D. Manifestasi Klinik
1. Masa tunas demam thypoid berlangsung 10-14 hari.
2. Minggu I : Keluhan dan gejala-gejala dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis, pada pemeriksaan hanya didapatkan peningkatan suhu badan.
3. Minggu II : Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,bradikardi
relatif,lidah khas (kotor di tengah,tepi dan ujung merah dan tremor),
hepatomegali, splenomegali, gangguan mental berupa samnolen, strupor,
koma, delirion/psikos.
E. Patofisiologi
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna
(mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S. typhi
masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar.
Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang
kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu
mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat
kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam
lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus.
Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus.
Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke
pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan
lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa
mengandung kuman S. typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui
makanan atau pun minuman yang dicemari.
Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak
menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran
dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh
manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana
penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin
tercemar dengan sisa kumbahan.
Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan
merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan
menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan najis di merata-rata
tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan menyebabkan demam
tifoid.
F. Pathway
Berhubungan
Dermatitis kontak dengan peningkatan
(sabun detergen, zat Dermatitis atopik kadar IgE dalam
kimia) serum
Asma bronchial,
rhinitis, alergik
Allergen sensitizen Iritan primer
Ketidakefektifak
pola nafas
Sel Langerhans dan Mengiritasi kulit
Makrofag
Sel T
Peradangan kulit Kerusakan
(lesi) Integritas kuit
H. Penatalaksanaan Medis
1. Perawatan
Desinfeksi pakaian.
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi,
2. Diet
lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan
makanan biasa.
3. Obat
a. Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan
b. Kotrimaksasol
dalam 4 dosis.
II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dengan pasien Demam Thypoid, meliputi :
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apatis sampai
somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau
tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
3. Riwayat penyakit saat ini
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau
terkontaminasi dengan minuman.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita
demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya
bersifat fatal.
6. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
A. Keadaan Umum
Pada fase awal penyakit biasanya tidak didapatkan adanya
perubahan. Pada fase lanjut, secara umum pasien terlihat sakit
berat dan sering didapatkan penurunan tingkat kesadaran (apatis,
delirium).
B. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik :
Kepala – kaki, nadi, respirasi, temperatur yang merupakan tolak
ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk
pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan
prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping
itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan
BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga
dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.
1. Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada : simetris
- Pola nafas : teratur
- Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan
- Sesak nafas : tidak ada sesak nafas
- Retraksi otot bantu nafas: tidak ada
- Alat bantu pernafasan : tidak ada alat bantu pernafasan.
2. Kardiovaskuler B2 (blood)
- Penurunan tekanan darah
- Keringat dingin
- Diaforesis sering didapatkan pada minggu pertama.
- Kulit pucat
3. Persyarafan B3 (brain):
- Penglihatan (mata) : Gerakan bola mata dan kelopak
mata simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera putih,
pupil bereaksi terhadap cahaya, produksi air mata (+),
tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
- Pendengaran (telinga) : Bentuk D/S simetris, mukosa
lubang hidung merah muda, tidak ada cairan dan
serumen, tidak menggunakan alat bantu, dapat merespon
setiap pertanyaan yang diajukan dengan tepat.
- Penciuman (hidung) : Penciuman dapat membedakan
bau-bauan, mukosa hidung merah muda, sekret tidak
ada, tidak ada terlihat pembesaran mukosa atau polip.
- Kesadaran : kompos mentis
4. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersiahan : bersih
- Bentuk alat kelamin : normal
- Uretra : normal
- Produksi urin : normal, BAK tidak menentu, rata-rata4-6
X sehari, tidak pernah ada keluhan batu atau nyeri.
5. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan : anoreksia
- Porsi makan : ¼ porsi
- Mulut : Bibir tampak kering, lidah tampak
kotor (keputihan), gigi lengkap, tidak ada
pembengkakan gusi, tidak teerlihatpembesaran tonsil.
- Mukosa : pucat.
6. Musculoskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi : normal
- Kondisi tubuh : kelelahan, malaise.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dalam NANDA NIC-NOC, 2015 dijelaskan lima diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada pasien dengan demam tifoid yang terdiri atas
definisi, batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan yaitu sebagai
berikut.
1. Ketidakefektifan Termoregulasi Berhubungan dengan Fluktuasi Suhu
Lingkungan, Proses Penyakit
Definisi : Fruktuasi suhu diantara hipotermi dan hipertermia.
Batasan karakteristik
a. Dasar kuku sianostik
b. Fruktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran normal.
c. Kulit kemerahan
d. Hipertensi
e. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Sedikit menggigil, kejang
h. Pucat sedang
i. Piloereksi
j. Penurunan suhu tubuh dibawah kisaran normal
k. Kulit dingin, kulit hangat
l. Pengisian ulang kapiler yang lamba, takikardi
Faktor yang berhubungan dengan
a. Fungsional
1) Kelemahan otot abdomen
2) Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi.
3) Ketidakadekuatan toileting (misal, batasan waktu, posisi untuk
defekasi, privasi).
4) Kurang aktivitas fisik.
5) Kebiasaan defekasi tidak teratur.
6) Perubahan lingkungan saat ini.
b. Psikologis
1) Depresi, Stres emosi.
2) Konfusi mental.
c. Farmakologis
1) Antasida mengandung aluminium.
2) Antikolinergik.
3) Antikonvulsan.
4) Antidepresan.
5) Agens antilipemik.
6) Garam bismuth.
7) Kalsium karbonat.
8) Penyekat saluran kalsium.
9) Diuretik.
10) Garam besi.
11) Penyalahgunaan laksatif.
12) Agens antiinflamasi.
13) Nonsteroid.
14) Opiat.
15) Penotiazid.
16) Sedatif.
17) Simpatomimetik
d. Mekanis
1) Ketidakseimbangan elektrolit.
2) Hemoroid
3) Penyakit Hirschsprung.
4) Gangguan neurologis
5) Obesitas
6) Obstruksi pasca bedah
7) Kehamilan
8) Pembesaran prostat
9) Abses rektal
10) Fisura anal rektal
11) Striktur anal rektal
12) Prolaps rektal
13) Ulkus rektal
14) Rektokel, Tumor
e. Fisiologis
1) Perubahan pola makan
2) Perubahan makanan
3) Penurunan motilitas traktus gastrointestinal
4) Dehidrasi
5) Ketidakadekutan gigi geligi
6) Ketidakadekuatan higiene oral
7) Asupan serat tidak cukup
8) Asupan cairan tidak cukup
9) Kebiasaan makan buruk
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Tawarkan snack
- Kolaborasi dengan
dokter
- Atur kemungkinan
tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
Hipovolemia
Management
- Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk
menambah intake cairan
- Pemberian cairan iv
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya tanda
gagal ginjal
DAFTAR PUSTAKA