Anda di halaman 1dari 24

UPAYA TEKNIS SISTEM PENYALIRAN PADA

TAMBANG BAWAH TANAH DOZ UNTUK MENGATASI


AIR YANG MASUK KE DALAM AMBRUKAN BIJIH DI PT
FREEPORT INDONESIA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

OLEH :
TOFAN PARBOWO
95.060/TA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2000
I. JUDUL
UPAYA TEKNIS SISTEM PENYALIRAN PADA TAMBANG BAWAH
TANAH DOZ UNTUK MENGATASI AIR YANG MASUK KE DALAM
AMBRUKAN BIJIH DI PT FREEPORT INDONESIA

II. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


Sehubungan dengan mulai meningkatnya produksi tambang pada tambang
bawah tanah DOZ dibutuhkan suatu sistem perencanaan tambang yang matang, yang
meliputi aspek teknis dan aspek ekonomi dimana nantinya diharapkan aktifitas tambang
dapat berjalan seefesien mungkin.
Guna mendukung hal tersebut maka perlu ditunjang kondisi kerja yang baik,
salah satu diantaranya adalah sistem penyaliran pada daerah penambangan. Sistem
penyaliran merupakan usaha untuk mencegah masuknya air atau untuk mengeluarkan
air yang telah masuk menggenangi daerah penambangan yang dapat mengganggu
aktifitas penambangan. Sehingga dengan adanya sistem penyaliran yang disesuaikan
dengan metode penambangan yang diterapkan, operasi penambangan dapat berjalan
dengan lancar serta produksi tambang dapat terpenuhi.

III. TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan mengkaji air yang masuk ke dalam area penambangan.
2. Mencegah mengalirnya air agar tidak tercampur dengan ambrukan bijih.
3. Membuat sistem penyaliran yang dapat mendukung operasi penambangan.

IV. PERUMUSAN MASALAH


Masalah yang timbul saat ini adalah masuknya air dari permukaan (rembesan)
pada area ini yang mengalir ke area ambrukan bijih yang menyebabkan tercampurnya air
dengan bijih sehingga menjadi sumber air yang menjadi pemicu timbulnya wet muck.
Jika wet muck terjadi maka turunnya bijih setelah penarikan dengan LHD menjadi tak
terkontrol. Hal ini sangat berbahaya karena broke ore yang turun melalui drawpoint
secara tidak terkendali dapat menimbun operator dan alat-alat lainnya.

V. PENYELESAIAN MASALAH
1. Dasar Teori
Bumi ini hampir dua per tiga luasnya terdiri dari air. Air dalam kehidupan manusia
memegang peranan yang sangat penting. Air dalam jumlah besar dapat merugikan
manusia seperti yang terjadi sekarang ini di banyak tempat yaitu banjir, atau dalam
bidang pertambangan air dapat mengganggu laju produksi , begitu juga dalam jumlah
yang sebaliknya. Jumlah air yang ada di bumi ini sekitar 96,54 % ada di laut, dan 1,73 %
ada di bagian kutub (kutub utara dan selatan). 1,69 % berupa air tanah (dengan
komposisi 0,76 % air tawar dan 0,93 % berupa air asin)5).
Bila dilihat keseimbangan jumlah air tawar yang ada, maka air tanah memberikan
distribusi yang cukup penting karena jumlah mencapai 30,061 % dari keseluruhan air
tawar yang ada. Dan bicara tentang keseimbangan air secara menyeluruh di bumi maka
sebagian dari keseluruhan air yang ada di bumi mengalami proses yang membentuk
siklus dimana air mengalami perubahan bentuk dan tempat. Melalui penguapan, air
berubah menjadi uap dan naik ke atmosfer. Setelah mengalami transportasi dan
kondensasi uap air tersebut akan jatuh ke bumi dalam bentuk presipitasi (hujan, embun
dan salju). Air yang jatuh di daratan sebagian akan menguap, sebagian lagi akan meresap
ke dalam tanah dan bagian lainnya akan mengalir di permukaan menuju sungai dan
seterusnya menuju laut. Siklus ini disebut Siklus Hirologi.
Dalam sirkulasi air, hubungan antara air yang masuk (inflow) dan air yang keluar
(outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu disebut neraca air (water balance).
Neraca air tersebut dinyatakan menggunakan cara matematis :
dS
I - O =
dt
dimana :
I = aliran air yang masuk (inflow)
O = aliran air yang keluar (outflow)
S = Simpanan (storage)
t = waktu (time)
Pada jangka waktu yang lama simpanan cenderung mendekati nol sehingga
keseimbangan air hanya dipengaruhi oleh yang masuk dan keluar ke dalam sub-sistem.
Namun pada waktu jangka waktu yang pendek simpanan menjadi suatu faktor yang
penting karena ini juga berarti peredaran air dapat dilihat hanya pada sub-sistem.
Jika terjadi kondisi aliran air yang unbalance pada suatu daerah maka dapat
diperkirakan ada sejumlah air yang terperangkap dan hilang di dalam daerah, seperti di
tambang (dalam cave, orepass atau fasilitas tambang lainnya).
Air juga merupakan salah satu komponen yang ada pada kegiatan penambangan
bawah tanah. Keberadaan air dalam tambang bawah tanah dapat menggenangi tambang
sehingga harus dikeluarkan melalui sistem penyaliran. Sistem penyaliran adalah usaha
untuk mencegah masuknya air atau untuk mengeluarkan air yang telah masuk
menggenangi daerah penambangan yang dapat mengganggu aktifitas penambangan.
Pengaruh air dalam tambang bawah tanah berhubungan erat produksi tambang :
- Pengaruh Langsung
Adanya kelebihan air atau kesalahan dalam menangani air dalam tambang dapat
mengganggu bahkan menghentikan kegiatan produksi, merusak alat dan
membahayakan pekerja tambang. Perbaikan tambang yang tergenang biasanya tidak
efektif karena akan memakan waktu yang cukup lama dan mahal.
- Pengaruh Tak langsung
Pengaruh tidak langsung biasanya dalam jangka waktu yang lama dan
mempengaruhi produksi termasuk, diantaranya :
- menurunnya efesiensi kerja para pekerja dan alat karena bekerja pada kondisi
yang basah
- meningkatnya korosi dan keausan pada alat sehingga menurunkan umur pakai dan
meningkatnya biaya perawatan alat
- mempengaruhi kemantapan dan kestabilan dinding lubang bukaan
- meningkatkan kandungan air pada material bijih sehingga akan mempersulit
pengolahan jika bijih yang akan diolah harus dalam keadaan kering.
Air dalam tambang bawah tanah masuk melalui beberapa cara antara lain :
a. Rembesan air bawah tanah
Air ini muncul karena adanya lapangan yang meluluskan air (lapisan permeabel)
atau lapisan akifer berdasarkan rongga/celah yang meluluskan air hujan.
b. Rembesan air dari sumber-sumber air
Air ini muncul dalam tambang bawah tanah juga karena sifat permeabilitas batuan
dimana lubang bukaan tersebut berada dekat dengan daerah tampungan air seperti
danau, rawa dan sungai.
c. Air yang dimasukan untuk tujuan tertentu
Air ini sengaja dimasukan ke dalam tambang untuk menunjang kegiatan tambang,
yang termasuk air jenis ini, antara lain :
- air pemboran
- air filling
- air untuk eliminasi debu
Secara garis besar penanganam sistem penyaliran dalam suatu tambang bawah tanah
dapat dilakukan dengan cara :
1. Memanfaatkan gravitasi
Suatu upaya pencegahan air berupa air limpasan dan air tanah masuk ke daerah
penambangan dengan memanfaatkan gaya gerak gravitasi.
2. Sistem pemompaan
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan dari air hasil kegiatan penambangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dan yang diperlukan penyaliran adalah
A. Curah hujan
Pada sistem tambang bawah tanah, pemilihan suatu sistem penyaliran sedikit
dipengaruhi oleh curah hujan, berbeda bila dibandingkan dengan sistem tambang
terbuka yang lebih dipengaruhi oleh besar kecilnya curah hujan. Sebagian uap air
yang terkondensasi dan jatuh ke bumi atau yang disebut presipitasi (berbentuk
hujan, salju ,es dan embun) akan meresap masuk ke dalam tanah. Sedangkan
sebagian mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah kemudian mengalir ke daerah yang
rendah. Air hujan yang mempengaruhi secara langsung sistem penyaliran adalah air
hujan yang mengalir pada permukaan tanah ditambah dengan sejumlah air yang
keluar dari proses infiltrasi.
Dalam menentukan jumlah rata-rata presipitasi pada beberapa bagian permukaan
bumi maka faktor-faktor berikut ini , disamping sirkulasi uap air, adalah penting
dalam mengendalikan keragaman ruang presipitasi :
1. Garis lintang.
2. Ketinggian tempat.
3. Jarak dari sumber-sumber air.
4. Posisi di dalam dan ukuran massa tanah.
5. Hubungan dengan deretan gunung.
Untuk banyak tujuan 4 unsur berikut ini mencirikan presipitasi yang jatuh pada
suatu titik :
1. Intensitas : jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu (mm/mnt, cm/jam ).
1. Lama hujan : periode presipitasi jatuh (mnt, jam, dll)
2. Frekuensi : ini mengacu pada harapan bahwa suatu presipitasi tertentu akan
jatuh pada suatu saat tertentu.
3. Luas areal : luas areal dengan suatu curah hujan yang dapat dianggap sama.
Data curah hujan yang akan dianalisa adalah besar curah hujan harian
maksiumum dalam satu tahun selama 10 – 20 tahun. Angka tersebut merupakan data
kadar (data mentah yang tidak dapat digunakan langsung untuk perhitungan). Data
curah hujan harus data lengkap dalam arti tidak boleh hilang dan data harus
homogen dan konsisten.
Pengolahan dilakukan dengan metode Gumbels yang didasarkan atas distribusi
normal. Beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel hidrologi tidak terbatas,
maka harus digunakan harga-harga terbesar (harga maksimum). Ada beberapa tahap
yang harus dilakukan yaitu :
1. Analisa frekuensi untuk nilai
Tujuannya untuk mendapatkan garis regresi dari data yang telah dikoreksi yang
merupakan tempat kedudukan dari nilai hujan harian Extrem. Rumus dari
persamaan regresinya adalah :
1
X =  + Y

dimana :
X = tinggi hujan harian maksimum, mm/hr
Y = variasi reduksi
 = koefesien dengan perhitungan :
1
 = x - Yn

1 m

 n
dimana :
x = harga rata-rata tinggi hujan dari tahun ke 1 – tahun ke N
m = standar deviasi dari harga rata-rata tinggi hujan
n = harga rata-rata yang diharapkan
Setelah didapatkan persamaan regresi kemudian diplotkan oada Gumbels
Extrem Probability Paper sehingga diperoleh suatu garis lurus yang menyatakan
hubungan antara periode ulang hujan dengan hujan harian maksimum.
2. Periode Ulang Hujan(PUH)
Adalah periode yang menyatakan kemungkinan terjadi tinggi hujan yang sama
dengan intensitas yang sama dalam satu kali periode ulang yang ditetapkan.
Penentuan PUH berhubungan dengan faktor resiko dalam perencanaan tambang.
Setelah PUH ditetapkan maka dapat dibaca nilai extrem dari hujan harian
berdasarkan garis regresi yang telah dibuat. Selanjutnya dapat digunakan untuk
rancangan intensitas curah hujan. Jika angka tersebut dikorelasikan dengan
durasi maka dapat dihitung intensitas curah hujannya. Sedangkan untuk
menghitung nilai hujan harian maksimum menggunakan persamaan Gumbels :
x
Xr = x + (Yr  Yn )
n
dimana :
Xr = hujan harian maksimum
x = curah hujan harian rata-rata
x = standar deviasi
n = expected standar deviasi
Yr = expected reduksi untuk periode ulang hujan selam 5 tahun
Yn = expected mean
Setelah diperoleh data tersebut, pengolahan curah hujan adalah sebagai berikut :
- Perhitungan intensitas hujan
Dimaksudkan untuk mendapoatkan kurva durasi yang selanjutnya dapat dipakai
untuk dasar perencanaan debit limpasan hujan pada daerah penelitian. Rumus
yang digunakan adalah rumus Hasper yaitu :
11 .300 t. Xt 
a. 1<t<24, maka R =
t  3,12.100 

1.300 t. R1


b. 0<t<1, maka R =
t 3,12.100 

1,218t  54
dan R1 = Xt .
Xt 1  t   1,272t
dimana :
R,R1 = curah hujan menurut Hasper, mm
Xt = curah hujan maksimum yang dipilih, mm
t = durasi hujan, menit
Untuk menentukan intensitas curah hujan menurut Hasper digunakan rumus :
R
I = , mm/jam
T
dimana :
I = intensitas curah hujan, mm/jam
R = curah hujan menurut Hasper, mm
T = waktu terkumpulnya air, jam
- Pemilihan rumus intensitas curah hujan
Harga-harga intensitas curah hujan (I) tergantung dari harga yang digunakan (t).
Penyederhanaan persamaan tersebut dilakukan dengan metode : Talbot, Sherman,
dan Ishiguro. Rumus-rumus yang digunakan untuk perhitungan adalah
1. Untuk jenis I menurut Talbot
Rumus ini menetapkan bahwa tetapan a dan b ditentukan dengan harga yang
diukur yaitu :
a
I =
tb

  Lt    I     I .t 
2 2
I
N.  I     I 
a = 2 2

 I.  Lt   N.  I .t  2

N   I   (  I)
b = 2 2

2. Untuk jenis II menurut Sherman


Rumus ini untuk jangka waktu t curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam.
a
I =
tn

Log a =
 log I.  log t     log t.log I . log t
2

N   log t     log t  2
2

 log I. log t  N.  log t.log I


N  log t  _  Logt 
n = 2 2

3. Untuk jenis III menurut Ishiguro


a
I =
tb
a =
  I. t   I     I . t  I
2 2

N  I     I
2 2

B. Infiltrasi
Air cair yang diterima pada permukaan bumi akhirnya, jika permukaan tidak
kedap air, dapat bergerak ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan kapiler
dalam suatu aliran yang disebut infiltrasi. Proses infiltrasi yang pertama adalah tanah
menyerap air yang datang untuk meningkatkan kelembaban tanah dan selanjutnya
mengalir ke badan air tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi :
1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah.
2. Kelembaban tanah.
3. Waktu dan temperatur.
4. Pemampatan curah hujan
5. Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus
6. Pemampatan oleh manusia
7. Struktur tanah
8. Tumbuh-tumbuhan
9. Udara
Penentuan laju infiltrasi sebagai suatu faktor dalam proses limpasan
menggunakan cara-cara alami yang mendasarkan atas pembanding laju pasokan hujan
dan limpasan permukaan :
1. Hidrograf aliran sungai kecil
Pada suatu kasus Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kecil (hingga untuk sekitar
0,04 km2) penentuan kehilangan infiltrasi jauh lebih rumit dibanding dengan
penentuan yang dilakukan oleh simulator hujan. Perkiraan kehilangan total
dimungkinkan dengan asumsi bahwa intensitas kehilangan selama hujan tidak
beragam dengan waktu (konstan).
2. Pendugaan infiltrasi pada daerah aliran sungai yang besar.
Pada DAS yang besar terdapat ciri-ciri yang khusus (seperti jatuhan hujan yang
tidak seragam, keragaman yang besar dalam tanah dll) yang mempengaruhi
infiltrasi. Ciri-ciri ini menyebabkaan agihan infiltrasi tidak seragam. Karena itu
penentuan kapasitas infiltrasi dengan bantuan hidrograf limpasan dianjurkan
untuk DAS yang kecil.

C. Air Limpasan
Limpasan adalah bagian presipitasi (juga kontribusi air permukaan dan bawah
permukaan) yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan nampak pada saluran
permukaan dari bentuk permanen maupun terputus-putus.
Macam-macam limpasan:
- Limpasan permukaan : bagian limpasan yang melintang di atas permukaan tanah
menuju saluran sungai.
- Limpasan bawah permukaan : limpasan ini merupakan sebagian dari limpasan
permukaan yang disebabkan oleh bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke tanah
permukaan dan bergerak secara lateral melalui horizon-horizon tanah bagian atas
ke dalam tanah.
Penggambaran hubungan antara presipitasi (P), penguapan (E), limpasan (R), dan
perubahan penyimpangan (dS) adalah sebagai berikut :
P = E + R . dS
Besarnya air limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi dengan besarnya
penyimpangan dan penguapan. Besarnya air limpasan tergantung pada banyak
faktor antara lain jenis presipitasi yaitu air hujan atau air salju, intensitas curah
hujan, lamanya hujan, distribusi curah hujan dalam daerah penyaliran, arah
pergerakan curah hujan. Faktor yang paling berpengaruh adalah kondisi
penggunaan lahan dan kemiringan atau perbedaan ketinggian daerah hulu dan
hilirnya. Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan rumus
sebagai berikut 1):
Q = 0,278 . C . I . A
Keterangan :
Q = debit air, m3/dt
C = koefesien limpasan\
I = intensitas curah hujan, mm/jam
A = luas penangkap hujan, km2
Koefesien limpasan (C) adalah bilangan yang menunjukan perbandingan antara
besar air limpasan terhadap besarnya curah hujan. Adapun cara menentukan koefesien
limpasan adalah :
- Tentukan curah hujan rata-rata dalam suatu daerah
- Ubah nilai curah hujan dalam satuan mm/tahun
- Hitung jumlah air yang mengalir pada tahun t, dengan cara mencatat rata-rata
debit bulanan
- Hitung volume total curah hujan dalam tangkapan hujan dengan cara mengalikan
luas area (A) yaitu :
P
Volume P = . A
1000
Keterangan :
P = Jumlah curah hujan, mm/tahun
A = Luas area, m2
Sehingga koefesien limpasan (C) adalah:
d.86400.Q
C  P / 100.A
Keterangan :
C = koefesien limpasan
Q = debit air per bulan , m3/detik
P = curah hujan rata-rata selama 1 tahun
A = luas area, m2
Waktu terkumpulnya air dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich :
tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,382
Keterangan :
tc = waktu terkumpulnya air, menit
L = jarak titik terjauh sampai tempat berkumpulnya air, m\
S = beda ketinggian dari titik terjauh sampai tempat berkumpulnya air (titik
pengamatan), m

D. Air tanah
Lebih dari 98 % dari semua air di atas bumi tersembunyi di bawah permukaan
dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua persen sisanya adalah apa yang
kita lihat di danau, sungai dan reservoir1). Jumlah air tanah yang besar memerankan
peranan penting dalam sirkulasi air alami. Asal-muasal air tanah juga dipergunakan
sebagai konsep dalam mengggolongkan air tanah ke dalam 4 macam yang jelas, yaitu
1. Air meteorik
Air ini berasal dari atmosfer dan mencapai mintakat kejenuhan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan :
a. Secara langsung oleh infiltrasi pada permukaan tanah
b. Secara tidak langsung oleh perembesan influen (dimana kemiringan muka air
tanah menyusup di bawah aras air permukaan kebalikan dari efluen) dari
danau, sungai, saluran buatan dan lautan.
c. Secara langsung dengan cara kondensasi uap air (dapat diabaikan)
2. Air juvenil
Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada mintakat kejenuhan dari
kerak bumi yang dalam. Selanjutnya air ini dibagi lagi menurut sumber
spesifiknya ke dalam :
a. air magmatik
b. air gunung api dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor)
3. Air diremajakan (rejuvenated)
Air yang untuk sementara waktu telah dikeluarkan dari daur hidrologi oleh
pelapukan, namun ke daur lagi dengan prosesproses metamorfisme, pemadatan
atau proses-proses yang serupa.
4. Air konat
Air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung pada saat asal
mulanya. Air tersebut biasanya sangat termineralisasi dan mempunyai salinitas
yang lebih tinggi daripada air laut.
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang dikenal
dengan akifer (juga disebut reservoir air tanah, formasi pengikat air, dasar-dasar yang
tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan jumlah air
yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa. Air
tanah juga ditemukan pada akiklud (atau dasar semi permeabel) yang mengandung air
tetapi tidak mampu memindahkan jumlah air yang nyata (sperti tanah liat).
Kondisi alami dan distribusi akifer, akiklud dan akuitard dikendalikan oleh
lithologi, stratigraphi dan struktur dari materi simpanan geologi dan formasi.
Lithologi merupakan susunan phisik dari simpanan geologi. Susunan ini termasuk
komponen mineral, ukuran buitr, dan kumpulan butir (grain packing) yang terbentuk
dari sedimentasi atau batuan yang menampilkan sistem geologi. Stratigrafi
menjelaskan hubungan geometris dan umur antara macam-macam lensa, dasar dan
formasi dalam geologi sistem dari asal terjadinya sedimentasi. Bentuk struktur seperti
pecahan, retakan, lipatan dan patahan merupakan sifat-sifat geometrik dari sistem
geologi yang dihasilkan oleh perubahan bentuk (deformasi) akibat proses
penyimpanan (deposisi) dan proses kristalisasi dari batuan. Pada simpanan yang
belum terkonsolidasi (unconsolidated deposits) lithologi dan stratigraphi merupakan
pengendali yang paling penting.
Ada tiga tipe akifer utama :
1. Akifer tidak tertekan
Akifer in (disebut juga bebas, freatik atau non-artesis) batas-batas atasnya adalah
muka air tanah. Kelengkungan dan kedalaman muka air tanah beragam
tergantung pada kondisi-kondisi permukaa, luas pengisian kembali, debit,
pemompaan dari sumur, permeabilitas, dan lain-lain.
2. Akifer tertekan
Akifer ini disebut juga akifer artesis atau akifer tekanan dimana air tanah tertutup
antara 2 strata yang relatif kedap air.Airnya ada di bawah tekanan dan bagian
atasnya dibatasi oleh permukaan piezometrik. Jika suatu sumur dimasukan dalam
akifer ini, aras air akan menaik sampai aras piezometrik dan akan membentuk
suatu sumur yang mengalir.
3. Akifer melayang
Akifer ini merupakan kasus khusus dari akife terbatas yang terjadi dimana tubuh
utama air tanah oleh stratum yang relatif kedapa air dengan luas yang kecil
4. Akifer semi tertekan
Akifer ini merupakan kasus khusus akifer bertekanan yang dibatasi oleh lapisan-
lapisan semi-permeabel.
Beberapa parameter akifer :
1. Koefesien simpanan
Koefesien simpanan diberi batas sebagai volume air yang akan dilepaskan (atau
diambil) oelh akifer ke dalam simpanan per satuan luas permukaan akifer dan per
satuan perubahan tinggi.
2. Permeabilitas
Merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media porous.
Permeabilitas selain ditentukan oleh karakteristik mineral yang membentuk
akifer juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti temperatur, udara, komposisi ion
dalam air.
Koefesien kelulusan dihitung dengan rumus Todd :
V
K
dH / dL
dimana :
K = koefesien kelulusan, m/hr
V = kecepetan aliran, m/hr
dh/dl = gradien hidrolik, m/m

Tabel 1 : Harga-harga perkiraan koefesien permeabilitas untuk bahan granular


Tipe tanah  partikel efektif () Koef. Permeabilitas
(m/hr)

Debu 2 - 20 10-2
Pasir sangat halus 20 – 200 10-1
Pasir halus 20 – 200 1
Pasir kasar 200 – 2000 10 – 10-2
-1

Kerikil dan pasir 200 – 2000 104


Kerikil > 2000 105

Tabel 2 : Porositas dan permeabilitas batuan


Tipe batuan Porositas (%) Koef. Permeabilitas (m/hr)
Kerikil 25 - 35 100 - 1000
Pasir 30 - 40 5 - 40
Konglomerat 10 - 25 5 - 15
Loess 25 - 50  0,1
Batuan pasir 5 - 20 5 - 20
Batuan pasir dengan lipatan hingga 40  50
& fraktur
Batuan kapur dengan 20 - 35  25
permeabilitas primer
Batuan kapur dengan >> 35 >> 25
permeabilitas sekunder
3. Transmisibilitas
Adalah angka yang menyatakan laju aliran air melewati satuan luas akifer per
satuan waktu. Nilai T dapat ditentukan dari hasil perkalian antara koefesien
kelulusan dengan ketebalan akifer. Menurut Todd (1976) nilai T dapat dinyatakan :
T = K x b
dimana :
T = Transmisibilitas, m2/hr
K = Koefesien kelulusan, m/hr
b = ketebalan akifer, m
4. Ketebalan akifer
Ditentukan dari data pemboran. Meskipun ketebalan ini tidak pernah konstan, dalam
menganggap bahwa suatu akifer mempunyai ketebalan yang seragam, diambil suatu
nilai rata-rata. Ketebalan ini dapat mencapai ukuran puluhan meter.
Gerakan air tanah sebagian hasil dari cara-cara bahan diendapkan semula, akifer
hampir tidak pernah seragam dalam ciri-ciri hidroliknya. Bahkan bila struktur geologi
sistem akifer diketahui detil gerakan air di dalamnya sulit untuk diketahui. Banyak detil
gerakan air tanah masih jauh dari jelas.
Tetapi proses umum gerakan air tanah, sangatlah sederhana, suatu gerakan yang
didorong oleh gaya berat, ditahan oleh gesekan cairan pada medium yang poreus. Bila
kita bawa prinsip-prinsip yang sederhana itu pada perlakuan matematis dari aliran air
tanah, asumsi dan generalisasi tertentu harus dilakukan.
Beberapa asumsi itu adalah :
- Akifer haruslah homogen dan isotropik
- Lapisan-lapisan semi tembus mempunyai ketahanan hidrolik yang seragam
- Koefesien permeabilitas merupakan invarian waktu\
- Transmisibilitas suatu akifer bebas adalah konstan
- Koefesien cadangan atau simpanan adalah konstan
- Pelepasan air dari cadangan adalah seketika
- Mintakat kapiler dapat diabaikan
Dengan menggunakan kriteria ini, aliran air tanah untuk keadaan tunak (nilai-nilai
konstan dengan waktu pada titik yang berbeda pada akifer-stasioner), tak tunak
(kerapatan air tetap konstan) diperlakukan secara matematis. Persamaan dasar yang
menjelaskan ini didasarkan atas hukum Darcy.
Darcy, (1856) mendapatkan dalam percobaan bahwa Q berbanding langsung dengan
H dan A, berbanding terbalik dengan S. Karena itu denganmemperkenalkan koefesien
permeabilitas sebagai konstanta yang sebanding dia mengembangkan 1):
(1  2 )
Qk A
S
dimana : Q = debit (m3/detik)
Dengan memperhatikan q = Q / A, debit spesifik , dan dengan memperkenalkan
suatu tanda negatif untuk menunjukan bahwa aliran berada dalam arah bagian atas yang
menurun, maka persamaan Darcy-nya, sebagai berikut :
d
q  k
dS
dimana :
q = debit spesifik, m/dt
k = koefesien permeabilitas, m/dt
d
= gradien hidrolik
dS
Debit spesifik bukanlah kecepatan aliran air , karena, A merupakan luas irisan
melintang total sedang air mengalir hanya melalui pori-pori pada luas A ini. Karena itu,
kecepetan air ( V ) dapat ditentukan sebagai berikut :
q
V
n
dimana :
V = kecepatan air, m/dt
n = porositas
E. Pengeboran
Upaya untuk mencari dan mengeluarkan atau meniriskan air tanah yang terdapat
pada daerah potensi air pada batuan dilakukan dengan jalan pengeboran 4). Yang
bertujuan mencegah air tanah yang akan masuk ke dalam cave dan mencegah terjadi
genangan air pada lubang bukaan.
Pengeboran dilakukan dengan melihat data-data yang didapat dari suatu
kegiatan eksplorasi diantaranya data RQD (Rock Quality Design) dan peta penampang
geolog2). Caranya dengan menggunakan metode kombinasi dengan lubang bukaan.
Metode ini dilakukan dengan menyalurkan air permukaan ke dalam terowongan (dari
suatu level ke level bawahnya). Dengan cara ini pekerjaan penirisan cukup efektif
karena air akan mengalir sendiri secara gravitasi sehingga tidak memerlukan pompa.

F. Saluran Penyaliran
Air yang menggenangi suatu daerah penambangan harus segera dialirkan keluar
dari daerah tersebut melalui saluran penyaliran menuju ke luar daerah penambangan.
Ada beberapa bentuk saluran penyaliran yaitu bentuk : trapesium, persegi panjang dan
setengah lingkaran6)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk penyaliran antara lain :
- Jumlah debit air yang masuk.
- Gradien dari saluran\
- Koefesien kekerasan
- Kemiringan dari sisi-sisi saluran\
Koefesien kekerasan dapat dilihat dengan menggunakan Manning dan selanjutnya
dapat direncanakan dimensi saluran penyaliran. Hal penting dalam penentuan dimensi
dan bentuk saluran penyaliran adalah debit air harus sesuai rencana, tidak terjadi
pengendapan. Untuk menentukan jumlah debit air yang mengalir pada saluran
digunakan rumus Manning, yaitu :
Q = A . ( 1 / n ) . R2/3 . I1/2
dimana :
A = luas penampamng saluran air, m2
Q = debit aliran, m3/dt
n = koefesien kekerasan dinding saluran
R = jari-jari hidrolik (A/P), m
Untuk mencari ukuran dari penampang saluran supaya dapat menghantarkan debit
aliran tertentu digunakan rumus Manning :
n.Q
AR2/3 =
S

dimana :
AR2/3 = faktor penampang
Q = debit air yang dialirkan, m3/menit
S = kemniringan dasar saluran, %
n = nilai kekasaran saluran manning tergantung paa keadaan saluran.

2. Data yang diambil atau diperlukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini antara
lain :
A. Data primer
Data penting yang digunakan untuk membahas masalah yang dihadapi antara lain :
- data curah hujan - metode penirisan daerah tambang
- efesiensi kerja - metode penambangan\
- porositas tanah - keadaan air anah
- peta geologi - sifat fisis batuan dan akifer
- struktur geologi - RQD, dll
B. Data sekunder
Data pendukung yang dapat membantu menganalisa permasalahan dan untuk
memberi alternatif penyelesaian antara lain :
- lokasi kesampaian daerah
- iklim
- stratigrafi daerah
- dan lain-lain
3. Analisis Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah Tugas Akhir ini adalah dengan membandingkan hasil
pengamatan di lapangan dengan teori serta rumus-rumus yang ada, kemudian
menganalisa hasil dari pengolahan data dan memberikan alternatif solusi bagi
perusahaan.
Hasil yang diharapkan adalah dapat diatasinya air yang masuk ke daerah kerja
penambangan dengan cara merencanakan pekerjaan pemboran (drilling), pembuatan
saluran penyaliran, memilih bentuk penyaliran, merubah pola aliran air, aspek alat
pemboran. Sehingga air yang ada saat ini dan yang akan datang tidak mengganggu
jalannya aktifitas penambangan.

VI. METODOLOGI PENELITIAN


Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggabungkan antara teori dengan data
di lapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah. Dan metodologi
penelitian yang dilakukan adalah :
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang dan
diperoleh dari :
- perpustakaan
- laporan penelitian perusahaan
2. Pengamatan lapangan\
Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan pengamatan
langsung terhadap semua kegiatan yang akan diambil datanya.
3. Pengambilan data
Dengan jalan melakukan pengukura, meneliti produksi dan wawancara. Data yang
diambil harus akurat dan relevan dengan permasalahan yang ada.
4. Akuisisi data
Bertujuan untuk :
- mengumpulkan dan mengelompokan data agar lebih mudah di analisa\
- mengetahui keakuratan data
- mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili obyek pengamatan
5. Pengolahan data
Yaitu dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran. Selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan rangkaian perhitungan dalam suatu proses
tertentu.
6. Analisis hasil pengolahan data
Untuk memperoleh kesimpulan sementara dan diolah lebih lanjut pada bagian
pembahasan
7. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah
dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.

VII. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan Februari Maret April


Minggu I II III IV I II III IV I II III IV
1 Studi literatur X X X X
2 Pengamatan X X X
3 Pengambilan data X X X X X X
4 Pengolahan data X X X X X X
5 Penyusunan draft X X X X

VIII. RENCANA DAFTAR ISI


RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Bab
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN UMUM
A. Lokasi dan kesampaian daerah
B. Iklim dan curah hujan
C. Cadangan dan keadaan geologi
D. Kegiatan penambangan
III. DASAR TEORI
A. Pengaruh air dalam tambang bawah tanah
B. Sumber air tambang bawah tanah
C. Pemboran air tanah
D. Saluran penyaliran
IV. SISTEM PENYALIRAN DI TAMBANG BAWAH TANAH DOZ
A. Sistem penyaliran
B. Pemboran air tanah
C. Saluran penyaliran
V. PEMBAHASAN
A. Pola aliran air
B. Pemboran air tanah
C. Penyaliran genangan air
VI. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Ersin Seyhan, (1995), “Dasar-dasar Hidrologi”, Gajah Mada University Press.
2. Made Astawa Rai, (1988), “Mekanika batuan”, ITB.
3. Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda, (1980), ”Hidrologi untuk Pengairan”,
PT Pradnya Paramita, Jakarta

4. Rudi Sayoga GB., (1990), “Sistem Penirisan Tambang”.Kursus Pengawas Tambang,


Jurusan Teknik Pertambangan, FTM, ITB

5. Robert J. Kodoatie, (1996), “Pengantar Hidrogeologi”, Penerbit ANDI Yogyakarta.

6. Van Te Chow, (1986), “Hidrolika Saluran Terbuka”, Penerbit Airlangga Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai