Curah hujan merupakan salah satu parameter hidrologi yang sangat penting
untuk perancangan jaringan irigasi selain evapotranspirasi, debit puncak dan debit harian, serta
angkutan sedimen.
Analisis mengenai curah hujan sangat penting dalam Perancangan bendung untuk jaringan
irigasi. Salah satu elemen penting dalam Perancangan bendung tersebut adalah mengetahui
debit banjir rancangan. Untuk menentukan debit banjir rancangan yang dimaksud, maka
diperlukan data hujan maksimum untuk beberapa tahun. Data curah hujan diambil dari Kantor
Dinas Perairan. Data yang didapat berupa soft copy data curah hujan selama 12 tahun
.
Contoh perhitungan:
Dari hasil perhitungan luas, diketahui luas Stasiun Prumpung sebesar20,6278125
km sedangkan total luas DAS adalah 59,56875 km2. Sehingga diperoleh bobot untuk
2
Keterangan :
L1 = Luas wilayah stasiun 1
L2 = Luas wilayah stasiun 2
L3 = Luas wilayah stasiun 3
Ln = Luas wilayah stasiun ke-n
R1 = Curah hujan pada stasiun 1 pada suatu tanggal tertentu
R2 = Curah hujan pada stasiun 2 pada suatu tanggal tertentu
R3 = Curah hujan pada stasiun 3 pada suatu tanggal tertentu
Rn = Curah hujan pada stasiun ke-n pada suatu tanggal tertentu
= Curah hujan harian rata – rata daerah pada tanggal ybs
Maka hujan harian rata-rata daerah pada tanggal 5 Februari 1988 adalah1,4947 mm. Data
curah hujan hujan maksimum daerah didapat dengan mencari nilai maksimum dari curah hujan
harian rata-rata daerah pada setiap tahunnya.
Tabel 2.2 Hujan Harian Maksimum Daerah
No Tahun Hujan (mm)
1 1988 89,0356
2 1989 78,5385
3 1990 46,6747
4 1991 79,8789
5 1992 68,4085
6 1993 45,8742
7 1994 45,4063
8 1995 78,4154
9 1997 70,6674
10 2000 92,1903
11 2003 58,2555
12 2004 47,6414
Rata-rata 66,7488
Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertikal dan berbentuk lonceng yang juga
disebut distribusi Gauss. Distribusi normal mempunyai dua parameter yaitu rerata µ dan deviasi
standar σ dari populasi.Dalam analisis hidrologi distribusi normal banyak digunakan untuk
menganalisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit
rata-rata tahunan. Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss.
Xt = X + KT S
dimana,
XT : Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T.
X : Nilai rata – rata hitung varian.
S : Deviasi standar nilai varian.
KT : Faktor frekuensi,
Nilai factor frekuensi dapat dilihat pada tabel reduksi Gauss:
Distribusi Log normal digunakan apabila nilai-nilai dari variabel random tidak mengikuti
distribusi normal,tetapi nilai logaritmanya memenuhi distribusi normal.
Distribusi Log Normal, merupakan hasil transformasi dari distribusi Mengubah data X
kedalambentuklogaritmik Y = log X
Rumus yang digunakan dalam perhitungan metode ini adalah sebagai berikut :
Xt = X + Kt . Sx
dimana,
Xt = besarnya curah hujan yang mungkin terjadi pada periode ulang T tahun (mm/hari).
Sx = Standar deviasi = 2
X = curah hujan rata-rata (mm/hari)
Kt = Standar variabel untuk periode ulang tahun
3. Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum,seperti untuk analisis
frekuensi banjir.
K = Faktor probabilitas.
keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata x maksimum dari seri data Xi
k = faktor frekuensi
Yn, Sn = besaran yang mempunyai fungsi dari jumlah pengamatan
Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas
n = jumlah data
Tabel 2.4 Hubungan antara deviasi Standar dan reduksi variant dengan jumlah data
N Sn n Sn n Sn n Sn
10 0,9496 22 1,0754 55 1,1681 90 1,2007
11 0,9676 25 1,0915 60 1,1747 100 1,2665
12 0,9933 30 1,1124 65 1,1803
13 0,9971 35 1,1285 70 1,1854
14 1,0095 40 1,1413 75 1,1893
15 1,0206 45 1,1519 80 1,1938
20 1,0628 50 1,1697 85 1,1973
Sumber : Soewarno,1995
Tabel 2.5 Hubungan Reduksi Variat Rata-Rata(Yn) dengan jumlah data
N Yn n Yn n Yn
10 0,4952 36 0,5410 62 0,5527
11 0,4996 37 0,5418 82 0,5572
12 0,5053 38 0,5421 83 0,5574
13 0,5070 58 0,5518 84 0,5576
14 0,5100 59 0,5518 85 0,5578
34 0,5396 60 0,5521 86 0,5580
35 0,5402 61 0,5524
Sumber : Soewarno,1995
4. Distribusi Log-Pearson Tipe III
Distribusi Log-Pearson Tipe III banyak digunakan dalam analisis hidrologi, terutama dalam
analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrem.Bentuk
komulatif dari distribusi Log-Pearson Tipe III dengan nilai variatnya X apabila digambarkan pada
kertas peluang logaritmik (logarithmic probability paper) akan merupakan model matematik
persamaan garis lurus. Persamaan garis lurusnya adalah:
Dengan:
Y = nilai logarimik dari X
ȳ = nilai rata-rata dari Y
S = standart deviasi dari Y
K = karakteristik dari distribusi Log-Pearson Tipe III
Tahapan untuk menghitung hujan rancangan maksimum dengan metode Log-Pearson Tipe
III adalah sebagai berikut (Suwarno, 1995: 142):
a. Hujan harian maksimum diubah dalam bentuk logaritma.
b. Menghitung harga logaritma rata-rata dengan rumus
c. Menghitung harga simpangan baku dengan rumus :
d. Menghitung harga koefisien asimetri dengan rumus:
e. Menghitung logaritma hujan rancangan dengan kala ulang tertentu dengan rumus:
f. Menghitung antilog XT untuk mendapatkan curah hujan rancangan dengan kala ulang tertentu
atau dengan membaca grafik pengeplotan XT dengan peluang pada kertas logaritma.
Tabel 2.6 Faktor frekuensi (K) fungsi dari nilai koefisien asimetri (Cs) dan kala ulang (T)
Pengujian Der Weduwen tersebut melalui perhitungan dispersi. Langkah – langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Perhitungan Dispersi:
Tabel 2.7 perhitungan dispersi
(Xi- (Xi- (Xi-
No Tahun X=Hujan(mm) (Xi-Xrata2) Xrata2)^2 Xrata2)^3 Xrata2)^4
1 1988 89,0356 22,28670833 496,6973683 11069,74938 246708,2757
2 1989 78,5385 11,78960833 138,9948647 1638,695015 19319,5724
3 1990 46,6747 -20,07419167 402,9731711 -8089,36067 162387,3766
4 1991 79,8789 13,13000833 172,3971188 2263,575607 29720,76658
5 1992 68,4085 1,659608333 2,75429982 4,571058934 7,586167499
6 1993 45,8742 -20,87469167 435,7527522 -9096,20434 189880,461
7 1994 45,4063 -21,34259167 455,5062191 -9721,68323 207485,9156
8 1995 78,4154 11,66650833 136,1074167 1587,898311 18525,22888
9 1997 70,6674 3,918508333 15,35470756 60,16754952 235,7670442
10 2000 92,1903 25,44140833 647,265258 16467,33973 418952,3142
11 2003 58,2555 -8,493391667 72,137702 -612,693757 5203,84805
12 2004 47,6414 -19,10749167 365,0962378 -6976,07332 133295,2628
Jumlah 800,9867 0 3341,037116 -1404,01868 1431722,375
Setelah diketahui nilai dari faktor – faktor dari perhitungan di atas dapat ditentukan metode
distribusi mana yang dapat dipakai, seperti disajikan dalam tabel berikut :
Dari tabel diatas maka yang memenuhi syarat adalah dengan menggunakan Distribusi
Gumbel. Untuk memastikan pemilihan distribusi tersebut, perlu dilakukan perbandingan hasil
perhitungan statistik dengan ploting data diatas kertas. probabilitas dan uji Der Weduwen.
X2 = 1,333333
DK=2
chi-kritik= 5,9918
X2<chi kritik ok!
Dari hasil perhitungan di atas didapat nilai X2 sebesar 1,3333yang kurang dari nilai X2 pada
tabel uji chi kuadrat yang besarnya adalah 5,99148. Maka dari pengujian kecocokan penyebaran
distribusi Gumbel dapat diterima.
2.6 Analisis Debit Banjir Metode der Weduwen
Analisis metode ini hampir sama dengan Metode Haspers hanya saja rumusan
koefisiennya yang berbeda
Qn =C..q.A
1. Koefisien Aliran (C) dihitung dengan rumus
C =
dengan, = koefisien reduksi
2. Koefisien Reduksi () dihitung dengan rumus
=
dengan, = koefisien reduksi
t = waktu konsentrasi (jam)
A = luas DAS (km2)
3. Modul banjir maksimum menurut der Weduwen dirumuskan
q =
dengan t = waktu konsentrasi / lama hujan terpusat (jam)
4. Waktu konsentrasi (t) dihitung dengan
t = 0,25 L Qn-0,125 i-0,25
dengan i = kemiringan sungai rata-rata
L = panjang sungai (km)
Metode ini harus dihitung dengan trial and error sehingga ketepatan antara waktu
konsentrasi dengan debit sama atau mendekati sama. Hasil kali dari Qn dengan hujan rencana
kala ulang T tahun (RT) merupakan debit banjir yang dicari.
qn = 67,65
3,95 + 1,45
qn = 12,5278 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7951 x 12,5278 + 7
α = 0,7583
qn = 67,65
3,9458 + 1,45
qn = 12,5375 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,5375 + 7
α = 0,7412
Karena setelah di trial beda t terlalu besar maka di trial lagi dengan nilai t rata-
rata
qn = 67,65
3,9790 + 1,45
qn = 12,4608 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,4608 +7
α = 0,7403
qn = 67,65
3,9975 + 1,45
qn = 12,4186 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,4186 + 7
α = 0,7398
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3953 + 7
α = 0,7395
qn = 67,65
4,0134 + 1,45
qn = 12,3824 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3824 + 7
α = 0,7394
qn = 67,65
4,0165 + 1,45
qn = 12,3753 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3753 + 7
α = 0,7393
qn = 67,65
4,0183 + 1,45
qn = 12,3713 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3713 + 7
α = 0,7392
qn = 67,65
4,0193 + 1,45
qn = 12,3691 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3691 + 7
α = 0,7392
qn = 67,65
4,0198 + 1,45
qn = 12,3679 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3679 + 7
α = 0,7392
qn = 67,65
4,0201 + 1,45
qn = 12,3672 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3672 + 7
α = 0,7392
Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3672 x 59,5688
Qn = 383,9862 m3/det
qn = 67,65
4,0203 + 1,45
qn = 12,3668 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3668 + 7
α = 0,7392
qn = 67,65
4,0204 + 1,45
qn = 12,3666 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3666 + 7
α = 0,7392
qn = 67,65
4,0204 + 1,45
qn = 12,3665 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3665 + 7
α = 0,7392
qn = 67,65
4,0204 + 1,45
qn = 12,3665 m3/det.km2
α= 1- 4,1
0,7051 x 12,3665 + 7
α = 0,7392
Qn = 0,7392 x 0,7051 x 12,3665 x 59,5688
Qn = 383,9579 m3/det
KESIMPULAN
1. Dari hasil perhitungan CV,CS dan CK yaitu 0,288652509, -
0,021414269 dan0,787059018 diatas lalu dibandingkan dengan syarat yang ada pada masing-
masing disribusi peluang, maka distribusi peluang yang dipakai adalah distribusi Gumbel ,uji Chi
kuadrat, dan Der Weduwen.
2. Dari hasil analisis hujan rencana pada bab II diperoleh besarnya hujan dengan kala
ulang 1 tahun (R1), 2 tahun (R2), 5 tahun (R5), 10 tahun (R10), 25 tahun (R25), 50 tahun (R50), 100
tahun (R100). Besar kala ulang 1 tahun <2 tahun < 5 tahun < 10 tahun < 25 tahun < 50 tahun <
100 tahun .