Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KERJA/ TERM OF REFERENCE

LAYANAN KEWASPADAAN DINI PENYAKIT BERPOTENSI KLB


TAHUN 2020

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan


Unit Eselon I : Direkorat Jenderal Pencegahan & Penanggulangan Penyakit
Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Sasaran Program : Menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular
serta meningkatnya kesehatan jiwa
Indikator Kinerja Program 1. Presentase cakupan keberhasilan pengobatan
TB/Succes Rate

2. Prevalensi HIV

3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria

4. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta

5. Persentase Kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis

6. Persentase penurunan kasus Penyakit yang Dapat


Diegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai


kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi
wabah.

8. Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan


kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

9. Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki puskesmas


yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa.

Kegiatan : Surveilans dan Karantina Kesehatan


Sasaran Kegiatan : Kabupaten/Kota yang melakukan pemantauan kasus penyakit
berpotensi kejadian luar biasa (KLB) dan melakukan respon
penanggulangan terhadap sinyaal KLB untuk mencegah terjadinya
KLB
Indikator Kinerja Kegiatan : Persentase respon Penanggulangan Terhadap Sinyal
kewaspadaan dini KLB (Kejadian Luar Biasa) untuk mencegah
terjadinya KLB di Kabupaten/Kota
Keluaran (Output) : Layanan Informasi Kewaspadaan Dini Berbasis Laboratorium
Indikator Keluaran (Output) : Jumlah Layanan Informasi Kewaspadaan Dini
Berbasis Laboratorium

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Permenkes 2349/MENKES/PER/XI/2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.
c. Undang-Undang No.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
d. PP No.40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
e. Permenkes No. 560 tahun 1983 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang dapat
menimbulkan wabah dan Tata-Cara Penyampaian Laporan dan Tata-Cara
Penanggulangannya..
f. Peraturan Menkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).
g. PP NO.66 Tahun 2014, Tentang Kesehatan Lingkungan.
h. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2009 tentang “Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup vector.
i. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis.
Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
j. Permenkes 1501 tahun 2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat
menularkan wabah dan upaya penanggulangan.
k. Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor

2. Tugas dan fungsi Unit Kerja Terkait dan/ atau Penugasan Tambahan
1. Peraturan menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VII/2010
2. Peraturan 2349/Menkes/Per/XI/2011 tentang B/BTKL-PP
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI.NO.1251 /MENKES/2004 tentang Susunan dan Jabatan
Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional Output
TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui saluran udara.
TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke tulang, kelenjar getah bening,
sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.

Pewarnaan Ziehl Neelsen, termasuk pewarnaan tahan asam. Biasanya dipakai untuk
mewarnai golongan Mycobacterium (M.Tuberculosis dan M.Leprae) dan Actinomyces.
Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya mengandung
banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat permeable dengan pewarnaan biasa. Bakteri tersebut
bersifat tahan asam (+) terhadap pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosa tuberculosis.

b. Latar Belakang

Pemeriksaan BTA adalah prosedur untuk mendeteksi bakteri penyebab penyakit tuberkulosis (TB).
Bakteri TB dapat hidup di lingkungan asam, sehingga pemeriksaan terhadap bakteri ini dikenal
dengan nama pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA). Pemeriksaan BTA dilakukan dengan
memeriksa keberadaan bakteri di berbagai organ tubuh, utamanya melalui pemeriksaan sampel
dahak, mengingat tuberkulosis (TB) paling sering menyerang paru-paru.

Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa adalah dahak atau sputum. Dahak yang
diperiksa paling sedikit 3-5 cc. Jika jumlah kuman kurang dari 5000 dalam 1cc dahak, maka itu tidak
akan kelihatan di bawah mikroskop. Dahak yang diambil ialah dahak yang kental kuning kehijauan
sebanyak 3-5cc, dengan waktu pengambilan sebagai berikut : Dahak sewaktu, penderita datang
berobat dengan keluhan apa saja ke poliklinik, Dahak pagi, yang diambil besok paginya begitu
bangun tidur, Dahak sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi tersebut.
Ludah tidak dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dalam rongga mulut. Biasanya dalam
ludah tidak terdapat kuman TB. Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
karbol-fuchsin (fuchsin basa yang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun
dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas alas disiram dengan cairan
karbol fuchsin kemudian dipanaskan sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam
alkohol dan akhirnya diberi warna kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies
Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang serumpun) berwarna merah dan yang lain-lain
akan berwarna sesuai warna kontras. Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang
tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan
warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. Ciri–ciri khas
Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus
berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan filamen.
Mycobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif. Sekali diwarnai
dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi
dengan iodium. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95 % etil
alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol) dengan cepat akan menghilangkan
warna semua bakteri kecuali Mycobakteria. Sifat tahan asam ini bergantung pada integritas struktur
selubung berlilin. Pada dahak atau irisan jaringan, Mycobakteria dapat diperlihatkan karena
memberi fluoresensi kuning jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya
auramin, rodamin).
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh
karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic
fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada
pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan
asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.

Dalam proses pekerjaan pewarnaan di lapangan sering kali tidak bisa bekerja maksimal dan efektif
dikarenakan sulitnya ruang dalam meletakkan slide-slide yang akan diperiksa. Sementara slide yang
berisikan warnaan sering kali berjumlah sangat banyak dengan waktu yang terbatas. Sehingga
diperlukan alat dukung yang dapat mem bantu dan menjadikan proses kerja lebih cepat dan efisien.

Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah :
1. Masyarakat : Sebagai sasaran dari penularan penyakit TB dapat terhindar dari penyakit
bersumber dari bakteri.
2. Dinas Kesehatan : Sebagai rekomendasi dalam rangka pencegahan penyakit.
3. Pemerintah Daerah : Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
 Lokasi :
1. Sekolah Dan Pesantren
2. Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)
 Pelaksana
1. BTKLPP Kelas I Medan (Petugas Lab Dan Epidemiolog)
2. Staf Dinas Kesehatan dan Staf Puskesmas
 Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan adalah Swakelola
 Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan Pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota
2. Pemeriksaan Sputum Dengan Metode Pewarnaan
a. Alat
 Container
 Besi (Untuk Penyangga)
 Muur
 Obeng
 Kawat
 Alat tulis
 Engsel
b. Bahan Yang Diperiksa
 Sputum
c. Cara Kerja
 Mengeringkan bahan pemeriksaan agar lebih cepat dan tepat
 Membagikan kuesioner kepada responden berbentuk Form /Kuiseoner
3. Penyusunan laporan/ kajian
4. Waktu pelaksanaan :
Kegiatan direncanakan pada bulan Maret–November 2020 yang selanjutnya dituangkan
dalam matrik pelaksanaan kegiatan.
5. Matriks Kegiatan
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Koordinasi dengan
1. x x x
Dinkes setempat
Persiapan
Pembuatan Alat
2. Pembantu x x
Pengering
Pewarnaan BTA

Pelaksanaan
3. Kegiatan Pewarnaan x x x x X x x x x
BTA

Pembuatan Laporan
4. dan kajian x x x x X x x x x

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran


Keluaran kegiatan harus dicapai dalam waktu satu tahun anggaran 2020.

E. Biaya Yang diperlukan


Adapun biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp. 126.460.0000

Medan, Juli 2019


Diketahui
Ka.Sie.ADKL BTKLPP Medan

Yukresna Ivo, N, SKM, M.Kes


NIP.196905231994012001

Anda mungkin juga menyukai