Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRO ENTRITIS AKUT

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
COLIC ABDOMEN

A. Definisi
Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang mendasari hal
ini adalah infeksi pada organ di dalam perut (mencret, radang kandung empedu,
radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal).
Pengobatan yang diberikan adalah penghilangan rasa sakit dan penyebab utama dari
organ yang terlibat. Bila infeksi dari kandung kemih atau kandung empedu maka
pemberian antibiotik, bila ada batu di kandung empedu maka operasi untuk angkat
kandung empedu.
Batu saluran kencing merupakan penyakit yang sering terjadi, yang
menimbulkan rasa sakit hebat dan dapat berakibat kegagalan fungsi ginjal apabila
tidak mendapat penanganan secara cepat dan tuntas.

B. Etiologi
1. Mekanis
a. Adhesi/perlengketan pascah bedah (90% dari obstruksi mekanik)
b. Karsinoma
c. Volvulus
d. Intususepsi
e. Obstifasi
f. Polip
g. Striktur
2. Fungsional (nonmekanik)
a. Ileus Paralitik
b. Lesi medula spinalis
c. Enteritis regional
d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia

C. Klasifikasi
Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Tipe kolesterol.
2. Tipe pigmen empedu.
3. Tipe campuran.
ccBatu kolesterol terjadi akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol
berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis ke larutan kolesterol dalam empedu.
Tipe pigmen biasanya akibat proses hemolitik atau investasi E. Coli ke dalam empedu
yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin
dapat menjadi Kristal kalsium bilirubin.

D. Patofisiologi
Obstruksi usus

Akumulasi gas cairan didalam


lumen sebelah proksimal dari letak
absorpsi

Distensi Profilerasi bakteri yang Kehilangan H2O


berlangsung cepat dan elektrolit

Tekanan infralumen Volume ECK

Kehilangan cairan menuju Syok hipovolemik


ruang peritoneum

Pelepasan bakteri dan Rasa nyeri pada


toksin dari usus yang abdomen
nekotrik ke dalam
peritoneum dan sirkulasi
sistemik
Peritonitis septikemia
E. Manifestasi Klinis
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak
ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat,
nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir;
distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau
mengandung darah samar.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar
serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

G. Komplikasi
1. Gangren : borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan. Gangren
kandung empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi pada organ-
organ tersebut.
2. Sepsis : menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan darah
turun.
3. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu empedu
mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu, menimbulkan saluran
baru ke lambung, usus dan rongga perut.
4. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut yang
steril terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga perut.
5. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila batu
berukuran cukup besar.

H. Penatalaksanaan Medis
1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2. Terapi Na+, K+, komponen darah
3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik,
ileus paralitik atau infeksi.
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

I. Konsep Askep (Diagnosa dan Intervensi)


a. Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual muntah
1) Memberikan masukan cairan intravena
2) Anjurkan untuk banyak minum
3) Menganjurkan pada pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang
merangsang mual muntah
4) Memberikan Health education kepada pasien dan keluarga pasien
5) Mengobservasi vital sign pasien
b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan aneroxia
1) Kaji asupan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food diary.
2) Pengukuran BB setiap hari, pemeriksaan lab. dan antropometri
3) Berikan diet tinggi karbohidrat dengan asupan protein yang konsisten
dengan fungsi hati.
4) Bantu pasien dalam mengenali jenis-jeni makanan rendah natrium
5) Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan
6) Pelihara hygiene oral sebelum makan dan berikan suasana yang aman dan
nyaman pada waktu makan
c. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan sakit kepala
1) Kaji kebiasaan tidur pasien.
2) Berikan Health education tentang pentingnya istirahat tidur bagi
kesehatan
3) Mengatur suhu kamar pasien
4) Kolaborasi dengan dokter
d. Intoleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
1) Kaji tingkat toleransi aktivtas dan derajat kelelahan fisik
2) Bantu pasien dalam merawat diri dan pelaksanaan aktivitas bila pasien
merasa lelah
3) Anjurkan untuk sitirahat bila pasien merasa lelah / bila adanya nyeri
4) Bantu memilih latihan dan aktivitas yang diinginkan
e. Personal hygiene kurang berhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri
1) Beri dorongan pada pasien untuk merawat dirinya
2) Bantu pasien untuk merawat dirinya
3) Bantu kemampuan pasien untuk merawat dirinya
4) Kaji kemampuuan pasien untuk memenuhi personal hygiene
5) Beri HE kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya kebersihan diri
DAFTAR PUSTAKA

Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000


Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;
2001.

Anda mungkin juga menyukai