DISUSUN OLEH:
TRI NOVIANTI
1207035029
1.2 Tujuan
Mengetahui cara analisis kimia batubara pada penentuan moisture.
Mengetahui cara analisis kimia batubara pada ash content.
BAB II
ANALISIS KIMIA BATUBARA
Total Moisture
Total moisture biasanya ditentukan pada batubara mulai dari explorasi
sampai transhipment. Nilainya sangat penting sekali, karena dalam
penjualannya nilai TM sangat diperhatikan dan menentukan harga jual dari
batubara tersebut selain berpengaruh pada nilai parameter-parameter lain dalam
basis as received. Dalam explorasi, TM ditentukan untuk menaksir atau
memperkirakan nilai TM batubara in-situ sekaligus untuk menentukan nilai
surface moisturenya dari selisih antara TM dan EQM. Karena TM adalah
jumlah dari EQM dengan Surface moisture ( TM = EQM + SM ).
Selain itu, nilai TM yang didapat dari sample core pada saat explorasi
banyak digunakan oleh geologist-geologist untuk menampilkan data dalam
basis as received pada saat batubara tersebut belum ditambang. Yang paling
menentukan dalam penentuan TM ini adalah samplingnya. Dimana sesaat
setelah sample batubara disampling sesegera mungkin sample tersebut harus
dimasukan ke dalam kontainer yang ditutup sangat rapat sehingga tidak ada
moisture yang masuk ataupun keluar dari sample tersebut. Apabila ini
terlaksana dengan baik maka nilai TM yang diperoleh dapat dianggap mewakili
nilai moisture batubara yang diambil samplenya tersebut pada saat dan keadaan
batubara tersebut disampling. Prinsip ini biasanya sulit terlaksana pada sample
core dari sample Pit atau bor dalam, karena dari sample core tersebut masih ada
beberapa data yang harus dicatat dan diamati. Sehingga sample tersebut tidak
segera dapat dimasukan kedalam kontainer yang kedap udara sesaat setelah
disampling. Selain itu pada saat pemboran biasanya menggunakan air selama
coring dilakukan. Sehingga kontaminasi batubara tersebut oleh air yang bukan
berasal dari batubara mungkin sekali terjadi. Oleh karena itu nilai TM tersebut
menjadi tidak begitu reliable untuk menunjukan nilai TM batubara in-situ. Nilai
TM yang diperoleh juga biasanya sangat fluktuatif nilainya.
Pada coal in bulk, nilai TM ini dipengaruhi oleh luas permukaan batubara (size
distribusi), juga oleh cuaca, sehingga nilai TM pada coal in bulk relatif
fluktuatif seiring dengan keadaan cuaca atau musim dan size distribusi dari
batubara tersebut terutama setelah di crushing.
Semi-bituminous 4.3
Bituminous (medium
1.9
volatile)
Bituminous (low volatile) 2.8
Antrasit 24
Kokas 92
CALORIFIC VALUE
Calorific Value atau disebut juga Specific Energy, higher heating value
merupakan parameter yang sangat penting, karena pada dasarnya yang dibeli
dari batubara adalah energy. Nilai CV yang dibutuhkan oleh pengguna batubara
bervariasi tergantung dari design peralatan yang dibuat. Ada yang memerlukan
Calorific value tinggi, ada yang menengah, bahkan ada pula yang kalori rendah.
Pada prinsipnya batubara yang dibakar pada suatu industri atau boiler harus
memiliki nilai kalori yang sesuai dengan capasitas energy yang ditargetkan
dapat tersupply yang telah disesuaikan dengan design boiler tersebut. Untuk
mencapai hal tersebut pengguna batubara biasanya membeli batubara dari
shipper tertentu yang memiliki nilai kalori sesuai dengan yang dibutuhkan dan
konsisten. Dalam hal ini pengguna batubara tersebut menggunakan single type
coal. Akan tetapi ada pula pengguna batubara yang membeli batubara dengan
nilai kalori yang bervariasi dari yang rendah, sedang ,sampai tinggi. Namun
coal feed yang dimasukan kedalam boiler nilai kalorinya harus tetap sesuai
dengan design boiler tersebut.
Dalam hal ini batubara yang bervariasi tersebut diblending. Yang kedua ini
biasanya disebabkan oleh alasan ekonomi dan di mana dengan cara ini harga
batubara dapat diatur. Dan juga supaya terjamin bahwa supply batubara yang
diperlukan dapat terus secara konsisten sehingga tidak terjadi kekurangan bahan
bakar. Menggunakan single supplier biasanya riskan konsistensinya karena
apabila perusahaan tersebut mengalami masalah dan stop produksinya maka
akan berdampak sangat besar terhadap kelangsungan industri tersebut terutama
dalam supply energy.
Calorific Value batubara biasanya dinyatakan dalam Kcal/kg, atau cal/g.
Namun ada juga yang menggunakan MJ/kg, dan Btu/lb. Sedangkan basis yang
digunakan dalam transaksi jual beli batubara tersebut bervariasi ada yang
menggunakan adb, ar dan ada pula yang menggunakan NAR (Net as Received).
Basis ketiga ini dianggap yang lebih mendekati dengan energy yang akan
dihasilkan pada saat batubara tersebut dibakar.
Konversi masing-masing unit diatas adalah :
1 cal/g = 1 BTU/lb
429.932 MJ/kg = 1 BTU/lb
238.85 MJ/kg = 1 cal/g
Sedangkan konversi dari gross ke net adalah sebagai berikut ;
1. ISO : Net CV (MJ/kg) = Gross CV – 0.212 (H) – 0.0008(O) - 0.0245(M)
2. BS : Net CV (MJ/kg) = Gross CV – 0.212 (H) – 0.0007(O) - 0.0244(M)
3. ASTM : Net CV (MJ/kg) = Gross CV – 0.024 [9(H) + (M)]
(H) = Hydrogen %, (O) = Oxygen % dan (M) = Moisture %
Basis dari masing-masing parameter tergantung keperluan. Apabila yang
diharapkan adalah Nett as received, maka basis semua parameter dalam formula
tersebut harus dalam as received.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sample sebelum dianalisa diequilibrium di udara terbuka untuk
mencapai kesetimbangan dengan lingkungan ruangan laboratorium
sehingga pengaruh dari perubahan kelembaban dan temperatur ruangan
laboratorium selama penimbangan dan analisa tidak signifikan
terhadah hasil moisture. Moisture (air) ada dalam batubara sebagai
inherent moisture, surface atau free moisture, air terikat di mineral
matter dan dekomposisi moisture. Pengukuran secara analisa yaitu
moisture holding capacity, total moisture, air dry loss, residual
moisture dan moisture in analysis sample. Mengacu pada metode
ISO/BS sample batubara dipanaskan pada temperatur 107 °C untuk
menguapkan air dan dialirikan gas nitrogen untuk menghindari
oksidasi.
Keuntungan dari penentuan ash content mengunakan metode
rapid/cepat karena hasil ash content diperlukan sesegera mungkin oleh
operator plant untuk memonitor kinerja plant dan kualitas produksi.
Sample dipanaskan pada atmosfer nitrogen untuk melepaskan zat
terbang (volatile matter) kemudian dilanjutkan dalam atmosfer oksigen
untuk membakar sample guna mendapatkan abu sisa pembakaran.
DAFTAR PUSTAKA