Dosen Pengampu Mata Kuliah PKN : Ibu Emi Setianingsih S.Fil M.Fil
Penulis :
Kelas Q
BAB 1
PENDAHULUAN
Selain dasar negara Pancasila dan UUD 1945, kita juga mengenal istilah konstitusi.
Konstitusi menggambarkan struktur negara dan bekerjanya lembaga-lembaga negara.
Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban pemerintah. Konstitusi merupakan
pelengkap dari dasar negara yang dibuat oleh pemerintah.
Dalam ulasan kali ini, penulis akan membahas pengertian konstitusi dan undang-
undang dasar 1945, keterkaitan dua hal tersebut, nilai-nilai penting yang terkandung
dalam dua hal tersebut, fungsi dari kedua hal tersebut dan mengapa kedua hal tersebut
menjadi sesuatu yang penting untuk bangsa Indonesia itu sendiri.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian Konstitusi dan UUD 1945
2) Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Konstitusi dan UUD 1945
3) Untuk mengetahui hubungan keterkaitan antara Konstitusi dan UUD 1945
4) Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai penting yang terkandung di dalam isi Konstitusi
dan UUD 1945
5) Untuk mengetahui apa saja fungsi yang terdapat dalam Konstitusi dan UUD 1945
6) Untuk mengetahui seberapa penting peran Konstitusi dan UUD 1945 bagi bangsa
Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
Sementara itu, UUD 1945 merupakan hukum dasar yang menetapkan struktur dan
prosedur organisasi yang harus diikuti oleh otoritas publik agar keputusan-keputusan yang
dibuat mengikat komunitas politik.
Konstitusi disusun oleh sebuah panitia yang terdiri dari pemimpin-pemimpin politik
dan pakar-pakar hukum. Panitia ini bekerja terburu-buru menjelang pernyataan kemerdekaan.
Akibatnya banyak hal yang tidak diatur secara rinci sehingga mudah dimanipulasi oleh
pemerintah. Inilah yang terjadi selama 25 tahun kekuasaan Orde Baru.
Konstitusi dan UUD 1945 seperti suatu hal penting yang berjalan beriringan. Kedua
hal ini tidak dapat dipisahkan dalam tata kehidupan bangsa Indonesia. Dalam bagian ini akan
dijabarkan apa-apa saja keterkaitan antara Konstitusi dan UUD 1945.
Konstitusi dan UUD 1945 mempunyai hubungan secara yuridis, filosofis dan
sosiologis. Berikut ulasan lebih lengkapnya :
1. Organisasi Negara.
Misalnya: pembagian kekuasaan antara badan Eksekutif, Legeslatif dan Yudikatif.
Masalah pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat / pemerintah federal dengan
pemerintah daerah / pemerintah negara bagian; Prosedur penyelesaian masalah
pelanggaran yurisdiksi lembaga negara.
* Pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Legislatif di Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
2. Hak-hak asasi manusia
Di Indonesia sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM).
2. Pendapat Meriam Budiarjo yang mengatakan bahwa dalam konstitusi terdapat Hak
asasi manusia (HAM) juga sangat jelas dalam undang-undang dasar 1945. Dalam
UUD 1945 Pada Bab XA (Hak asasi manusia). Misalnya Dalam UUD 1945 bab XA
PAsal 28A yang Mangatakan Setiap Orang berrhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya dan banyak lagi pasal dalam Bab XA ini
yang menjelaskan tentang Hak asasi Manusia.
4. Pendapat Meriam Budiarjo yang mengatakan bahwa dalam konstitusi ada kalanya
larangan mengubah sifat tertentu dari UUD. Setelah mengamati UUD 1945, tidak
ditemukan adanya pembahasan mengenai Larangan mengubah siat tertentu dari UUD.
Yang ditemukan hanya Larangan memberlakukan suatu Badan Negara atau Peraturan
jika belum diadakan yang baru menurut UUD. Hal ini terdapat pada Aturan Peralihan
Pasal II yang mengatakan bahwa Segala badan negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar
ini.
Hubungan Konstitusi dan UUD 1945 tidak hanya berlaku di Indonesia. Keterkaitan ini
juga berlaku di negara-negara lain yang menganut sistem liberal dan komunis. Berikut
penjelasannya sekaligus perbandingan Hubungan Konstitusi dan UUD di negara demokrasi,
liberal dan komunis :
2.4 Nilai-nilai Penting yang Terkandung di dalam Konstitusi dan UUD 1945
Eksistensi suatu “negara” yang diisyaratkan oleh A.G. Pringgodigdo, baru riel-ada
kalau memenuhi empat unsur: (1) memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat, (2)
wilayah tertentu, (3) rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan (4)
pengakuan dari negara-negara lain. Dari ke empat unsur untuk berdirinya suatu negara ini
belumlah cukup menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada
hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah Konstitusi atau
Undang Undang Dasar.
Untuk memahami hukum dasar suatu negara, juga belum cukup kalau hanya dilihat
pada ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam Undang Undang Dasar atau konstitusi saja,
tetapi harus dipahami pula aturan-aturan dasar yang muncul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis, atau sering dicontohkan dengan “konvensi”
ketatanegaraan suatu bangsa. Sebab dengan pemahaman yang demikian inilah “ketertiban“
sebagai fungsi utama adanya hukum dapat terealisasikan.
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi (grondwet) dari dua segi.
Pertama, dari segi isi (naar de inhoud) karena konstitusi memuat dasar (grondslagen) dari
struktur (inrichting) dan memuat fungsi (administratie) negara. Kedua, dari segi bentuk
(naar demaker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarang orang atau lembaga.
Mungkin bisa oleh seorang raja, raja dengan rakyat, badan konstituante, atau lembaga
diktator. Pada sudut pandang yang kedua ini, K.C. Wheare mengkaitkan pentingnya kon-
stitusi dengan pengertian hukum dalam arti sempit, di mana konstitusi dibuat oleh badan yang
mempunyai “wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan
kekuatan hukum pada konstitusi. Tapi dalam kenyataannya tidak menutup kemungkinan
adanya konstitusi yang sama sekali hampa (tidak sarat makna, kursif penulis), karena tidak
ada pertalian yang nyata antara pihak yang merumuskan dan membuat konstitusi dengan
pihak yang benar-benar menjalankan pemerintahan negara. Sehingga konstitusi hanya
menjadi dokumen historis semata atau justru menjadi tabir tebal antara perumus atau peletak
dasar konstitusi dengan pemerintah pemegang astafet berikutnya. Kondisi obyektif semacam
inilah yang menjadi salah satu penyebab jatuh bangunnya suatu pemerintahan yang sering
diikuti pula oleh perubahan konstitusi negara tersebut. Seperti yang pernah terjadi di
Philiphina, Kamboja, dan lain sebagainya.
Tidak heran, kalau dalam praktek ketatanegaraan suatu negara dijumpai suatu
konstitusi yang tertulis tidak berlaku secara sempurna, oleh karena salah satu dari beberapa
pasal di dalamnya tidak berjalan atau tidak dijalankan lagi. Atau dapat juga karena konstitusi
yang berlaku itu tidak dijalankan, karena kepentingan suatu golongan/kelompok atau
kepentingan pribadi penguasa semata. Disamping itu tentunya masih banyak nilai-nilai dari
konstitusi yang dijalankan sesuai dengan pasal-pasal yang tercantum di dalamnya.
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi
tersebut bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akari tetapi juga merupakan suatu kenyataan
yanghidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif. Dengan kata lain konstitusi itu
dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara hukum konstitusi itu berlaku, tetapi
kenyataannya kurang sempurna. Sebab pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam
kenyataannya tidak berlaku.
Suatu konstitusi disebut mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara hukum
tetap berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari
tempat yang telah ada, dan dipergunakan untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi
konstitusi tersebut hanyalah sekedar suatu istilah belaka, sedangkan dalam pelaksanaannya
hanyalah dimaksudkan untuk kepentingan pihak penguasa.
Isi konstitusi umumnya hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat garis-garis
besar sebagai instruksi kepada pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk
menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Aturan-aturan asing lebih rinci
diserahkan pengaturannya kepada undang-undang yang berada dibawah konstitusi, yang lebih
mudah untuk dibuat, diperbaharui, maupun dicabut.
Konstitusi atau UUD sebagai sumber hukum tertinggi dan sumber segala kewenangan, karena
UUD 1945 itu merupakan sumber dari segala sumber hukum, sumber dari segala
kewenangan, sumber dari segala badan kenegaraan.
Fungsi UUD 1945 adalah sebagai pedoman acuan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Konstitusi atau UUD memiliki 2 fungsi pokok, yaitu menentukan dan membatasi
kekuasaan penguasa Negara dan penjamin hak-hak asasi manusia. Melalui pembagian
kekuasaan Negara, konstitusi menentukan dan membatasi kekuasaan penguasa, sedangkan
melalui aturan tentang hak asasi, konstitusi memberi perintah agar penguasa Negara
melindungi hak-hak asasi manusia warga Negara dan penduduknya.
2.6 Mengapa Konstitusi dan UUD 1945 Menjadi Penting Untuk Bangsa Indonesia
Konstitusi atau UUD menjadi penting karena konstitusi sebagai dokumen nasional
yang mengandung perjanjian luhur, berisi kesepakatan-kesepakatan tentang politik, hokum,
pendidikan, budaya, ekonomi, kesejahteraan dan aspek fundamental yang menjadi tujuan
Negara. Konstitusi juga berfungsi sebagai piagam kelahiran, sebagai sumber hokum tertinggi,
sebagai identitas nasional dan lambing persatuan, sebagai alat membatasi kekuasaan, serta
pelindung HAM dan kebebasan warga Negara.
Konstitusi suatu Negara merupakan dasar bagi terciptanya rule of law yang artinya
dengan konstitusi yang ada akan dibuat peraturan untuk memegang dan melaksanakan
kekuasaan, sehingga ada pencegahan agar kecenderungan untuk menyalahgunakan kekuasaan
tidak terjadi. Konstitusi mempunyai kedudukan sebagai hokum dasar, karena berisi aturan-
aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara, juga
memuat tentang lembaga Negara sekaligus kewenangannya, serta peraturan perundang-
undangan beserta isinya. Konstitusi juga memiliki kedudukan sebagai hokum tertinggi dalam
suatu Negara. Aturan yang terdapat dalam konstitusi pun memiliki kedudukan yang lebih
tinggi terhadap aturan lainnya, sehingga aturan lain harus sesuai dengan konstitusi.
3.1 Kesimpulan
UUD 1945 dan Konstitusi memiliki peran penting untuk bangsa Indonesia. UUD
1945 sebagai dasar negara yang menjadi pedoman dalam menjalankan roda pemerintahan
yang mencakup hukum, norma dalam masyarakat, HAM, agama dan lain sebagainya.
Sedangkan konstitusi memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat garis-garis besar sebagai
instruksi kepada pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan
kehidupan negara dan kesejahteraan sosial.