Anda di halaman 1dari 23

FEVER Oleh :

Intan Nur Hijrina 20190420022

Sikas Wanda Sukma C. 20190420176

Silvianny Felita W. 20190420177

Siti Lukmanah 20190420178 

Pembimbing :

dr. Ivan Pratama, Sp.PD.


DEFINISI

• Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal


sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan
suhu di hipotalamus. Suhu tubuh normalnya (36,5 0 C- 37,20 C)
• Tempat pengukuran suhu : oral, aksila dan rektal (sekitar 0,50 C
suhu rektal > suhu oral > suhu aksila)
Organ Pengatur Suhu Tubuh
• Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hypothalamus, Hipothalamus ini dikenal sebagai
thermostat yang berada dibawah otak. Hipothalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan
panas. Hipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.

Penglepasan Panas 
1. Penguapan (evaporasi)
kehilangan panas tubuh sebagai akibat penguapan air melalui kulit dan paru-paru, dalam
bentuk air yang diubah dari bentuk cair menjadi gas; dan dalam jumlah yang sedikit dapat juga
kehilangan panas melalui urine dan feses. Faktor fisik jelas akan mempengaruhi kemampuan
respon perubahan suhu. Pelepasan panas pada bayi sebagian besar disebabkan oleh karena
permukaan tubuhnya lebih luas dari pada anak yang lebih besar.
2. Radiasi
Permukaan tubuh bila suhu disekitar lebih panas dari badan akan menerima panas, bila
disekitar dingin akan melepaskan panas. Proses ini terjadi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik dengan kecepatan seperti cahaya radiasi.

3. Konduksi
kehilangan panas melalui permukaan tubuh ke benda-benda lain yang bersinggungan dengan
tubuh, dimana terjadi pemindahan panas secara langsung antara tubuh dengan objek pada suhu
yang berbeda.

4. Konveksi
pemindahan panas melalui pergerakan udara atau cairan yang menyelimuti permukaan kulit
PATOFIS DEMAM
ETIOLOGI
• Infeksi : bakterial, viral, jamur, parasit, riketsia
• Penyakit Autoimun : SLE, poliartritis nodosa, demam rematik, polimyalgia rheumatika, giant cell
arthritis
• Penyakit Sistem Saraf Pusat : perdarahan serebral, trauma kepala, tumor otak dan
spinal, penyakit degenerative sistem saraf pusat (misal : multiple sklerosis), trauma medulla spinalis
• Penyakit Neoplasma Ganas : neoplasma primer (misal: kolon dan rectum, hepar, ginjal,
neuroblastoma), tumor metastase dari hepar
• Penyakit darah : Limfoma, leukemia, anemia hemolitik
• Penyakit Kardiovaskuler : infark miokard, tromboflebitis, emboli paru
• Penyakit Gastrointestinal : penyakit bowel, abses hepar, hepatitis alkoholik.
• Penyakit Endokrin : Hipertiroid atau feokromositoma
• Penyakit karena Agen Kimia : reaksi obat (termasuk serum sickness), sindroma neuroleptik maligna,
hipertermi maligna pada anestesi, sindroma serotonergik.
POLA DEMAM
1. Demam kontinyu
Ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4 oC selama periode 24
jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.

Gambar 1. Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi relatif)


2. Demam remiten
Ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan fluktuasi
melebihi 0,5oC per 24 jam.

3. Demam intermiten
Suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari

Gambar 3. Demam intremiten


Gambar 2. Demam remiten
4. Demam septik atau hektik
Terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah
suhu yang sangat besar
5. Demam quotidian
Disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang terjadi setiap hari.
6. Undulant fever
Menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi selama beberapa hari,
kemudian secara perlahan turun menjadi normal.
7. Demam lama (prolonged fever)
Menggambarkan satu penyakit dengan lama demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya,
contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran nafas atas
8. Demam rekuren
Demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang
sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel.
9. Demam relapsing
Demam tinggi mendadak, yang berulang secara tiba- tiba berlangsung selama 3 – 6 hari, diikuti oleh
periode bebas demam dengan durasi yang hampir sama
Pola demam Penyakit
Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis
Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Quotidian Malaria karena P.vivax
Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid
arthritis, beberapa drug fever (contoh karbamazepin)

Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis

Demam rekuren Familial Mediterranean fever


KLASIFIKASI
    Lama demam pada
Klasifikasi Penyebab tersering umumnya

Demam dengan localizing signs Infeksi saluran nafas atas <1 minggu

Demam tanpa localizing signs Infeksi virus, infeksi saluran <1minggu


kemih

Fever of unknown origin Infeksi, juvenile idiopathic >1 minggu


arthritis
1. Demam dengan localizing signs
Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda secara spontan atau karena
pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik. Diagnosis dapat ditegakkan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan pemeriksaan sederhana
seperti pemeriksaan foto rontgen dada.
2. Demam tanpa localizing signs
Sekitar 20% dari keseluruhan episode demam menunjukkan tidak ditemukannya
localizing signs pada saat terjadi. 
3. Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)
Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs bertahan selama 1
minggu dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi di rumah sakit gagal mendeteksi
penyebabnya. Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever of
unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3
minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah sakit.
DD INFECTION
Respiratory GastroIntestinal Skin Musculoskletal Genitourinary CNS THT

Bronkhitis Gastroenteritis Cellulitis Septic Arthritis Lower UTI Meningitis Upper


(cystitis , (bacterial, (RTI) e.g
prostatitis) viral, fungal tonsillitis
TB)
Pneumonia Appedicitis Erysipelas Osteomyelitis Upper UTI Encephalitis Otitis
(pyelonephritis) media
Influenza. Biliary sepsis Necrotising Discitis Perinephric Cerebral Quinsy
fasciitis collection Abcess
Empyema. Viral Hepatitis Pyomyositis Epidural Abcess Pelvic Dental
Inflammatory Abcess
Disease
COPD Diverticulitis Infected Epididymo- Mumps/
Pressure Sore orchitis Parotitis

TB Intra-abdominal Wound Syphilis Glandula


TB Infection r fever
Immunocompromised Returning Other infectious Maglinancy Connective Drugs Other causes
patients Travellers causes tissue disorders
Pneumocystis jiroveci Malaria Leptospirosis Haematological Giant cell Drug fever Transfusion-
(carinii) pneumonia malignancy arteritis/ associated
polumyalgia
Aspergillosis Typhoid Brucellosis Solid tumors, Rheumatoid Antipsychotics Thyrotoxicosi
especially renal, arthritis (neuroleptic s, thyroiditis
liver, colon, malignant
pancreas. syndrome)
TB Infective Lyme disease Systemic lupus Anaesthetics Phaeochromo
Diarrhoea erythematous (malignant cytoma
hyperthermia)
Toxoplasmosis Amoebic Q fever Polymyositis Cocaine Pancreatitis
Liver abscess
Cryptococcal Strongyloides HIV Polyarteritis Amphetamines Rheumatic
meningitis infection nodosa fever
Nocardia infection Schistosomias Toxoplasmosis Wegener’s Ectasy Inflammatory
is granulomatosis bowel disease
Disseminated Dengue Measles, rubella Churg–Strauss Sarcoidosis
herpes/fungal disease
infection
DIAGNOSIS
Anamnesa
 Kapan mulai demam, tinggi suhu badan, apakah demam hilang timbul, adanya menggigil,
kelelahan atau sakit
 Penting mengetahui kronologis gejala, penggunaan obat-obatan atau adanya penanganan
lain seperti tindakan pembedahan atau perawatan gigi
 Riwayat pekerjaan, adanya kontak dengan hewan, asap beracun, organisme yang potensial
infeksius/zat yang dapat menjadi antigen, kontak dengan penderita lain yang mengalami
panas atau penyakit menular di rumah, tempat kerja atau sekolah
 Riwayat geografis tempat tinggal, riwayat perjalanan, kecenderungan makan seperti daging
mentah/yang tidak dimasak dengan baik
 Riwayat keluarga dengan penyakit tuberculosis, penyakit panas atau penyakit demam lainnya
Pemeriksaan Fisik
• Vital sign
• Suhu tubuh dapat diukur dengan menempatkan thermometer ke dalam rektal, mulut, telinga dan ketiak
(pengukuran suhu mulut aman dan lebih akurat dibandingkan dengan suhu ketiak (aksila). Pengukuran suhu
aksila mudah tetapi menggambarkan suhu perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh
darah dan keringat, pengukuran suhu melalui anus atau rektal cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh
• Nilai normal suhu oral antara 35,5°-37,5° C, suhu aksila antara 34,7°-37,3° C, suhu rektal antara 36,6°-37,9° C
dan suhu telinga antara 35,5°-37,5° C
• Pemeriksaan fisik juga harus diperhatikan pada kulit, kelenjar limfe, mata, dasar kuku, sistem kardiovaskuler,
dada, abdomen, sistem muskuloskletal dan sistem saraf
• Pemeriksaan rektal memberikan untuk kasus-kasus tertentu
• Penis, prostat, skrotum, dan testis, preputium bila pasien tidak disirkumsisi harus diretraksi
• Pemeriksaan pelvis pada perempuan
Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium
 Pemeriksaan mencakup hitung darah lengkap, hitung jenis Neutrofil yang meningkat
menunjukkan infeksi bakteri. Netropenia dapat terlihat pada sebagian infeksi virus. Limfositosis
dapat terlihat pada penyakit infeksi virus, tifoid, bruselosis, tuberkulosis. Limfosit atipikal terlihat
banyak penyakit virus, termasuk EBV (Epstein-Bar), Sitomegalovirus (CMV), HIV, dengue, rubella,
morbilli, varisella, hepatitis virus, serum sickness dan toksoplasmosis. Monositosis terdapat pada
tifoid, tuberkulosis, bruselosis dan limfoma. Eosinofilia dapat ditemukan pada reaksi obat
hipersensitivitas, penyakit Hodgkin, insufisiensi adrenal dan infeksi metazoa tertentu
 Jika keadaan demam tampak lama dan berat, sediaan hapusan darah harus diperiksa dengan
cermat dan pemeriksaan LED harus dilakukan
 Urinalisis dengan sedimen urin
 Cairan sendi harus diperiksa untuk menemukan kristal
 Biopsi sumsum tulang untuk pemeriksaan histopatologi
 Tinja harus diperiksa untuk menemukan leukosit, telur cacing ataupun parasit
 Pemeriksaan elektrolit, gula darah, Blood Urea Nitrogen, dan kreatinin
 Tes faal hepar, SGOT, SGPT, GGT dapat memberi petunjuk mengenai fungsi sel hati
 Mikrobiologi
 Sediaan hapusan dan kultur dari tenggorokan
 Pemeriksaan sputum (pengecatan gram, BTA, kultur) diperlukan untuk setiap pasien yang
menderita demam dan batuk-batuk
 Pemeriksaan kultur darah serta urin jika diperlukan
 Cairan serebrospinal harus diperiksa dan dikultur bila terdapat meningismus, nyeri kepala
berat, atau perubahan status mental

 Radiologi
 Pembuatan foto toraks bagian dari pemeriksaan penyakit demam yang signifikan, seperti
adanya gangguan pada paru
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi :
 Banyak istirahat
 Minum banyak
 Kompres hangat
 Tidak boleh diselimuti dan beri pakaian tipis
Farmokologi :
Antipiretik
1. Parasetamol (Asetaminofen)
Parasetamol merupakan metabolit aktif asetanilid dan fenasetin.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap paracetamol, Penderita dengan ggg fungsi hati
yg berat.
Dosis : PO 0,5-1g, tiap 4-6jam.
2. Ibuprofen
Ibuprofen ialah suatu derivat asam propionat yang mempunyai kemampuan antipiretik,
analgesik, dan antiinflamasi. Seperti antipiretik lain dan NSAID ( Non Steroid
Anti Inflammatory Drug) , ibuprofen beraksi dengan memblokade sintesis PGE-2
melalui penghambatan siklooksigenasi.
Dosis : Dewasa 200-400mg tiap 4-6 jam. Maks 3,2g/hari
3. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering
digunakan sebagai analgesic, antipiretik, dan antiinflamasi. Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
jantung.
Aspirin merupakan obat yang efektif untuk mengurangi demam, namun tidak direkomendasikan
pada anak. Aspirin, karena efek sampingnya merangsang lambung dan dapat mengakibatkan
perdarahan usus maka tidak dianjurkan untuk demam ringan. Efek samping seperti rasa tidak
enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari
lebih dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid atau antagonis H2 dapat mengurangi efek
tersebut.
Dosis : Dewasa 300 – 900 mg tiap 4-6jam sesuai kebutuhan (max 4 gram/hari).

Anda mungkin juga menyukai