Anda di halaman 1dari 20

Curah Hujan Harian

Curah hujan merupakan salah satu parameter hidrologi yang sangat penting
untuk perancangan jaringan irigasi selain evapotranspirasi, debit puncak dan debit harian, serta
angkutan sedimen.
Analisis mengenai curah hujan sangat penting dalam Perancangan bendung untuk jaringan
irigasi. Salah satu elemen penting dalam Perancangan bendung tersebut adalah mengetahui
debit banjir rancangan. Untuk menentukan debit banjir rancangan yang dimaksud, maka
diperlukan data hujan maksimum untuk beberapa tahun. Data curah hujan diambil dari Kantor
Dinas Perairan. Data yang didapat berupa soft copy data curah hujan selama 12 tahun

2.2 Daerah Aliran Sungai ( DAS )


Peta batas DAS telah diberikan sebelumnya dengan skala 1:25000. Pertama kali lokasi
bendung ditentukan dahulu. Sehingga diperoleh batas DAS dari hulu sampai lokasi bendung.
Untuk mengetahui hujan maksimum setiap tahun dari 4 stasiun secara bersama diperlukan bobot
yang dicari melalui pengukuran luas DAS.
Terdapat tiga macam metode perhitungan luas DAS, yaitu Metode Poligon Thiessen,
Metode Aljabar, dan Metode Isohyet. Di antara ketiga metode tersebut dipilih Metode Poligon
Thiessen karena pengerjaannya lebih mudah dan hasil yang diberikan lebih akurat.
Langkah-langkah perhitungan luas DAS adalah sebagai berikut:
1. Buat garis lurus yang menghubungkan setiap stasiun dan diusahakan sedemikian rupa sehingga
setiap ujungnya membentuk segitiga-segitiga (apabila banyak stasiun) dengan sudut yang lancip
dan tidak tumpul.
2. Dari bentuk segitiga tersebut untuk setiap sisinya dibuat garis tegak lurus tepat pada
pertengahan garis, maka akan didapatkan bentuk-bentuk luasan yang dimiliki setiap stasiun.
3. Hitung luas masing-masing stasiun.
4. Hitung bobot setiap stasiun dengan cara :

.
Contoh perhitungan:
Dari hasil perhitungan luas, diketahui luas Stasiun Prumpung sebesar20,6278125
km sedangkan total luas DAS adalah 59,56875 km2. Sehingga diperoleh bobot untuk
2

Stasiun Prumpung adalah:


Bobot Stasiun Prumpung=

Perhitungan bobot masing-masing stasiun disajikan dalam Tabel 2.1.


Tabel 2.1 Luas DAS dan Bobot Masing-masing Stasiun
Stasiun Luas (km2) Bobot Persentase (%)
Santan 15,075 0,253 25,3
Kemput 21,01875 0,3528 35,28
Prumpung 20,6278125 0,3467 34,67

Bronggang 2,821875 0,0047 4,7


Total 59,56875 1 100

2.3 Data Hujan Harian Rata – Rata dan Maksimum Daerah


Jumlah bobot harus 1 atau dalam persen harus 100%. Bobot inilah yang kemudian dikalikan
dengan data hujan harian setiap stasiun untuk setiap hari pada setiap tahun, dari data hujan
harian rata-rata daerah maka akan dihasilkan data hujan maksimum (Hmaks) daerah setiap tahun
(1988-2004). Untuk menghitung hujan harian rata-rata daerah digunakan rumus:

Keterangan :
L1 = Luas wilayah stasiun 1
L2 = Luas wilayah stasiun 2
L3 = Luas wilayah stasiun 3
Ln = Luas wilayah stasiun ke-n
R1 = Curah hujan pada stasiun 1 pada suatu tanggal tertentu
R2 = Curah hujan pada stasiun 2 pada suatu tanggal tertentu
R3 = Curah hujan pada stasiun 3 pada suatu tanggal tertentu
Rn = Curah hujan pada stasiun ke-n pada suatu tanggal tertentu
= Curah hujan harian rata – rata daerah pada tanggal ybs

Contoh perhitungan hujan harian rata-rata daerah pada 05 Februari 1988;


L. Santan x R Santan = 63,756
L. Kemput x R Kemput = 18,3456
L. Prumpung x R Prumpung = 6,934
L. Bronggang x R. Bronggang = 0 +
Total = 89,0356 mm.km2
Hujan rata-rata ( ) = 89,0356mm.km2/Luas Das
= 89,0356/59,56875
= 1,4947 mm

Maka hujan harian rata-rata daerah pada tanggal 5 Februari 1988 adalah1,4947 mm. Data
curah hujan hujan maksimum daerah didapat dengan mencari nilai maksimum dari curah hujan
harian rata-rata daerah pada setiap tahunnya.
Tabel 2.2 Hujan Harian Maksimum Daerah
No Tahun Hujan (mm)
1 1988 89,0356
2 1989 78,5385
3 1990 46,6747
4 1991 79,8789
5 1992 68,4085
6 1993 45,8742
7 1994 45,4063
8 1995 78,4154
9 1997 70,6674
10 2000 92,1903
11 2003 58,2555
12 2004 47,6414
Rata-rata 66,7488

2. 4 Pengujian Statistika Data Hujan


2.4.1 Analisa Frekuensi Hujan Rencana
Ada beberapa jenis distribusi statistik yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya
curah hujan rencana, seperti distribusi Gumbel, Log Pearson III, Log Normal, dan beberapa
cara lain. Metode–metode ini harus diuji mana yang bisa dipakai dalam perhitungan.
1. Distribusi normal

Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertikal dan berbentuk lonceng yang juga
disebut distribusi Gauss. Distribusi normal mempunyai dua parameter yaitu rerata µ dan deviasi
standar σ dari populasi.Dalam analisis hidrologi distribusi normal banyak digunakan untuk
menganalisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit
rata-rata tahunan. Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss.

Xt = X + KT S
dimana,
XT : Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T.
X : Nilai rata – rata hitung varian.
S : Deviasi standar nilai varian.
KT : Faktor frekuensi,
Nilai factor frekuensi dapat dilihat pada tabel reduksi Gauss:

Tabel 2.3 Reduksi Gauss


PUH peluang KT
1,0014 0,999 -3,05
1,005 0,995 -2,58
1,01 0,99 -2,33
1.05 0,95 -1,64
1,11 0,9 -1,28
1,25 0,8 -0,84
1,33 0,75 -0,67
1,43 0,7 -0,52
1,67 0,6 -2,5
2 0,5 0
2,5 0,4 0,25
3,33 0,3 0,52
4 0,25 0,67
5 0,2 0,84
10 0,1 1,28
20 0,05 1,64
50 0,02 2,05
100 0,01 2,33
200 0,005 2,58
500 0,002 2,88
1000 0,001 3,09

2. Distribusi Log normal

Distribusi Log normal digunakan apabila nilai-nilai dari variabel random tidak mengikuti
distribusi normal,tetapi nilai logaritmanya memenuhi distribusi normal.
Distribusi Log Normal, merupakan hasil transformasi dari distribusi Mengubah data X
kedalambentuklogaritmik Y = log X
Rumus yang digunakan dalam perhitungan metode ini adalah sebagai berikut :
Xt = X + Kt . Sx

dimana,
Xt = besarnya curah hujan yang mungkin terjadi pada periode ulang T tahun (mm/hari).
Sx = Standar deviasi = 2
X = curah hujan rata-rata (mm/hari)
Kt = Standar variabel untuk periode ulang tahun

3. Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum,seperti untuk analisis
frekuensi banjir.

K = Faktor probabilitas.

Untuk harga ektrim dapt dinyatakan dengan persamaan berikut:

Metode Distribusi Frekuensi Gumbel

keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata x maksimum dari seri data Xi
k = faktor frekuensi
Yn, Sn = besaran yang mempunyai fungsi dari jumlah pengamatan
Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas
n = jumlah data

Tabel 2.4 Hubungan antara deviasi Standar dan reduksi variant dengan jumlah data
N Sn n Sn n Sn n Sn
10 0,9496 22 1,0754 55 1,1681 90 1,2007
11 0,9676 25 1,0915 60 1,1747 100 1,2665
12 0,9933 30 1,1124 65 1,1803
13 0,9971 35 1,1285 70 1,1854
14 1,0095 40 1,1413 75 1,1893
15 1,0206 45 1,1519 80 1,1938
20 1,0628 50 1,1697 85 1,1973
Sumber : Soewarno,1995
Tabel 2.5 Hubungan Reduksi Variat Rata-Rata(Yn) dengan jumlah data
N Yn n Yn n Yn
10 0,4952 36 0,5410 62 0,5527
11 0,4996 37 0,5418 82 0,5572
12 0,5053 38 0,5421 83 0,5574
13 0,5070 58 0,5518 84 0,5576
14 0,5100 59 0,5518 85 0,5578
34 0,5396 60 0,5521 86 0,5580
35 0,5402 61 0,5524
Sumber : Soewarno,1995
4. Distribusi Log-Pearson Tipe III
Distribusi Log-Pearson Tipe III banyak digunakan dalam analisis hidrologi, terutama dalam
analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrem.Bentuk
komulatif dari distribusi Log-Pearson Tipe III dengan nilai variatnya X apabila digambarkan pada
kertas peluang logaritmik (logarithmic probability paper) akan merupakan model matematik
persamaan garis lurus. Persamaan garis lurusnya adalah:
Dengan:
Y = nilai logarimik dari X
ȳ = nilai rata-rata dari Y
S = standart deviasi dari Y
K = karakteristik dari distribusi Log-Pearson Tipe III
Tahapan untuk menghitung hujan rancangan maksimum dengan metode Log-Pearson Tipe
III adalah sebagai berikut (Suwarno, 1995: 142):
a. Hujan harian maksimum diubah dalam bentuk logaritma.
b. Menghitung harga logaritma rata-rata dengan rumus
c. Menghitung harga simpangan baku dengan rumus :
d. Menghitung harga koefisien asimetri dengan rumus:
e. Menghitung logaritma hujan rancangan dengan kala ulang tertentu dengan rumus:
f. Menghitung antilog XT untuk mendapatkan curah hujan rancangan dengan kala ulang tertentu
atau dengan membaca grafik pengeplotan XT dengan peluang pada kertas logaritma.

Tabel 2.6 Faktor frekuensi (K) fungsi dari nilai koefisien asimetri (Cs) dan kala ulang (T)
Pengujian Der Weduwen tersebut melalui perhitungan dispersi. Langkah – langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Perhitungan Dispersi:
Tabel 2.7 perhitungan dispersi
(Xi- (Xi- (Xi-
No Tahun X=Hujan(mm) (Xi-Xrata2) Xrata2)^2 Xrata2)^3 Xrata2)^4
1 1988 89,0356 22,28670833 496,6973683 11069,74938 246708,2757
2 1989 78,5385 11,78960833 138,9948647 1638,695015 19319,5724
3 1990 46,6747 -20,07419167 402,9731711 -8089,36067 162387,3766
4 1991 79,8789 13,13000833 172,3971188 2263,575607 29720,76658
5 1992 68,4085 1,659608333 2,75429982 4,571058934 7,586167499
6 1993 45,8742 -20,87469167 435,7527522 -9096,20434 189880,461
7 1994 45,4063 -21,34259167 455,5062191 -9721,68323 207485,9156
8 1995 78,4154 11,66650833 136,1074167 1587,898311 18525,22888
9 1997 70,6674 3,918508333 15,35470756 60,16754952 235,7670442
10 2000 92,1903 25,44140833 647,265258 16467,33973 418952,3142
11 2003 58,2555 -8,493391667 72,137702 -612,693757 5203,84805
12 2004 47,6414 -19,10749167 365,0962378 -6976,07332 133295,2628
Jumlah 800,9867 0 3341,037116 -1404,01868 1431722,375

Setelah diketahui nilai dari faktor – faktor dari perhitungan di atas dapat ditentukan metode
distribusi mana yang dapat dipakai, seperti disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.8 syarat penentuan distribusi


Jenis Distribusi Syarat Perhitungan Kesimpulan
Normal Cs ≈ 0 Cs = -0,0214 Tidak
Ck = 3 Ck = 0,7871 memenuhi
Gumbel Cs ≤ 1,1396 Cs = -0,0214 Memenuhi
Ck ≤ 5,4002 Ck = 0,7871
Log Pearson III Cs ≠ 0 Cs = -0,0214 Tidak
Memenuhi
Log Normal Cs ≈ 3Cv + Cv2 = 3 3Cv + Cv2 = Tidak
Ck = 5,383 0,9493 memenuhi
Ck= 0,7871

Koef. Skewness (Cs) -0,0214


Koef. Kurtosis (Ck) 0,7871
Koef. Variasi (Cv) 0,2886

Dari tabel diatas maka yang memenuhi syarat adalah dengan menggunakan Distribusi
Gumbel. Untuk memastikan pemilihan distribusi tersebut, perlu dilakukan perbandingan hasil
perhitungan statistik dengan ploting data diatas kertas. probabilitas dan uji Der Weduwen.

2.5 Uji Kebaikan Suai


Diperoleh jenis sebaran termasuk jenis Normal. Setelah diperoleh jenis sebaran dilakukan uji
kebaikan suai dengan metode uji chi-kuadrat. Perhitungan uji chi-kuadrat dapat dilihat di Tabel di
bawah ini.
Perhitungan uji chi-kuadrat
Interval dibagi 4 kelas (G=4). Kemudian dicari derajat kebebasan (DK) dengan menggunakan
rumus:

Tabel 2.9 perhitungan chi kuadrat


(Of-
P Ef Of Ef)^2 (Of-Ef)2/Ef
37,6089≤X≥53,20363 3 4 1 0,333333
53,20363≤×≥68,79830 3 2 1 0,333333
68,79830≤×≥84,39297 3 4 1 0,333333
84,39297≤×≥99,98763 3 2 1 0,333333

X2 = 1,333333
DK=2
chi-kritik= 5,9918
X2<chi kritik ok!

Dari hasil perhitungan di atas didapat nilai X2 sebesar 1,3333yang kurang dari nilai X2 pada
tabel uji chi kuadrat yang besarnya adalah 5,99148. Maka dari pengujian kecocokan penyebaran
distribusi Gumbel dapat diterima.
2.6 Analisis Debit Banjir Metode der Weduwen
Analisis metode ini hampir sama dengan Metode Haspers hanya saja rumusan
koefisiennya yang berbeda
Qn =C..q.A
1. Koefisien Aliran (C) dihitung dengan rumus
C =
dengan,  = koefisien reduksi
2. Koefisien Reduksi () dihitung dengan rumus
 =
dengan,  = koefisien reduksi
t = waktu konsentrasi (jam)
A = luas DAS (km2)
3. Modul banjir maksimum menurut der Weduwen dirumuskan
q =
dengan t = waktu konsentrasi / lama hujan terpusat (jam)
4. Waktu konsentrasi (t) dihitung dengan
t = 0,25 L Qn-0,125 i-0,25
dengan i = kemiringan sungai rata-rata
L = panjang sungai (km)
Metode ini harus dihitung dengan trial and error sehingga ketepatan antara waktu
konsentrasi dengan debit sama atau mendekati sama. Hasil kali dari Qn dengan hujan rencana
kala ulang T tahun (RT) merupakan debit banjir yang dicari.

Perhitungan der weduwen

Dicoba t = 3,95 jam


( 4 + 1)
β = 120 + ( 4 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7951

qn = 67,65
3,95 + 1,45
qn = 12,5278 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7951 x 12,5278 + 7
α = 0,7583

Qn = 0,7583 x 0,7951 x 12,5278 x 59,5688


Qn = 449,9000 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (449,9)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 3,9416 jam

Dicoba t = 3,9458 jam


( 3,9458 + 1)
β = 120 + ( 3,9458 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
3,9458 + 1,45
qn = 12,5375 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,5375 + 7
α = 0,7412

Qn = 0,7412 x 0,7051 x 12,5375 x 59,5688


Qn = 390,3152 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (390,3152)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,0122 jam

Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata-
rata

Dicoba t = 3,979 jam


( 3,979 + 1)
β = 120 + ( 3,979 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
3,9790 + 1,45
qn = 12,4608 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,4608 +7
α = 0,7403

Qn = 0,7403 x 0,7051 x 12,4608 x 59,5688


Qn = 387,4631 m3/det
t = 0,125 x 29,8125 x (387,4631)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)
t = 4,0159 jam
Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata-
rata

Dicoba t = 3,9975 jam


( 3,9975 + 1)
β = 120 + ( 3,9975 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
3,9975 + 1,45
qn = 12,4186 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,4186 + 7
α = 0,7398

Qn = 0,7398 x 0,7051 x 12,4186 x 59,5688


Qn = 385,8952 m3/det
t = 0,125 x 29,8125 x (385,8952)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)
t = 4,0179 jam
Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata-
rata
Dicoba t = 4,0077 jam
( 4,0077 + 1)
β = 120 + ( 4,0077 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051
qn = 67,65
4,0077 + 1,45
qn = 12,3953 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3953 + 7
α = 0,7395

Qn = 0,7395 x 0,7051 x 12,3953 x 59,5688


Qn = 385,0297 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (385,0297)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,0191 jam
Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata-
rata

Dicoba t = 4,0134 jam


( 4,0134 + 1)
β = 120 + ( 4,0134 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0134 + 1,45
qn = 12,3824 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3824 + 7
α = 0,7394

Qn = 0,7394 x 0,7051 x 12,3824 x 59,5688


Qn = 384,5507 m3/det
t = 0,125 x 29,8125 x (384,5507)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)
t = 4,0197 jam
Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata-
rata

Dicoba t = 4,0165 jam


( 4,0165 + 1)
β = 120 + ( 4,0165 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0165 + 1,45
qn = 12,3753 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3753 + 7
α = 0,7393

Qn = 0,7393 x 0,7051 x 12,3753 x 59,5688


Qn = 384,2854 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (384,2854)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,02 jam
Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata-
rata

Dicoba t = 4,0183 jam


( 4,0183 + 1)
β = 120 + ( 4,0183 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0183 + 1,45
qn = 12,3713 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3713 + 7
α = 0,7392

Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3713 x 59,5688


Qn = 384,1382 m3/det
t = 0,125 x 29,8125 x (384,1382)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)
t = 4,0202 jam
Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata-
rata

Dicoba t = 4,0193 jam


( 4,0193 + 1)
β = 120 + ( 4,0193 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0193 + 1,45
qn = 12,3691 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3691 + 7
α = 0,7392

Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3691 x 59,5688


Qn = 384,0566 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (384,0566)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,0203 jam
Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata-
rata
Dicoba t = 4,0198 jam
( 4,0198 + 1)
β = 120 + ( 4,0198 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0198 + 1,45
qn = 12,3679 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3679 + 7
α = 0,7392

Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3679 x 59,5688


Qn = 384,0114 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (384,0114)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,0204 jam
Ok, maka
Qn = 1,6000 x Rn

Dicoba t = 4,0201 jam


( 4,0201 + 1)
β = 120 + ( 4,0201 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0201 + 1,45
qn = 12,3672 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3672 + 7
α = 0,7392
Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3672 x 59,5688
Qn = 383,9862 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (383,9862)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,0204 jam
Ok, maka
Qn = 1,5999 x Rn

Dicoba t = 4,0203 jam


( 4,0203 + 1)
β = 120 + ( 4,0203 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0203 + 1,45
qn = 12,3668 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3668 + 7
α = 0,7392

Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3668 x 59,5688


Qn = 383,9723 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (383,9723)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,0205 jam
Ok, maka
Qn = 1,5999 x Rn

Dicoba t = 4,0204 jam


( 4,0204 + 1)
β = 120 + ( 4,0204 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0204 + 1,45
qn = 12,3666 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3666 + 7
α = 0,7392

Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3666 x 59,5688


Qn = 383,9646 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (383,9646)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,0205 jam
Ok, maka
Qn = 1,5999 x Rn

Dicoba t = 4,0204 jam


( 4,0204 + 1)
β = 120 + ( 4,0204 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0204 + 1,45
qn = 12,3665 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3665 + 7
α = 0,7392

Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3665 x 59,5688


Qn = 383,9603 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (383,9603)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,0205 jam
Ok, maka
Qn = 1,5998 x Rn

Dicoba t = 4,0204 jam


( 4,0204 + 1)
β = 120 + ( 4,0204 + 9) 59,56875
120 + 59,56875
β = 0,7051

qn = 67,65
4,0204 + 1,45
qn = 12,3665 m3/det.km2

α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3665 + 7
α = 0,7392
Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3665 x 59,5688
Qn = 383,9579 m3/det

t = 0,125 x 29,8125 x (383,9579)^(-0,125) x (0,0377)^(-0,25)


t = 4,0205 jam
Ok, maka
Qn = 1,5998 x Rn

2.7 Perhitungan Nilai Hujan Rencana (Rn)


Penentuan hujan (R) kala ulang ini digunakan untuk menentukan debit banjir rencana (Q)
kala ulang 1 tahun (Q2), 10 tahun (Q10), 25 tahun (Q25), 50 tahun (Q50), 100 tahun (Q100),dan 200
tahun (Q200). Cara mendapatkan besarnya hujan dengan kala ulang 1 tahun (R2), 10 tahun (R10),
25 tahun (R25), 50 tahun (R50), 100 tahun (R100) ,dan 200 tahun (R200) adalah sebagai berikut :

Perhitungan CH kala ulang untuk kala ulang 2 tahun) :


Rata-rata (X) = 66,7489
S = 19,2672
Yt = 0,3665
Yn = 0,5053
Sn = 0,9933
CH kala ulang = Rata-rata + S/Sn x (Yt – Yn)
= 66,74889 + 19,2672/0,9933 (0,3665 – 0,5053)
= 64,05718728

Tabel 2.10 Besarnya Hujan (Rn)


Yn Hujan
No X S Yt Sn
Periode ulang Maksimum
1 66,74889 19,26724 -0,834 0,5053 0,9933 40,77021837
1 2 66,74889 19,26274 0,3665 0,5053 0,9933 64,05718728
2 5 66,74889 19,26724 1,4999 0,5053 0,9933 86,04134136
3 10 66,74889 19,26724 2,2502 0,5053 0,9933 100,5950577
4 20 66,74889 19,26724 2,9702 0,5053 0,9933 114,5610389
5 50 66,74889 19,26724 3,9019 0,5053 0,9933 132,6334067
6 100 66,74889 19,26724 4,605 0,5053 0,9933 146,2715753

2.8 Debit Banjir Rencana


Sebelum menghitung debit, dilakukan trial and error untuk mendapatkan Qn. Setelah
melakukan trial didapatkan nilai Qn =1,6.
Contoh Perhitungan (untuk periode ulang 50 tahun pada) :
Qn = 1,6 x Rn
= 1,6x 133,6334067
= 212,21345
2.9 Perhitungan Nilai Hujan Rencana Minimum
Penentuan hujan (R) kala ulang ini digunakan untuk menentukan debit
banjirminimum rencana (Q) kala ulang 1 tahun (Q2), 10 tahun (Q10), 25 tahun (Q25), 50 tahun
(Q50), 100 tahun (Q100),dan 200 tahun (Q200). Cara mendapatkan besarnya hujan dengan kala
ulang 1 tahun (R2), 10 tahun (R10), 25 tahun (R25), 50 tahun (R50), 100 tahun (R100) ,dan 200 tahun
(R200) adalah sebagai berikut :

Perhitungan CH kala ulang untuk kala ulang 2 tahun) :


Rata-rata (X) = 8,05719
S = 2,30997
Yt = 0,3665
Yn = 0,5053
Sn = 0,9933
CH kala ulang = Rata-rata + S/Sn x (Yt – Yn)
= 8,05719 + 2,30997/0,9933 (0,3665 – 0,5053)
= 7,736343579

Tabel 2.11 Besarnya Hujan (Rn)


Hujan
No Periode ulang X S Yt Yn Sn Maksimum
8,0571 2,3099
1 1 9 7 -0,834 0,5053 0,9993 4,961280042
8,0571 2,3099
2 2 9 7 0,3665 0,5053 0,9993 7,736343579
8,0571 2,3099
3 5 9 7 1,4999 0,5053 0,9993 10,35630156
8,0571 2,3099
4 10 9 7 2,2502 0,5053 0,9993 12,09068877
8,0571 2,3099
5 20 9 7 2,9702 0,5053 0,9993 13,75503476
8,0571 2,3099
6 50 9 7 3,9019 0,5053 0,9993 15,9087447
8,0571 2,3099
7 100 9 7 4,605 0,5053 0,9993 17,53402479
2.10 Debit Andalan
Sebelum menghitung debit, dilakukan trial and error untuk mendapatkan Qn. Setelah
melakukan trial didapatkan nilai Qn =1,6.
Contoh Perhitungan (untuk periode ulang 1 tahun pada) :
Qn = 1,6 x Rn
= 1,6 x 4,961280042
= 7,9380481

KESIMPULAN
1. Dari hasil perhitungan CV,CS dan CK yaitu 0,288652509, -
0,021414269 dan0,787059018 diatas lalu dibandingkan dengan syarat yang ada pada masing-
masing disribusi peluang, maka distribusi peluang yang dipakai adalah distribusi Gumbel ,uji Chi
kuadrat, dan Der Weduwen.
2. Dari hasil analisis hujan rencana pada bab II diperoleh besarnya hujan dengan kala
ulang 1 tahun (R1), 2 tahun (R2), 5 tahun (R5), 10 tahun (R10), 25 tahun (R25), 50 tahun (R50), 100
tahun (R100). Besar kala ulang 1 tahun <2 tahun < 5 tahun < 10 tahun < 25 tahun < 50 tahun <
100 tahun .

Anda mungkin juga menyukai