Anda di halaman 1dari 2

Kloning

Kloning merupakan teknik penggandaan gen yang menghasilkan turunan yang


sama sifatnya, baik dari segi hereditas maupun penampakannya.
Asal mula kloning, diawali sekitar satu abad lalu, oleh Gregor Mandel yang
merumuskan aturan-aturan menerangkan pewarisan sifat-sifat biologis.
Sifat-sifat organisme yang dapat diwariskan diatur oleh suatu faktor yang
disebut gen, yaitu suatu partikel yang berada di suatu di dalam sel, tepatnya di
dalam kromosom.
Gen menjadi dasar dalam pengembangan penelitian genetika meliputi
pemetaan gen, menganalisis posisi gen pada kromosom. Hasil penelitian telah
berkembang baik, diketahuinya DNA sebagai material genetik beserta strukturnya,
kode-kode genetik, serta proses transkripsi dan translasi dapat dijabarkan. Suatu
penelitian yang merupakan revolusi dalam biologi medern adalah setelah munculnya
metode teknologi DNA rekombinasi atau rekayasa genetika yang inti prosesnya
adalah kloning gen, yaitu suatu prosedur untuk memperoleh replika yang dapat sama
dari sel atau organisme tunggal.
Ada beberapa langkah dasar dalam kloning gen, yaitu :
 Suatu frakmen DNA yang mengandung gen, akan diinserikan pada
molekul DNA sirkulas (sektor) untuk menghasilkan chimoera atau
molekul DNA rekombiner.
 Vektor bertindak sebagai alat yang membawa gen masuk ke dalam sel
host yang biasanya berupa bakteri.
 Di dalam sel makhluk hidup, vektor mengadakan replikasi yang
menghasilkan banyak copy (turunan yang identik).
 Ketika sel host membelah, copy molekul DNA rekombinasi diwariskan
pada progeni dan terjadi replikasi vektor selanjutnya.
 Setelah terjadi dalam jumlah besar, maka dihasilkanlah koloni yang
identik. Tiap-tiap sel dalam klon mengandung satu copy molekul DNA
rekombinasi. Dengan demikian, dikatakan bahwa gen yang dibawa
oleh molekul rekombonasi telah di kloning.

Pengklonan pada Manusia


Kemungkinan, kloning pada manusia sudah dilakukan oleh para peneliti,
namun berhasil atau tidaknya masih dirahasiakan oleh para peneliti akibat adanya
tentangan dari berbagai umat beragama.
Hal itu dibuktikan karena para peneliti telah berhasil mengkloning onkogen
dan hormon manusia.
Pengklonan pada Hewan
Klon-klon yang ditangani oleh para ahli biologi molekular, biasanya klon-klon
dari bakteri atau organisme lain, sel-sel dalam kultur jaringan dan akhir-akhir ini
molekul-molekul DNA.
Para ahli taman dan pemulia tanaman sebaliknya, secara teratur menangani
dan memproduksi organisme-organisme tingkat lebih tinggi yang dikloning.
Tanaman-tanaman yang mereka biakkan dengan pemangkasan, enten, pembelahan
umbi dan rhizoma (akar rimang) dan sebagainya. Tumbuhan tingkat tinggi memberi
kemungkinan untuk reproduksi aseksual dan klon.
Sebaliknya, hewan-hewan tingkat alami tidak bereproduksi secara aseksual.
Untuk mengklon seekor binatang, perlu untuk mengambil nukleus dalam telur yang
telah dibuahi, baik melalui pembedahan, maupun menonaktifkannya secara total
dengan radiasi dan menggantikannya dengan nukleus yang diambil dari individu lain.
Ini memerlukan transplankasi suatu nukleus utuh yang tidak rusak dan mampu untuk
berkembang.
Demikianlah, nukleus-nukleus yang dicangkokkan dari sel-sel embrio katak
yang sangat muda, dapat melahirkan katak-katak dewasa.
Sebaliknya, nukleus-nukleus yang ditransplantasi dari katak ‘dewasa’ sampai
kini sekian jauh belum pernah mampu meningkatkan perkembangan hewan dewasa ;
proses perkembangannya selalu gagal pada tahap embrional atau larva tertentu.
Transplantasi nukleus dengan telur-telur katak pertama kali dicapai dalam
tahun 1952, tetapi tentu saja akan lebih menarik untuk membiakkan mamalia secara
aseksual daripada katak.
Masalah-masalah teknis dari reproduksi mamalia dengan transplantasi
nukleus, sebaliknya adalah jauh lebih besar karena sangat sukar untuk memanipulasi
telur-telur mamalia tanpa merusaknya.
Pada tahun 1981, serangkaian percobaan semacam itu dengan tikus, telah
dilaporkan, tetapi belum diulangi dan diperbuat secara bebas. Sebelum metode-
metode itu dapat direproduksi, mereka tidak akan memberi sumbangan yang berarti
pada pengertian kita tentang perkembangan mamalia. Dalam masa dekat hanya
terdapat kemungkinan kecil bahwa transplantasi nukleus dicoba pada spesies mamalia
lain. Jika efisiensi dan reproduksibilitasnya dapat ditingkatkan, maka mungkin metode
itu akan mendapat tempat di bidang penangkaran hewan.
Dalam teori ia dapat dicoba pada telur-telur sel embrio manusia, tetapi tidak
ada penerapan praktis. Dan perlu ditekankan bahwa belum terbukti ada kemungkinan
bahwa dengan katak sekalipun untuk menghasilkan suatu individu dewasa yang
dikloning melalui pencangkokan nukleus sel dewasa ke dalam sebuah telur.
Komplotan jutawan tua golongan gothik yang membujuk para dokter untuk
mengklon beberapa kopi dari dirinya sendiri dengan pencangkokan nukleus-nukleus
selnya kedalam telur-telur yang dibuahi dan kemudian menanamkannya pada wanita,
tetapi merupakan fantasi murni, untuk katak tua sekali pun, hal itu tidak dapat
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai