Anda di halaman 1dari 50

1

A. Judul

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN KIMIA KELAS XI IPA SEKOLAH

MENENGAH ATAS NEGERI 7 PEKANBARU

B. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup

dan kehidupan manusia1. Pendidikan merupakan unsur penting dalam

kehidupan manusia, yang mampu mempersiapkan warga negara agar

membantu dalam pembangunan masyarakat dan negara. Berbicara tentang

pendidikan, tidak dapat terlepas dari proses belajar, yaitu suatu proses dari

tidak tahu menjadi tahu dan perubahan perilaku. Belajar adalah kegiatan yang

sangat urgen bagi manusia. Bahkan ayat pertama yang diturunkan oleh Allah

SWT adalah memerintahkan menusia untuk belajar.

Artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah

1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 28.
2

yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya2”

Memperhatikan ayat di atas, kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa

dalam agama saja kita dianjurkan untuk menuntut ilmu, betapa pentingnya

ilmu pengetahuan dalam hidup ini. Untuk mendapatkan ilmu penetahuan

tersebut, kita harus melalui proses yang disebut proses pembelajaran.

Sekolah sebagai suatu pendidikan formal bertugas untuk

menghasilkan peserta didik yang berkualitas agar dapat berperan aktif

dalam masyarakat. Peserta didik yang utuh dan berkualitas adalah peserta

didik yang seimbang antara kemampuan moral, intelektual, sikap,

keterampilan, dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses

pembelajaran di sekolah. Guru diharapkan dapat memilih strategi

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas maupun kondisi siswanya.3

Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk

menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke

tujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar

yang menggairahkan dan guru berusaha menciptakan suasana belajar yang

menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik.4 Kondisi belajar

yang menggairahkan dan menyenangkan akan meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa.

2 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Surabaya: Fajar Mulya, 2009), hlm. 597.
3
Evita Rosilia Dedi Dkk, Penerapan Strategi Active Knowledge Sharing untuk
Meningkatkan Keaktifan Bertanya Biologi Siswa Kelas XI IPA I SMA Negeri I Ngemplak Tahun
Pelajaran 2011/2012.
4
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 37
3

Salah satu mata pelajaran yang ingin ditingkatkan kualitas belajarnya

adalah mata pelajaran kimia. Mata pelajaran kimia menjadi sangat penting

kedudukannya dalam masyarakat karena kimia selalu berada disekitar kita

dalam kehidupan sehari-hari. Kimia adalah satu mata pelajaran yang

mempelajari mengenai materi dan perubahan yang terjadi di dalamnya.

Namun selama ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

memahami dan mengikuti pelajaran kimia. Hal ini tidak terlepas dari materi

yang dipelajari dalam kimia yang lebih bersifat abstrak, pada pelajaran kimia

ini yang ingin peneliti lihat kualitasnya yakni dikhususkan pada pokok

bahasan hidrolisis garam. Proses pembelajaran akan berjalan efektif dan

efisien jika seorang guru mampu memilih dan menggunakan strategi mengajar

yang tepat dan sesuai, baik dengan materi yang akan disampaikan maupun

dengan karakter siswa. Dan dengan adanya strategi, maka diharapkan tujuan

pembelajaran akan tercapai5.

Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Pekanbaru merupakan salah satu

sekolah yang masih menerapkan kurikulum KTSP di sekolah tersebut.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, sis,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan

pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat

5
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hlm. 5.
4

satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus6. Berdasarkan hasil

observasi yang telah dilakukan di Sekolah Menegah Atas Negeri 7 Pekanbaru

dan melakukan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran kimia kelas

XI IPA tahun 2014/2015, didapatkan permasalahan-permasalahan dalam

proses pembelajaran diantaranya yaitu beberapa atau masih banyak siswa yang

belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 50,86%, sedangkan

siswa yang mencapai KKM hanya 49,14% untuk mata pelajaran kimia, untuk

pokok bahasan Hidrolisis Garam KKM nya 75. Hal ini mungkin dikarenakan

pembelajaran yang ada kurang didominasi siswa, kurangnya pemahaman

siswa terhadap materi kimia, siswa hanya mendengarkan atau menerima

materi secara keseluruhan dari guru tanpa memahami konsep dari materi

hidrolisis garam tersebut. Sehingga siswa tidak mampu memecahkan masalah

ketika diberikan contoh soal selain yang diberikan oleh guru, proses belajar

yang masih berpusat pada guru sehingga siswa hanya diam memperhatikan.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka peneliti ingin

mencoba menerapkan model pembelajaran yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem

pembelajaran. Namun, penerapan model pembelajaran tidak semata–mata

untuk mematuhi aturan, tetapi juga perlu memperhatikan beberapa faktor,

antara lain faktor karakteristik materi yang akan disampaikan. Salah satu

model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Problem Based

Learning (PBL).

6
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 184.
5

Model pembelajaran PBL adalah model pembelajaran berbasis

masalah yang dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting yang

membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki kecakapan

dalam berpartisipasi dalam tim. Hasil dari diskusi dalam tim akan

dipresentasikan di depan kelas sehingga setiap individu harus menguasai

bahan dan ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa memecahkan

masalah yang ada bersama, sehingga akan meningkatkan pemahaman dan

membangun kerangka berpikir dari siswa itu sendiri daripada hanya

mendengarkan atau menerima materi secara keseluruhan dari guru. Model

pembelajaran PBL mengajarkan siswa bahwa informasi bisa berasal dari mana

saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru7.

PBL adalah sebuah pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa

dimana permasalahan tidak terstruktur atau mengambang (ill structured)

digunakan sebagai titik awal memandu siswa berinkuiri dalam proses

pembelajaran. PBL tidak hanya sebatas proses pemecahan masalah, tetapi juga

merupakan pembelajaran konstruktivis yang mengangkat permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari yang didalamnya terdapat aspek kegiatan inkuiri, self-

directed learning, pertukaran informasi, dialog interaktif, dan kolaborasi

pemecahan masalah8.

7
Restu Desriyanti. 2015. Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Menegah Atas Negeri 4 Pekanbaru. Pendidikan Kimia UIN
SUSKA RIAU. Indonesia.
8Ratna Sari Dewi, Haryono, dan Suryadi Budi Utomo. Upaya peningkatan interaksi

sosial dan prestasi belajar siswa dengan problem based learning pada pembelajaran kimia pokok
bahasan Sistem koloid di sma n 5 surakarta tahun pelajaran 2011/2012, FKIP kimia UNS
Surakarta, Indonesia (2012).
6

Sebagaimana penelitian Ratna Sari Dewi tahun 2012 FKIP Kimia UNS

Surakarta, yaitu hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan metode

Problem Based Learning dapat meningkatkan interaksi sosial dan prestasi

belajar pada materi sistem koloid9. Peningkatan interaksi sosial dapat dilihat

dari observasi langsung dan angket interaksi sosial, sedangkan peningkatan

prestasi belajar dapat dilihat dari hasil tes kognitif, afektif dan psikomotor.

Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan di atas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Penerapan

Model Problem Based Learning Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Kimia Kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas Negeri 7

Pekanbaru.

C. Penegasan Istilah

Untuk menjelaskan pengertian judul skripsi peneliti memberikan

penjelasan beberapa istilah dalam penulisan skripsi ini. Istilah – istilah yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah model pembelajaran berbasis masalah

yang dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting yang membuat

mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki kecakapan dalam

berpartisipasi dalam tim. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan

untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan

masalah, dan keterampilan intelektual. Belajar berbagai peran orang

9
Ibid.
7

dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi

dan pembelajaran yang otonom dan mandiri10.

2. Prestasi Belajar Siswa

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestaise. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditentukan dengan tes atau angka yang diberikan oleh guru11. Prestasi

belajar adalah tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam bentuk

skor yang akan diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah materi pelajaran

tertentu.12

D. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas

maka ada beberapa masalah yang berkaitan dengan judul penelitian ini

yaitu antara lain :

a. Hasil belajar siswa masih rendah, banyak yang belum memenuhi KKM

50,86%.

b. Pembelajaran masih berpusat pada guru.

c. Kegiatan pembelajaran masih bersifat mendengarkan dan menghafal.

10
Trianto, Model-model pembelajaran Inovatif dan berorientasi Konstruktifistik (Jakarta:
2007), hlm. 70.
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 700.
12
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: CV. Mas Agung, 1999), hlm. 15.
8

d. Siswa tidak diberi pengalaman dan kesempatan dalam pembelajaran

untuk memperoleh pengetahuan secara langsung.

2. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami masalah yang diteliti

dan mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka penulis perlu

membuat batasan masalan sebagai berikut :

a. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran

Problem Based Learning.

b. Variable yang di ukur adalah prestasi belajar siswa.

c. Penelitian ini dikhususkan pada materi hidrolisis garam.

d. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7

Pekanbaru.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh

penerapan model problem based learning terhadap prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran kimia kelas XI IPA SMA N 7 Pekanbaru pada materi

hidrolisis garam?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

pengaruh penerapan model problem based learning terhadap prestasi


9

belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI IPA SMA N 7 Pekanbaru

pada materi hidrolisis garam.

2. Manfaat Penelitian

Jika hipotesis dari penelitian ini diterima, maka diharapkan dapat

bermanfaat, yaitu:

a. Manfaat bagi siswa, dapat mendorong siswa untuk aktif, mandiri dalam

belajar dan dalam memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa khususnya pada pokok bahasan hidrolisis garam.

b. Manfaat bagi peneliti, menambah wawasan bagi peneliti dalam bidang

penelitian pendidikan dan menumbuhkan kreatifitas peneliti dalam

menciptakan pembelajaran yang aktif.

c. Manfaat bagi guru, sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk

membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Manfaat bagi sekolah, penggunaan sebagai bahan acuan dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar kimia siswa.

F. Konsep Teoritis

1. Problem Based Learning

Pemilihan model pembelajaran dapat memacu siswa untuk lebih aktif

dalam belajar. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa adalah Model Problem Based Learning.


10

a. Pengertian

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran

dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga

siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan

keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan

meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan

masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa

untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan

pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep

penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu

siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri13.

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dimaksudkan untuk

meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa karena melalui

pembelajaran ini siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan

proses interaksi untuk menilai apa yang mereka kita ketahui,

mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan

secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah

dikumpulkan14.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model

pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”,

bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia

13
Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: 2014), hlm. 295.
14
Ni, Made, 2008, Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha.
Laporan penelitian, Hlm. 74-84.
11

nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mencari solusi dari

permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk

mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.

Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau

materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan15.

b. Tujuan

Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh

berbagai pengalaman dan mengubah tingkah laku siswa, baik dari segi

kualitas maupun kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud

meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai atau norma yang berfungsi

sebgai pengendali sikap dan prilaku siswa.

Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar ilmu

pengetahuan kepada siswa, melainkan pada pengembangan kemampuan

berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus

mengembangkan kemampuan siswa untuk secara aktif membangun

pengetahuan sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan

kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa. Kemandirian belajar

dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika siswa berkolaborasi

untuk mengidentifikasi informasi, strategi dan sumber belajar yang relevan

untuk menyelesaikan masalah16.

15
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: 2014),
hlm. 29.
16
Hosnan, Op.Cit, hlm. 298-299.
12

c. Ciri – ciri PBL

Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik

sebagai berikut :

1) Pengajuan masalah atau pertanyaan.

Pengajuan pembelajaran berkisar pada masalah atau

pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat.

Pertanyaan dan masalah yang diajukan itu harus memenuhi kriteria

autentik, jelas, mudah dipahami, luas dan bermanfaat.

2) Keterkaitan dengan berbagai masalah dengan disiplin ilmu

Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah

hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.

3) Penyelidikan yang autentik

Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis

masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk

mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa

menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan

meramalkan hipotesis, mengamalkan dan menganalisis informasi,

melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan, dan

menggambarkan hasil akhir.

4) Menghasilkan dan memamerkan hasil karya

Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun

hasil penelitian dalam bentuk karya dan memamerkan hasil


13

karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan

atau dibuat laporannya.

5) Kolaborasi

Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah

harus diselesaikan bersama-sama antara siswa dengan siswa, baik

dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antarsiswa

dengan guru17.

d. Langkah proses Problem Based Learning

Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki prosedur yang jelas

dalam melibatkan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan. 6 langkah

strategi pembelajaran berdasarkan masalah yang kemudian dinamakan

metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :

1) Merumuskan masalah, yakni langkah siswa dalam menentukan

masalah yang akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah, yakni langkah siswa meninjau masalah

secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis, yakni langkah siswa dalam merumuskan

pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data, yakni langkah siswa untuk mencari informasi

dalam upaya pemecahan masalah.

17
Ibid, hlm. 300.
14

5) Pengujian hipotesis, yakni langkah siswa untuk merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang

diajukan.

Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yakni langkah siswa

menggambarkan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan

kesimpulan18.

e. Langkah-langkah model Problem Based Learning

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima

langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan

situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja

siswa.

1) Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi

siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2) Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa

mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru

mendorong siswa untuk menyimpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalahnya.

18
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: 2006), hlm. 215.
15

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu

siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, sperti

laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan

temanya.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru

membantu siswa melakukan merefleksi atau evaluasi terhadap

peyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Secara ringkas, kegiatan pembelajaran melalui PBL diawali dengan

aktivitas siswa untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau

disepakati. Proses penyelesaian permasalahan tersebut berimpilkasi pada

terbentuknya keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah dan

berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Proses

tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang

disajikan pada tabel berikut.

Tabel II.1. Sintaks atau langkah-langkah PBL19

Tahap Aktivitas guru dan siswa

Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

Mengorientasi siswa dan sarana atau logistik yang dibutuhkan.

terhadap masalah Guru memotivasi siswa untuk terlibat

dalam aktivitas pemecahan masalah

nyata yang dipilih atau ditentukan.

Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan

19
Hosnan, Op.Cit, hlm. 301-303.
16

Tahap Aktivitas guru dan siswa

Mengorganisasi siswa untuk dan mengorganisasi tugas belajar yang

belajar. berhubungan dengan masalah yang sudah

diorientasikan pada tahap sebelumnya.

Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk

Membimbing penyelidikan mengumpulkan informasi yang sesuai

individual maupun dan melaksanakan eksperimen untuk

kelompok mendapatkan kejelasan yang diperlukan

untuk menyelesaikan masalah.

Tahap 4 Guru membantu siswa untuk berbagi

Mengembangkan dan tugas dan merencanakan atau

menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai sebagai

hasil pemecahan masalah dalam bentuk

laporan, video, atau model.

Tahap 5 Guru membantu siswa untuk

Menganalisis dan melaksanakan refleksi atau evaluasi

mengevaluasi proses terhadap proses pemecahan masalah yang

pemecahan masalah. dilakukan.

f. Keunggulan Problem Based Learning

Keunggulan strategi pembelajaran berdasarkan masalah adalah

sebagai berikut:

1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk memahami

isi pembelajaran.
17

2) Pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan siswa untuk

menemukan pengetahuan baru bagi mereka.

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk menerapkan

pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan

pengetahuannya serta dapat digunakan sebagai evaluasi diri terhadap

hasil maupun proses belajar.

6) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk berlatih berfikir

dalam menghadapi sesuatu.

7) Pemecahan masalah dianggap menyenangkan dan lebih digemari

siswa.

8) Pemecahan masalah mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan

kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

9) Pemecahan masalah memberi kesempatan siswa untuk

mengaplikasikan pengetauan mereka dalam kehidupan nyata.

10) Pemecahan masalah mengembangkan minat belajar siswa20.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestaise.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh

20
Wina, Sanjaya. Op.Cit. hlm. 220.
18

mata pelajaran, lazimnya ditentukan dengan tes atau angka yang

diberikan oleh guru21. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan

siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor yang akan diperoleh dari

hasil tes mengenaijumlah materi pelajaran tertentu.22

Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil

yang telah dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi

pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar

pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat

dibandingkan dengan satu kriteria. Prestasi belajar kemampuan

seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi belajar harus

memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak

dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi

belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang

didapat dari proses pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil

pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu

terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.

Semua pelaku pendidikan (siswa, orang tua dan guru) pasti

menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena

prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator

keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya tidak semua siswa

mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang

21
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op .Cit. hlm. 700.
22
Hadari Nawawi, Op. Cit. hlm. 15.
19

mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya

prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor, baik

itu faktor internal maupun faktor eksternal23.

b. Indikator Prestasi Belajar

Apa yang telah dicapai oleh peserta didik setelah melakukan

kegiatan belajar sering disebut presetasi belajar. Pencapaian prestasi

belajar atau hasil belajar peserta didik merujuk pada aspek-aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, ketiga aspek

tersebut juga harus menjadi indikator prestasi belajar.24

1) Tipe Prestasi Belajar bidang Kognitif (Ranah Cipta)

Tipe prestasi belajar bidang kognitif mencakup:

a) Pengamatan: dapat menunjukkan, membandingkan, dan

menghubungkan.

b) Ingatan: dapat menyebutkan, dan menunjukkan kembali.

c) Pemahaman: dapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan

lisan sendiri.

d) Penerapan: dapat memberikan contoh dan menggunakan secara

tepat.

e) Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti): dapat

menguraikan dan mengklasifikiasikan atau memilah-milah.

23
Azhar. 2012. Definisi, Pengertian dan Faktor-faktor yang mempernaruhi Prestasi
Belajar. M2K Kudus.
24
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo,
2005), hlm. 140.
20

f) Sintesis (membuat paduan baru dan utuh): dapat

menghubungkan, menyimpulkan, dan menggeneralisasikan

(membuat prinsip umum).25

2) Tipe Prestasi Belajar bidang Afektif (Ranah Rasa)

Tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe prestasi belajar

mencakup:

a) Receiving atau attending, yakni kepekaan dalam menerima

rangsangan dari luar yang datang pada peserta didik, baik

dalam bentuk masalah situasi dan gejala.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan

seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

c) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan penilaian dan

kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.

d) Organisasi, yakni pengembangan nilai kedalam suatu sistem

organisasi, termasuk menentukan hubungan suatu nilai yang

dimilikinya.

e) Karakteristik dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan perilakunya.26

3) Tipe Prestasi Belajar bidang Psikomotorik (Ranah Karsa)

25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidkan: dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 148-149.
26
Tohirin, Op. Cit. hlm. 143-144
21

Tipe prestasi belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk

keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun

tingkatan keterampilan meliputi:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak

dissadari karena sudah merupakan kebiasaan).

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan perspektual termasuk di dalamnya membedakan

visual, membedakan auditifmotorik dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik seperti kekuatan, keharmonisan

dan ketepatan.

e) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dari

keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang

kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.27

c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah

sebagai berikut:

1) Faktor Internal

a) Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh.

b) Faktor Psikologis terdiri atas:

27
Ibid., hlm. 145-147
22

(i) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu

kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu

prestasi yang dimiliki.

(ii) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi

dan peneysuaian diri.

(iii) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor sosial, yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.

b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi, dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas

belajar.

d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.28

3. Hidrolisis Garam

a. Sifat larutan garam

Garam merupakan senyawa ion, yang terdiri dari kation logam

dan anion sisa asam. Kation garam dapat dianggap berasal dari suatu

basa, sedangkan anionnya berasal dari suatu asam.

28
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 9-10.
23

Dari hasil suatu percobaan diketahui bahwa sifat larutan garam

begantung pada kekuatan relatif asam-basa penyusunnya.

1) Garam dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral

2) Garam dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam

3) Garam dari asam lemah dan basa kuar bersifat basa

4) Garam dari asam lemah dan basa lemah bergantung pada harga

tetapan ionisasi asam dan tetapan ionisasi basanya (Ka dan Kb)

Ka > Kb : bersifat asam

Ka < Kb : bersifat basa

Ka = Kb : bersifat netral

b. Konsep hidrolisis

Hidrolisis merupakan istilah yang umum digunakan untuk reaksi

zat dengan air. Menurut konsep hidrolisis, komponen garam (kation

atau anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi

dengan air (terhidrolisis). Hidrolisis kation menghasilkan ion H3O+

(H+), sedangkan hidrolisis anion menghasilkan ion hidoksida (OH-).

Hidrolisis garam merupakan reaksi asam-basa Bronsted-Lowry.

Semakin kuat suatu asam semakin lemah basa konjugasinya, dan

sebaliknya. Jadi, komponen garam yang berasal dari asam lemah atau

basa lemah merupakan basa atau asam konjugasi yang relatif kuat,

dapat bereaksi dengan air, sedangkan komponen garam yang berasal

dari asam kuat dan basa kuat merupakan basa atau asam konjugasi
24

yang sangat lemah, tidak dapat bereaksi dengan air. Berdasarkan reaksi

asam dan basa terhadap air terdapat empat jenis garam.

1) Garam dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis. Dengan

demikian larutan bersifat netral.

NaCl → Na+ + Cl-

Na+ + H2O (tidak ada reaksi)

Cl- + H2O (tidak ada reaksi)

2) Garam dari basa kuat dan asam lemah akan mengalami hidrolisis

sebagian, yaitu hidrolisis anionnya yang berasal dari asam lemah.

Hidrolisis anion ini akan menghasilkan ion OH-. Sehingga larutan

bersifat basa.

NaCH3COO → Na+ + CH3COO-

Na+ + H2O (tidak ada reaksi)

CH3COO- + H2O → CH3COOH + OH-

3) Garam dari asam kuat dan basa lemah akan mengalami hidrolisis

sebagian, yaitu hidrolisis kation yang berasal dari basa lemah.

Sehingga larutan bersifat asam.

NH4Cl → NH4+ + Cl-

NH4+ + H2O → NH3 + H3O+

Cl- + H2O (tidak ada reaksi)

4) Garam dari asam lemah dan basa lemah terhidrolisis dalam air,

sehingga disebut hidrolisis total. Sifat larutan bergantung pada

kekuatan realtif asam dan basa yang bersangkutan. Jika Ka < Kb,
25

maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan bersifat

basa. Kb < Ka, maka kation yang terhidrolisis lebih banyak dan

larutan bersifat asam. Jika Ka = Kb larutan bersifat netral.

NH4CH3COO → NH4+ + CH3COO-

NH4+ + H2O → NH3 + H3O+

CH3COO- + H2O → CH3COOH + OH-

c. Menghitung pH larutan garam

1) Garam dari asam kuat dan basa kuat

Garam yang berasal dari asam kuar dan basa kuat tidak

mengalami hidrolisis, sehingga laurtannya bersifat netral (pH = 7).

2) Garam dari basa kuat dan asam lemah

Garam dari basa kuat dan asam lemah mengalami hidrolisis

parsial, yaitu hidrolisis anion.

A- + H2O ↔ HA + OH-

𝐾𝑤 𝑥 𝑀
𝑂𝐻 − = √ 𝐾𝑎

Kw = Tetapan ionisasi kesetimbangan air

Ka = Tetapan ionisasi asam lemah

M = Konsentrasi anion yang terhidrolisis

3) Garam asam kuat dan basa lemah

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah

mengalami hidrolisis kation.

BH+ + H2O ↔ B + H3O+


26

𝐾𝑤 𝑥 𝑀
𝐻+ = √ 𝐾𝑏

Kw = Tetapan ionisasi kesetimbangan air

Kb = Tetapan ionisasi basa lemah

M = Konsentrasi kation yang terhidrolisis

4) Garam dari asam lemah dan basa lemah

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah

mengalami hidrolisis total. pH larutan sukar dikaitkan dengan

harga Ka dan Kb maupun konsentrasi garam. pH larutan dapat

dihitung melalui pengukuran:

𝐾𝑤 𝑥 𝐾𝑎
𝐻+ = √ 𝐾𝑏

Kw = Tetapan ionisasi kesetimbangan air

Ka = Tetapan ionisasi asam lemah

Kb = Tetapan ionisasi basa lemah29

4. Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap

Prestasi Belajar Siswa.

Proses pembelajaran berlangsung jika ada interaksi antara guru dan

siswanya. Fakta yang terjadi di lapangan bahwa proses pembelajaran

tersebut masih berpusat pada guru. Guru memberikan materi, menjelaskan

dari awal hingga akhir, sehingga siswa menjadi pasif. Siswa hanya

menghafal yang diberikan guru pada proses pembelajaran. Siswa tidak

29
Michael Purba, Kimia Untuk SMA Kelas XI, (Jakarta: 2006), hlm. 122-131.
27

mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga prestasi

belajar yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Potensi siswa dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran

apabila siswa dapat berperan aktif terlibat pada proses pembelajaran

tersebut. Siswa akan mengalami bagaimana rasanya belajar. Salah satu

model yang dapat digunakan untuk meningkatkan potensi dari siswa

tersebut adalah model Problem Based Learning atau pembelajaran

berbasis masalah. Model pembelajaran ini mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang aktif, memupuk kerjasama antarsiswa, serta melatih

kemampuan berpikir dan pemecahan masalah siswa.

Siswa akan diberikan suatu masalah yang berkaitan dengan dunia

nyata. Masalah inilah yang nantinya akan dipecahkan oleh siswa bersama

kelompoknya. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah

autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,

menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri,

memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.

Materi yang dapat digunakan pada model Problem Based Learning

ini adalah materi berupa konsep yang aplikatif dalam kehidupan sehari-

hari, seperti hidrolisis garam. Hidrolisis garam sangat erat kaitannya

dengan kehidupan sehari-hari. Hidrolisis garam merupakan materi yang

menggabungkan konsep dan perhitungan, sehingga diperlukan cara

berpikir dan analisis yang tinggi untuk memahami materi tersebut. Oleh
28

karena itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang membangun proses

berpikir ilmiah yaitu model Problem Based Learning. Model pembelajaran

ini dapat membangkitkan keaktifan siswa dan memungkinkan siswa

membangun sendiri pengetahuannya, sehingga penggunaan model ini pada

materi hidrolisis garam akan mempengaruhi prestasi belajar dari siswa.

Penerapan model Problem Based Learning ini pada materi hidrolisis

berpengaruh pada prestasi belajar dari siswa.

PBL memiliki potensi yang baik untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa, tetapi akan lebih efektif jika diintegrasikan dengan metode

eksperimen sebab tahapan-tahapan dalam modelini sangat relevan dengan

metode eksperimen. Dengan demikian, siswa yang mempunyai aktivitas

belajar tinggi akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi, sedangkan

siswa dengan aktivitas rendah mendapat prestasi belajar yang rendah.

Penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan

interaksi sosial dan prestasi belajar pada materi sistem koloid. Peningkatan

interaksi sosial dapat dilihat dari observasi langsung dan angket interaksi

sosial, sedangkan peningkatan Prestasi belajar dapat dilihat dari hasil tes

kognitif, afektif dan psikomotor.

G. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Ratna Sari Dewi, Haryono dan Suryadi Budi Utomo tahun 2012

FKIP Kimia UNS Surakarta, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan interaksi

sosial dan prestasi belajar pada materi sistem koloid. Peningkatan interaksi
29

sosial dapat dilihat dari observasi langsung dan angket interaksi sosial,

sedangkan peningkatan Prestasi belajar dapat dilihat dari hasil tes kognitif,

afektif dan psikomotor. Persentase interaksi sosial siswa, hasil tes kognitif,

afektif dan psikomotor pada siklus I hasil secara berturut-turut 45,32%,

18,75%, 34,38% dan 50,00%, sedangkan hasil yang diperoleh pada siklus

II secara berturut-turut yaitu 76,57%, 90,63%, 53,13% dan 53,0%30.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah

pada penilitian ini menggunakan model PBL dengan uapaya peningkatan

interaksi sosial dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem

koloid, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan hanya menggunakan

model PBL untuk diterapkan pada materi hidrolisis garam dan kemudian

hanya melihat pengaruh dari model tersebut teradap prestasi belajar siswa.

2. Penelitian Ratna Rosidah, Tri, dan Sri Retno tahun 2013 prodi Pendidikan

Kimia UNS Surakarta, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model

PBL dilengkapi LKS dalam penerapan kurikulum 2013 dikategorikan baik

dengan nilai rata-rata 82,71 dengan presentase ketercapaian 81,25%31.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terdapat pada materinya, yaitu peneliti melakukan penelitian pada materi

hidrolisis garam dan hanya melihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar

30
Ratna Sari Dewi, Haryono, dan Suryadi Budi Utomo. Upaya peningkatan interaksi
sosial dan prestasi belajar siswa dengan problem based learning pada pembelajaran kimia pokok
bahasan Sistem koloid di sma n 5 surakarta tahun pelajaran 2011/2012, FKIP kimia UNS
Surakarta, Indonesia (2012).
31
Ratna rosidah, Tri Redjeki, Sri Retno, Penerapan Model Problem Based Learning
(PBL) Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau dari Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, Surakarta, Jurnal
Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia (2014).
30

siswa dan tidak mengukur atau melihat hasil belajar serta aktivitas dari

siswa tersebut.

3. Penelitian Octaviany Magdalena, Sri Mulyani dan Elfi Susanti VH tahun

2013 prodi pendidikan kimia PMIPA UNS Surakarta, hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa (1) tidak ada pengaruh penggunaan model

pembelajaran problem based learning dan inquiry terhadap prestasi belajar

siswa pada materi pokok Hukum Dasar Kimia, (2) tidak ada pengaruh

krestivitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hukum Dasar

Kimia, (3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah

dan inkuiri dengan kreativitas verbal terhadap prestasi belajar siswa pada

materi pokok Hukum Dasar Kimia. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada penilitian ini menggunakan

model PBL terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari kreativitas verbal

pada materi Hukum Dasar Kimia, sedangkan penelitian yang peneliti

lakukan hanya menggunakan model PBL untuk diterapkan pada materi

hidrolisis garam dan kemudian hanya melihat pengaruh dari model

tersebut teradap prestasi belajar siswa32.

32
Octaviany Magdalena, Sri Mulyani, dan Elfi Susanti VH. Pengaruh Pembelajaran
Model Problem Based Learning dan Inquiry Terhadap Prestasi Belajar Siswa ditinjau dari
Kreativitas Verbal pada Materi Hukum Dasar Kimia Kelas X SMAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia PMIPA, UNS Surakarta, Indonesia (2014).
31

H. Konsep Operasional

1. Rancangan penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 variabel, yaitu :

a. Variabel bebas, yang menjadi variabel bebas adalah model

pembelajaran Problem Based Learning.

b. Variabel terikat, prestasi belajar siswa merupakan variabel terikat.

Prestasi belajar ini dapat dilihat dari hasil tes kognitif, afektif, dan

psikomotor yang dilaksanakan pada akhir pertemuan.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur dari penelitian ini adalah :

a. Tahap persiapan

1) Menetapkan kelas penelitian yaitu kelas XI SMA Negeri 7

Pekanbaru tahun ajaran 2015/2016 sebagai subjek penelitian.

2) Menetapkan pokok bahasan yang akan disajikan pada penelitian

yaitu hidrolisis garam.

3) Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus, program

semester, RPP (Rencana Pelajaran Pembelajaran), LKS (Lembaran

Kerja Siswa), Lembar Observasi, soal uji homogenitas, soal pretest

dan postest.

4) Melakukan uji homogenitas untuk kedua kelas sampel dan

mengolah tes ulangan siswa dan selanjutnya memilih kelas

eksperimen dan kelas kontrol

5) Menyiapkan lembar observasi untuk guru.


32

b. Tahap pelaksanaan

1) Memberikan pretest kepada kedua kelas sampel mengenai pokok

bahasan hidrolisis garam. Nilai pretest ini digunakan untuk

pengolahan data akhir.

2) Selanjutnya pada kelas eksperimen diberikan perlakuan model

pembelajaran Problem Based Learning, sedangkan kelas kontrol

tanpa model pembelajaran Problem Based Learning. Adapun

langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

a) Kelas eksperimen

(1) Orientasi siswa terhadap masalah

Guru menyampaikan topik, tujuan pembelajaran serta

memotivasi siswa. Peneliti memperlihatkan atau

memberikan suatu permasalahan kepada siswa untuk

menarik daya ingin tahu dari siswa, seperti

memperlihatkan gambar sabun. Sabun merupakan suatu

garam, tetapi mengapa bersifat basa. Siswa diminta

memberi tanggapan.

(2) Mengorganisasi siswa untuk belajar.

Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok

dan memberikan LKS. Siswa diberikan informasi untuk

memecahkan permasalahan yang telah diberikan

sebelumnya secara berkelompok dengan bantuan LKS.

(3) Membimbing penyelidikan siswa.


33

Peneliti membimbing siswa melakukan diskusi bersama

kelompoknya. Siswa berdiskusi untuk melengkapi LKS

dan mencari pemecahan terhadap masalah yang telah

diberikan dengan cara mengumpulkan informasi dari

berbagai macam sumber dan bahkan melakukan

observasi maupun eksperimen untuk memcahkan

masalah yang telah diberikan dengan bantuan guru.

(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Siswa menuangkan hasil diskusi bersama kelompoknya

dalam lembar kerja berupa LKS.

(5) Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan

masalah.

Perwakilan kelompok yang ditunjuk oleh guru

mempresentasikan hasil diskusinya sekaligus

menganalisis pemecahan masalah, dan menyamakan

persepsi. Peneliti memberikan penguatan tentang materi

yang dibahas.

(6) Peneliti membimbing siswa menyimpulkan

pembelajaran.

(7) Evaluasi.

LKS yang dikerjakan perkelompok sekaligus sebagai

evaluasi guru untuk melihat dari pemahaman siswa.


34

b) Kelas kontrol

(1) Peneliti menjelaskan materi pokok sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

(2) Membagikan LKS

(3) Membimbing siswa menyelesaikan soal-soal yang ada

di LKS.

(4) Mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan siswa

(5) Membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

(6) Evaluasi.

3) Setelah semua materi pokok hidrolisis garam telah disajikan maka

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol guru memberikan test

akhir (postest) untuk menentukan pengaruh penerapan model

Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa.

c. Tahap akhir

1) Data akhir (selisih dari pretest dan postest) yang diperoleh dari

kedua kelas akan dianalisis dengan menggunakan rumus statistik.

2) Pelaporan.
35

I. Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah dikemukan sebelumnya, maka hipotesis

yang dirumuskan adalah:

H0: Tidak ada pengaruh penerapan model problem based learning terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI IPA SMA

Negeri 7 pekanbaru pada materi hidrolisis garam.

Ha: Ada pengaruh penerapan model problem based learning terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI IPA SMA

Negeri 7 pekanbaru pada materi hidrolisis garam.

J. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode quasy

eksperimen. Quasy eksperimen dapat digunakan minimal kalau dapat

mengontrol satu variabel saja33. Dalam hal ini peneliti menggunakan dua kelas

dengan kemampuan yang sama, dimana ada kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL) sedangkan kelas kontrol

dengan metode ceramah. Kedua kelas tersebut sebelum diberi perlakuan

terlebih dahulu diberi pretest untuk mengetahui sejauh mana materi yang akan

diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa. Kedua kelas dilakukan postest

setelah diberi perlakuan dengan tes yang sama. Adapun rancangan penelitian

tersebut dinyatakan sebagai berikut:

33
Nana Syoadih Sukmadinata, Metode Penelitian, (Bandung: 2010), hlm. 207.
36

Tabel III.1 Rancangan Penelitian Pretest dan Postest34

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen E1 X E2

Kontrol K1 - K2

Keterangan :

E : Hasil pretest dan postest kelas eksperimen

K : Hasil pretest dan postest kelas kontrol

X : Perlakuan yang diberikan kepada siswa

Berdasarkan tabel di atas, sebelum diberi perlakuan maka kedua kelas

tersebut (eksperimen dan kontrol) dilakukan tes awal (pretest). Fungsi pretest

tersebut untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang akan

diajarkan. Kemudian pada kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen diberi

perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning. Sedangkan

pada kelas kontrol tanpa model pembelajaran. Tahap terakhir dengan

melakukan postest, hal ini untuk mengetahui kemampuan, hasil belajar serta

prestasi belajar siswa setelah diberi perlakuan.

K. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian ini adalah di SMA

Negeri 7 Pekanbaru Kelas XI IPA pada semester genap tahun pelajaran

2015/2016 pada bulan April 2016.

34
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: 2013),
hlm. 105.
37

L. Objek dan Subjek Penelitian

1. Objek Penelitian

Adapun Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh penerapan

model problem based learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran kimia kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas Negeri 7

Pekanbaru.

2. Subjek Penelitian

Adapun Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA

SMA Negeri 7 Pekanbaru tahun pelajaran 2015/2016, yang akan kemudian

dilakukan uji homogenitas.

M. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI

IPA 2 SMA Negeri 7 Pekanbaru semester genap tahun ajaran 2015/2016

yang berjumlah 111 siswa.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas XI IPA yang

mempunyai tingkat homogenitas yang hampir sama. Satu kelas sebagai

kelas kontrol dan satu kelas lagi sebagai kelas eksperimen. Pengambilan

sampel ini menggunakan teknik probability sampling, yaitu simple random

sampling. Simple random sampling dikatakan simple (sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa


38

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian

dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen35.

N. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan36.

2. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran

dan penilaian37.

a. Data untuk Uji Homogenitas

Uji homogenitas diberikan sebelum penelitian dilakukan. Uji ini

dilakukan untuk melihat kesamaan kemampuan dasar antara dua kelas,

dan soal yang diberikan adalah soal-soal pilihan ganda sebanyak 20

soal tentang materi prasyarat yaitu materi asam-basa.

b. Data Uji hipotesis

1) Data awal yaitu hasil pre-test. Pre-test dilakukan sebelum

penelitian dimulai dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah

35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 120.
36
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta, 2009), hlm. 76.
37
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta, 2009), hlm. 66.
39

materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai oleh

siswa. Soal yang diberikan adalah soal materi hidrolisis garam.

2) Data akhir yaitu hasil post-test. Post-test diberikan setelah

penelitian selesai dilakukan untuk mengetahui hasil dan prestasi

belajar siswa setelah diberi perlakuan. Post-test dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pembelajaran yang

diajarkan dapat dikuasai dengan baik oleh siswa. Soal yang diberikan

sama dengan soal pretest, yaitu soal materi hidrolisi garam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrumen penelitian yang menggunakan

bahan-bahan tertulis sebagai sumber data, misalnya buku-buku, dokumen,

jurnal peraturan-peraturan dan lain-lainnya. Dokumentasi digunakan untuk

memperkuat data yang diperoleh di sekolah dari observasi, wawancara dan

catatan lapangan.

O. Teknik Analisis Data

1. Analisis Butir Soal

Untuk memperoleh soal-soal tes yang baik sebagai alat pengumpul

data pada penelitian ini, maka diadakan uji coba terhadap siswa lain yang

tidak terlibat dalam sampel penelitian ini. Soal-soal yang diujikan tersebut

kemudian di analisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran (TK) dan daya pembeda (DP) soal.


40

a. Validitas Tes

Validitas tes digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi

atau content validity. Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah

validitas yang diperoleh setelah dilakukan analisisan, penelusuran atau

pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar

tersebut38. Oleh karena itu, untuk memperoleh tes yang valid, maka tes

yang penulis gunakan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan guru

bidang studi kimia yang mengajar di kelas sampel di SMA N 7

Pekanbaru.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat

tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat

penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif

sama39. Reliabilitas mengacu pada instrumen yang dianggap dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Untuk menentukan reliabilitas soal

digunakan rumus:40

𝑛 (∑𝑋𝑌)−(∑𝑋 × ∑𝑌)
rb =
√{𝑛.∑𝑋 2 –(∑𝑋)2 } . {𝑛.∑𝑌 2 –(∑𝑌)2 }

Keterangan :

rb : Koefisien korelasi.

38
Ibid, hlm. 164.
39
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung, 2009), hlm. 16.
40
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula
(Bandung, 2012), hlml. 103.
41

∑X : Jumlah Skor Ganjil

∑Y : Jumlah Skor Genap.

n : Banyaknya item.

Harga rb menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh karenanya

disebut rganjil-genap. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown.41


2 × 𝑟𝑏
r11 = 1 +𝑟𝑏

Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan

atau tidak digunakan distribusi untuk 𝛼 = 0,05 dengan derajat

kebebasan (dk = n-2).42 Kemudian membuat keputusan

membandingkan r11 dengan rtabel. Adapun kaidah keputusannya adalah

sebagai berikut :” jika r11 > rtabel berarti reliabel dan jika r11 < rtabel

berarti tidak reliabel”.

Interpretasi nilai r11 mengacu pada pendapat Guilford (Ruseffendi,

1991b:191):

r11 ≤ 0,20 reliabilitas: sangat rendah

0,20 < r11 0,40 reliabilitas: rendah

0,40 < r11 0,70 reliabilitas: sedang

0,70 < r11 0,90 reliabilitas: tinggi

0,90 < r11 1,00 reliabilitas: sangat tinggi43

41
Ibid, hlm. 104.
42
Ibid, hlm. 214.
43
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta, 2008), hlm. 181.
42

c. Daya pembeda soal

Daya pembeda soal merupakan suatu ukuran apakah butir soal

mampu membedakan murid pandai (kelompok upper) dengan murid

tidak pandai (kelompok lower). Untuk mengetahui daya pembeda soal

digunakan rumus :

B A BB
D   PA  pB
JA JB

Keterangan:

J : Jumlah peserta tes

JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal

dengan benar

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Kriteria yang digunakan :

D : 0,00 – 0,20 : daya beda soal jelek (poor)

D : 0,20 – 0,40 : daya beda soal cukup (satisfactory)

D : 0,40 – 0,70 : daya beda soal baik (good)

D : 0,70 – 1,00 : daya beda soal baik sekali.(excellent)


43

D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang

mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja44.

d. Tingkat Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sulit. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal peneliti

menggunakan rumus:

B
P
JS

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut :

0,00 - 0,30 : sukar

0,30 - 0,70 : sedang

0,70 - 1,00 : mudah45

Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar biasa dibuat 3-4-3

artinya 30% soal mudah, 40% soal sedang, dan 30% soal sukar.

Perbandingan yang lain yang termasuk sejenis dengan proporsi diatas

misalnya 3-5-2, artinya 30% soal mudah, 50% soal sedang, dan 20%

soal sukar46.

44
Ibid, hlm. 218.
45
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta, 2009), hlm. 210.
46
Nana Sudjana, Op.Cit, hlm. 133-134.
44

2. Analisis Data Penelitian

Teknik yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian

ini adalah menggunakan rumus t-test, data yang dianalisa adalah sebagai

berikut:

a. Analisa Data Awal (Uji Homogenitas)

Pada penelitian ini populasi sudah diuji homogenitasnya, dengan

cara menguji data nilai ujian sebelumnya menggunakan uji Bartlett

dengan rumus sebagai berikut47:

2
xhitung  lon10  B   dk LogS 

Keterangan :

(n1  1)s1   (n2  1)s2   ...  (nx  1)s x 


S
(n1  1)  (n2  1)  ...  (n x  1)

B  LogS    ni  1

2
Jika pada perhitungan data awal diperoleh X hitung  X tabel
2
berarti

2
data tidak homogen, tetapi jika X hitung  X tabel
2
berarti data homogen.

Langkah – langkah pengujian :

1) Menghitung standar deviasi dan varians

2) Menghitung varians gabungan

3) Menghitung harga B

4) Menghitung ᵡ2

5) Melihat tabel

6) Kesimpulan

47
Riduwan, Op.Cit., hlm. 119.
45

b. Analisis Data Akhir (Uji Hipotesis)

Teknik analisa data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan tes-t. Test-t merupakan salah satu uji statistik yang

digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang

signifikan (meyakinkan) dari dua buah mean sampel dari dua variabel

yang dikomparatifkan48. Sebelum melakukan analisa dengan

menggunakan tes “t”, ada dua syarat yang harus dilakukan, yaitu uji

normalitas dan homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel

yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak.

Uji yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Rumus yang digunakan

yaitu49 :

𝑘
(fo−fe)2
X2 = ∑
𝑖=1 fe

Dimana: 𝑥 2 : chi kuadrat yang dicari

𝑓0 : frekuensi dari hasil pengamatan

𝑓𝑒 : frekuensi yang diharapkan

2 2
Bila 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , distribusi data tidak normal

2 2
Bila 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , data berdistribusi normal

48
Hartono, Statistik untuk Penelitian (Yogyakarta, 2010), hlm. 178.
49
Riduwan, Op.Cit, hlm. 124.
46

Jika salah satu data atau keduanya mempunyai sebaran data

yang tidak normal maka pengujian hipotesis ditempuh dengan

analisis tes statistik nonparametrik.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan sebuah uji yang harus

dilakukan untuk melihat kedua kelas yang diteliti homogen atau

tidak. Pengujian homogenitas data yang dilakukan peneliti adalah

dari hasil postest yang diberikan pada kelas eksperimen dan

kontrol. Pengujian homogenitas pada penelitian ini dengan

menggunakan uji F dengan rumus :50

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Kemudian hasilnya dibandingkan dengan F tabel. Apabila

perhitungan diperoleh Fhitung ≤ Ftabel maka sampel dikatakan

mempunyai varians yang sama atau homogen.

3) Uji Hipotesis

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini

adalah menganalisa data dengan menggunakan test “t”. Rumus t-

test yang digunakan adalah sebagai berikut:

Sampel Related

𝑀𝑥 − 𝑀𝑦
𝑡=
∑𝑥 2 + ∑𝑦 2 1 1
√𝑁𝑥 + 𝑁𝑦 − 2 (𝑁 + 𝑁 )
𝑥 𝑦

50
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian (Bandung, 2013), hlm. 140.
47

Keterangan:

M = Nilai rata-rata hasil per kelompok

N = Banyaknya Subjek

x = Deviasi setiap nilai x2 dan x1

y = Deviasi setiap nilai y2 dari mean y151

Pengujian : Hipotesis diterima t hitung ≥t tabel dengan derajat nilai α

= 0,05.

thitung ≥ t tabel berarti H0 ditolak

thitung ≤ t tabel berarti H0 diterima

Untuk menentukan derajat peningkatan hasil belajar kimia

siswa dilakukan dengan menghitung koefisen determinasi (r2)

dengan rumus:

𝑟√𝑛−2 𝑡2
t = √1− sehingga r2= 𝑡 2 + 𝑛−2
𝑟2

Sedangkan untuk menentukan besarnya pengaruh dari

perlakuan digunakan dengan rumus52:

Kp = r2 x 100%

Keterangan : t = lambang statistik untuk menguji hipotesis

r2 = koefisien determinasi

Kp = Koefisien pengaruh.

51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta, 2010), hlm. 354.
52
Riduwan, Op.Cit., hlm. 224.
48

P. DAFTAR REFERENSI
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi
Pressindo.

Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azhar. 2012. Definisi, Pengertian dan Faktor-faktor yang mempernaruhi


Prestasi Belajar. M2K Kudus.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Gava Media.

Dedi, Evita Rosilia, Dkk. 2011. Penerapan Strategi Active Knowledge


Sharing untuk Meningkatkan Keaktifan Bertanya Biologi Siswa
Kelas XI IPA I SMA Negeri I Ngemplak Tahun Pelajaran
2011/2012.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Agama RI. 2009. Al-Quran dan Terjemahnya. Surabaya: Fajar


Mulya.

Dewi, Ratna Sari. 2012. Upaya peningkatan interaksi sosial dan prestasi
belajar siswa dengan problem based learning pada pembelajaran
kimia pokok bahasan Sistem koloid di sma n 5 surakarta. FKIP
kimia. Surakarta : UNS.

Hartono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran


Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Magdalena, Octaviany. 2014. Pengaruh Pembelajaran Model Problem Based


Learning dan Inquiry Terhadap Prestasi Belajar Siswa ditinjau
dari Kreativitas Verbal pada Materi Hukum Dasar Kimia Kelas X
SMAN 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014. Surakarta: UNS
Surakarta.

Nawawi, Hadari. 1999. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Mas Agung


49

Ni, Made. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk


Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori
Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Laporan
penelitian.

Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rosidah, Ratna. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)


Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau dari
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2
Surakarta. Surakarta : UNS Surakarta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Raja Grafindo.

Sugiyono. 2013. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syoadih. 2010. Metode Penelitian. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidkan: dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:


Raja Grafindo.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Kontruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
50

. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:


Kencana Prenada Group.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989.


Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai