NIM : 160521610484
1. Customer
Perilaku konsumen dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap
individu konsumen, kelompok konsumen, dan perhimpunan besar konsumen selalu berubah
secara konstan. Sifat yang dinamis demikian menyebabkan pengembangan strategi
pemasaran menjadi sangat menantang sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu
saat dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain. Karena itu suatu perusahaan
harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih
konsumennya.
Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan
manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi
tersebut mempengaruhi konsumen semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen.
Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan
menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi
merek, yang dijelaskan sebagai berikut :
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan
atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan
apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan
dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.
Karakter Pelanggan
b.Terkadang ketika tidak dapat memusatkan perhatian pada saat transaksi, pelanggan yang
pendiam terlihat sedikit gugup. Akibatnya komunikasi antara petugas pelayanan dan
pelanggan terganggu.
Pelanggan yang tidak sabar terlihat dengan jelas pada saat kita sedang melakukan transaksi
dengan mereka. Sifat–sifat tidak sabar tersebut muncul secara tidak sengaja melalui bahasa
tubuhnya seperti : menghentak–hentakkan kaki pada lantai, meremas–remas benda yang di
pegang, melihat ke obyek tertentu terus–menerus, sering bertanya pada petugas, bahkan
mengintip apa yang terjadi di dalam.
2. Company
Dalam kasus perusahaan dan mereknya, perusahaan merupakan entitas terbesar dan merek
merupakan entitas terkecil dari entitas terbesar tersebut. Sehingga, pelanggan yang percaya
terhadap perusahaan kemungkinan percaya terhadap mereknya.
b. Company Reputation
Ketika pelanggan mempersepsikan opini orang lain bahwa perusahaan dikenal adil dan
jujur, maka pelanggan akan merasa lebih aman dalam memperoleh dan menggunakan merek
perusahaan. Dalam konteks saluran pemasaran, ketika perusahaan dinilai memiliki reputasi yang
baik, maka pelanggan kemungkinan besar akan percaya pada pengecer dan vendor (Anderson
dan Weitz, 1992, dalam Lau dan Lee, 1999).
`Remple dkk., (1985), dalam Lau dan Lee, (1999) menemukan bahwa motif-motif
dari partner pertukaran yang dipersepsikan akan mempengaruhi kepercayaan
terhadap partner tersebut. Menurut Doney dan Cannon (1997), dalam Kurniawan, A.S.,
(2011) intentionality merupakan cara yang mana kepercayaan dibangun dalam hubungan antara
penjual dan pembeli. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Jones dkk., (1975),
dalam Lau dan Lee (1999) benevolence of motives merupakan faktor penting dalam suatu
hubungan. Dalam konteks merek, ketika pelanggan mempersepsikan suatu perusahaan layak
dipercaya dan bertindak sesuai dengan kepentingan mereka, maka pelanggan akan mempercayai
merek perusahaan.
d. Company Integrity
Integritas perusahaan merupakan persepsi pelanggan yang melekat pada sekumpulan dari
prinsip-prinsip yang dapat diterima. Perusahaan yang memiliki integritas tinggi tergantung pada
konsistensi dari tindakannya di masa lalu, komunikasi yang akurat tentang perusahaan dari
kelompok lain, keyakinan bahwa perusahaan memiliki sense of justice yang kuat, serta
tindakannya sesuai dengan janji-janjinya. Jika perusahaan dipersepsikan memiliki integritas
tersebut, maka kemungkinan merek perusahaan akan dipercaya oleh pelanggan (Lau dan Lee,
1999).
3. Competitor
Direct competitor
Bisnis atau perusahaan yang menawarkan produk dan jasa yang serupa. Pada umumnya
konsumen akan mempertimbangkan pilihan berupa variasi harga, lokasi, tingkat pelayanan,
dan fitur produk ketika memutuskan pembelian produk tertentu. Akan tetapi, tidak semua
konsumen akan memilih kombinasi yang sama dari pilihan tersebut. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya persaingan di pasar.
Marketer harus dapat memposisikan bisnis dengan menawarkan sejumlah pilihan yang
menarik, untuk menjangkau tipe-tipe konsumen yang berbeda. Pemahaman tentang posisi
kompetitor juga merupakan kunci utama dalam melakukan identifikasi dan meminimalisir
jarak persaingan dengan kompetitor.
Indirect competitor
Bisnis atau perusahaan yang menawarkan produk dan jasa dengan tipe yang berbeda, namun
memiliki target konsumen yang sama dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang
sama.
Analisis kompetitor adalah kegiatan analisis yang dilakukan untuk mendefinisikan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan berdasarkan hubungannya dengan kompetitor
di dalam sebuah pasar. Menurut Oman (2015), analisis kompetitor diperlukan agar perusahaan
dapat memiliki pengetahuan yang lebih detil mengenai kompetitor dan dapat menentukan
strategi pemasaran yang tepat untuk melawan kompetitor. Kompetitor dalam sebuah pasar
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
Direct competitor
Bisnis atau perusahaan yang menawarkan produk dan jasa yang serupa. Pada umumnya
konsumen akan mempertimbangkan pilihan berupa variasi harga, lokasi, tingkat pelayanan,
dan fitur produk ketika memutuskan pembelian produk tertentu. Akan tetapi, tidak semua
konsumen akan memilih kombinasi yang sama dari pilihan tersebut. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya persaingan di pasar.
Marketer harus dapat memposisikan bisnis dengan menawarkan sejumlah pilihan yang
menarik, untuk menjangkau tipe-tipe konsumen yang berbeda. Pemahaman tentang posisi
kompetitor juga merupakan kunci utama dalam melakukan identifikasi dan meminimalisir
jarak persaingan dengan kompetitor.
Indirect competitor
Bisnis atau perusahaan yang menawarkan produk dan jasa dengan tipe yang berbeda, namun
memiliki target konsumen yang sama dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang
sama.
4. Change
Perubahan transformatif adalah perubahan yang tidak dapat dihadapi hanya dengan
mengandalkan paradigma atau rutinitas bekerja saat ini”. Dalam proses mengadopsi paradigma
dan cara bekerja baru, karakteristik kepribadian seseorang akan menentukan sikap dan
perannya terhadap perubahan yang sedang terjadi dalam perusahaan.
Dalam proses mengadopsi paradigma dan cara bekerja baru ini, seseorang kemudian dapat
digolongkan ke dalam salah satu dari empat kriteria berikut:
Early Adopter
Early Majority
Late Majority
Laggard
Early Adopter adalah seseorang yang paing cepat, paling dini dan paling mampu melihat
segera kebutuhan dan efek positif dari suatu perubahan sehingga menjadi pihak yang paling
pertama menerima perubahan. Jumlahnya sedikit.
Early Majority adalah pihak yang menerima perubahan setelah Early Adopter.
Late Majority adalah seseorang yang lebih akhir menerima perubahan. Ia menunggu
dengan sikap skeptis dan berhati-hati. Ia akan berubah menunggu seberapa banyak orang sudah
berubah. Bila sudah cukup banyak orang yang berubah, ia pun akan ikut berubah. Jumlahnya
lebih banyak.
Laggard adalah seseorang yang paling akhir dan sulit menerima perubahan. Ia menunggu
dengan sikap curiga dan sangat berhati-hati. Ia akan berubah hanya bilamana seluruh
lingkungan perusahan sudah berubah. Jumlahnya sedikit.
Agar proses perubahan berhasil, salah satu strategi yang sering diterapkan perusahaan ialah
pada saat bersamaan menggerakan perusahaan ke arah organisasi pembelajar (learning
organization).