Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS

Odontektomi Gigi Molar Ketiga Mandibula Impaksi Ektopik dengan Kista Dentigerous secara
Ekstraoral
Edwyn Saleh*, Prihartiningsih**, dan Rahardjo**
* *Program Studi Bedah Mulut dan Maksilofasial, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
**Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
*Jl Denta No 1 Sekip Utara, Yogyakarta, Indonesia; e-mail: edwynsaleh@gmail.com

ABSTRAK
Gigi dikatakan impaksi ektopik apabila mengalami malposisi yang disebabkan oleh faktor kongenital atau mengalami
perubahan posisi yang disertai dengan kondisi patologis. Kondisi patologis yang sering menyertai gigi impaksi ektopik adalah
kista dentigerous. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk memaparkan odontektomi pada kasus Molar ketiga ektopik yang
disertai dengan kista dentigerous. Operasi ini adalah untuk menghilangkan faktor penyebab terjadinya kista dentigerous serta
membersihkan lesi kista agar tidak berkembang semakin membesar. Pasien laki-laki 38 tahun mengeluhkan adanya sedikit
benjolan pada pipi sebelah kanan namun tanpa disertai rasa sakit. Benjolan dirasakan mulai muncul dalam satu tahun terakhir.
Hasil pemeriksaan radiografik menunjukkan gigi molar ketiga mandibula kanan berada pada sudut angulus mandibula disertai
adanya gambaran radiolusen pada mahkotanya didiagnosa sebagai impaksi ektopik gigi molar ketiga mandibula kanan disertai
kista dentigerous. Tindakan operasi odontektomi dan enukleasi kista dentigerous dilakukan secara ekstraoral dengan
anastesiumum, pemilihan metode pengambilan ekstraoral karena posisi gigi yang telah berubah jauh dari posisi normal gigi
molar ketiga mandibula. Telah dilakukan pengambilan gigi molar ketiga mandibula yang impaksi ektopik dan enukleasi kista
dentigerous secara ekstraoral, karena posisi gigi impaksi yang ektopik di ramus mandibula. Pengambilan gigi impaksi secara
ekstraoral sangat jarang sekali dilakukan, namun jika posisi gigi berada jauh sekali dari posisi normal maka pendekatan
ekstraoral merupakan metode operasi yang akan mempermudah proses pengambilan gigi dan enukleasi kista serta dapat
meminimalkan hilangnya tulang mandibula yang sehat.
MKGK. Juni 2015; 1(1): 109 – 116

Kata kunci: impaksi ektopik, kista dentigerous, enukleasi ekstraoral

ABSTRACT: Odontectomy ectopic third molar associated with a dentigerous cyst in the submandibular region. Ectopic
impacted tooth has been defined as malpositioned tooth caused by congenital factor or malpositioned tooth associated with
pathologic condition. Pathologic condition associated with ectopic impacted tooth is dentigerouscyst. The purpose of this
operation is to eliminate the causes of the dentigerous cyst and raised cyst lesions that do not develop as they grow. A 38-year-
old male patient presented with a painless slight swelling on right cheek occurred within a year. Radiograph examination
showed an ectopic right mandibular third molar at posterior border of right angle of mandible, with an associated coronal
radiolucency diagnosed as ectopic impacted right mandibular third molar associated with dentigerous cyst. The tooth and the
cyst were removed surgically under general anesthetic via an extra-oral approach due to extreme malposition of the tooth. The
ectopic impacted right mandibular third molar and associated detigerous cyst have been removed an enucleated surgically via
extra-oral approach, caused of location ectopic impacted in ramus of mandible. Extra-oral removal of ectopic mandibular third
molar is very rare, however this approach will facilitate an easy removal and enucleation of an extreme malpositioned
mandibular third molar associated with dentigerous cyst and minimize a loss of healthy mandibular bone.
MKGK. Juni 2015; 1(1): 109 – 116

Keywords: ectopic impaction, dentigerous cyst, extra-oral enucleation

PENDAHULUAN faktor umum yang menyebabkan gigi impaksi


Odontektomi adalah istilah suatu cara yaitu trauma, infeksi dan perkembangan yang
yang digunakan untuk mengambil gigi yang abnormal.2 Kasus impaksi molar ketiga
tidak erupsi dan gigi yang erupsi sebagian mandibula lebih mudah pada saat
atau sisa akar yang tidak dapat diekstraksi pemeriksaan tetapi pada saat dilakukan
dengan teknik biasa maka dari itu harus odontektomi lebih sulit daripada yang
dilakukan pembedahan, pengeluaran gigi yang diperkirakan. Komplikasi yang sering terjadi
erupsi sebagian atau akar yang kuat yang yaitu fraktur ujung akar gigiserta adanya
tidak dapat dicabut dengan metode trauma dan rusaknya kanalis mandibula.3
pencabutan tertutup, sehingga harus Etiologi gigi impaksi dapat disebabkan
dikeluarkan secara bedah atau pencabutan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor
dengan metode terbuka.1,7 Gigi molar ketiga primer meliputi trauma pada gigi sulung, benih
bawah merupakan gigi yang sangat sering gigi rotasi, premature loss gigi sulung, dan
muncul dalam keadaan impaksi, pada kasus erupsi gigi kaninus dalam celah pada kasus
ini pencabutan gigi perlu dilakukan dengan celah langit-langit. Faktor sekunder meliputi
metode operasi pembedahan. Klinisi dokter kelainan endokrin, defisiensi vitamin D, dan
gigi biasanya menerima kasus impaksi atau febrile diseases.6
ektopik yang tidak ada penyebabnya. Faktor-

1
MKGK. Juni 2015; 1(1): 109 – 116
E-ISSN: 2460-0059

Etiologi erupsi ektopik belum diketahui molar ketiga rahang bawah kemudian gigi
secara pasti tetapi telah dilaporkan bahwa kaninus rahang atas.8,9
keadaan tersebut terjadi sebagai akibat
kombinasi dari beberapa faktor, yaitu faktor Enukleasi merupakan metode
lokal dan faktor heriditer, terdapat beberapa perawatan pada kista dengan ukuran yang
hal yang dimungkinkan menjadi penyebab tidak begitu besar, yaitu pengambilan terhadap
erupsi ektopik, diantaranya: trauma, infeksi, kapsul jaringan ikat dan sekaligus mengikut
dan perkembangan yang abnormal. Salah sertakan lapisan epitel secara keseluruhan.
satu faktor yang berpengaruh terhadap Tindakan marsupialisasi merupakan indikasi
terjadinya erupsi etopik adalah adanya pada kasus kista yang besar dan mengenai
keterlibatan faktor sistemik.2,11 struktur yang berbahaya atau dengan resiko,
serta apabila tindakan enukleasi tidak
Metode operasi pengambilan gigi memungkinkan.1
impaksi tersebut dapat melalui extraoral dan
intraoral. Pendekatan tindakan operasi Tujuan dari studi kasus ini adalah
ekstraoral yaitu melalui submandibular dan untuk memaparkan tata laksana odontektomi
preaurikular. Pendekatan intraoral selalu pada gigi molar ketiga mandibula yang
disarankan karena tidak meninggalkan bekas impaksi ektopik dengan kista dentigerous
luka pada wajah, namun akses ke secara ekstraoral. Pasien telah menyetujui
subcondylar atau wilayah condylar mungkin perawatan dan kepentingan publikasi dari
sulit dicapai secara intraoral. Submandibular kasus ini.
atau pendekatan Hind menganjurkan ketika
gigi terletak pada daerah pertengahan ramus
mandibula. Akses external ini memiliki METODE
keuntungan yaitu gambaran yang jelas pada
proses operasi tetapi terdapat beberapa Pasien laki-laki 38 tahun mengeluhkan
komplikasi seperti pembentukan scar adanya sedikit benjolan pada pipi sebelah
ekstraoral, kerusakan komponen sendi, luka kanan namun tanpa disertai rasa sakit.
nervus fasial pada akses preaurikular atau Benjolan dirasakan mulai muncul dalam satu
kerusakan tepi cabang nervus kranial pada tahun terakhir, pasien tidak ada keluhan sakit
akses submandibular.4,11 gigi pada regio kanan bawah. Benjolan
dirasakan sekali jika diraba dengan jari pasien.
Kista dentigerous merupakan suatu Dari pemeriksaan ekstraoral, wajah tampak
rongga patologik yang dibatasi oleh epitelium sedikit asimetris, pada regio angulus kanan
atau kantung jaringan ikat yang berbatas terdapat sedikit pembengkakan, sedangkan
epitelium skuamosa berlapis yang terbentuk di dari pemeriksaan intraoral tidak menunjukkan
sekeliling mahkota gigi yang tidak erupsi dan adanya pembengkakan pada mukosa bukal
terdapat cairan di dalam kantong epitelnya. regio molar tiga mandibula sampai ke ramus
Kista dentigerous merupakan kista yang mandibula.
berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak
erupsi atau tidak berkembang, merupakan Hasil pemeriksaan radiografis
suatu kista yang berasal dari pemisahan folikel menunjukkan gigi molar tiga mandibula kanan
dari sekitar mahkota gigi yang tidak erupsi. berada pada sudut angulus mandibula disertai
Kista ini mengelilingi mahkota gigi yang tidak area radiolusen pada mahkotanya.Assesment
erupsi hingga ke servikal gigi atau pada kasus ini adalah gigi molar tiga
cementoenameljunction. Kista ini hampir mandibula kanan impaksi ektopik disertai kista
selalu melibatkan gigi permanen, walaupun dentigerous. Rencana perawatan yang
ada beberapa laporan mengenai keterlibatan dilakukan adalan tindakan Odontektomi
gigi susu. Kista ini paling sering mengenai dengan pendekatan metode insisi ekstraoral
dan enukleasi kista dentigerous.

2
Saleh , dkk: Odontektomi Gigi Molar….

(A) (B) (C)

Gambar 1. (A) Foto klinis ekstraoral asimetris; (B) intraoral dalam batas normal; (C) foto OPG menunjukkan gigi
molar ketiga mandibula kanan berada di angulus mandibula disertai gambaran radilusen disekitar mahkota gigi

Dalam keadaan teranestesi umum, dengan bur frezzer, irigasi dengan NaCl 0,9%
dilakukan tindakan suci hama pada regio pada defek rongga tulang. Penutupan jaringan
ekstraoral dan intraoral dengan povidon iodine lunak dan otot masseter dilakukan dengan
10%, selanjutnya dilakukan identifikasi penjahitan lapis demi lapis teknik matras
anatomi margo inferior dari ramus mandibula horizontal dengan benang vicryl 3.0 dan
kanan dan di buat skema desain untuk insisi penjahitan pada kulit ekstraoral teknik
submandibular yaitu cm dibawah margo interrupted dengan benang proline 4.0.
inferior angulus mandibula. Sebelum insisi selanjutnya luka operasi ditutup dengan kasa
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan infiltrasi kering dan difiksasi dengan hepafix.
pehacaine 1:200.000 pada area garis desain
insisi. Incisi dilakukan dengan menggunakan Pada pasien ini, hari pertama pasca
blade no.15 sampai pada kedalaman kulit dan tindakan operasi sudah menunjukkan
nampak lemak sisi bukal, selanjutnya mobilitas yang normal, pasien sudah dapat
dilakukan diseksi tumpul lapis demi lapis dari duduk dan berjalan tanpa ada keluhan pusing
otot maseter sampai dapat diidentifikasi tulang mual dan nyeri kepala. Pasien diperbolehkan
angulus mandibula. Diseksi jaringan lunak ke pulang sehari setelah tindakan operasi dan
arah anterior ramus dan superior angulus dilakukan control pada satu minggu kemudian.
sampai dirasa cukup area pandang untuk Kontrol satu minggu pasca operasi sudah
operasi. Identifikasi posisi gigi molar tiga dan tidak keluhan dan luka bekas operasi kering
perluasan kista, nampak tulang mengalami tidak ada perdarahan dan tanda-tanda
perubahan warna kebiruan dan lebih lunak inflamasi akut dan infeksi, dilakukan
dibanding tulang sehat hal ini menandakan pengambilan benang pada kulitekstraoral.
area dari perluasan kista dentigerous.
Pada kontrol satu bulan paska
Pengurangan tulang dilakukan dengan operasi, tidak ada keluhan sakit, tidak ada
hati-hati dan tetap memperhatikan keutuhan pembengkakan, tidak ada parastesi dan
kapsul dari kista yang mendesak tulang. dilakukan evaluasi dengan pengambilan
Pembukaan tulang sampai didapat akses dan radiografi panoramik. Hasil radiografi pasca
kelihatan mahkota dari gigi molar tiga. operasi menujukkan gigi telah terambil
Enukleasi kista dentigerous dilakukan dengan seluruhnya dan defek rongga tulang tampak
rasparatorium dan dijepit dengan pean sampai penyembuhan. Hasil pemeriksaan patologi
epitel kista terlepas dari tulang dan mahkota anatomi specimen sesuai dengan diagnosa
gigi molar tiga. Setelah mahkota gigi nampak klinis kista dentigerous.
jelas dilakukan separasi gigi molar untuk
mengeluarkan gigi, selanjutnya setelah gigi PEMBAHASAN
dapat dikeluarkan seluruhnya maka dilakukan
enukleasi ulang untuk membersihkan sisa-sisa Gigi ektopik adalah gigi yang letaknya
epitel yang masih menempel di dinding tulang. jauh pada tulang rahang atau di daerah lain di
Setelah itu dilakukan penghalusan tulang luar tulang alveolar. Letak ektopik atau letak

3
MKGK. Juni 2015; 1(1): 109 – 116
E-ISSN: 2460-0059

(A) (B)

(C) (D)

(E) (F)
Gambar 2. (A) Desain insisi submandibular; (B) Diseksi jaringan lunak sampai menemukan
lokasi gigi dan kista; (C) Pengurangan tulang angulus mandibula sampai nampak korona gigi
molar ketiga dan enukleasi kista di bagian korona gigi; (D) Separasi gigi untuk memudahkan
akses keluar gigi impaksi; (E) Enukleasi seluruh jaringan kista dan pembersihan rongga kista
dengan fezzer bur; (F) Penutupan luka insisi ektra oral

yang tidak biasa dalam hal ini migrasi dari gigi gigi tersebut mengalami perpindahan posisi,
pada saat fase bud stage dapat terjadi oleh biasanya akan diikuti oleh terbentuknya suatu
karena genetik maupun lingkungan yang kista sehingga pasien akan mengeluhkan
menyebabkan gigi migrasi pada tahap adanya morbiditas dan memerlukan suatu
embriologi, atau disebabkan faktor lokal penanganan.4
seperti tempat yang kurang, retensi dari gigi
desidui, adanya celah lelangit, ankylosis, kista, Dalam beberapa laporan, kista yang
tumor atau trauma.12 terkait dengan gigi molar tiga ektopik relatif
Menurut laporan kasus dan review kecil. Beberapa kasus regresi spontan kista
literatur, tanda dan gejala yang sering dijumpai terkait dengan dampak erupsimolar ketiga
pada kasus gigi molar tiga mandibula ektopik telah dilaporkan. Operasi pengangkatan
adalah sakit dan bengkak pada sisi ipsilateral ektopik molar ketiga rahang bawah dengan
dari mandibula atau regio preauricular, peradangan akut atau lesi kistik dianjurkan
trismus, sulit mastikasi dan sindrom TMJ. untuk mencegah komplikasi lebih lanjut seperti
Relasi anatomik dari molar tiga ektopik dapat osteolisis, hubungan antara molar ketiga
terjadi karena tekanan dan iritasi serat ektopik dengan kista odontogenik, hanya 6,7%
perlekatan otot temporalis dan mukosa oral pada kasus molar ketiga erupsi, hal
selama mastikasi, pada beberapa pasien yang merupakan indikasi penting untuk
mengalami impaksi gigi yang ektopik mungkin pengangkatan sekaligus keduanya kista dan
tidak menimbulkan keluhan, akan tetapi jika gigi impaksi.10

4
Saleh , dkk: Odontektomi Gigi Molar….

(A)

(B) (C) (D)

Gambar 3. (A) Hasil foto OPG 3 minggu pasca operasi; (B) profil wajah pasien sudah tampak lebih simetris; (C)
tidak ada trismus pasca operasi; (D) bekas luka insisi submandibular tidak ada infeksi.

Kista dentigerous yang dikenal juga penyusunan rencana perawatan yang sesuai
sebagai kista folikuler merupakan kista serta dapat diperkirakan lebih pasti
odontogenik yang menutupi mahkota gigi yang keberhasilan perawatannya.
belum erupsi dan melekat pada servik gigi.
Kista ini terjadi akibat akumulasi cairan Metode operasi pengambilan gigi
diantara reducedena melepithelium dan impaksi ektopik tersebut dapat melalui
enamel.13 Kista ini paling sering ditemukan extraoral dan intraoral, yang biasa dilakukan
menyertai keadaan gigi yang tidak erupsi adalah melalui ekstra oral yaitu akses
maupun gigi ektopik pada rongga mulut. Hal submandibular dan preaurikular. Akses
ini juga sesuai dengan etiologi dari gigi ektopik external atau ekstraoral ini memiliki
yang salah satunya adalah karena adanya keuntungan yaitu gambaran yang jelas pada
perkembangan kista pada masa pembentukan proses operasi sehingga akan memberikan
gigi sehingga dapat mengubah dari posisi arah kemudahan dalam identifikasi area kerja,
erupsi maupun pergeseran lokasi dari gigi tetapi terdapat beberapa komplikasi yang
tersebut.14 Salah satu pemeriksaan yang dapat muncul seperti pembentukan scar
sangat penting untuk menentukan tingkat ekstraoral, kerusakan komponen sendi, luka
kesulitan odontektomi adalah pemeriksaan nervus fasial pada akses preaurikular, atau
radiografik khusus untuk memperoleh kerusakan tepi cabang nervus kranial pada
informasi diagnostik yang tidak diperoleh dari akses submandibular. Komplikasi tersebut
pemeriksaan lain. Selain itu pemeriksaan dapat dihindari atau diminalisir dengan cara
radiografik juga dapat membantu dalam memastikan benar area kerja dan identifikasi
menentukan lokasi dan bentuk gigi, anatomi yang akurat serta penggunaan bahan
perencanaan teknik pencabutan yang akan dan alat yang adekuat. Akses intra oral dapat
dilakukan, struktur anatomis yang harus mencegah masalah di atas tetapi
dihindari pada saat dilakukan tindakan dan menghasilkan daerah operasi yang lebih kecil.

5
MKGK. Juni 2015; 1(1): 109 – 116
E-ISSN: 2460-0059

Pemilihan perawatan kista berkepanjangan, dan komplikasi yang terkait


dentigerous berdasarkan ukuran lesi kista, dengan anastesi general, analgetik dan
lokasi kista, umur penderita dan hubungan sedasi.5
dengan struktur vital disekitarnya. Pada kista
yang berukuran sedang seperti pada kasus ini KESIMPULAN
perawatan yang dilakukan adalah enekluasi
kapsul kista sekaligus pengambilan gigi yang Telah dilakukan odontektomi secara
tidak erupsi. Pengambilan kapsul kista secara ekstraoral pada gigi molar ketiga mandibula
menyeluruh akan menjadi efektif karena akan kanan yang impaksi ektopik serta enukleasi
menghilangkan seluruh lesikistik yang kista dentigerous. Hal ini dilakukan karena
menyelubingi gigi yang tidak erupsi. posisi gigi impaksi yang ektopik berada di
ramus mandibula. Etiologi kasus ini masih
Indikasi kegagalan pengambilan gigi belum jelas, meskipun beberapa laporan
molar impaksi antara lain: rasa sakit kasus dengan area radiolusen di sekitar
berkepanjangan, perdarahan berkepanjangan, mahkota gigi yang ektopik mengindikasikan
pembengkakan berkepanjangan, adanya lesi kistik yang diduga sebagai
perkembangan berlebihan hematoma, tidak penyebab. Insidensi gigi molar ketiga
terjadwalnya prosedur pembedahan sekunder, mandibula yang ektopik lebih tinggi pada
trismus berkepanjangan, perkembangnya wanita dibanding dengan pada pria. Kontrol
alveolar osteitis, infeksi akut, lokal atau kronis lanjutan yang teratur dengan radiografi
termasuk perkembangan osteomyelitis, panoramik dibutuhkan untuk kasus molar
trauma pada gigi tetangga atau jaringan keras ketiga ektopik yang posisinya tidak tepat
dan lunak, kesalahan operatif pada sisi yang dengan tanpa gejala. Perawatannya harus
salah, tidak diketahuinya kondisi yang direncanakan secara hati-hati sesuai dengan
memerlukan prosedur operasi tambahan, posisi gigi ektopik dan trauma yang
kerusakan saraf yang tidak diharapkan, osteo kemungkinan dihasilkan pada operasi.
radionekrosis, fraktur mandibula atau maksila
karena iatrogenic, oroantral maupun oronasal Hasil pemeriksaan klinis satu bulan
fistula, pembersihan yang tidak sempurna paska operasi pasien tidak menunjukkan
termasuk gigi dengan retensi fragmen, retensi keluhan, tidak ada parastesi dari nervus
fragmen tulang non vital, jaringan lunak facialis, tidak terdapat trismus dan luka
folikuler, terbukanya tulang alveolar, menetap operasi mengalami penyembuhan yang baik.
atau timbulnya keadaan patologis, komplikasi Dari hasil gambaran radiologik satu bulan
atau kematian selama operasi atau paska opererasi menunjukan gambaran defek
periodepost-operasi, kegagalan erupsi setelah rongga gigi impaksi dan kista dentigerous
perawatan ortodontik, disfungsi atau penyakit menunjukan penyembuhan yang baik.
TMJ, periode ketidak mampuan yang

DAFTAR PUSTAKA Med Oral Pathol Oral Radiol Endod.


2008; 105: 55-61.
1. Archer H. Oral and maxillofacial surgery. 5. Faculty of Dental Surgery RCS. Current
WB. Saunders Company; 1975. H. 76-4. Clinical practice and Parameters of Care:
2. Jude R, Hororwitz J, Loree T. A Case the Management of Patient with Third
Report Ectopic Molars That Cause Molar (syn: Wisdom) Teeth. Lincoln’s Inn
Osteometal complex Obstruction. JADA. fields; 1997. H. 4-13.
1995. 6. Shivashankara C, Manjunatha BS,
3. Savitri E dan Alhamid A. Teknik Tanveer A. Ectopic mandibular third molar
Penentuan Lokasi Gigi Molar Tiga in subcondylar region: Report of a rare
Rahang Bawah Impaksi. JKGUI. 2003; case. Oral MaxillofacSurg. 2012; 16:
10: 152-156. H.153-5.
4. Wang Chun-Cheng, Kok Sang-Heng and 7. Anderson JO, Peterson JK, Laskin DM,
Hou Lien-Tuan. Ectopic Mandibular Third editors. Textbook and Color Atlas of Tooth
Molar in the Ramus Region: report of a Impactions 1 st ed. St. Louis: Mosby Year
case and literatur review. Oral Surg Oral Book. 1997. H. 222-6.

6
Saleh , dkk: Odontektomi Gigi Molar….

8. Bux P, Lisco V. Ectopic third molar Journal of Cranio-Maxillary Diseases.


associated with a dentigerous cyst in the 2014 ; 3: 12-16.
subcondylar region: Report of case. J 12. Pieter JS. Dental Pathology A Practical
Oral Maxillofac Surg. 1994; 52: 630-632. Introducting. Springer Berlin Heidenberg;
9. Salmerón JI, del Amo A, Plasencia J, 2007. H. 52-53.
Pujol R, Vila CN. Ectopic third molar in 13. Shear Mervyn. Kista Rongga Mulut edisi
condylar region. Int J Oral MaxillofacSurg. ke-3. editor Lilian Juwono. EGC; 2008. H.
2008; 37: 398-400. 103.
10. Bruce RA, Frederickson GC, Small GS. 14. Freedman GL. A disappearing
Age of patients and morbidity associated dentigerous cyst: Report of a case. J Oral
with mandibular third molar surgery. Maxillofac Surg, 1988; 46: 885-886.
JADA. 1980; 101: 240-245.
11. Basavaraj Katakol. Ectopic impaction of
mandibular third molars : case report.

Anda mungkin juga menyukai