UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
Dokter Pembimbing : dr. Tri Budianto, Sp. OG Ko-asisten: Retno Ambar Rukmi
I. SUBYEKTIF (ANAMNESIS)
A. Keluhan Utama: keluar darah dari jalan lahir sejak 5 januari 2015 hingga saat ini
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita berusia 45 tahun, datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir
sejak 5 januari 2015, satu minggu kmudian perdarahan berhenti namun masih terdapat
flek selama satu minggu , kemudian berhenti selama lima hari, setelah 5 hari keluar darah
dari jalan lahir darah keluar deras, 2 hari berikutnya pasien pergi ke poli penyakit
kandungan untuk periksa. Pasien mengatakan saat menstruasi pasien mengeluh kesaitan.
Riwayat demam (-), pusing (-), mual (-), muntah (+), keputihan (-) dan penyakit lain
selama kehamilan (-). BAB baik, BAK baik.
E. Riwayat KB : (-)
RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
G. Riwayat Kehamilan
HIPOTESIS
Suspek kanker Servik
Pemeriksaan yang dibutuhkan :
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ginekologi
biopsi
Laboratorium
II. OBYEKTIF
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum : Baik, tidak anemis, sadar (compos mentis), kesan gizi lebih
2. Tanda Utama : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,2 OC (axila)
Respirasi : 22 x/menit
3. Status Gizi : baik
4. Pemeriksaan Kulit : sianosis (-), pucat (-), ikterik (-), ruam (-)
5. Pemeriksaan Kepala :
- Bentuk kepala : mesosefal
- Rambut: warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
- Mata : edema (-/-), conjungtiva anemis (-/-), hiperemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : epistaksis (-/-), napas cuping hidung (-)
RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
9. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan genitalia eksterna :
Inspeksi : pertumbuhan mons pubis normal, tipe feminine, labium mayor simetris,
labium minor simetris, hiperemis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (+) teraba keras,mobile(-), ukuran ± 10 cm,
Pemeriksaan genitalia interna
Vaginal examination :
inspeksi: tampak massa eksofitik di serfik membesar, mudah berdarah
palpasi : u/k portio servik teraba massa eksofitik,uterus melebar kurang lebih 14 x 11
x 10 cm
RM.03.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
V. PENATALAKSANAAN
-awasi perdarahan
-transfusi jika Hb < 9
-biopsi
KANKER SERVIKS
Definisi
Kanker serviks adalah penyakit kanker perempuasn yang menimbulkan kematian terbanyak akibat
penyakit kanker terutama di Negara berkembang. Diperkirakan dijumpai kanker serviks baru
RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
Kesintasan hidup 5 tahun pada kasus dengan adenokarsinoma yang diobati dengan berbagai
modalitas
Stadium Kesintasan hisup 5 tahun(%)
IB 83
IIA 50
IIB 59
IIA 13
IIB 31
IVA 6
IVB 6
Faktor resiko
RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
Diagnosis
Tes papsmear pada saat ini merupakan alat skrining yang diandalkan. Lima puluh persen pasien
baru kanker servik tidak pernah melakukan papsmear. Tes Pap direkomendasikan pada saat
mulai melakukan aktivitas seksual atau setelah menikah. Setelah tiga kali melakukan tes Pap
tiap tahun, interval pemeriksaan dapat lebih lama (tiap 3 tahun sekali). Bagi kelompok
perempuan yang beresiko tinggi (infeksi hPV, HIV, kehidupan seksual yang beresiko)
dianjurkan pemeriksaan papsmear setiap tahun. Pemastian diagnosis dilaksanakan dengan
biopsi servik. Diagnose kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan klinis berupa anamnesis,
pemeriksaan fisik dan ginekologik, termasuk evaluasi kelenjar getah bening, pemeriksaan
panggul dan pemeriksaan rectal. Biopsi servik merupakan cara diagnosis pasti dari kanker
servik, sedangkan tes Pap dan atau kuret endoservik merupakan pemeriksaan yang tidak
adekuat. Pemeriksaan radiologi berupa foto paru-paru, piolografi intravena atau CT-Scan
merupakan pemeriksaan penunjang untuk melihat perluasan penyakit, serta menyingkirkan
adanya obstruksi ureter. Pemeriksaan laboratorium klinik berupa pemeriksaan darah tepi, tes
fungsi ginjal, dan tes fungsi hati diperlukan untuk mengevaluasi fungsi organ serta menentukan
jenis pengobatan yang akan diberikan
RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
Histologik
Kasus dapat diklasifikasikan dalam karsinoma serviks bila pertumbuhan primernya dari servik.
Delapan puluh lima persen jenis histopatologik adalah karsinoma sel skuamosa, 10%
adenokarsinoma, dan 5% adalah adenoskuamosa, sel jernih, sel kecil, sel verukosa dan lain-
lain. Derajat diferensiasi dengan berbagai metode dapat menunjang diagnosis, tetapi tidak
dapat memodifikasi stadium klinis. Secara histopatologik kanker servik dibagi menjadi:
Neoplasma intraepitel servik, derajad III, karsinoma skuamosa insitu, karsinoma skuamosa
(berkeratinisasi, verukosa), adenokarsinoma insitu, adenokarsinoma insitu tipe endoservikal,
adenokarsinoma endometrioid, adenokarsinoma sel jernih, karsinoma adenoskuamosa,
karsinoma kistik adenoid, karsinoma sel jernih, dan karsinoma undifferentiated. Derajat
histopatologik : diferensiasi baik, diferensiasi sedang, diferensiasi buruk.
PENGOBATAN
Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker servik sampai stadium IIA dan dengan
hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan dapat meninggalkan
ovarium pada pasien usia pramenopuse. Kanker servik dengan diameter lebih dari 4 cm
menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi dari pada operasi.
Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang dari 1 %. Morbiditas termasuk kejadian
fistel (1% sampai 2 %), kehilangan darah, atonia kandungan kemih yang membutuhkan
kateterisasi intermiten, antikolinergik, atau alfa antagonis.
Stadium IA1 tanpa invasi limfo-vaskuler. Konisasi servik atau histerektomia totalis simple.
Resiko metastasis ke kelenjar getah bening/residif 1%. Stadium IA1 dengan limfosi-vaskuler,
stadium IA2. Modifikasi histerektomia radikal (tipe II) dan lifadenoktomia pelvic. Stadium IA1
dengan invasi limfo-vaskuler didapati 5% risiko metastasis kelenjar getah bening. Stadium IA2
RM.08.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium IIB sampai IV atau
bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi tidak merupakan kandidat untuk pembedahan.
Penambahan cisplatin selama radioterapi whole pelvic dapat memperbaiki kesintasan hidup
30% sampai 50%. Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi
gastrointestinalseperti proktitis, colitis, trantus urinarius seperti sistitis dan stenosis vagina.
Teleterapi dengan radioterapi whole pelvic diberikan dengan fraksi 180-200 cGy per hari
selama 5 minggu (sesuai dengan dosis total 4500-5000 cGy) sebagai awal pengobatan.
Tujuannya memberikan radiasi seluruh organ panggul, parametrium, kelenjar getah bening
iliaka, para aorta. Teleterapi kemudian dilanjutkan dengan brakiterapi dengan menginsersi
tandem dan ovoid (dengan dosis total ke titik A 8500 cGy dan 6500 cGY ke titik B) melalui 2
aplikasi. Tujuan brakiterapi untuk memberikan radiasi dosis tinggi ke uterus, servik, vagina,
dan para metrium. Titik A adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 2 cm lateral
dari garis tengah uterus. Titik ini berada di parametrium. Titik B adalah tititk 2 cm superior dari
ostium uteri eksterna dan 5 cm lateral dari garis tengah uterus. Titik ini berada didinding pelvis.
Radioterapi adjuvant dapat diberikan pada pasien pasca bedah dengan resiko tinggi.
Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi ajuvan atau untuk terapi
paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah cipslatin. Carboplatin juga
mempunyai aktivitas yang sama dengan cisplatin. Jenis kemoterapi lainnya yang mempunya
aktivitas yang dimanfaatkan dalam terapi adalah Ifosfamid paclitaxel.
Faktor prognosis
Faktor utama yang menimbulkan residif termasuk invasi limfo-vaskular, metastasis ke kelnjar
getah bening, kedalaman invasi stroma, batas sayatan oprasi, dan ukuran tumor. Jenis
RM.09.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
Rute penyebaran
Perluasan kanker servik dapat secara langsung, melalui aliran getah bening sehingga
bermetastasis ke kelenjar getah bening iliaka interna/eksterna, obturator, para aorta, ductus
thoracicus, sampai ke skalen kiri; penyebaran ke kelenjar getah bening inguinal melaluoi
ligamentum rotundum. Penyebarannya juga melalui pembuluh darah/hematogen.
Pengamatan lanjut
Sebagian besar residif terjadi dalam waktu 2 tahun setelah diagnosis. Dalam waktu 2tahun
peratama, pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 3 bulan. Pada tahun ke 3 sampai
tahun ke 5pemeriksaan dianjurkan setiap 6 bulan, dan selanjutnya setiap 1 tahun. Pemeriksaan
meliputi pemeriksaan kelenjar getah bening, pemeriksaan pelvic, rectal dan tes Pap.
Pemeriksaan foto paru-paru atau CT-Scan hanya dilakukan atas indikasi dan pemeriksaan
klinis atau gejala yang timbul. Daerah organ terjadinya residif (pasien yang tidak radiasi)
adalah puncak vagina (25%),pelvic (25%),daerah diluar pelvic (50%). Bila terjadi residif
sentral (tidak ada metastasis jauh), dipertimbangkan eksenterasi pelvic dengan mortalitas
operasi 2% dan morbiditas jangka panjang lebih dari 50%. Bila residif didapati jauh diluar
pelvis, dipertimbangkan untuk kemoterapi dengan respon rate 20%.
RM.010.