Anda di halaman 1dari 9

Konstitusi dan UUD 1945

Makalah untuk memenuhi Tugas PKN

Dosen Pengampu Mata Kuliah PKN : Ibu Emi Setianingsih S.Fil M.Fil

Penulis :

1) Casilda Aulia Rakhmadina


NIM : 145100107111006
2) Efriza Putri Sabrina
NIM : 145100107111005
3) Kartika Lamtiur P.
NIM : 145100101111056
4) Nisrina Sari Nastiti
NIM : 145100107111009
5) Rizkhia Junio Agrin Aghata
NIM : 145100101111051

Fakultas Teknologi Pertanian/Teknologi Hasil Pertanian

Kelas Q

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam sebuah negara, pastilah kita mendapati adanya dasar negara dan kedaulatan.
Tidak disebut negara apabila negara tersebut tidak memiliki dasar-dasar berdirinya sebuah
negara. Begitu pula dengan Indonesia. Kita mengenal dasar negara Indonesia ini adalah
Pancasila dan UUD 1945. Kedua dasar negara ini memiliki nilai penting dalam kehidupan
bangsa. Kedua dasar negara tersebut berisi landasan negara, cita-cita, juga pedoman hidup
bangsa Indonesia. Pancasila dikenal sebagai landasan (EMPTY), sedangkan UUD 1945
sebagai (EMPTY).

Selain dasar negara Pancasila dan UUD 1945, kita juga mengenal istilah konstitusi.
Konstitusi menggambarkan struktur negara dan bekerjanya lembaga-lembaga negara.
Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban pemerintah. Konstitusi merupakan
pelengkap dari dasar negara yang dibuat oleh pemerintah.

Dalam ulasan kali ini, penulis akan membahas pengertian konstitusi dan undang-
undang dasar 1945, keterkaitan dua hal tersebut, nilai-nilai penting yang terkandung
dalam dua hal tersebut, fungsi dari kedua hal tersebut dan mengapa kedua hal tersebut
menjadi sesuatu yang penting untuk bangsa Indonesia itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian Konstitusi dan UUD 1945?
2) Bagaimana sejarah pembentukan Konstitusi dan UUD 1945?
3) Apa keterkaitan antara Konstitusi dan UUD 1945?
4) Apa saja nilai-nilai penting yang terkandung dalam Konstitusi dan UUD 1945?
5) Apa saja fungsi dari Konstitusi dan UUD 1945?
6) Mengapa Konstitusi dan UUD 1945 menjadi penting untuk bangsa Indonesia?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian Konstitusi dan UUD 1945
2) Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Konstitusi dan UUD 1945
3) Untuk mengetahui hubungan keterkaitan antara Konstitusi dan UUD 1945
4) Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai penting yang terkandung di dalam isi Konstitusi
dan UUD 1945
5) Untuk mengetahui apa saja fungsi yang terdapat dalam Konstitusi dan UUD 1945
6) Untuk mengetahui seberapa penting peran Konstitusi dan UUD 1945 bagi bangsa
Indonesia

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konstitusi dan UUD 1945


Di bagian ini akan dibahas pengertian Konstitusi dan UUD 1945 secara lebih rinci.
Konstitusi sendiri adalah hukum dasar/hukum utama dari sebuah negara. Konstitusi
menggambarkan struktur negara dan bekerjanya lembaga-lembaga negara dan juga
menjelaskan kekuasaan dan kewajiban pemerintah. Suatu konstitusi memuat aturan atau
sendi-sendi pokok yang bersifat fundamental untuk menegakkan bangunan besar yang
bernama “Negara”.

Sementara itu, UUD 1945 merupakan hukum dasar yang menetapkan struktur dan
prosedur organisasi yang harus diikuti oleh otoritas publik agar keputusan-keputusan yang
dibuat mengikat komunitas politik.

2.2 Sejarah Singkat Terbentuknya Konstitusi dan UUD 1945

Sejarah adanya Konstitusi di Indonesia

Konstitusi disusun oleh sebuah panitia yang terdiri dari pemimpin-pemimpin politik
dan pakar-pakar hukum. Panitia ini bekerja terburu-buru menjelang pernyataan kemerdekaan.
Akibatnya banyak hal yang tidak diatur secara rinci sehingga mudah dimanipulasi oleh
pemerintah. Inilah yang terjadi selama 25 tahun kekuasaan Orde Baru.

Sejarah Terbentuknya UUD 1945

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk


pada tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa
sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei 1945 s/d 1 Juni 1945, Ir. Soekarno
menyampaikan gagasan tentang “Dasar Negara” yang diberi nama Pancasila. Pengesahan
UUD 1945 dilakukan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada
tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa sidang
kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan ( BPUPK ). Nama badan ini tanpa
kata “ INDONESIA”, karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Tanggal 18
Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia.

2.3 Keterkaitan Konstitusi dan UUD 1945

Konstitusi dan UUD 1945 seperti suatu hal penting yang berjalan beriringan. Kedua
hal ini tidak dapat dipisahkan dalam tata kehidupan bangsa Indonesia. Dalam bagian ini akan
dijabarkan apa-apa saja keterkaitan antara Konstitusi dan UUD 1945.

Konstitusi dan UUD 1945 mempunyai hubungan secara yuridis, filosofis dan
sosiologis. Berikut ulasan lebih lengkapnya :

a. Secara Yuridis : Keterkaitan dasar negara dengan konstitusi bahwa konstitusi


mengandung pokok-pokok pikiran dasar negara yang diwujudkan dalam bentuk pasal-
pasal.
b. Secara Filosofis : Konstitusi di dasarkan pada filosofil bangsa tersebut yang
berakar pada budaya bangasa.
c. Secara Sosiologis : Konstitusi dapat menampung nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat yang bersumber kepada dasar negara dalam penyelenggaraan
pemerintahan .

Menurut Miriam Budiardjo, setiap Undang-undang Dasar / Konstitusi memuat


ketentuan-ketentuan sebagai berikt :

1. Organisasi Negara.
Misalnya: pembagian kekuasaan antara badan Eksekutif, Legeslatif dan Yudikatif.
Masalah pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat / pemerintah federal dengan
pemerintah daerah / pemerintah negara bagian; Prosedur penyelesaian masalah
pelanggaran yurisdiksi lembaga negara.
* Pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Legislatif di Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
2. Hak-hak asasi manusia
Di Indonesia sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM).

3. Prosedur mengubah Undang-undang dasar


Mengubah UUD suatu negara dapat dilakukan, tetapi tidak mudah untuk sewenang-
wenang melakukan itu.

4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari Undang-


undang Dasar.
Kita dapat mengakui pada UUD 1945 telah ada perubahan. Akan tetapi adakalanya
perubahan itu tidak dapat dilakukan oleh sebab-sebab/sifat tertentu sehingga ia tidak
dapat dirubah.

HUBUNGAN PENDAPAT MERIAM BUDIARJO ATAS UUD 1945

1. Pendapat Meriam Budoarjo Yang mengatakan bahwa dalam konstitusi terdapat


pembagian kekuasaan sangat jelas adanya dalam UUD 1945. Dalam UUD 1945 pada
Bab II (Majelis Permusyawaratan Rakyat), Bab III (Kekuasaan Pemerintahan
Negara), Bab V (Kementerian Negara), Bab VI (Pemerintah Daerah), Bab VII
(Dewan Perwakilan Rakyat), Bab VIIA (Dewan Perwakilan Daerah), Bab VIIIA
(Badan Pemeriksa Keuangan) dan Bab XI (Kekuasaan Kehakiman).Adanya Bab-bab
ini membuktikan bahwa dalam UUD 1945 Jelas terdapat pembagian kekuasaan antara
Kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.

2. Pendapat Meriam Budiarjo yang mengatakan bahwa dalam konstitusi terdapat Hak
asasi manusia (HAM) juga sangat jelas dalam undang-undang dasar 1945. Dalam
UUD 1945 Pada Bab XA (Hak asasi manusia). Misalnya Dalam UUD 1945 bab XA
PAsal 28A yang Mangatakan Setiap Orang berrhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya dan banyak lagi pasal dalam Bab XA ini
yang menjelaskan tentang Hak asasi Manusia.

3. Pendapat Meriam Budiarjo Yang mengatakan Bahwa dalam Konstitusi tedapat


Prosedur mengubah UUD Juga jelas dalam Undang-undang dasar 1945. Pada Bab
XVI (Perubahan Undang-undang dasar). Pada bab Ini Dijelaskan tentang prosedur
mengubah Undang-undang dasar. Misalnya Pada Pasal 37
(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.
(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang hadir.

4. Pendapat Meriam Budiarjo yang mengatakan bahwa dalam konstitusi ada kalanya
larangan mengubah sifat tertentu dari UUD. Setelah mengamati UUD 1945, tidak
ditemukan adanya pembahasan mengenai Larangan mengubah siat tertentu dari UUD.
Yang ditemukan hanya Larangan memberlakukan suatu Badan Negara atau Peraturan
jika belum diadakan yang baru menurut UUD. Hal ini terdapat pada Aturan Peralihan
Pasal II yang mengatakan bahwa Segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar
ini.

Hubungan Konstitusi dan UUD 1945 tidak hanya berlaku di Indonesia. Keterkaitan ini
juga berlaku di negara-negara lain yang menganut sistem liberal dan komunis. Berikut
penjelasannya sekaligus perbandingan Hubungan Konstitusi dan UUD di negara demokrasi,
liberal dan komunis :

 Hubungan dasar negara dan konstitusi di Indonesia


Dapat dilihat dari hubungan antara sila-sila pancasila yang termuat pada pembukaan
UUD 1945 dengan pasal-pasal yang termuat dalam batang tubuh UUD 1945.
Pasal-pasal UUD adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang ada dalam
pembukaan UUD 1945.

 Hubungan dasar negara dan konstitusi di negara liberal (As)


Konstitusi yang di buat bertujuan untuk :
- Menegakkan keadilan
- Menjamin keamanan dalam negeri
- Menyediakan pertahanan umum
- Memajukan kesahteraan umum
- Mengamankan kemerdekaan rakyat As yang dianggap sebagai anugerah dari sang
pencipta

 Hubungan dasar negara dan konstitusi di negara komunis (Uni soviet)


Dasar negara Uni soviet adalah komunisme. Hal itu di nyatakan di dalam pembukaan
konstitusi 1977 hubungn dasar negara komunisme dengan pasal-pasal dalam
konstitusi Uni Soviet terdapat di dalam alinea terakhir.
Ajaran komunisme di jabarkan kedalam aturan pokok tentang kehidupan bernegara
yang sesuai dengan komunisme di dalam konstitusi Uni Soviet.

2.4 Nilai-nilai Penting yang Terkandung di dalam Konstitusi dan UUD 1945
Eksistensi suatu “negara” yang diisyaratkan oleh A.G. Pringgodigdo, baru riel-ada
kalau memenuhi empat unsur: (1) memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat, (2)
wilayah tertentu, (3) rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan (4)
pengakuan dari negara-negara lain. Dari ke empat unsur untuk berdirinya suatu negara ini
belumlah cukup menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada
hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah Konstitusi atau
Undang Undang Dasar.

Untuk memahami hukum dasar suatu negara, juga belum cukup kalau hanya dilihat
pada ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam Undang Undang Dasar atau konstitusi saja,
tetapi harus dipahami pula aturan-aturan dasar yang muncul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis, atau sering dicontohkan dengan “konvensi”
ketatanegaraan suatu bangsa. Sebab dengan pemahaman yang demikian inilah “ketertiban“
sebagai fungsi utama adanya hukum dapat terealisasikan.

Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi (grondwet) dari dua segi.
Pertama, dari segi isi (naar de inhoud) karena konstitusi memuat dasar (grondslagen) dari
struktur (inrichting) dan memuat fungsi (administratie) negara. Kedua, dari segi bentuk
(naar demaker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarang orang atau lembaga.
Mungkin bisa oleh seorang raja, raja dengan rakyat, badan konstituante, atau lembaga
diktator. Pada sudut pandang yang kedua ini, K.C. Wheare mengkaitkan pentingnya kon-
stitusi dengan pengertian hukum dalam arti sempit, di mana konstitusi dibuat oleh badan yang
mempunyai “wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan
kekuatan hukum pada konstitusi. Tapi dalam kenyataannya tidak menutup kemungkinan
adanya konstitusi yang sama sekali hampa (tidak sarat makna, kursif penulis), karena tidak
ada pertalian yang nyata antara pihak yang merumuskan dan membuat konstitusi dengan
pihak yang benar-benar menjalankan pemerintahan negara. Sehingga konstitusi hanya
menjadi dokumen historis semata atau justru menjadi tabir tebal antara perumus atau peletak
dasar konstitusi dengan pemerintah pemegang astafet berikutnya. Kondisi obyektif semacam
inilah yang menjadi salah satu penyebab jatuh bangunnya suatu pemerintahan yang sering
diikuti pula oleh perubahan konstitusi negara tersebut. Seperti yang pernah terjadi di
Philiphina, Kamboja, dan lain sebagainya.

Tidak heran, kalau dalam praktek ketatanegaraan suatu negara dijumpai suatu
konstitusi yang tertulis tidak berlaku secara sempurna, oleh karena salah satu dari beberapa
pasal di dalamnya tidak berjalan atau tidak dijalankan lagi. Atau dapat juga karena konstitusi
yang berlaku itu tidak dijalankan, karena kepentingan suatu golongan/kelompok atau
kepentingan pribadi penguasa semata. Disamping itu tentunya masih banyak nilai-nilai dari
konstitusi yang dijalankan sesuai dengan pasal-pasal yang tercantum di dalamnya.

Dari pemikiran tersebut, Karl Loewenstein mengadakan suatu penyelidikan mengenai


apakah arti dari suatu konstitusi tertulis (UUD) dalam suatu lingkungan nasional yang
spesifik, terutama kenyataannya bagi rakyat biasa sehingga membawanya kepada tiga jenis
penilaian konstitusi sebagai berikut:

1. Konstitusi yang mempunyai nilai Normatif

Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi
tersebut bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akari tetapi juga merupakan suatu kenyataan
yanghidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif. Dengan kata lain konstitusi itu
dilaksanakan secara murni dan konsekuen.

2.Konstitusi yang mempunyai nilai Nominal

Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara hukum konstitusi itu berlaku, tetapi
kenyataannya kurang sempurna. Sebab pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam
kenyataannya tidak berlaku.

3.Konstitusi yang mempunyai nilai Semantik

Suatu konstitusi disebut mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara hukum
tetap berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari
tempat yang telah ada, dan dipergunakan untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi
konstitusi tersebut hanyalah sekedar suatu istilah belaka, sedangkan dalam pelaksanaannya
hanyalah dimaksudkan untuk kepentingan pihak penguasa.

Isi konstitusi umumnya hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat garis-garis
besar sebagai instruksi kepada pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk
menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Aturan-aturan asing lebih rinci
diserahkan pengaturannya kepada undang-undang yang berada dibawah konstitusi, yang lebih
mudah untuk dibuat, diperbaharui, maupun dicabut.

Pada umumnya konstitusi atau UUD berisi :

 Pernyataan tentang ideology dasar Negara atau gagasan-gagasan moral


kenegaraan
 Ketentuan tentang struktur organisasi Negara

 Ketentuan tentang perlindungan hak-hak manusia

 Ketentuan tentang prosedur mengubah UUD

 Larangan mengubah sifat tertentu dari UUD

2.5 Apa Saja Fungsi dari Konstitusi atau UUD 1945

Konstitusi atau UUD sebagai sumber hukum tertinggi dan sumber segala kewenangan, karena
UUD 1945 itu merupakan sumber dari segala sumber hukum, sumber dari segala
kewenangan, sumber dari segala badan kenegaraan.
Fungsi UUD 1945 adalah sebagai pedoman acuan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Konstitusi atau UUD memiliki 2 fungsi pokok, yaitu menentukan dan membatasi
kekuasaan penguasa Negara dan penjamin hak-hak asasi manusia. Melalui pembagian
kekuasaan Negara, konstitusi menentukan dan membatasi kekuasaan penguasa, sedangkan
melalui aturan tentang hak asasi, konstitusi memberi perintah agar penguasa Negara
melindungi hak-hak asasi manusia warga Negara dan penduduknya.
2.6 Mengapa Konstitusi dan UUD 1945 Menjadi Penting Untuk Bangsa Indonesia

Konstitusi atau UUD menjadi penting karena konstitusi sebagai dokumen nasional
yang mengandung perjanjian luhur, berisi kesepakatan-kesepakatan tentang politik, hokum,
pendidikan, budaya, ekonomi, kesejahteraan dan aspek fundamental yang menjadi tujuan
Negara. Konstitusi juga berfungsi sebagai piagam kelahiran, sebagai sumber hokum tertinggi,
sebagai identitas nasional dan lambing persatuan, sebagai alat membatasi kekuasaan, serta
pelindung HAM dan kebebasan warga Negara.

Konstitusi suatu Negara merupakan dasar bagi terciptanya rule of law yang artinya
dengan konstitusi yang ada akan dibuat peraturan untuk memegang dan melaksanakan
kekuasaan, sehingga ada pencegahan agar kecenderungan untuk menyalahgunakan kekuasaan
tidak terjadi. Konstitusi mempunyai kedudukan sebagai hokum dasar, karena berisi aturan-
aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara, juga
memuat tentang lembaga Negara sekaligus kewenangannya, serta peraturan perundang-
undangan beserta isinya. Konstitusi juga memiliki kedudukan sebagai hokum tertinggi dalam
suatu Negara. Aturan yang terdapat dalam konstitusi pun memiliki kedudukan yang lebih
tinggi terhadap aturan lainnya, sehingga aturan lain harus sesuai dengan konstitusi.

3.1 Kesimpulan

UUD 1945 dan Konstitusi memiliki peran penting untuk bangsa Indonesia. UUD
1945 sebagai dasar negara yang menjadi pedoman dalam menjalankan roda pemerintahan
yang mencakup hukum, norma dalam masyarakat, HAM, agama dan lain sebagainya.
Sedangkan konstitusi memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat garis-garis besar sebagai
instruksi kepada pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan
kehidupan negara dan kesejahteraan sosial.

Anda mungkin juga menyukai