jari, kaki atau urat nadi,
mati seperti jantung atau bagian tubuh lainnya dimana donor tidak bisa hidup
tanpa adanya organ tersebut, maka kita sebagai umat Katolik wajib untuk
dinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis atau medis bukan mati
untuk dipanen organ, dan ini terbukti tidak ada halangan bagi kebutuhan
Menurut Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru. Oleh
karena itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada kehidupan yang
sekarang. Artinya, orang yang telah mendanakan anggota tubuh tertentu tetap
7
akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang lengkap dan normal. Ia yang
telah berdonor kornea mata misalnya, tetap akan terlahir dengan mata
normal, tidak buta karena donor adalah salah satu bentuk kamma baik,
berikutnya, ia akan mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata
agar dia bebas dari penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan
kebahagiaan, jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur, dari keutuhan organ
tubuh manusia yang telah meninggal. Perbuatan ini harus dilakukan diatas
prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan dilakukan
seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama, begitu pula
badan-badan lama yang tiada berguna. Ajaran Hindu tidak melarang bahkan
dengan dasar yajna (pengirbanan tulus ikhlas dan tanpa pamrih) untuk
8
agama hindu terhadap transplantasi organ tubuh sebagai salah satu bentuk
b. Aspek sosial
penyediaan organ yang segera diperlukan, atas tujuan luhur akan terpenuhi.
donor hidup, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan pelaksana lain,
dan masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan moral
1. Donor Hidup
suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah
pihak.
kepentingan pribadi.
10
BAB III. PENUTUP
2.1 Simpulan
from one place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
jaringan atau organ dari tempat yang satu ke tempat lainnya yang dimaksud
jaringan disini ialah kumpulan sel-sel yang sama dan mempunyai fungsi
2. Tahap pertama yaitu menidurkan kedua pasien, kemudian kepala yang akan
secara mekanik menyambungkan spinal cord dari salah satu tubuh ke tubuh
yang lain, dua ujung syaraf tulang belakang mereka. Tahap keempat
pemotongan syaraf tulang belakang yang dilakukan dengan alat khusus agar
tetap utuh. Tahap keenam yaitu pada saat kepala masih sementara
11
arrest, kemudian jantung tubuh donor dapat dihidupkan kembali setelah
kepala disambung.
3. Pandangan dalam aspek agama terbagi atas bermacam agama yaitu menurut
diperlukan, atas tujuan luhur akan terpenuhi. Pandang etik dan moral dalam
transplatasi yaitu terdiri dari donor hidup yang harus menerima resiko-resiko
yang akan di alami setelah mendonor, harus meminta persetujuan dari kelurga
dan ahli waris agar mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.
kepentingan pribadi.
2.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada makalah ini yaitu
12
DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatanreligionkamilaazizarabiula.wordpress.com/articles/hukumtrans
plantasi-organ-menurut-islam/
Hanafiah, J., dan Amir, A., 1999., Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi
3, ECG, Jakarta.
http://www.slideshare.net/presentasi-12-transplantasi-organ
13