BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Epidemiologi
2.1.4 Patofisiologi
1. Resistensi insulin
2.1.7 Diagnosis
2.1.8 Tatalaksana
1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang Diabetes mellitus
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan
zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang Diabetes
mellitus perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka
yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% dan
protein 10-15%. 1,9
Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan BMI (Body
Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index
(BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Untuk mengetahui
nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:1,9
Berat Badan (Kg)
IMT = ----------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X tinggi Badan (m)
3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan.
Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada
kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan
sekunder diberikan kepada kelompok pasien Diabetes mellitus
(DM). Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier
diberikan kepada pasien yang sudah mengidap Diabetes mellitus
(DM) dengan penyulit menahun.1
a. Antidiabetik oral
Penatalaksanaan pasien Diabetes mellitus (DM) dilakukan
dengan menormalkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi.
Lebih khusus lagi dengan menghilangkan gejala,optimalisasi
parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi pasien
Diabetes mellitus (DM) tipe 1 penggunaan insulin adalah terapi
utama.
Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk penanganan
pasien Diabetes mellitus (DM) tipe 2 ringan sampai sedang yang
gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan
karbohidrat serta olah raga.
Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya
diet dan olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200
mg/dl dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan
upaya diet, melainkan membantunya. Pemilihan obat antidiabetik
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808
pada manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun
dalam dua rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide,
terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut. Untuk
pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian
hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat
efektif. Insulin kadang kala dijadikan pilihan sementara, misalnya
selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang
memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin
merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat
maupun metabolism protein dan lemak.
Fungsi insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke
dalam sel–sel sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian
glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam
hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi
pembentukan protein dan lemak dari glukosa.1
2.1.10 Pencegahan
Pencegahan Premordial
pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang
baik bagi kesehatan.
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tersier
2.2.1. Definisi
2.2.2. Epidemiologi
Kaki diabetik merupakan komplikasi kronik Diabetes mellitus
(DM) yang paling ditakuti karena tindakan amputasinya. Kasus ulkus
dan gangren diabetik merupakan kasus Diabetes mellitus (DM) yang
2.2.3. Patofisiologi
Kaki diabetik ini awalnya dimulai dengan terjadinya trauma
pada kaki yang kemudian menjadi sangat sulit untuk disembuhkan
tanpa intervensi medis akibat adanya beberapa faktor dalam diri pasien
yang tidak menunjang penembuhan luka tersebut dengan sendirinya.
Faktor tersebut terutama adalah Diabetes mellitus (DM) dan disertai
juga dengan gangguan pada pembuluh darah pasien terutama
atherosklerosis dan juga terjadinya gangguan pada saraf sensoris
pasien yang seringkali membuat pasien mengabaikan luka pada
kakinya. Atherosklerosis dan neuropati perifer inipun memiliki
frekuensinya yang lebih tinggi pada pasien penderita Diabetes mellitus
(DM) dibanding pasien non DM.14,16
Secara menyeluruh, penderita Diabetes mellitus (DM)
mempunyai peningkatan tingkat insiden aterosklerosis, yaitu
penebalan dari membran kapiler serta proliferasi endotel. Meski
kelainan pembuluh darah jarang menjadi pencetus terjadinya ulkus,
tapi dapat menghambat penyembuhan luka yang sudah ada. Gangren
yang luas dapat terjadi karena sumbatan pembuluh darah yang luas
Derajat 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis
2.2.5.1 Riwayat
Gambar 1
Gambar 2
fisik, perawatan kaki tidak teratur dan penggunaan alas kaki tidak tepat
dan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2013) dengan jumlah
sampel 58 responden dengan hasil terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan, usia, HbA1c>8%, obesitas dan hipertensi, sedangkan
jenis kelamin dan riwayat merokok tidak memiliki hubungan
dengan kejadian kaki diabetik. Angka terjadinya ulkus diabetikum
pada pasien diabetes melitus lebih banyak terjadi pada pasien
diabetes melitus tipe 2, dan mayoritas berusia lanjut (Zahtamal,
2007).2,4
2.2.7. Tatalaksana
1. Kontrol Mekanik19,20
Mengistirahatkan kaki
2. Kontrol Luka20
Amputasi
3. Kontrol Infeksi19,20
Pada luka yang dalam, luas, disertai gejala infeksi sistemik yang
memerlukan perawatan di rumah sakit: dapat diberikan antibiotik
spektrum luas yang dapat mencakup kuman gram positif, gram
negatif dan anaerob. Sehingga dapat digunakan 2 atau 3 golongan
antibiotik
4. Kontrol Vaskular19
5. Kontrol Metabolik21
6. Kontrol Edukasi20,21
Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai kondisi luka kaki pasien
saat ini, rencana diagnosis, penatalaksanaan/terapi, penyulit yang
mungkin timbul, serta prognosis adalah aspek penting dalam
penatalaksanaan agar kepatuhan pasien lebih baik.
Usia
Jenis Kelamin
Diabetes
Lama Menderita DM Mellitus
Hipertensi
Kebiasaan Merokok
Kontrol Glikemik
Dislipidemia
Komplikasi
Obesitas
Hipertensi
Kerusakan Vaskular
Pengendalian Infeksi
Neuropati
Diabetic Foot
Riwayat Trauma Pada Kaki
Usia
Jenis Kelamin
Diabetic Foot
Lama Menderita DM
Perawatan Kaki