Pembimbing :
Penglepasan Panas
1. Penguapan (evaporasi)
kehilangan panas tubuh sebagai akibat penguapan air melalui kulit dan paru-paru, dalam
bentuk air yang diubah dari bentuk cair menjadi gas; dan dalam jumlah yang sedikit dapat juga
kehilangan panas melalui urine dan feses. Faktor fisik jelas akan mempengaruhi kemampuan
respon perubahan suhu. Pelepasan panas pada bayi sebagian besar disebabkan oleh karena
permukaan tubuhnya lebih luas dari pada anak yang lebih besar.
2. Radiasi
Permukaan tubuh bila suhu disekitar lebih panas dari badan akan menerima panas, bila
disekitar dingin akan melepaskan panas. Proses ini terjadi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik dengan kecepatan seperti cahaya radiasi.
3. Konduksi
kehilangan panas melalui permukaan tubuh ke benda-benda lain yang bersinggungan dengan
tubuh, dimana terjadi pemindahan panas secara langsung antara tubuh dengan objek pada suhu
yang berbeda.
4. Konveksi
pemindahan panas melalui pergerakan udara atau cairan yang menyelimuti permukaan kulit
PATOFIS DEMAM
ETIOLOGI
• Infeksi : bakterial, viral, jamur, parasit, riketsia
• Penyakit Autoimun : SLE, poliartritis nodosa, demam rematik, polimyalgia rheumatika, giant cell
arthritis
• Penyakit Sistem Saraf Pusat : perdarahan serebral, trauma kepala, tumor otak dan
spinal, penyakit degenerative sistem saraf pusat (misal : multiple sklerosis), trauma medulla spinalis
• Penyakit Neoplasma Ganas : neoplasma primer (misal: kolon dan rectum, hepar, ginjal,
neuroblastoma), tumor metastase dari hepar
• Penyakit darah : Limfoma, leukemia, anemia hemolitik
• Penyakit Kardiovaskuler : infark miokard, tromboflebitis, emboli paru
• Penyakit Gastrointestinal : penyakit bowel, abses hepar, hepatitis alkoholik.
• Penyakit Endokrin : Hipertiroid atau feokromositoma
• Penyakit karena Agen Kimia : reaksi obat (termasuk serum sickness), sindroma neuroleptik maligna,
hipertermi maligna pada anestesi, sindroma serotonergik.
POLA DEMAM
1. Demam kontinyu
Ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4 oC selama periode 24
jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
3. Demam intermiten
Suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari
Demam dengan localizing signs Infeksi saluran nafas atas <1 minggu
Radiologi
Pembuatan foto toraks bagian dari pemeriksaan penyakit demam yang signifikan, seperti
adanya gangguan pada paru
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi :
Banyak istirahat
Minum banyak
Kompres hangat
Tidak boleh diselimuti dan beri pakaian tipis
Farmokologi :
Antipiretik
1. Parasetamol (Asetaminofen)
Parasetamol merupakan metabolit aktif asetanilid dan fenasetin.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap paracetamol, Penderita dengan ggg fungsi hati
yg berat.
Dosis : PO 0,5-1g, tiap 4-6jam.
2. Ibuprofen
Ibuprofen ialah suatu derivat asam propionat yang mempunyai kemampuan antipiretik,
analgesik, dan antiinflamasi. Seperti antipiretik lain dan NSAID ( Non Steroid
Anti Inflammatory Drug) , ibuprofen beraksi dengan memblokade sintesis PGE-2
melalui penghambatan siklooksigenasi.
Dosis : Dewasa 200-400mg tiap 4-6 jam. Maks 3,2g/hari
3. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering
digunakan sebagai analgesic, antipiretik, dan antiinflamasi. Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
jantung.
Aspirin merupakan obat yang efektif untuk mengurangi demam, namun tidak direkomendasikan
pada anak. Aspirin, karena efek sampingnya merangsang lambung dan dapat mengakibatkan
perdarahan usus maka tidak dianjurkan untuk demam ringan. Efek samping seperti rasa tidak
enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari
lebih dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid atau antagonis H2 dapat mengurangi efek
tersebut.
Dosis : Dewasa 300 – 900 mg tiap 4-6jam sesuai kebutuhan (max 4 gram/hari).