Anda di halaman 1dari 7

KESEHATAN JIWA PADA PENYANDANG DIABETES MELITUS

Pengaruh kejiwaan pada penderita diabetes melitus dapat dalam berbagai bentuk
emosional antara lain sikap menyangkal, obsesif, marah, dan takut. Semuanya tampak
negatif, tetapi sebenarnya tidak selalu demikian. Bersikap emosional menghadapi
penyakit serius memang wajar, dan pada beberapa keadaan tertentu sikap ini bahkan
dapat membantu atau bersifat protektif.
 Sikap Menyangkal
Banyak orang yang menyangkal sewaktu mengetahui dirinya menyandang diabetes,
dan tidak mau menerima kenyataan bahwa ia harus menjalani kehidupan sebagai
penyandang diabetes. Bahkan ada penyandang diabetes yang memerlukan beberapa
tahun sampai ia mau mengubah cara hidupnya. Mereka tidak mau tahu bahwa
banyaknya makanan dan kelebihan berat badan sangat berhubungan dengan tingginya
kadar glukosa darah, dan juga berhubungan dengan gejala-gekala diabetes seperti
mudah lelah, mudah infeksi dan lain-lain.
Cara mengatasi hal ini adalah dengan mengubah rasa tidak berdaya tersebut menjadi
rasa percaya diri. Ada 3 faktor penting :
1. Pengetahuan/pengertian mengenai diabetes yang dialami.
2. Keterampilan/kemampuan mengenai diabetes dari hari ke hari.
3. Kemampuan untuk mengendalikan emosi.
 Obsesi
Obsesi adalah kebalikan dari sikap penyangkalan terhadap diabetes. Pasien yang
terobsesi biasanya sangat memperhatikan setiap hal mengenai diabetesnya. Ia akan
melakukan semua hal sesempurna mungkin, karena yakin bahwa dengan demikian
diabetesnya dapat dikendalikan dengan sempurna. Tetapi sayangnya manajemen
diabetes bukan suatu hal yang sempurna. Sifat selalu ingin sempurna mungkin tidak
akan berlangsung lama, sedangkan pengendalian diabetes harus berlangsung seumur
hidup. Suatu ketika sikap obsesif ini mungkin akan menyebabkan kelelahan dan
kekecewaan, dan merasa bahwa diabetes telah membatasi segala segi kehidupan.
 Marah
Keadaan emosional yang sering didapatkan pada penyandang diabetes adalah marah.
Mereka marah karena merasa hidupnya terganggu/tertekan. Mereka merasa dicabut
kebebasannya karena banyak “larangan” dan “keharusan” menyangkut kehidupannya

1
sebagai penyandang diabetes. Mereka tak dapat lagi makan makanan kesukaannya,
harus minum obat secara teratur, lengannya harus ditusuk jarum suntik secara rutin
untuk pemeriksaan darah atau suntik insulin, dll. Kemarahan ini sering dipicu oleh sikap
lingkungannya yang tidak mendukung, misalnya keluarga/teman bersikap seperti polisi
yang selalu mengawasi makanannya, latihan jasmaninya atau kadar glukosa darahnya.
Ia merasa seperti tahanan yang dikelilinngi oleh para penjaga, bukan sebagai orang
yang disayangi.
Target kemarahannya sering diarahkan kepada dokter/tenaga kesehatan lainnya.
Dokter dianggapnya memberi perintah atau larangan yang sulit dilakukan, dokter terlalu
sibuk sehingga tidak punya waktu untuk mendengarkan segala keluhannya, ahli gizi
memberikan rancangan menu makanan yang tidak sesuai dengan selera, dan lain-lain.
 Frustasi
Penyandang diabetes sering merasa frustasi karena setiap hari harus selalu
memikirkan diabetesnya. Mereka merasa kebebasannya terganggu. Kadang-kadang
glukosa darah tinggi walaupun ia merasa sudah melakukan segala sesuatu dengan
benar. Mereka tak dapat memperkirakan apa yang akan terjadi dikemudian hari akibat
diabetesnya.
 Takut
Banyak hal yang menimbulkan ketakutan pada penyandang diabetes. Penyandang
diabetes akan lebih sering memikirkan kematian bila ada keluarganya yang meninggal
akibat komplikasi diabetes. Penyandang diabetes lainnya takut disuntik insulin atau
takut akan mengalami komplikasi diabetes.
Sebenarnya rasa takut tersebut wajar saja, bahkan dapat memperkuat motivasi untuk
mengendalikan diabetes dengan baik.
Kadang-kadang penyandang diabetes mengalami stress yang menimbulkan gangguan
emosi yang berat, misalnya depresi, anxietas/kecemasan, dan gangguan makan.
Gangguan ini dapat berlangsung lama, terasa makin berat, dan sering berulang.
Keadaan ini akan menyebabkan pengendalian diabetes menjadi lebih sulit.
 Depresi
Banyak orang mengatakan dia sedang depresi. Kebanyakan mereka menggunakan
istilah “depresi” yang tidak sesuai dengan apa yang dimaskud sebagai depresi dalam
klinik. Mungkin maksud mereka hanya bahwa saat itu sedang mengalami kesedihan,
dengan suatu sebab yang jelas, biasanya belangsung hanya beberapa jam atau

2
beberapa hari. Berbeda dengan depresi klinik. Biasanya tidak jelas faktor
penyebab/pemicunya, kalaupun ada maka respons emosional yang timbul terlalu
berlebihan dan berlangsung lama.
Diagnosis depresi dapat ditegakkan bila terdapat 5 atau lebih gejala khas berikut ini,
selama 2 minggu atau lebih :
1. Perasaan sedih (depressed mood) sepanjang hari, dan terjadi hamper setiap
hari.
2. Sulit tidur atau tidur terlalu banyak yang terjadi hamper setiap hari.
3. Merasa lesu, lelah tidak bertenaga, hamper setiap hari.
4. Perasaan murung dan hilang rasa senang setiap hari.
5. Tidak ada perhatian/minat terhadap semua aktivitas sehari-hari, hamper setiap
hari.
6. Merasa hidup ini tidak berharga, tidak berguna, merasa bersalah tanpa alasan,
serta kehilangan rasa percaya diri, hampir setiap hari.
7. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan.
8. Tidak dapat berfikir/berkonsentrasi/mengambil keputusan, hampir setiap hari.
9. Terus menerus memikirkan kematian, ingin mati, atau ingin bunuh diri.
Diabetes dan Depresi
Apakah adanya diabetes akan meningkatkan risiko timbulnya depresi? Jawabannya
adalah ya. Penelitian akhir-akhir ini mendapatkan bahwa penyandang diabetes
terutama yang mengalami komplikasi, mempunyai risiko depresi 3 kali lipat
dibandingkan masyarakat umum. Komplikasi diabetes dapat menyebabkan kehidupan
sehari-hari yang lebih sulit sehingga menimbulkan kesedihan berkepanjangan.
 Anxietas/Kecemasan
Setiap penyandang diabetes umumnya menngalami rasa cemas terhadap segala hal
yang terjadi berhubungan dengan diabetesnya,misalnya : cemas terhadap kadar
glukosa darah yang tinggi atau cemas akan timbulnya komplikasi akibat diabetesnya,
dan lain-lain. Hal ini wajar terjadi, seperti halnya kecemasan/kekhawatiran yang terjadi
sehari-hari (misalnya mengenai pekerjaan, perkawinan, dll). Tetapi kecemasan dalam
klinik bukan kecemasan yang wajar seperti di atas. Cemas yang timbul cukup berat,
dan berlangsung lama (6 bulan).

3
Diagnosis kecemasan klinik ditegakkan bila dalam waktu 6 bulan tersebut anda
mengalami minimal 3 dari 6 keadaan berikut :
1. Rasa gelisah/khawatir yang berlebihan, seperti mau mendapat musibah.
2. Kewaspadaan berlebihan sehingga mengganggu tidur, sukar konsentrasi.
3. Mudah lelah.
4. Merasa pikiran kosong.
5. Mudah tersinggung.
6. Otot-otot tegang, tidak bisa santai.
Beberapa gejala di atas memang hamper mirip dengan gejala depresi. Beberapa
gangguan psikis memang mempunyai gejala yang hamper mirip. Selain itu satu orang
pasien dapat mengalami lebih dari satu jenis gangguan psikis.
 Ganggguan Makan
Penyandang diabetes biasanya sangat memperhatikan makanannya sehari-hari,
terutama pada wanita muda yang sangat memperhatikan berat badannya karena selalu
ingin langsing. Hal ini kadang-kadang terjadi berlebihan sehingga timbul gangguan
makan.
Terdapat dua jenis gangguan makan, keduanya berpengaruh buruh bagi penyandang
diabetes :
1. Anoreksia nervosa.
Pasien ini biasanya sangat membatasi jumlah makanan yang dimakannya,
sering sampai di bawah 1000 kalori perhari. Mereka juga cenderung untuk
melakukan olahraga yang berlebihan.
2. Bulimia nervosa.
Pasien ini biasanya makan dalam jumlah besar dalam satu kali makan, lalu
berusaha mengeluarkan apa yang telah dimakannya dengan berbagai cara
misalnya memuntahkannya, menggunakan obat pencahar, atau obat diuretika
(obat untuk memperbanyak kencing).
Gejala berikut ini tidak normal dan dapat dipakai sebagai pedoman kemungkinan
terjadinya gangguan makan :
a. Sangat khawatir akan mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk,
padahal saat ini badan masih kurus. Berat badan kurang dari 85% dari berat
badan ideal.
b. Menganggap diri kegemukan padahal orang lain mengatakan anda kurus.
c. Olahraga berlebihan (melebihi kebutuhan).
4
d. Tidak mempedulikan akibat buruk dari kondisi badan yang kurus.
e. Mempunyai kebiasaan makan banyak pada sekali makan, yang terjadi minimal 2
kali seminggu selama tiga bulan.
f. Mempunyai kebiasaan selalu minum obat pencahar/diuretika untuk menurunkan
berat bdan atau berusaha untuk memuntahkan makanan yang baru dimakan.
Berbeda dengan keadaan di atas, gangguan makan dapat juga berupa : perasaan tidak
dapat berhenti makan dan tidak dapat mengatur jenis/jumlah makanan yang dimakan.
Semua jenis gangguan makan tersebut dapat berpengaruh buruk pada pengendalian
glukosa darah, yang berakibat timbulnya komplikasi diabetes akut maupun kronik.

5
Sesi tanya jawab:

1. Bagaimana mengatasi perasaan kecewa dan sedih setelah mengetahui


bahwa kita terkena diabetes melitus?
Jawab :
Perasaan kecewa dan sedih setelah mengetahui bahwa kita terkena diabetes
melitus adalah wajar. Akan tetapi setelah itu sebaiknya kita mencari tahu
bagaimana penyakit diabetes melitus tersebut, bagaimana kita dapat hidup
normal sebagai penyandang diabetes melitus. Karena tidak hanya Bapak/Ibu
sekalian yang menderita diabetes melitus. Dengan sering nya berinteraksi
dengan penderita diabetes melitus lainnya seperti pada kegiatan prolanis ini kita
dapat saling bertukar pikiran juga berolahraga bersama.
Berpikirlah positif dan ikutin kegiatan sosial lain yang bermanfaat juga dapat
mengurangi perasaan kecewa dan sedih tersebut.

2. Saya sering merasa takut dengan penyakit kencing manis yang saya derita
ini, bagaimana sebaiknya saya menyikapinya?
Jawab :
Perasaan takut apabila dalam batas yang wajar dapat menjadi hal yang positif.
Rasa takut tersebut dapat mendorong kita untuk bisa bertekad untuk hidup lebih
sehat dan mengontrol pola diet rendah karbohidrat yang memang dianjurkan
pada penderita diabetes melitus. Juga untuk lebih giat melakukan olahraga rutin
yang berdampak meningkatkan insulin alami dalam tubuh kita. Konsultasikan lah
kepada dokter anda tentang apa yang anda takutkan tentang penyakit kencing
manis yang anda derita. Sehingga anda dapat mengetahui informasi yang tepat
mengenai penyakit yang anda derita.

3. Bagaimana bila kita menderita depresi atas penyakit kencing manis yang
kita derita?
Jawab :
Bila anda mengalami depresi, maka anda dianjurkan untuk menemui dokter.
Tidak perlu menunggu sampai terjadi gangguan psikis yang berat untuk
menemui dokter. Walaupun secara psikologis masih baik, tetapi bila sudah
merasa “lelah” dalam usaha mengendalikan diabetes, maka anda sudah layak
6
untuk meminta pertolongan dokter. Pilihlah dokter/konsultan yang cocok buat
anda. Cocok yang dimaksud disini adalah yang membuat anda nyaman untuk
mengungkapkan segala keluhan, Selain memberikan konseling kejiwaan
biasanya dokter akan memberikan obat anti-depresi bila diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai