New Poposal Skripsi Ndolu
New Poposal Skripsi Ndolu
BAB I ............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Akademis....................................................................... 5
1.5. Manfaat Praktis .................................................................................. 6
BAB II .............................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
2.1. Ginjal.................................................................................................. 6
2.1.1. Anatomi ginjal .............................................................................. 6
2.1.2. Vaskularisasi arteri segmentalis .................................................. 8
2.1.3. Embriologi ................................................................................... 9
2.1.4 Histologi......................................................................................... 12
2.2. Fisiologi............................................................................................ 16
2.3. Patologi ............................................................................................ 18
2.4. Variasi Anatomi ................................................................................ 20
BAB III ........................................................................................................... 22
KERANGKA KONSEPTUAL ......................................................................... 22
3.1. Kerangka Teori ................................................................................ 23
BAB IV .......................................................................................................... 24
METODELOGI PENELITIAN ........................................................................ 24
4.1. Desain dan Metodelogi Penelitian ................................................... 24
4.2. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 25
4.2.1. Populasi .................................................................................... 25
i
4.2.2. Sampel ...................................................................................... 25
4.2.3. Besar Sampel ............................................................................ 26
4.2.4. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................... 26
4.3. Variable penelitian dan Definisi Operasional ................................... 26
4.3.1. Variabel Penelitian .................................................................... 26
4.3.2. Definisi Operasional .................................................................. 26
4.4. Alat dan Bahan Penelitian................................................................ 27
4.5. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 28
4.6. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data .............................. 28
4.6.1. Penentuan Kriteria Penelitian .................................................... 28
4.6.2. Pengamatan Penelitian ............................................................. 28
4.7. Manajemen Data ............................................................................. 29
4.8. Cara Analisis Data ........................................................................... 29
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 30
5.1. Data Hasil Penelitian........................................................................ 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Segmentasi vaskular ginjal telah menjadi topic investigasi sejak lama.
Graves menyatakan terdapat lima arteri segmen yang ada di ginjal. Ini yang
paling banyak diterima secara luas dan diadopsi secara internasional (Graves
FT 1954)
Namun, beberapa penelitian lain menekankan variabilitas besar dalam
jumlah segmen vaskular, mulai dari tiga hingga lima (Fine dan Keen 1966,
Ajmani dan Ajmani 1983, Longia dkk. 1984, Sampaio et al. 1993, Sapte dan
Bordei 2005).
Gambaran pra-operasi dari vaskular lengkap anatomi penting untuk
perencanaan bedah, terutama sebelum melakukan parsial laparoskopi operasi
nephrectomy dan nephron-sparing. Faktanya bahwa arteri-arteri segmental
hadir pada hilar atau prehilar wilayah membuatnya dapat diakses secara
selektif menjepit selama prosedur bedah seperti parsial nephrectomy (Weld et
al. 2005).
Sejak laparoskopi nephrectomy dilakukan dengan bidang pandang
terbatas, pengetahuan tentang varian normal dari pola vaskular mengurangi
kemungkinan cedera vaskular dan pendarahan. Penelitian sebelumnya
tentang vascular segmentasi ginjal dan jumlah arteri segmental telah
memberikan kontradiksi pengamatan (Weld et al. 2005).
John Hunter pada tahun 1974 menggambarkan cabang-cabangnya
dari arteri ginjal menjadi arteri akhir fungsional berbeda dengan anastomosis
bebas dari pembuluh darah. Penerapan fakta ini dalam operasi adalah tidak
disadari selama satu setengah abad. Itu hanya ketika reseksi segmental atau
nefrektomi parsial dilakukan dengan apresiasi yang benar dari anatomi
variasional dari renovascular segmen digambarkan memiliki yang lebih rendah
mortalitas jika dibandingkan dengan nefrektomi total, bahwa pentingnya
pengetahuan tentang distribusi cabang utama ginjal arteri dalam substansi
ginjal itu disadari oleh ahli bedah. Sifat segmental dari distribusi arteri ginjal
aksesori dan cabang dari arteri ginjal hanya diakui pada tahun 1954 .
2
Klasifikasi yang diadopsi dalam penelitian ini didasarkan terutama pada
klasifikasi berbagai jenis dari arteri segmental ginjal yang dibuat oleh Graves.
Kuburan menggambarkan 4 tipe superior arteri segmental sesuai dengan asal-
usulnya dan 3 kelompok dari divisi anterior renal arteri tergantung pada
modenya penghentian. Kher et al memodifikasi pengelompokan Graves dan
mereka mengelompokkan arteri-arteri lainnya dengan baik dihilangkan oleh
Graves. Mereka diklasifikasikan 6 jenis arteri segmental superior bukannya 4
jenis dijelaskan oleh Graves. Enam tipe atasan variasi arteri segmental sesuai
dengan berbagai sumber asal seperti yang diketik oleh Kher et al.
Penelitian ini tentang variasi dari cabang segmental yang berbeda dari ginjal
arteri dengan metode cor korosi telah dilakukan karena kepentingannya yang
diterapkan dalam membuat bedah yang relatif tidak berdarah pendekatan ke
ginjal dan dalam menyelamatkan yang sehat segmen ginjal di nefrektomi
parsial.
Pada Penelitian yang dilakukan di Sarojini Naidu Medical College,
menemukan variasi pola percabangan arteri segmental superior. Ini timbul
dengan atau dari arteri segmental apikal, tengah dan posterior pada 20%, 28%
dan 10% kasus. Dalam penelitian ini menemukan variasi dalam hubungan
antara arteri segmental dan sistem pengumpulan atas. Variasi ini sangat
penting selama tusukan pada prosedur endourologis dan operasi intrarenal
untuk menghindari risiko pendarahan. Pengetahuan yang tepat tentang
pembuluh darah ginjal adalah kontribusi yang berharga bagi ahli bedah dalam
melakukan operasi ginjal yang lebih banyak dan lebih konservatif seperti
reseksi jaringan sel ginjal parsial dan segmental daripada terjadi pada
nefrektomi radikal yang menyebabkan kerusakan parah dan juga dapat
menyebabkan komplikasi intraoperatif dan pasca operasi.
Pada penelitian terdahulu juga terdapat Pembagian anterior arteri ginjal
dibagi menjadi tiga arteri segmental sebelum memasuki hilus pada ginjal kiri
3
dan pada ginjal kanan dibagi menjadi dua arteri segmental. ( Int J Med Res
Health Sci. 2013;2(3): 678-681).
Penulis percaya bahwa variabel temuan berbeda studi adalah hasil dari
ambiguitas tentang asal dan luasnya arteri segmental. Interpretasi variable
kemungkinan jika pola percabangan tidak ditelusuri hingga sinus ginjal dan /
atau cabang-cabang presegmental ditafsirkan sebagai arteri segmental.
Kesalahan penafsiran semacam itu dapat dihindari jika posisi, asal dan
penghentian arteri segmental ditentukan tepat seperti yang dilakukan dalam
penelitian ini.
Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya merupakan pusat pembelajaran anatomi dengan menggunakan
kadaver. Pada kadaver dapat dipelajari organ-organ tubuh dengan bagian-
bagian dan topografi dari organ tersebut. Salah satu organ yang ada pada
kadaver adalah Ginjal. Pada penelitian ini akan dilihat topografi dari ginjal ,
khususnya arteri pada ginjal.
Penyelidikan tentang variasi arteri segmentalis ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan data ada perbedaan percabangan arteri renalis. Dimana pada
praktikum anatomi kadang dijumpai adanya variasi arteri segmentalis yang
lebih dari satu.
Pengetahuan tentang pola percabangan arteri ginjal sangat penting
untuk interpretasi radiografi vaskular ginjal yang tepat dan merencanakan
prosedur bedah dalam kasus trauma ginjal, transplantasi ginjal, dan nefrektomi
parsial (J. Anat, 2012:229)
Sampai sejauh ini penelitian variasi anatomi tentang arteri segmentalis
pada ginjal sudah pernah dilakukan, peneliti tertarik untuk melihat gambaran
dari variasi arteri segmentalis pada cadaver ginjal di Laboratorium Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Hangtuah Surabaya dengan pengamatan
langsung pada cadaver ginjal.
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang dapat di
rumuskan dalam peneliti ini adalah:
5
d. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi informasi dan
pengetahuan, serta pembanding dan referensi untuk melakukan
penelitian serupa yang lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ginjal
2.1.1. Anatomi ginjal
Ginjal merupakan organ berwarna coklat kemerahan seperti kacang
merah yang terletak tinggi pada dinding posterior abdomen, berjumlah
sebanyak dua buah dimana masing-masing terletak dikanan dan kiri columna
vertebralis (Snell, 2006). Kedua ginjal terletak di retroperitoneal pada dinding
abdomen, masing-masing disisi kanan dan kiri columna vertebralis setinggi
vertebra T12 sampai vertebra L3. Setiap ginjal memiliki permukaan anterior
dan posterior halus yang ditutupi oleh kapsula fibrosa (Gray’s, 2009).
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dari pada ginjal kiri karena
besarnya lobus hati kanan (Moore & Anne, 2012). Pada tepi medial masing-
masing ginjal yang cekung terdapat celah vertikal yang dikenal sebagai hilum
renale yaitu tempat arteri renalis masuk dan vena renalis serta pelvis renalis
6
keluar (Moore & Anne, 2012). Setiap ginjal manusia dewasa beratnya sekitar
150 gram dan kira-kira seukuran cengkeraman ( Guyton and Hall, 2006)
Aspek posterior ginjal berhubungan dengan diafragma, yang
memisahkan mereka dari rongga pleura dan pasangan ke-12 rusuk. Lebih
inferior, permukaan posterior ginjal berhubungan dengan otot utama psoas
medial dan otot lumborum quadratus.
7
Gambar 2.2 Anatomi posisi Ginjal (Moore, 2014)
8
Gambar 2. 3 Arteri Segmentalis (Moore, 2014)
2.1.3. Embriologi
Tiga sistem ginjal yang sedikit tumpang tindih terbentuk dalam urutan
kranial-ke-caudal selama kehidupan intrauterin pada manusia: pronephros,
mesonephros, dan metanephros. Yang pertama dari sistem ini tidak sempurna
dan tidak berfungsi; yang kedua dapat berfungsi untuk waktu yang singkat
selama periode janin awal; Bentuk ketiga ginjal permanen. ( Langman’s, 2014)
9
A. Pronefros
Pada awal minggu keempat, pronephros diwakili oleh 7 sampai 10
kelompok sel padat di daerah serviks. Kelompok-kelompok ini membentuk unit
ekskretoris vestigial, nephrotom, yang mengalami regresi sebelum
terbentuknya kaudal. Pada akhir minggu keempat, semua indikasi sistem
proneprik telah hilang.
B. Mesonephron
Mesonorf Antonephros dan saluran mesonephric berasal dari
mesoderm intermediate dari segmen toraks atas sampai lumbar bagian atas
(L3). Pada awal minggu keempat perkembangan, selama regresi sistem
pronephric, tubulus ekskretori pertama mesonephros muncul. Mereka
berkembang dengan cepat, membentuk lingkaran berbentuk S, dan
mendapatkan sekar kapiler yang akan membentuk glomerulus pada
ekstremitas medial mereka. Di sekitar glomerulus, tubulus membentuk kapsul
Bowman, dan bersama-sama struktur ini membentuk sel ginjal. Kemudian,
tubulus memasuki saluran pengumpul longitudinal yang dikenal sebagai
duktus mesonephric atau serigala Di pertengahan bulan kedua, mesonefros
membentuk organ ovoid besar di setiap sisi garis tengah .Karena gonad yang
sedang berkembang berada di sisi medialnya, punggungan yang dibentuk oleh
kedua organ tersebut dikenal sebagai punggungan urogenital .Sementara
tubulus kaudal masih membeda-bedakan, tubulus tengkorak dan glomeruli
menunjukkan perubahan degeneratif, dan pada akhir bulan kedua, sebagian
besar telah hilang. Pada pria, beberapa tubulus kaudal dan duktus
mesonephric bertahan dan berpartisipasi dalam pembentukan sistem genital,
namun menghilang di betina.
C. Metanorf
Ginjal Definitif Organ urin ketiga, metanorf atau ginjal permanen, muncul
pada minggu kelima. Unit ekskretorisnya berkembang dari mesoderm
10
metanephric. dengan cara yang sama seperti pada sistem mesonephric.
Perkembangan sistem saluran berbeda dengan sistem ginjal lainnya.
11
2.1.4 Histologi
Setiap ginjal dilapisi oleh kapsul jaringan ikat padat tidak teratur. Irisan
sagital ginjal menunjukkan korteks yang lebih gelap di bagian luar, dan medula
yang lebih terang di bagian dalam, yang terdiri atas banyak piramid ginial
(pyramides renales) bentuk-kerucut. Basis setiap piramid menghadap ke
korteks dan membentuk batas kortikomedularis. Apeks setiap piramid yang
bulat meluas ke arah pelvis renalis untuk membentuk papila renalis. Sebagian
korteks juga meluas ke masing-masing sisi piramid ginjal untuk membentuk
kolumna renalis (columnae renales).
12
Unit fungsional setiap ginjal adalah tubulus uriniferus mikroskopik.
Tubulus ini terdiri atas nefron (nephronum) dan duktus koligens (ductus
colligens) yang menampung curahan dari nefron. Jutaan nefron terdapat di
setiap korteks ginjal. Nefron, selanjutnya, terbagi lagi menjadi dua komponen,
korpuskulum ginjal (corpusculum renale) dan tubulus ginjal (tubulus renalis).
Untuk memahami korelasi fungsional ginjal, aliran darah ke organ ini
perlu dipahami. Setiap ginjal dipasok oleh arteri renalis yang bercabang di hilus
menjadi beberapa cabang segmental, yang bercabang menjadi beberapa
arteri interlobaris. Arteri interlobaris berlanjut di ginjal di antara piramid ke arah
korteks. Di taut kortikomedular, arteri interlobaris bercabang menjadi arteri
arkuata,yang melengkung di basis piramid dan membentuk arteri interlobularis.
Pembuluh darah ini bercabang lagi menjadi arteriol aferen, yang membentuk
kapiler di glomeruli korpuskulum ginjal. Arteriol eferen meninggalkan
korpuskulum ginjal dan membentuk kompleks anyaman kapiler peritubular di
sekitar tubulus di korteks dan pembuluh kapiler lurus yang panjang atau vasa
rekta di medula yang melengkung balik ke daerah kortikomedular. Vasa rekta
membentuk lengkung yang sejajar dengan ansa Henle. Interstisium dialiri oleh
vena interlobularis yang berlanjut ke vena arkuata.
13
Gambar 2. 7 korteks ginjal (Sumber: diFiore, 2012)
Sebagaimana diduga untuk organ yang dikhususkan untuk pemrosesan
darah, susunan anatomis vaskular ginjal dan hubungannya dengan komponen
nefron sangat penting. Pembuluh darah ginjal diberi nama berdasarkan lokasi
atau bentuknya yang sesuai (Gambar 19-3). Setiap ginjal menerima darah dari
a. renalis, yang bercabang menjadi dua atau lebih arteri segmental di hilus. Di
sinus renalis, arteri tersebut bercabang lebih lanjut membentuk a. interlobaris
yang terjulur di antara piramida ginjal menuju perbatasan korteks-medula
(Gambar 19-3). Di tempat ini, a. interlobaris bercabang lebih lanjut membentuk
a. arcuata yang berjalan melengkung di sepanjang taut tersebut di dasar setiap
piramida ginjal. A. interlobularis kecil bercabang tegak lurus dari a. arcuata dan
memasuki korteks. Dari a. interlobularis muncul mikrovaskular arteriol aferen
yang menyuplai darah ke jalinan kapiler yang disebut glomerulus, dan masing-
masing berhubungan dengan korpuskel ginjal (Gambar 19-3 dan 1.9-4).Darah
14
meninggalkan kapiler glomerulus, bukan melalui arteriol eferen, yang
bercabang kembali membentuk jalinan kapiler lain, kapiler peritubular yang
memberi nutrisi pada sel tubulus proksimal dan distal serta membawa zat-zat
yang direabsorpsi. Arteriol eferen yang berhubungan dengan glomerulus di
dekat medula berlanjut sebagai pembuluh darah lurus dan panjang secara
langsung ke dalam medula yang menyediakan nutrien dan oksigen di tempat
tersebu! dan lalu bergelung kembali ke dalam korteks sebagai venula.
Pembuluh darah medular kecil ini dan pleksus kapiler yang menyelip
membentuk vasa recta. Darah meninggalkan ginjal melalui vena dengan
perjalanan yang sama seperti arteri dan memiliki nama yang sama (Gambar
19-3). Kapiler peritubular yang terluar dan kapiler di simpai ginjal
berkonvergensi menjadi vena stellata kecil yang bermuara ke dalam vena
interlobularis.
15
2.2. Fisiologi
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat
terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma
darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air
dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut
dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin
(Price dan Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a) Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b) Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c) Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh
d) Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e) Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal
kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang
diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan
dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di
kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan
keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di
keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi
sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke
kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi
secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula
bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara
16
bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi
parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011).
Setiap ginjal dalam manusia mengandung sekitar 1 juta nefron, masing-
masing mampu membentuk urin. Setiap nefron mengandung (1) seberkas
kapiler glomerulus yang disebut glomerulus, di mana sejumlah besar cairan
disaring dari darah, dan (2) tubul panjang di mana cairan yang tersaring diubah
menjadi urin dalam perjalanan ke panggul dari ginjal.
Selain fungsi yang dijelaskan sejauh ini, ginjal memiliki fungsi lain,
beberapa di antaranya tidak berhubungan langsung dengan pembentukan
urin. Fungsi-fungsi ini adalah sekresi renin (yang memengaruhi pembentukan
urin), produksi eritropoietin, dan aktivasi vitamin D.
1. Sekresi renin - Ketika tekanan darah menurun, juxtaglomerular (juxta
berarti "di samping") sel-sel dalam dinding arteriol aferen mensekresikan enzim
renin. Renin kemudian memulai mekanisme renin-angiotensin untuk
meningkatkan tekanan darah. Ini pertama kali dijelaskan dalam Bab 13, dan
urutan kejadian disajikan pada Tabel 18-2. Produk akhir dari mekanisme ini
adalah angiotensin II, yang menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan
sekresi aldosteron, yang keduanya membantu meningkatkan tekanan darah.
Tekanan darah yang normal sangat penting untuk fungsi tubuh normal.
Mungkin perubahan yang paling serius adalah penurunan tekanan darah yang
tiba-tiba dan drastis, seperti akan mengikuti perdarahan yang parah.
Menanggapi penurunan tersebut, ginjal akan mengurangi filtrasi dan output
urin dan akan memulai pembentukan angiotensin II. Dengan cara ini ginjal
membantu memastikan bahwa jantung memiliki cukup darah untuk dipompa
untuk mempertahankan curah jantung dan tekanan darah. 2. Sekresi
eritropoietin-Hormon ini disekresikan setiap kali tingkat oksigen darah menurun
(keadaan hipoksia). Erythropoietin menstimulasi sumsum tulang merah untuk
meningkatkan laju produksi RBC. Dengan lebih banyak sel darah merah
17
beredar, kapasitas pembawa oksigen darah lebih besar, dan keadaan hipoksia
dapat diperbaiki (lihat juga Kotak 18-3: Erythropoietin)
3. Aktivasi vitamin D - Vitamin ini ada dalam beberapa bentuk struktural yang
diubah menjadi kalcitriol (D2) oleh ginjal. Calcitriol adalah bentuk vitamin D
yang paling aktif, yang meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfat dalam
usus kecil. ( Scanlon And Sanders,2007 )
2.3. Patologi
Transplantasi organ manusia yang paling sukses adalah transplantasi
ginjal yang dilakukan pada tahun 1953. Karena donor dan penerima adalah
kembar identik, penolakan tidak menjadi masalah. Ribuan transplantasi ginjal
telah dilakukan sejak itu, dan pengembangan obat imunosupresif telah
memungkinkan banyak orang untuk menjalani kehidupan normal dengan ginjal
yang disumbangkan. Meskipun seseorang biasanya memiliki dua ginjal, satu
ginjal cukup untuk melakukan pekerjaan rumit yang diperlukan untuk
mempertahankan homeostasis cairan tubuh.
Gagal ginjal, ketidakmampuan ginjal berfungsi dengan baik, mungkin
merupakan hasil dari tiga penyebab umum, yang dapat disebut prerenal, ginjal
intrinsik, dan postrenal. "Prerenal" berarti masalahnya adalah "sebelum" ginjal,
yaitu, dalam darah mengalir ke ginjal. Setiap kondisi yang mengurangi aliran
darah ke ginjal dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan kegagalan.
Contohnya adalah perdarahan berat atau tekanan darah sangat rendah
setelah serangan jantung (MI). "Ginjal intrinsik" berarti masalahnya ada di
ginjal itu sendiri. Diabetes dan hipertensi merusak pembuluh darah ginjal, dan
merupakan penyebab 70% dari semua kasus gagal ginjal stadium akhir. Infeksi
bakteri pada ginjal atau paparan bahan kimia (antibiotik tertentu) dapat
menyebabkan kerusakan pada nefron. Penyakit ginjal polikistik adalah
kelainan genetik di mana tubulus ginjal membesar dan menjadi tidak berfungsi.
18
Kerusakan parah mungkin tidak terlihat sampai usia 40 hingga 60 tahun tetapi
kemudian bisa berlanjut menjadi gagal ginjal. "Postrenal" berarti bahwa
masalahnya adalah "setelah" ginjal, di suatu tempat di sisa saluran kemih.
Obstruksi aliran urin mungkin disebabkan oleh batu ginjal, ureter yang
memutar, atau hipertrofi prostat. Pengobatan gagal ginjal melibatkan koreksi
penyebab spesifik, jika memungkinkan. Jika tidak memungkinkan, dan
kerusakan ginjal permanen, orang tersebut dikatakan mengalami gagal ginjal
kronis. Hemodialisis adalah penggunaan mesin ginjal artifisial untuk
melakukan apa yang tidak dapat lagi dilakukan oleh nefron pasien. Darah
pasien dilewatkan melalui tabung-tabung kecil yang dikelilingi cairan (dialisat)
dengan komposisi kimia yang sama seperti plasma. Produk limbah dan
kelebihan mineral menyebar dari darah pasien ke cairan mesin. Meskipun
hemodialisis tidak memperpanjang usia mereka yang mengalami gagal ginjal
kronis, tetapi tidak sepenuhnya menggantikan fungsi ginjal. Tingkat
keberhasilan transplantasi ginjal yang meningkat, bagaimanapun, memang
memberikan kemungkinan kehidupan normal untuk orang-orang dengan gagal
ginjal kronis.
19
Gambar 2. 9 Gagal ginjal (Sumber: Anatomy and Psycolgy Essential, 2007)
20
5. Pada penelitian di India mengamati tiga jenis variasi dalam pola
arteri arteri segmental middle.
6. Terdapat empat jenis variasi dalam pola arteri arteri segmental
atas (Gyan Prakash Mishra et al, 2015)
21
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
GINJAL
ASAL VASKULARISASI
AORTA ABDOMINALIS
NNAAAAABDOMINALI
S
ARTERI RENALIS VENA RENALIS
22
3.1. Kerangka Teori
Arteri renalis ini berpasangan, dan keluar dari sisi lateral dari aorta
abdominalis setinggi discus intervertebralis antara Vertebra Lumbal I dan
Vertebrae Lumbal II. Arteri renalis yang kanan lebih panjang daripada kiri,
berjalan di belakang vena cava inferior, vena renalis dextra, caput pancreas,
dan pars descenden duodeni. Arteri renalis yang kiri lebih tinggi daripada yang
kanan, berjalan di belakang dari vena renalis sinistra, corpus pancreas, vena
lienalis, juga disilang oleh vena mesentrica inferior. Sebelum mencapai hilus
renalis, maka kedua arteri renalis ini bercabang menjadi dua sampai lima
cabang, yang kebanyakan terletak diantara vena renalis dan pelvis renalis.
Arteri renalis ini memberikan cabang arteri supra renalis inferior dan cabang
untuk ureter. Lalu berakhir di dalam hilus renalis menjadi arteri segmentalis
dan sudah tidak beranastomose lagi.
Pada kerangka konseptual di atas, dapat dijelaskan mengenai variasi
anatomi segmentalis pada ginjal. Variasi yang dimaksud adalah jumlah dan
posisi arteri segmentalis. Pada penelitian ini menggunakan acuan jumlah yaitu
1,2,≥ 3. Kemudian acuan untuk percabangan dari arteri segmental dari ginjal.
23
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
24
4.2. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah cadaver ginjal manusia yang menjadi
koleksi di laboratorium anatomi Fakultas kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya.
4.2.2. Sampel
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti (Djarwanto, 1994 : 43). Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan criteria sampel diperlukan untuk
mengurangi hasil peneliian yang bias.
1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti
(Nursalam, 2003: 96).
2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-
sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97)
Sampel penelitian ini mengambil data dari koleksi kadaver ginjal yang
terdapat di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya dengan sebab kematian yang tidak diketahui yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi yaitu :
1. Kriteria inklusi : cadaver ginjal manusia yang menjadi koleksi di
Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya.
2. Kriteria eksklusi : ginjal yang mengalami keadaan patologis yang luas
seperti hancur atau bentuk ginjal tidak dapat diketahui karna penyimpanan
dalam jangka waktu yang cukup lama di laboratorium sehingga arteri
renalis pada ginjal tidak dapat diidentifikasi.
25
4.2.3. Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengambil data dari
15 kadaver ginjal yang terdapat di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak
memenuhi kriteria eksklusi.
4.2.4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode Purpose
Sampling. Dengan metode ini, pengambilan sampel berdasarkan atas suatu
pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah
diketahui sebelumnya ( Notoadmojo,2010)
26
1. Penelitian ini menggunakan
cadaver ginjal basah yang
menjadi koleksi di laboratorium
anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah Surabaya
2. Arteri Segmentalis Arteri renalis merupakan cabang
lateral aorta abdominalis, yang
muncul tepat di inferior pangkal
arteri mesentrika superior,
diantara vertebra LI dan LII, yang
menyuplai masing-masing ginjal
(Gray’s,2012).
3. Jumlah Jumlah arteri segmentalis
berdasarkan acuan : 1,2, ≥ 3
27
pentul untuk menunjukan posisi arteri renalis dari kutub atas atau kutub bawah
ginjal.
3. Alat tulis menulis dan media elektronik yang digunakan dalam
penulisan karya tulis ini.
4. Literature-literature yang digunakan sebagai dasar teori dalam menulis
karya tulis ini.
28
4.7. Manajemen Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan data primer melalui
observasi sampel. Setelah data terkumpul, yang harus dilakukan peneliti
selanjutnya yaitu :
1. Editing : memeriksa kelengkapan data, meneliti ulang kebenaran data dan
menyesuaikan data dengan rencana semula untuk mencapau tujuan peneliti
yang dikehendaki.
2. Coding : memberi kode pada data agar mempermudah proses pada saat
memasukan data ke dalam program computer.
3. Entry : memasukan data ke dalam program computer untuk dilakukan analisis
lebih lanjut ( Notoadmojo,2010 )
29
BAB V
HASIL PENELITIAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jumlah 5 50%
Tabel 5.1 Data Hasil Penelitian Variasi Anatomi Jumlah Arteri
Segmentalis Preparat Ginjal di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hang
Tuah Surabaya.
30
Berdasarkan tabel 5.1 di atas didapatkan bahwa adanya variasi jumlah
arteri segmentalis Ginjal Kiri sebanyak 5 buah (50%) dan ditemukan variasi
jumlah arteri segmentalis Ginjal Kanan sebanyak 3 buah (100%).
ginjal kiri
bervariasi
50% 50%
tidak bervariasi
31
5.2. Hasil Penelitian
32
5.2 ditemukan terdapat 5 preparat variasi arteri segmentalis dari 10 sampel
yang ditandai dengan nomor 1, 2, 6, 7, dan 8
Pada gambar 5.3 terdapat variasi jumlah arteri segmentalis ginjal kiri berjumlah
3 ditandai dengan jarum merah.
*Jarum Merah : Arteri Segmentalis
Gambar 5. 4 Arteri Segmentalis ginjal kiri Gambar 5. 5 Arteri segmentalis ginjal kiri
Pada gambar 5.4 terdapat variasi Pada gambar 5.5 terdapat variasi
jumlah arteri segmentalis ginjal kiri jumlah arteri segmentalis ginjal kiri
berjumlah 3 ditandai dengan jarum berjumlah 3 ditandai dengan jarum
merah. merah.
*Jarum Merah : Arteri Segmentalis *Jarum Merah : Arteri Segmentalis
33
Gambar 5. 7 Arteri Segmentalis ginjal kiri
Pada gambar 5.6 terdapat variasi Pada gambar 5.5 terdapat variasi
jumlah arteri segmentalis ginjal kiri jumlah arteri segmentalis ginjal kiri
berjumlah 3 ditandai dengan jarum berjumlah 3 ditandai dengan jarum
merah. merah.
*Jarum Merah : Arteri Segmentalis *Jarum Merah : Arteri Segmentalis
34
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 10 preparat basah yang tidak diketahui jenis
kelamin berupa preparat ginjal kiri manusia yang telah memenuhi kriteria
inklusi dan yang mengalami keadaan patologis luas seperti hancur atau bentuk
tidak bisa diketahui karena penyimpanan yang cukup lama di laboratorium.
35
Nama peneliti Total Jenis Keterangan
kelamin
1. S 50 Laki-laki Dalam penelitian ini tipe I arteri
Chandragiri pasang dan segmental superior ditemukan
sh,India ginjal peremua pada 28%, tipe II pada 12%,
2014 dengan n tipe III dalam 14%, tipe
metode IV 20%, tipe V dalam 1% o dan
corrosion tipe VI 23% kasus
cast
50 ginjal 30 Laki-
Pada penelitian ini arteri
2. Gyan dengan laki dan
segmental bagian atas
Praskah, metode 20 ditemukan pada 49 (98%)
India, 2015 corrosion perempuginjal, dan tidak ada dalam 1
cast an (2%) ginjal. Dan terdapat empat
jenis variasi pola arteri arteri
segmental bagian atas yaitu
Upper Arteri Segmental Tipe-1
(USAT1), Upper Arteri
Segmental Tipe-2 (USAT2),
Upper Artery Segmental Tipe-3
(USAT3), Upper Arteri
Segmental Tipe-4 (USAT4)
3. Mirza, India 50 ginjal 30 Laki- mengamati tiga jenis variasi
2015 dengan laki dan dalam pola arteri arteri
metode 20 segmental tengah yaitu Tengah
corrosion Perempu Segmental Artery Type-1
cast an (MSAT1), Middle Segmental
Artery Type-2 (MSAT2), Arteri
Segmen Tengah Tipe-3
(MSAT3) dan mereka terlihat di
29 (58%), 14 (28%), 6 (12%)
ginjal masing-masing.
4. Gyan 50 ginjal - ditemukan variasi pola arteri
praskah, dengan arteri segmental bawah. dari
India, 2014 metode asalnya membagi menjadi 5
corrosion tipe yaitu LSAT1, LSAT2,
cast LSAT3, LSAT4 dan LSAT5.
5. Gyan 100 ginjal mengamati variasi di divisi
praskah, dengan anterior arteri ginjal di 100 ginjal
India, 2014 metode dan mengamati 5 jenis. 31%,
36
corrosion tipe II dalam 19%, tipe III dalam
cast 8%,
ketik IV 20% dan tipe V dalam
16% kasus.
6. Dalam penelitian ini tipe I divisi
posterior arteri ginjal ditemukan
di - 27% kasus, tipe II di - 42%
kasus, tipe III di - 25% kasus.
7. Dalam penelitian ini tipe I
anterior inferior segmental
artery ditemukan pada 47%,
tipe II dalam 16%, tipe III dalam
24%, tipe IV 10%, tipe V dalam
0% dan tipe VI 1% dari kasus.
8. Praveen, Diseksi Laki-laki divisi anterior dari arteri renalis
India 2013 konvensi berumur dibagi menjadi 3 arteri
onal rutin 65 tahun segmentalis sebelum
1 kadaver memasuki hilum pada ren
lakilaki sinistra dan pada ren dextra
terbagi menjadi dua arteri
segmentalis.
37
Pada penelitian S Chandragirish, ia mengamati variasi dalam cabang
segmental arteri ginjal superior di 100 ginjal dan diamati 6 jenis variasi. Tipe I:
muncul dari divisi anterior dari arteri ginjal. Tipe II: muncul dari superior anterior
arteri segmental. Tipe III: muncul dari persimpangan anterior dan divisi
posterior arteri ginjal. Tipe IV: muncul dari arteri ginjal. Tipe V: muncul dari
aorta (aksesori superior arteri ginjal). Tipe VI: muncul dari pembagian
posteriorarteri ginjal. Dalam penelitian ini tipe I arteri segmental superior
ditemukan pada 28%, tipe II pada 12%, tipe III dalam 14%, tipe IV 20%, tipe V
dalam 1% o dan tipe VI 23% kasus.
Dari 100 ginjal yang dipelajari, arteri segmental superior: Dalam 28 spesimen
arteri segmental superior timbul dari divisi anterior arteri ginjalmenunjukkan
kejadian 28% yang dapat dianggap sebagai tipe normal.Ini tidak timbul dari
divisi anterior di 70 spesimen tetapi dari sumber lain (tipe II hingga VI).Tipe I
lebih sering pada laki-laki, 30% dibandingkan dengan 26% pada
perempuan.Tipe VI lebih sering pada wanita, 28% dibandingkan dengan 18%
pada pria.Tipe I yang lebih sering diamati adalah ginjal kiri pria (16%). Tipe VI
lebih sering terjadi pada betina kanan (20%) ginjal.
Jenis yang paling umum dari segmental superior arteri adalah tipe I yang
muncul dari anterior divisi (28%). Penelitian ini adalah dilakukan untuk
mengamati asal dan variasi dari cabang segmental arteri ginjal superior, yang
pengetahuan arteri segmental ginjal untuk membuang lebih banyak cahaya
untuk ahli bedah melakukan utama operasi seperti transplantasi ginjal dan
parsial nephrectomy.
38
(USAT3), Arteri Segmen Atas Tipe-4 (USAT4) dan mereka ditemukan di 20
(40%), 14 (28%), 10 (20%), 5 (10%) ginjal masing-masing.
39
.
40
Praveen meneliti diseksi konvensional rutin pada cadaver laki-laki sekitar 65
tahun, disposisi pembuluh ginjal ditemukan. Variasi ditemukan di kedua sisi,
kehadiran pembuluh darah yang tak terduga ke dan dari ginjal diamati. Dimana
ditemukan pembagian anterior renal arteri dibagi menjadi tiga arteri segmental
sebelum memasuki hilus pada ginjal kiri dan ginjal kanan dibagi menjadi dua
arteri segmental.
41
Penelitian yang dilakukan Arora di mayat pria dewasa sambil mengajar
medis diamati variasi dalam percabangan segmental pola arteri ginjal. Variasi
dideteksi secara unilateral di ginjal kanan. Arteri ginjal kanandibagi menjadi
dua arteri segmental (anterior dan posterior) 4 cm proksimal ke hilus ginjal
kanan. Menurut penelitian oleh [12], ginjal arteri yang berasal dari tingkat disk
intervertebral L1-L2 ditemukan di 37,0% dan 38,9% dari pasien di sisi kanan
dan kiri, masing-masing. Variasi arteri ginjal, termasuk arteri ekstrarenal (ERA),
ditemukan di 27% dan ED (divisi awal) di 26,7% dari pasien [12]. Menurut
kepada DavidSykes (1963), ketika ada banyak aksesori arteri ginjal, arteri
aksesori superior adalah arteri segmental terpisah dan arteri aksesori inferior
adalah arteri segmental bawah yang terpisah.
42
artery Tipe-3(MSAT3). Praven mengklasifikasikan hasil penelitiannya dengan
jumlah percabangan dari divisi anterior arteri renalis dibagi menjadi 3 arteri
segmentalis sebelum memasuki hilum pada ginjal kiri dan pada ginjal kanan
terbagi menjadi dua arteri segmentalis.
Budhiraja dkk. (2010) dalam penelitian mereka mengamati berbagai cabang
arteri ginjal prehilar pada 11,66% kasus. Cabang-cabang ini diarahkan ke
segmen apical, superior, middle, inferior dan posterior ginjal.
43
(dalam 61% kasus), situasi yang memungkinkan nephrectomy yang relatif
lancar.
Sebuah studi tentang pola arteri intrarenal ginjal dengan metode cor
korosi telah dilakukan pada 100 ginjal yang diperoleh dari mayat post mortem.
Asal abnormal arteri ginjal jarang dan hanya diamati pada 2% kasus. Arteri
ginjal membelah secara ekstrarenal sekitar 68%, secara intrarenal sekitar 18%
dan pada hilus pada 14% kasus menjadi divisi anterior dan posterior. Dalam
kasus yang sangat jarang (2%) kedua divisi timbul secara terpisah pada satu
titik dari aorta perut. Arteri renalis tidak dapat dibagi menjadi divisi anterior dan
posterior tetapi berlanjut sebagai pembelahan anterior dan dibagi menjadi
arteri segmental atas, tengah dan bawah dalam 1% kasus. Pola bercabang
dari divisi anterior menunjukkan 5 variasi yang berbeda dikelompokkan dalam
5 kelompok. Pola percabangan divisi posterior menunjukkan 3 pola yang
berbeda. Sangat jarang (1%) pembagian posterior tidak ada. Asal-usul arteri
segmental apikal menunjukkan banyak variasi dan dikelompokkan menjadi 7
jenis. Asal dan pola percabangan intrarenal dari arteri segmental atas, tengah
dan bawah menunjukkan banyak variasi. Kehadiran arteri ginjal aksesori
adalah kejadian yang jarang (sekitar 2%). Karena tidak ada pola segmentasi
arteri ginjal yang konstan, seringkali tidak mungkin untuk meramalkan
sebelumnya tipe nefrektomi parsial yang mungkin atau mungkin tidak mungkin
dalam kasus tertentu. Oleh karena itu, untuk tujuan praktis, upaya
pengelompokan dan klasifikasi pola arteri variabel yang terlihat hampir tidak
terlalu penting. Sangat sering, keputusan untuk melakukan reseksi segmental
ginjal harus diambil pada meja operasi oleh ahli bedah setelah eksplorasi ginjal
atau sebelum operasi dengan angiografi. Tetapi mungkin penting bagi ahli
bedah untuk berkenalan dengan berbagai jenis kasus yang tidak cocok untuk
reseksi segmental dan ini akan menempatkan ahli bedah pada untuk lebih
berhati-hati.
44
45
46
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran hasil penelitian “Jumlah
Variasi Anatomi Arteri Segmentalis Di Laboratorium Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya”.
7.1. Kesimpulan
Tidak semua arteri renalis pada manusia memiliki letak yang normal,
sekitar 40% arteri renalis mengalami variasi anatomi, penyebabnya
masih menjadi perdebatan, baik dari diameter arteri renalis yang tidak
adekuat sehingga ditemukan adanya arteri renalis tambahan, hingga
dipikirkan adanya kelainan dari masa perkembangan. Bagaiman pun
akibat dari adanya variasi ini juga masih di perdebatkan. Dari adanya
sumbangan factor resiko hingga tidak adannya masalah yang signifikan.
Bagaimanapun topic ini masih membutuhkan banyak perhatian, selain
dari angka kejadian variasi anatomi renalis yang tinggi, juga karena dari
topic ini ada banyak hal yang masih bias digali lebih dalam. Maka dari itu
dengan adanya tinjauan pustakai ni diharap dapat memberi sumbangsih
dan menggugah perhatian pembaca pada variasi anatomi pada arteri
renalis manusia.
47
7.2. Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. and Hall, J. (2014). Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
12th ed. Saunders, pp.983-991.
49
Arora et al., 2012. Variant Segmental Renal Arteries in The Right Kidney-
Clinical Correlations- A Case Report. Anat Physiol 2:103
Praveen et al., 2013. Bilateral Variations of Renal Vasculature : A Case Report.
Int J Med Res Health Sci.
Panchal P, Singh S. Prehilar renal artery division with supernumerary
renal veins: a case series. Int J Anat Var. 2017;10(3):39-42.
Nayak BS.2008. Multiple variations of the right renal vessels. Singapore MedJ
49: 153-155.
Kyle j.Weld, Sam b. Bhayani, Jay belani, Caroline d. Ames, Greg hruby, jaime
landman. Extrarenal vascular anatomy of kidney: Assessment of variations
and their relevance To partial nephrectomy. Urology 2005; 66 (5):985-989.
Kher GA, Indra B,Makhaniz JS. Intrarenal branching of renal arteries. Int J
Surg.1960;12:263–69.
50