Anda di halaman 1dari 10

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


KASUS
IDENTITAS
Nama lengkap : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 42 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Buruh
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Ndalem no. 938 RT 45 RW 10 Kotagede Yogyakarta
Tanggal masuk : 18 februari 2015
Tanggal pemeriksaan : 19 februari 2015
Bangsal : Edelweis

Dokter Pembimbing : dr. Tri Budianto, Sp. OG Ko-asisten: Retno Ambar Rukmi

I. SUBYEKTIF (ANAMNESIS)
A. Keluhan Utama: keluar darah dari jalan lahir sejak 5 januari 2015 hingga saat ini
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita berusia 45 tahun, datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir
sejak 5 januari 2015, satu minggu kmudian perdarahan berhenti namun masih terdapat
flek selama satu minggu , kemudian berhenti selama lima hari, setelah 5 hari keluar darah
dari jalan lahir darah keluar deras, 2 hari berikutnya pasien pergi ke poli penyakit
kandungan untuk periksa. Pasien mengatakan saat menstruasi pasien mengeluh kesaitan.
Riwayat demam (-), pusing (-), mual (-), muntah (+), keputihan (-) dan penyakit lain
selama kehamilan (-). BAB baik, BAK baik.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
2. Riwayat penyakit jantung : disangkal
3. Riwayat penyakit paru : disangkal
4. Riwayat penyakit kencing manis : disangkal
5. Riwayat penyakit asma : disangkal
6. Riwayat penyakit alergi : disangkal
7. Riwayat abortus : ada(anak pertama 2001)
8. Riwayat penyakit operasi : disangkal
9. Lain-lain : disangkal

D. Riwayat Penyakit pada Keluarga : (-)

E. Riwayat KB : (-)

RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


F. Riwayat Menstruasi :
Umur menarche 12 tahun, lamanya : 7 hari, siklus teratur : 28 hari

G. Riwayat Kehamilan

No. Tahun Penolong Jenis Kelamin Berat Badan Lahir


1. 2001 Dokter - -
2. 2005 Dokter Laki-laki 3000

HIPOTESIS
 Suspek kanker Servik
 Pemeriksaan yang dibutuhkan :
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan ginekologi
 biopsi
 Laboratorium

II. OBYEKTIF
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum : Baik, tidak anemis, sadar (compos mentis), kesan gizi lebih
2. Tanda Utama : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,2 OC (axila)
Respirasi : 22 x/menit
3. Status Gizi : baik

4. Pemeriksaan Kulit : sianosis (-), pucat (-), ikterik (-), ruam (-)
5. Pemeriksaan Kepala :
- Bentuk kepala : mesosefal
- Rambut: warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
- Mata : edema (-/-), conjungtiva anemis (-/-), hiperemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : epistaksis (-/-), napas cuping hidung (-)
RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


- Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-)
- Telinga : cairan (-/-), nyeri tekan (-/-), gangguan pendengaran (-/-)
- Leher : pembesaran limfonodi (-), nyeri (-)
6. Pemeriksaan Thorax
- Payudara : simetris, puting menonjol (+/+), retraksi (-/-), hiperpigmentasi (-/-),
discharge (-/-), benjolan/massa (-/-)
- Jantung : S1 normal - S2 reguler, bising jantung (-)
- Paru : Suara paru: Sonor (+/+), suara vesikuler +/+, ronkhi basah -/-, wheezing -/-
7. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi: bekas luka operasi (-),
- Auskultasi: peristaltik (+)
- Perkusi: timpani (+)
- Palpasi: nyeri tekan (-), turgor elastis kembali cepat
8. Ekstremitas : edema (-/-), akral hangat, nadi kuat, perfusi <2 detik

9. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan genitalia eksterna :
Inspeksi : pertumbuhan mons pubis normal, tipe feminine, labium mayor simetris,
labium minor simetris, hiperemis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (+) teraba keras,mobile(-), ukuran ± 10 cm,
Pemeriksaan genitalia interna
Vaginal examination :
inspeksi: tampak massa eksofitik di serfik membesar, mudah berdarah
palpasi : u/k portio servik teraba massa eksofitik,uterus melebar kurang lebih 14 x 11
x 10 cm

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


i. Hasil pemeriksaan Patohematologis,
PARAMETER HASIL NILAI NORMAL UNIT
HEMATOLOGY AUTOMATIC
Leukosit 21,5 4,6-10,6 10e3/ul
Eritrosit 4,41 4,2-5,4 10e3/ul
Hemoglobin 13,9 12,0-18,0 gr/dl
Hematokrit 40,9 37-47 %
MCV 92,8 81-99 Fl
MCH 29,7 27-31 Pg
MCHC 32,0 33-37 Gr/dl
Trombosit 359 150-450 10e3/ul
Differential Telling Mikroskopis
Basophil 0 0 %
Eosinophil 0 0-5 %
Netrofil Stab 0 0-3 %

RM.03.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


Netrofil Segmen 82 40-74 %
Limphosit 15 18-48 %
Monosit 3 0-8 %

ii. Hasil pemeriksaan Patoimunologis,


PARAMETER HASIL METODE
HBsAg Negatif (-) Imunochromatography

IV. DIAGNOSIS KERJA


-Suspek kanker Servik
-

V. PENATALAKSANAAN
-awasi perdarahan
-transfusi jika Hb < 9
-biopsi

KANKER SERVIKS
Definisi
Kanker serviks adalah penyakit kanker perempuasn yang menimbulkan kematian terbanyak akibat
penyakit kanker terutama di Negara berkembang. Diperkirakan dijumpai kanker serviks baru

RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


sebanyak 500.000 norang diseluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Salah
satu penyebabnya adalah karena infeksi human papilloma virus (HPV) yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangannya kemajuan di bidang biologi molekuler dan
epidiomiologi tentang hPV, kanker serviks disebabkan oleh virus hPV. Banyak penelitian dengan
studi kasus control dan kohort didapatkan resiko relative (RR) hubungan antara infeksi hPV dan
kanker serviks antara 20 sampai 70. Infeksi hPV merupakan penyakit menular seksual yang utama
pada populasi , dan estimasi terjangkit berkisar 14-20% pada Negara-negara di Eropa sampai 70%
kanker serviks disebabkan oleh infeksi hPV tipe 16 dan 18. Infeksi hPV mempunyai prevalensi
yang tinggi pada kelompok usia muda, sementara kanker serviks baru timbul pada usia tiga puluh
tahunan atau lebih.
Kesintasan hidup 5 tahun pada kanker serviks jenis skuamosa dengan berbagai modalitas pada
9.964 kasus.

Kesintasan hidup 5 tahun kanker serviks jenis skuamosa

Stadium Kesintasan hidup 5 tahun (%)


IA1 95
IA2 95
IB 80
IIA 69
IIB 65
IIIA 37
IIIB 40
IVA 18
IVB 8

Kesintasan hidup 5 tahun pada kasus dengan adenokarsinoma yang diobati dengan berbagai
modalitas
Stadium Kesintasan hisup 5 tahun(%)
IB 83
IIA 50
IIB 59
IIA 13
IIB 31
IVA 6
IVB 6

Faktor resiko
RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


Berhubungan dan disebabkan oleh infeksi virus papiloma humanis( hPV) khususnya tipe
16,18,31, dan 45. Faktor resiko lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas
seksual pada usia muda(< 16 tahun), hubungan seksual dengan multipartner, menderita HIV
atau mendapat penyakit/ penekanan kekebalan ( immunosuppressive) yang bersamaan dengan
infeksi hPV, dan perempuan perokok.

Gejala dan tanda


Tanda-tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda-tanda dini yang
tidak spesifik seperti secret vagina yang agak berlebihan dan kadang-kadang disertai dengan
bercak perdarahan. Gejala umum yang sering terjadi berupa perdarahan perdarahan( pasca
senggama, perdarahan diluar haid) dan keputihan. Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar
cairan pervaginam yang berbau busuk , nyeri panggul, nyeri pinggang, dan pinggul, sering
berkemih, buang air kecil atau besar yang sakit. Gejala penyakit yang residif berupa nyeri
pinggang, edema kaki unilateral, dan obstruksi ureter.

Diagnosis
Tes papsmear pada saat ini merupakan alat skrining yang diandalkan. Lima puluh persen pasien
baru kanker servik tidak pernah melakukan papsmear. Tes Pap direkomendasikan pada saat
mulai melakukan aktivitas seksual atau setelah menikah. Setelah tiga kali melakukan tes Pap
tiap tahun, interval pemeriksaan dapat lebih lama (tiap 3 tahun sekali). Bagi kelompok
perempuan yang beresiko tinggi (infeksi hPV, HIV, kehidupan seksual yang beresiko)
dianjurkan pemeriksaan papsmear setiap tahun. Pemastian diagnosis dilaksanakan dengan
biopsi servik. Diagnose kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan klinis berupa anamnesis,
pemeriksaan fisik dan ginekologik, termasuk evaluasi kelenjar getah bening, pemeriksaan
panggul dan pemeriksaan rectal. Biopsi servik merupakan cara diagnosis pasti dari kanker
servik, sedangkan tes Pap dan atau kuret endoservik merupakan pemeriksaan yang tidak
adekuat. Pemeriksaan radiologi berupa foto paru-paru, piolografi intravena atau CT-Scan
merupakan pemeriksaan penunjang untuk melihat perluasan penyakit, serta menyingkirkan
adanya obstruksi ureter. Pemeriksaan laboratorium klinik berupa pemeriksaan darah tepi, tes
fungsi ginjal, dan tes fungsi hati diperlukan untuk mengevaluasi fungsi organ serta menentukan
jenis pengobatan yang akan diberikan
RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


Stadium
Stadium kanker ditetapkan secara klinik. Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan
pemeriksaan pelvic, jaringan servik, (biopsy konisasi untuk stadium IA dan biopsy jaringan
servik untuk stadium klinik lainnya), foto paru-paru, pielografi intravena ( dapat pula
digantikan dengan foto CT-Scan). Untuk kasus-kasus stadium lebih lanjut diperlukan
pemeriksaan sitoskopi, protoskopi, dan barium enema.

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitelial


Stadium I Karsinoma masih terbatas diservik (penyebaran ke korpus uteri
diabaikan)
Stadium IA Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik,
lesi yang dapat dilihat secara makroskopi walau dengan invasi yang
supervisial dikelompokan pada stadium IB.
IA1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3,0 mm dan lebar
horizontal lesi tidak lebih 7 mm
IA2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan perluasan
horizontal tidak lebih dari 7 mm
Stadium IB Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik lesi
lebih luas dari stadium IA2
IB1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar
IB2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar
Stadium II Tumor telah menginvasi diluar uterus, tetapi belum mengenai dinding
panggul atau sepertiga bawah vagina/distal vagina
IIA Tanpa invasi ke parametrium
IIB Sudah menginvasi ke parametrium
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/atau mengenai sepertiga
bawah vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal.
IIIA Tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina dan tidak invasi ke
parametrium tidak sampai dinding panggul
IIIB Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal.
Stadium IV Tumor meluas ke luar dari organ reproduksi
IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum dan/atau ke
luar dari rongga panggul minor
RM.07.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


IVB Metastasis jauh penyakit mikroinvasif : invasi stroma dengan
kedalaman 3 mm atau kurang dari memberan basalis epitel tanpa
invasi ke rongga pembuluh limfe/darah atau melekat dengan lesi kanker
servik.

Histologik
Kasus dapat diklasifikasikan dalam karsinoma serviks bila pertumbuhan primernya dari servik.
Delapan puluh lima persen jenis histopatologik adalah karsinoma sel skuamosa, 10%
adenokarsinoma, dan 5% adalah adenoskuamosa, sel jernih, sel kecil, sel verukosa dan lain-
lain. Derajat diferensiasi dengan berbagai metode dapat menunjang diagnosis, tetapi tidak
dapat memodifikasi stadium klinis. Secara histopatologik kanker servik dibagi menjadi:
Neoplasma intraepitel servik, derajad III, karsinoma skuamosa insitu, karsinoma skuamosa
(berkeratinisasi, verukosa), adenokarsinoma insitu, adenokarsinoma insitu tipe endoservikal,
adenokarsinoma endometrioid, adenokarsinoma sel jernih, karsinoma adenoskuamosa,
karsinoma kistik adenoid, karsinoma sel jernih, dan karsinoma undifferentiated. Derajat
histopatologik : diferensiasi baik, diferensiasi sedang, diferensiasi buruk.

PENGOBATAN

Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker servik sampai stadium IIA dan dengan
hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan dapat meninggalkan
ovarium pada pasien usia pramenopuse. Kanker servik dengan diameter lebih dari 4 cm
menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi dari pada operasi.
Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang dari 1 %. Morbiditas termasuk kejadian
fistel (1% sampai 2 %), kehilangan darah, atonia kandungan kemih yang membutuhkan
kateterisasi intermiten, antikolinergik, atau alfa antagonis.
Stadium IA1 tanpa invasi limfo-vaskuler. Konisasi servik atau histerektomia totalis simple.
Resiko metastasis ke kelenjar getah bening/residif 1%. Stadium IA1 dengan limfosi-vaskuler,
stadium IA2. Modifikasi histerektomia radikal (tipe II) dan lifadenoktomia pelvic. Stadium IA1
dengan invasi limfo-vaskuler didapati 5% risiko metastasis kelenjar getah bening. Stadium IA2

RM.08.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


berkaitan dengan 4% sampai 10% resiko metastasis kelenjar getah bening. Stadium IB sampai
IIA: histerektomia radikal (tipe III) dan limfadenoktomia pelvic dan para-aorta. Radiasi
adjuvant diberikan pasca bedah pada kasus dengan resiko tinggi(lesi besar, invasi limfo-
vaskuler atau invasi stroma yang dalam). Radiasi pasca bedah dapat mengurangi residif sampai
50%.

Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium IIB sampai IV atau
bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi tidak merupakan kandidat untuk pembedahan.
Penambahan cisplatin selama radioterapi whole pelvic dapat memperbaiki kesintasan hidup
30% sampai 50%. Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi
gastrointestinalseperti proktitis, colitis, trantus urinarius seperti sistitis dan stenosis vagina.
Teleterapi dengan radioterapi whole pelvic diberikan dengan fraksi 180-200 cGy per hari
selama 5 minggu (sesuai dengan dosis total 4500-5000 cGy) sebagai awal pengobatan.
Tujuannya memberikan radiasi seluruh organ panggul, parametrium, kelenjar getah bening
iliaka, para aorta. Teleterapi kemudian dilanjutkan dengan brakiterapi dengan menginsersi
tandem dan ovoid (dengan dosis total ke titik A 8500 cGy dan 6500 cGY ke titik B) melalui 2
aplikasi. Tujuan brakiterapi untuk memberikan radiasi dosis tinggi ke uterus, servik, vagina,
dan para metrium. Titik A adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 2 cm lateral
dari garis tengah uterus. Titik ini berada di parametrium. Titik B adalah tititk 2 cm superior dari
ostium uteri eksterna dan 5 cm lateral dari garis tengah uterus. Titik ini berada didinding pelvis.
Radioterapi adjuvant dapat diberikan pada pasien pasca bedah dengan resiko tinggi.

Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan atau untuk terapi
paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah cipslatin. Carboplatin juga
mempunyai aktivitas yang sama dengan cisplatin. Jenis kemoterapi lainnya yang mempunya
aktivitas yang dimanfaatkan dalam terapi adalah Ifosfamid paclitaxel.

Faktor prognosis
Faktor utama yang menimbulkan residif termasuk invasi limfo-vaskular, metastasis ke kelnjar
getah bening, kedalaman invasi stroma, batas sayatan oprasi, dan ukuran tumor. Jenis

RM.09.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015

LAPORAN KASUS NO.RM : 651159


karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma tidak berbeda prognosisnya. Faktor lain untuk
timbulnya residif termasuk ploidi DNA tumor dan ekspresi onkogen kasus (HER2/neu).

Rute penyebaran
Perluasan kanker servik dapat secara langsung, melalui aliran getah bening sehingga
bermetastasis ke kelenjar getah bening iliaka interna/eksterna, obturator, para aorta, ductus
thoracicus, sampai ke skalen kiri; penyebaran ke kelenjar getah bening inguinal melaluoi
ligamentum rotundum. Penyebarannya juga melalui pembuluh darah/hematogen.

Pengamatan lanjut
Sebagian besar residif terjadi dalam waktu 2 tahun setelah diagnosis. Dalam waktu 2tahun
peratama, pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 3 bulan. Pada tahun ke 3 sampai
tahun ke 5pemeriksaan dianjurkan setiap 6 bulan, dan selanjutnya setiap 1 tahun. Pemeriksaan
meliputi pemeriksaan kelenjar getah bening, pemeriksaan pelvic, rectal dan tes Pap.
Pemeriksaan foto paru-paru atau CT-Scan hanya dilakukan atas indikasi dan pemeriksaan
klinis atau gejala yang timbul. Daerah organ terjadinya residif (pasien yang tidak radiasi)
adalah puncak vagina (25%),pelvic (25%),daerah diluar pelvic (50%). Bila terjadi residif
sentral (tidak ada metastasis jauh), dipertimbangkan eksenterasi pelvic dengan mortalitas
operasi 2% dan morbiditas jangka panjang lebih dari 50%. Bila residif didapati jauh diluar
pelvis, dipertimbangkan untuk kemoterapi dengan respon rate 20%.

Yogyakarta, Februari 2015


Pembimbing

dr. Tri Budianto, Sp. OG

RM.010.

Anda mungkin juga menyukai