Anda di halaman 1dari 10

MIOMA UTERI

1. LATAR BELAKANG
Mioma adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma,
leiomioma, atau fibroid. Mioma paling banyak ditemukan pada wanita berusia 35-45
tahun (kurang dari 25%). Mioma sering ditemui pada wanita yang belum menikah dan
yang kurang subur serta karena faktor keturunan. Biasanya penderita mengalami
menoupose yang terlambat (Harmanto, 2006).
Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang Mioma,
pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak dari pada wanita berkulit putih.
Mioma Uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause
hanya kira-kira 10% Mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, Mioma Uteri
ditemukan 2.39%– 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosastro,
2005)
2. DEFINISI
Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk
otot-otot Rahim disebut dengan mioma uteri (Achadiat, 2004). Mioma uteri ini biasa
disebut juga dengan uterine fibroid. Pertumbuhan yang tidak ganas ini dengan ukuran dan
jumlah yang bervariasi, dari kelompok nodul berukuran kecil sampai terbentuk massa
yang besar menonjol (Wijayakusuma, 2008). Mioma pada Rahim dibedakan menjadi tiga
kategori yaitu (Achadiat, 2004):
a. Mioma submukosa
b. Mioma intramural
c. Mioma subserosa
Ada pula mioma, baik submukosa maupun subserosa yang bertangkai
(pedunculated). Mioma submukosa bertangkai seringkali sampai keluar melewati ostium
uteri eksternum dan disebut sebagai mioma lahir (myoom geburt) (Achadiat, 2004).

3. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya mioma uteri masih belum diketahui secara pasti.
Kemungkinan penyebabnya adalah karena penggunaan hormone-hormon steroids, seperti
estrogen dan progesterone. Peningkatan reseptor hormone estrogen dan progesterone
pada jaringan mioma dapat mempengaruhi pertumbuhan tumor, faktor predisposisi
herediter, sebagian ahli mengatakan bahwa fbroid uteri ini diwariskan dari gen sisi
paternal, mimoma bisanya membesar saat hamil dan mengecil setelah menopause, serta
jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, Christopher, & Kenneth R., 2003).

4. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat.
Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus
yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan
fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi.
Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami
kekurangan volume cairan.
5. PATHWAY

6. TANDA DAN GEJALA


Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat mioma berada, besarnya,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Nyeri bukan gejala khas namun dapat terjdai.
Masalah dapat timbul jika terjadi perdarahan abnormal Rahim (banyak dan lama serta
tidak menentu) yang menimbulkan anemia, penekanan pada kandung kemih
menyebabkan sering berkemih dan urgensi, serta potensial untuk terjadinya infeksi
kandung kemih, penekanan pada rectum menyebabkan sembelit dan nyeri jika tumor
mengalami perubahan atau torsi (putaran mioma yang bertangkai) (Harmanto, 2006)
Gejala klinik mioma uteri adalah (Manuaba, 1998):
1. Perdarahan tidak normal.
a. Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi, karena:
- Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
- Gangguan kontraksi otot Rahim
- Perdarahan berkepanjangan
Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,
pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi
2. Penekanan Rahim yang membesar
Penekanan Rahim karena pembesaran mio uteri dapat terjadi:
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah
b. Sukar miksi atau defekasi
c. Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf

Kriteria diagnosis untuk menentukan adanya mioma pada Rahim, dapat dilihat dari
beberapa tanda, diantaranya adalah (Achadiat, 2004):

a. Pembesaran Rahim (bisa simetris atu berbenjol-benjol)


b. Umumnya disertai perdarahan (menometroragia)
c. Seringkali membesar pada saat kehamilan

7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul pada mioma adalah (Achadiat, 2004):
a. Perdarahan
b. Anemia
c. Infeksi atau degradasi (kistik maupun merah)
d. Mioma subserosa bertangkai kadang-kadang terpuntir (twisted) yang mengakibatkan
abdomen akut
e. Perlekatan pasca miomektomi
f. Terjadinya rupture/robekan Rahim, apabila penderita hamil setelah tindakan
miomektomi.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam menentukan adanya mioma
adalah (Achadiat, 2004):
a. Darah lengkap dan urin lengkap
b. Tes kehamilan
c. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disebrtai perdarahan untuk
menyingkirkan kemungkinan patologi lain pada Rahim (hyperplasia atau
adenokarsinoma endometrium)
d. Ultrasonografi

9. PENATALAKSANAAN
Penatalksanaan yang bisa dilakukan adalah (Achadiat, 2004):
a. Observasi: bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu,
tanpa disertai penyulit lain.
b. Ekstirpasi: biasanya untuk mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir/geburt,
umumnya dilakukan dengan tindakan D/K
c. Laparatomi/miomektomi: bila fungsi reproduksi masih diperlukan dan secara teknis
memungkinkan untuk dilakukan tindakan tersebut. Biasanya untuk mioma intramural,
subserosa, dan subserosa bertangkai, tindakan ini telah cukup memadai
d. Laparatomi/histerektomi:
Dilakukan juka:
Fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi
Pertumbuhan tumor sangan cepat
Sebagai tindakan hemostasis, yakni dimana terjadi perdarahan yang terus menerus
dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Cemas berhubungan dengan krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungna dengan faktor
biologi dan faktor psikologis
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
e. Gangguan eliminasi fekal: konstipasi berhubungan dengan menurunnya mobilitas
fisik
f. Retensi urin berhubungan dengan penekanan keras pada uretra

11. RENCANA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
a. Tujuan
Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan selama …..x 24 jam,
diharapkan respon nyeri pasien dapat terkontrol, dengan kriteria:
- Pasien mampu mengenal faktor-faktor penyebab nyeri, beratnya ringannya
nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian tubuh yang nyeri
- Pasien mampu melakukan tindakan non-analgetik, seperti napas dalam
- Pasien melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan
- Tanda-tanda vital normal.
b. Intervensi
- Kaji nyeri secara komprehensif
- Observasi tanda nonverbal pasien terhadap nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesic dengan dokter
- Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided
imagery, terapi musik, dan distraksi)
- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
- Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
- Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga kesehatan jika tindakan tidak
berhasil atau terjadi keluhan lain
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi)
a. Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam,
diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas dengan kriteria:
- Klien mampu menurunkan penyebab-penyebab kecemasan
- Klien mampu mencari informasi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk
menurunkan kecemasan
- Klien melaporkan kepada perawat penurunan kecemasan
- Klien mampu mempertahankan hubungan social, dan konsentrasi
b. Intervensi
- Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan pasien
- Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)
- Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan dengan
komunikasi yang baik
- Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
- Ciptakan hubungan saling percaya
- Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas dan
dengarkan dengan penuh perhatian
- Ajarkan pasien teknik relaksasi
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan ibadah dan berdoa
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungna dengan faktor
biologi dan faktor psikologis
a. Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam,
diharapkan status nutrisi meliputi intake makanan dan minuman membaik dengan
kriteria:
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
b. Intervensi
Manajemen Nutrisi
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah nutrisi yang sesuai
dengan keadaan pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, protein, karbohidrat, dan
vitamin C
Monitoring nutrisi
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Berikan lingkungan yang nyaman dan bersih selama makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
- Kaji makanan kesukaan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
a. Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam,
diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan dengan kriteria:
- Pasien mengenal nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau
faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan
penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikasi
- Pasien mengetahui prosedur perawatan, tujuan perawatan dan manfaat
tindakan.
b. Intervensi
Pembelajaran : proses penyakit
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
- Jelaskan nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau faktor
pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit,
komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikas
- Berikan informasi tentang kondisi perkembangan klien
- Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas
kesehatan
Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
- Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
- Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur
yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
- Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan
5. Gangguan eliminasi fekal: konstipasi berhubungan dengan menurunnya mobilitas
fisik
a. Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama ….x 24 jam,
diharapkan pasien tidak mengalamai gangguan dalam buang air besar, dengan
kriteria hasil:
- Pasien kembali ke pola dan normal dari fungsi bowel
b. Intervensi
Manajemen Konstipasi
- Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Monitor warna, konsistensi, jumlah dan waktu buang air besar
- Konsultasikan dengan dokter tentang pemberian laksatif, enema dan
pengobatan
- Berikan cairan yang adekuat
6. Retensi urin berhubungan dengan penekanan keras pada uretra
a. Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawaran selama ...x24 jam, pasien tidak mengalami
inkontinensia urin, dengan kriteria hasil:
- Pasien mampu memprekdisikan pola eliminasi urin
- Pasien mampu memulai dan memghentikan aliran urin
- Tidak adanya tanda-tanda infeksi
b. Intervensi
Pemasangan Kateter
- Menjelaskan prosedur dan rasional intervensi kateterisasi
- Monitore intake dan output
- Menjaga teknik aseptik dalam melakukan kateterisasi
- Memelihara drainase urinari secara tertutup.
12. DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, C. M. (2004). Prosedur tetap obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC.

Crum, M., Christopher, P., & Kenneth R., L. (2003). Tumors of the Myometrium in
Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders.

Harmanto, N. (2006). Herbal untuk keluarga: ibu sehat dan cantik dengan herbal .
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana


untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC.

Wijayakusuma, M. H. (2008). Ramuan lengkap herbal taklukan penyakit. Jakarta:


Pustaka Bunda (Grup Puspa Swara).

Wiknjosastro, H. (2005). ILMU KEBIDANAN. Jakarta: YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai