Anda di halaman 1dari 9

Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 …

Jurnal Agroteknologi Vol. 10 No. 02 (2016)

PRODUKSI BIOETANOL OLEH Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210


PADA MEDIA MOLASES DENGAN KECEPATAN AGITASI DAN
AERASI YANG BERBEDA
Bioethanol Production by Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 in Molasses Media Under
Different Agitation Speed and Aeration Rate

Iga Vivin Noorvita1), J. Jayus1), N. Nurhayati1)*


1)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Jl. Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember 68121
*E-mail: nurhayati.ftp@unej.ac.id

ABSTRACT

One alternative way to increase the production of bioethanol in molasses media is to give
agitation and aeration during fermentation process. The aims of this research was to evaluate the
highest ethanol production with agitation and aeration treatment. The research were designed with
two treatment, aeration rate (0,1;0,3; and 0,6 vvm) and agitation speed (100, 200 and 300 rpm).
Microbial concentration, reduction sugar content and ethanol production were observed every 4 hour
interval for 24 hours. The results showed that during fermentation occured increasing of microbial
concentration, decreasing of sugar content and increasing of ethanol production. Fermentation with
agitation speed 100 rpm and aeration rate 0,3 vvm showed the highest ethanol production by 5,43%
and microbial concentration around 4,07 g/L. Based on this study, the aeratioon rate treatment was
significant to influence ethanol content, but the agitation speed was not significant to influence
content of ethanol.

Keywords: Fermentation, Saccharomyces cereviciae, bioethanol, agitation, aeration

PENDAHULUAN Fusarium oxysporum terjadi lebih cepat


Bioetanol merupakan hasil dari (72 jam) dibandingkan pada kondisi
proses fermentasi biomassa dengan anaerob yang membutuhkan waktu
bantuan mikroorganisme (Firdausi et al., fermentasi 120 jam (Xiros dan
2013). Pada umumnya jenis Christakopoulos, 2009). Yan et al. (2009),
mikroorganisme yang digunakan dalam melaporkan bahwa produksi etanol
produksi bioetanol adalah Saccharomyces menggunakan S. cerevisiae pada kondisi
cerevisiae. Hal tersebut dikarenakan S. fermentasi dengan perlakuan agitasi 200
cerevisiae banyak ditemukan dialam, rpm dan aerasi 4 mg/L dapat
memiliki ketahanan hidup yang tinggi menghasilkan etanol yang lebih tinggi
serta mampu menghasilkan alkohol dalam yaitu 143,8 g/L dibandingkan dengan
jumlah yang cukup tinggi (Jeffries dan Jin, kondisi fermentasi tanpa agitasi dan aerasi
2000). Upaya optimasi lingkungan yaitu 75,8 g/L.
tumbuh mikroba selama fermentasi dapat Penelitian ini bertujuan untuk
dilakukan dengan cara mengkondisikan mengetahui produksi etanol tertinggi yang
kultur pada kondisi optimum pertumbuhan dihasilkan oleh S. cerevisiae FNCC 3210
mikroba dengan menggunaan bioreaktor dengan perlakuan aerasi dan agitasi pada
selama proses fermentasi. Faktor yang media molases dengan menggunakan
mempengaruhi fermentasi bioetanol fermentor.
mengggunakan bioreaktor yaitu agitasi
dan aerasi. Pada kondisi mikroaerob (0,1;
0,2 dan 0,4 vvm) produksi etanol oleh
184
Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 …
Jurnal Agroteknologi Vol. 10 No. 02 (2016)

METODE PENELITIAN Pembuatan starter


Pembuatan starter dilakukan dengan
Alat dan Bahan meremajakan kultur stok S. cerevisiae
Alat yang digunakan dalam penelitian strain FNCC 3210 pada media agar miring
ini meliputi fermentor Applikon MEA selama 48 jam pada suhu 30ºC.
Biotechnology volume 1 L, laminar air Kultur pada media miring sebanyak 1 ose
flow (LAF) Microtech Model V3, diinokulasikan dalam 10 ml media MEB
autoclave Study SA-300VL, inkubator yang kemudian diinkubasi selama 15 jam
(scientific series 2000), oven Scientific pada suhu 30ºC sebagai kultur kerja.
series 2000, hand refractometer ATAGO, Kultur kerja sebanyak 10 ml
digital pH meter, spektrofotometer diinokulasikan pada 100 ml molases
Genesys 10 UV dan alat gelas. Bahan (kadar brix 14º) yang telah disterilkan.
penelitian yang digunakan meliputi Molases kemudian diinkubasi selama 12
molasses yang diperoleh dari PTPN XI jam pada suhu 30ºC.
pabrik pengolahan gula Djatiroto, pupuk
urea, Larutan NaOH (PA), Larutan
H2SO4 pekat, asam fosfat 10%, Produksi bioetanol
K2Cr2O7, larutan Na2CO3, dan reagen Proses produksi bioetanol
dinitrosalisilic acid (DNS), kultur khamir menggunakan media molases 800 ml yang
Saccharomyces serevisiae strain FNCC telah dipreparasi dalam bioreaktor. Starter
3210. S. cerevisiae strain FNCC 3210 sebanyak
10% v/v ditambahkan ke dalam bioreaktor
Tahapan Penelitian dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu
Preparasi media 30ºC. Produksi bioetanol tahap pertama
Proses preparasi media dimulai dari menggunakan perlakuan kecepatan agitasi
pengenceran molases yang diperoleh dari 100 rpm dan laju aerasi A1 (0,1 vvm), A2
PTPN XI pabrik pengolahan gula (0,3 vvm) dan A3 (0,6 vvm). Pada tahap
Djatiroto. Pengaturan pH molases dengan selanjutnya perlakuan laju aerasi terbaik di
menggunakan H2SO4 pekat hingga pH tahap pertama divariasikan dengan
molases menjadi 2-3. Kemudian molases kecepatan agitasi 200 rpm (B1) dan 300
dipanaskan hingga mencapai suhu 90ºC rpm (B2). Parameter yang diamati dalam
yang bertujuan untuk mempercepat penelitian ini pada selang waktu 4 jam
pengendapan padatan yang tidak terlarut. adalah kadar sel mikroba, kadar gula
Larutan molases kemudian disaring untuk reduksi, dan kadar etanol.
memisahkan padatan tidak terlarut pada
molases. Molases hasil saringan Parameter Pengamatan
ditambahkan dengan NaOH 0,5 M hingga Parameter yang diamati dalam
pH molases mencapai pH 4,5 yang penelitian ini meliputi paremeter
merupakan pH optimum untuk mikrobiologi dan kimia. Parameter
pertumbuhan khamir. Nutrisi medium mikrobiologi yaitu konsentrasi mikroba
fermentasi diperkaya dengan dengan menggunakan metode gravimetri
menambahkan urea sebanyak 0,4285 g/L (Choiron et al., 2013). Parameter kimia
dan asam fosfat 10% sebanyak 0,07 ml/L. yaitu kadar gula reduksi dengan
Molases yang telah dipreparasi sejumlah menggunakan metode DNS (Miller, 1959)
800 ml dimasukkan bioreaktor dan dan parameter kadar etanol dengan
disterilisasi dengan menggunakan autoklaf menggunakan metode cawan conway
pada suhu 121ºC selama 15 menit. (Kartika et al., 1992).
.
185
Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 …
Jurnal Agroteknologi Vol. 10 No. 02 (2016)

HASIL DAN PEMBAHASAN yeast sebesar 3,41±0,13 g/L dan


mengalami penurunan hingga fermentasi
Profil Produksi Bioetanol Pada Kondisi jam ke 24. Penurunan konsentrasi sel
Fermentasi Tahap Pertama diduga akibat terjadinya lisis pada sel.
Hasil pengamatan proses fermentasi Autolisis pada sel akan menyebabkan
tahap pertama dengan perlakuan mitokondria mengeluarkan enzim yang
kecepatan agitasi 100 rpm dan laju aerasi dapat menghancurkan membran sel
0,1 vvm(A1); 0,3 vvm(A2); dan 0,6 sehingga sel mengalami kerusakan dan
vvm(A3) (Gambar 1). konponen sel akan hilang serta terdispersi
Gambar 1 menunjukkan konsentrasi kedalam media (Choiron et al., 2013).
yeast pada perlakuan A2 dan A3 Pada perlakuan A2 jumlah etanol
mengalami kenaikan hingga akhir proses tertinggi dihasilkan pada fermentasi jam
fermentasi.Konsentrasi yeast perlakuan ke 24. Hal tersebut disebabkan oleh
A2 dan A3 pada jam ke 24 berturut-turut adanya suplai oksigen sebesar 0,3 vvm
sebesar 4,07±0,23 g/L dan 4,26±0,70 g/L. yang mendukung peningkatan konsentrasi
Peningkatan konsentrasi yeast dipengaruhi mikroba hingga akhir proses fermentasi.
oleh ketersediaan substrat dan oksigen Perlakuan A1 dan A3 menghasilkan etanol
dalam media fermentasi. Ketersediaan tertinggi pada jam ke 20 dan mengalami
substrat yang masih cukup banyak pada penurunan pada fermentasi jam ke 24.
media fermentasi akan digunakan oleh Penurunan etanol yang dihasilkan diduga
yeast untuk pertumbuhan, sehingga yeast akibat terbentuknya alkohol yang bersifat
cenderung mengalami peningkatan toksik bagi mikroba serta adanya suplai
konsentrasi. Konsentrasi yeast perlakuan oksigen sebesar 0,6 vvm yang cenderung
A1 mengalami kenaikan hingga mendorong sel mikroba untuk tumbuh dan
fermentasi jam ke 20 dengan konsentrasi mempertahankan keberadaan sel. Produksi

Gambar 1. Peningkatan konsentrasi yeast ( ), peningkatan etanol ( ), dan penurunan gula reduksi
( ) selama fermentasi bioetanol pada tahap pertama dengan perlakuan A1 (■ ), A2 (●) dan A3
(▲)

186
Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 …
Jurnal Agroteknologi Vol. 10 No. 02 (2016)

etanol dengan laju aerasi 0,1 vvm Whitaker, 1990).


menghasilkan etanol yang lebih tinggi Konsentrasi tertinggi yeast pada
dibandingkan dengan laju aerasi 0,2 dan perlakuan B1 dan B2 dicapai selama 24
0,4 vvm (Xiros dan Christakopoulos, jam fermentasi. Peningkatan konsentrasi
2009). mikroba berkaitan dengan peningkatan
jumlah etanol serta penurunan jumlah gula
Profil Produksi Bioetanol pada Kondisi reduksi. Jumlah gula reduksi pada kedua
Fermentasi Tahap Kedua sampel mengalami penurunan hingga
Berdasarkan perlakuan tahap akhir fermentasi. Laju konsumsi gula
pertama, kondisi fermentasi A2 reduksi pada perlakuan B1 dan B2 tidak
merupakan kondisi fermentasi dengan memiliki perbedaan yang signifikan.
perlakuan aerasi terbaik yang mendorong Jumlah etanol yang dihasilkan pada
yeast untuk menghasilkan etanol dalam sampel B1 dan B2 tidak memiliki
jumlah yang lebih tinggi dibandingkan perbedaan yang signifikan. Hal tersebut
dengan perlakuan yang lainnya. Pada diduga akibat perlakuan agitasi sebesar
fermentasi tahap ini dilakukan upaya 200 dan 300 rpm tidak terlalu berpengaruh
optimalisasi jumlah etanol yang dihasilkan terhadap kadar etanol yang dihasilkan,
dengan cara melakukan proses fermentasi namun terbentuknya buih selama proses
dengan perlakuan aerasi 0,3 vvm yang fermentasi akan mengakibatkan
divariasikan dengan perlakuan agitasi 200 terhambatnya pertumbuhan yeast sehingga
rpm (B1) dan 300 rpm (B2). Perlakuan produksi etanol tidak optimal (Gambar
agitasi bertujuan untuk menghomogenkan 2).
media fermentasi (Stanburry dan

160 4,00

140 3,50
Gula reduksi (g/L)

120 3,00
Etanol (g/L)

Konsentrasi yeast (g/L)

100 2,50

80 2,00

60 1,50

40 1,00

20 0,50

0 0,00
0 4 8 12 16 20 24
Lama fermentasi (Jam)

Gambar 1. Peningkatan konsentrasi yeast ( ), peningkatan etanol ( ), dan penurunan gula reduksi
( ) selama fermentasi bioetanol pada tahap pertama dengan perlakuan A1 (■ ), A2 (●) dan A3
(▲)
187
Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 …
Jurnal Agroteknologi Vol. 10 No. 02 (2016)

Kinetika Produksi Bioetanol oleh S. Tabel 2. Konsentrasi yeast selama fermentasi


cerevisiae Strain FNCC 3210 tahap kedua
Konsentrasi yeast Lama Populasi Yeast (g/L)
Konsentrasi tertinggi S. cerevisisae fermentasi
FNCC 3210 pada tahap pertama diperoleh (Jam) B1 B2
pada perlakuan A3 dengan konsentrasi sel 0 0,00 ± 0,00 0,05 ± 0,07
sebesar 4,26 ± 0,70 g/L. Peningkatan 4 0,61 ± 0,20 0,53 ± 0,13
pemberian aerasi pada media selama 8 1,36 ± 0,19 1,30 ± 0,20
proses fermentasi akan meningkatkan 12 2,32 ± 0,30 2,22 ± 0,01
jumlah populasi yeast. Hal tersebut sesuai 16 2,74 ± 0,16 2,72 ± 0,09
dengan Tabel 1, pada perlakuan A3 20 3,70 ± 0,60 3,24 ± 0,20
dengan pemberian aerasi 0,6 vvm 24 3,75 ± 0,03 3,44 ± 0,29
konsentrasi yeast yang cenderung
mengalami kenaikan hingga akhir proses
fermentasi. Konsumsi gula reduksi
Jumlah gula reduksi pada masing-
Tabel 1. Konsentrasi yeast selama fermentasi masing perlakuan fermentasi mengalami
tahap pertama penurunan seiring dengan lama fermentasi
Lama Populasi Yeast (g/L) (Tabel 3). Konsumsi gula reduksi pada
fermentasi perlakuan A3 merupakan konsumsi gula
A1 A2 A3 reduksi yang paling tinggi. Hal tersebut
(Jam)
0 0,05 ± 0,07 0,10 ± 0,14 0,10 ± 0,14 dikarenakan pada perlakuan A3 dialirkan
4 0,80 ± 0,01 0,70 ± 0,06 0,72 ± 0,21 serasi sebesar 0,6 vvm yang akan
8 1,43 ± 0,04 2,11 ± 0,15 1,52 ± 0,10 cenderung mendukung pertumbuhan
12 2,21 ± 0,11 3,00 ± 0,82 2,82 ± 0,02 yeast. Laju konsumsi gula reduksi pada
16 3,22 ± 0,37 3,75 ± 0,06 3,56 ± 0,27 perlakuan A1, A2 dan A3 hingga akhir
20 3,41 ± 0,13 4,04 ± 0,04 4,16 ± 0,20 fermentasi berturut-turut sebesar 5,01 ±
24 2,99 ± 0,08 4,07 ± 0,23 4,26 ± 0,70 0,04 g/L/jam; 4,96 ± 0,02 g/L/jam dan
5,46 ± 0,19 g/L/jam. Laju konsumsi gula
Perlakuan tahap kedua dilakukan reduksi hingga mencapai populasi yeast
dengan menggunakan aerasi 0,3 vvm yang tertinggi pada kondisi A3 lebih tinggi
merupakan perlakuan aerasi terbaik dibandingkan kondisi A2 dan A3.
berdasarkan fermentasi tahap pertama.
Berdasarkan perlakuan aerasi terbaik Tabel 3. Konsumsi gula reduksi selama fermentasi
tersebut, kemudian dilakukan produksi tahap pertama
bioetanol tahap kedua dengan variasi Lama ΔS (g/L)
peningkatan perlakuan agitasi yaitu 200 fermentasi
(Jam) A1 A2 A3
rpm (B1) dan 300 rpm (B2). Konsentrasi
0 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
yeast pada kedua perlakuan tersebut 4 29,04 ± 0,04 24,44 ± 0,01 28,12 ± 0,01
mengalami kenaikan hingga akhir proses 8 45,73 ± 0,12 58,61 ± 0,08 54,01 ± 0,05
fermentasi. Berdasarkan Tabel 2 12 62,81 ± 0,16 82,79 ± 0,13 79,63 ± 0,08
konsentrasi tertinggi yeast pada tahap 2 16 88,17 ± 0,12 97,24 ± 0,02 99,212 ± 0,04
diperoleh dengan perlakuan B1 sebesar 20 107,75 ± 0,00 105,91 ± 0,01 114,85 ± 0,04
3,75 ± 0,03 g/L. 24 120,24 ± 0,01 118,92 ± 0,01 131,01 ± 0,05

Konsumsi gula reduksi pada


fermentasi tahap kedua tidak berbeda
signifikan yaitu sebesar 119,84 ± 0,00 g/L
188
Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 …
Jurnal Agroteknologi Vol. 10 No. 02 (2016)

pada perlakuan B1 dan sebesar 118,40 ± reaksi inhibisi oleh produk (Echegaray et
0,01 g/L pada perlakuan B2 (Tabel 4). al., 2000).
Laju konsumsi gula reduksi pada Proses fermentasi tahap kedua
perlakuan B1 dan B2 cenderung lebih dilakukan berdasarkan perlakuan terbaik
rendah dibandingkan dengan laju dari tahap pertama (A2). Nilai growth
konsumsi gula reduksi pada perlakuan A2. yield dengan kondisi fermentasi B1 dan
Hal tersebut dikarenakan pada kondisi B2 hingga mencapai konsentrasi sel
fermentasi B1 dan B2 dihasilkan foam tertinggi berturut-turut sebesar 0,031 ±
yang lebih banyak dibandingkan dengan 0,000 dan 0,029 ± 0,003. Proses
kondisi fermentasi A2, sehingga diduga fermentasi dengan perlakuan B2 tidak
menghambat proses pertumbuhan yeast. memiliki perbedaan nilai growth yield
yang signifikan dengan proses fermentasi
Tabel 4. Konsumsi gula reduksi selama fermentasi perlakuan B1. Hal tersebut diduga karena
tahap kedua pada perlakuan agitasi sebesar 200 dan
Lama ΔS (g/L) 300 rpm terbentuk buih selama proses
fermentasi fermentasi berlangsung, sehingga
B1 B2
(Jam) pertumbuhan yeast tidak optimal.
0 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
4 26,41 ± 0,02 23,00 ± 0,02 Jumlah Etanol dan Produktivitas
8 50,99 ± 0,04 49,15 ± 0,03 Etanol
12 81,73 ± 0,01 71,88 ± 0,04 Fermentasi bioetanol tergolong
16 93,96 ± 0,01 90,80 ± 0,01 dalam tipe fermentasi pertumbuhan
20 104,86 ± 0,01 102,76 ± 0,01 terpadu yaitu peningkatan jumlah populasi
24 119,84 ± 0,00 118,40 ± 0,01 berjalan seiring dengan peningkatan
jumlah produk (Tabel 5 dan 6). Pada
Growth yield perlakuan A1 dan A3 etanol mengalami
Nilai growth yield pada proses kenaikan hingga hingga fermentasi jam ke
fermentasi tahap pertama dengan 20 sebesar 4,18 ± 0,47% dan 4,52 ±
perlakuan A1, A2 dan A3 hingga 0,45%, kemudian menurun hingga akhir
mencapai konsentrasi yeast tertinggi proses fermentasi. Penurunan tersebut
berturut-turut sebesar 0,031 ± 0,002 ; dikarenakan ketersediaan substrat yang
0,033 ± 0,003 dan 0,032 ± 0,005. Kondisi semakin menipis serta keberadaan etanol
fermentasi A2 memiliki nilai growth yield yang bersifat toksik yang menyebabkan
yang paling tinggi dibandingkan kondisi kerja yeast tidak optimal. Pada perlakuan
A1 dan A3. Nilai growth yield tertinggi A2 etanol yang dihasilkan sebesar 5,43 ±
masing-masing perlakuan diperoleh pada 0,37%. Perlakuan A2 merupakan
fermentasi jam ke 16-20. Hal tersebut perlakuan terbaik pada tahap pertama
dikarenakan jumlah substrat pada media yang mampu mendorong yeast untuk
masih melimpah yang mendukung memproduksi etanol. Produktivitas etanol
peningkatan pertumbuhan yeast menjadi tertinggi yang dihasilkan oleh S.
lebih pesat dibandingkan dengan cerevisisae strain FNCC 3210 dengan
fermentasi jam ke 24. S. cerevisiae dapat kondisi A1, A2 dan A3 berturut-turut
memfermentasi molases dengan kadar yaitu 2,39 ± 0,57 g/L/jam; 2,83 ± 0,05
gula 170 g/L sehingga menghasilkan nilai g/L/jam dan 2,18 ± 0,20 g/L/jam.
growth yield sebesar 0,24 yang akan terus
mengalami penurunan hingga 0,019 di
akhir proses fermentasi akibat adanya

189
Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 …
Jurnal Agroteknologi Vol. 10 No. 02 (2016)

Tabel 5. Produksi etanol selama fermentasi tahap tahap kedua dihasilkan oleh S. cerevisiae
pertama FNCC 3210 dengan variasi perlakuan
Lama Etanol (%) agitasi B1 yaitu sebesar 4,62 ± 0,15 %.
fermentasi
(Jam) A1 A2 A3
DAFTAR PUSTAKA
0 2,23 ± 0,06 3,01 ± 0,05 0,15 ± 0,05 Agustin, K.W.,dan Fenty, N.E.P. 2013.
4 0,69 ± 0,05 0,76 ± 0,07 0,50 ± 0,13 Produksi etanol dari tetes tebu oleh
8 1,50 ± 0,09 2,02 ± 0,52 1,37 ± 0,39 Saccharomyces cerevisiae pembentuk
12 2,73 ± 0,27 3,70 ± 0,11 2,48 ± 0,30
flok (NRRL-Y 265). Jurnal Agritech,
33 (2).
16 4,06 ± 0,85 4,38 ± 0,34 3,34 ± 0,44
20 4,18 ± 0,47 5,10 ± 0,35 4,52 ± 0,45 Alfenore, S., Cameleyre, X., Benbadis, L.,
24
Bideaux, C., Uribelarrea, J.L., Goma,
3,92 ± 0,40 5,43 ± 0,37 4,29 ± 0,53
C., Molina-Jouve, C., dan Guillouet,
S.E. 2004. Aeration strategy: A Need
for very high ethanol performance in
Pada fermentasi bioetanol tahap Saccharomyces cerevisiae fed-batch
kedua dengan kondisi B1 dan B2 mampu process. Applied Microbiology
dihasilkan etanol hingga sebesar 4,62 ± Biotechnology, 63: 537–542.
0,15 % dan 4,55 ± 0,25 %. Etanol yang Bailey., James, E., dan David, F.O. 1986.
dihasilkan pada perlakuan B1 dan B2 Biochemical Engineering
tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Fundamentals ,2nd ed. McGraw-Hill
Hal tersebut diduga karena adanya Book Co., Singapura.
perlakuan agitasi yang tinggi sebesar 200 Christakopoulos, P., Xiros, C. 2009.
dan 300 rpm selama proses fermentasi Enhanced ethanol production from
pada media molases dapat menghambat brewer's spent grain by a Fusarium
pertumbuhan yeast sehingga produksi oxysporum consolidated system.
metabolit berupa etanol juga menurun. Biotechnology for Biofuels, 2 (4).
Choiron, M., Jayus., dan Sony. S. 2013.
Tabel 6. Produksi etanol selama fermentasi tahap
kedua
Pengaruh ketersediaan oksigen pada
produksi epiglukan oleh Epicoccum
Lama Etanol (%) nigrum menggunakan media molases .
fermentasi Jurnal Agrointek, 7 (1).
B1 B2
(Jam)
Desrosier. 1989. Teknologi Pengawetan
0 0,31 ± 0,09 0,29 ± 0,01
Pangan. Penerjemah M. Muljohardjo.
4 0,72 ± 0,12 0,66 ± 0,01
UI-Press, Jakarta.
8 1,88 ± 0,61 1,78 ± 0,73
12 3,29 ± 0,42 3,12 ± 0,11 Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I.
16 4,01 ± 0,44 3,71 ± 0,35 Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
20 4,62 ± 0,15 4,41 ± 0,34 Firdausi, Z.N., Samodra, B.N., dan Hargono.
24 4,54 ± 0,06 4,55 ± 0,25 2013. “Pemanfaatan Pati Singkong
Karet (Manihot glaziovii) Untuk
Produksi Bioetanol Fuel Grade Melalui
KESIMPULAN Proses Disrilasi Dehifrasi
Etanol tertinggi dihasilkan oleh S. Menggunakan Zerolit Alam”. Skripsi.
(http://www.e-
cerevisiae FNCC 3210 selama fermentasi
jurnal.com./2013/10/pemanfaatan-pati-
pada tahap pertama dengan variasi singkong-karet-manihot.html) (Diakses
perlakuan aerasi A2 (0,3 vvm) yaitu tanggal 25 September 2014).
sebesar 5,43 %. Etanol tertinggi pada

190
Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 …
Jurnal Agroteknologi Vol. 10 No. 02 (2016)

Echegaray, O.E.,Carvalho, J.C.M., Fernandes, Khongsay, Laopaiboon, Jaisil, dan


A.N.R., Sato, S., Aquarone, E., and Laopiboon, P. 2012. Optimization of
Vitolo, M. (2000). Fed-batch culture of agitation and aeration for very high
Saccharomyces cerevisiae in sugar-cane gravity ethanol fermentation from sweet
blackstrap molasses: Invertase activity sorghum juice by Sacchamyces
of intact cells in ethanol fermentation. cerevisiae using an orthogonal array
Journal of Biomass and Bioenergy, 19 design. Journal of Energies, 5: 561-
(1): 39-50. 576.
Gross, T., Faul, J., Ketteridge, S., and Kurniawan, Juhanda, Syamsudin dan
Springham, D. 1995. Introductory Lukman. 2011. “Pengaruh Jenis
Microbiology I. Champman and Hill Pengaduk pada Fermentasi Etanol
Boundry Row, London. SEcara Sinambung dalam Bioreaktor
Tangki Berpengaduk Sel Tertambat”.
Hemamalini, V., Saraswathy, S.G.E., Hema,
Fakultas Teknologi Itenas Bandung,
C., dan Geetha, S. 2012. Comparative
Bandung.
study of continous ethanol fermentation
from molasses by using Saccharomyces Liu, R., Mei. X., Shen F dan Wu. H. 2009.
cerevisiae and Schizosaccharomyces Optimization of fermentation conditions
pombe. Research Article. ISSN 2250- for the production of ethanol from stalk
1770. juice of sweet sorgum by immobilized
yeast using reponse surface
Hidayat, N.M. dan Suhartini .2006.
methodology. Energy and Fuels, 23(1):
Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi,
487-491.
Jakarta.
Miller, G.L. 1959. “Use of Dinitrosalycilic
Jeffries, T.W. and Jin, Y.S. 2000. Ethanol and
Acid Reagent For Determination of
thermotolerance in the bioconversion of
Reducing Sugar”. Dalam Mayzuhroh,
xylose by yeasts. Adv. Appl.
A. 2015. “Produksi Bioetanol
Microbiology, 47: 221-268.
Mengggunakan Starter Komersial
Judoamidjojo, M., Darwis, A.A., dan Sa’id, dengan dan Tanpa Pemberian Aerasi
E.G. 1992. Teknologi Fermentasi. dan Agitasi Pada Media Molases”.
Rajawali Press, Jakarta. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Fakultas
Juwita, Ratna. 2012. “Studi Produksi Alkohol Teknologi Pertanian Universitas
Dari Tetes Tebu (Saccharum Jember, Jember.
officinarum L.) selama Proses Patrascu, E., Rapeanu, G., Bonciu, C dan
Fermentasi”. Skripsi. Hopulele, T. 2009. bioethanol
(http://www.repository.unhas.ac.id/bitst production from molasses by different
ream/handle/…/1563/skripsiiiiiiiiiiiii.P strains of Saccharomyces cerevisiae.
DF) [Diakses tanggal 26 September Ovidius University Annals of
2014]. Chemistry, 20(2): 199-204.
Kartika, B., Guritno, A.D., Purwadi, D., dan Savitri, D. A. 2010. “Pemanfaatan Limbah
Ismoyowati. 1992. Petunjuk Evaluasi Cair Pulp Buah Kakao Sebagai Bahan
Produk Industri Hasil Pertanian. PAU Baku Produksi Bioetanol”. Skripsi.
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta. THP FTP Universitas Jember, Jember.
Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum.
UGM Press, Yogyakarta.

191
Produksi Bioetanol Oleh Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 …
Jurnal Agroteknologi Vol. 10 No. 02 (2016)

Sener, A., Chambas. A., and Onal, O. 2007. Yingling, B., Zongcheng, Y., Honglin, W.,
Effect of Ferementation Temperature of dan Li, C. 2011. Optimization of
Kinetic Growth Sacchoromycess bioethanol production during
cerevisiae. University of Cukurova simultaneous saccharification and
Faculty of Agriculture, Department of fermentation in very high gravity
Food Engineering, Balcali, Adana- cassava mash. Springer
Turkey. Science+Business Media Antonie Van
Leeuwenhoek, 99: 329-339.
Siregar, Slamet, Riyadi, dan Laeli. 1992.
Pengolahan dan Pemasaran Cokelat. Zayet, G.Z.A. dan Foley, J. 1987. The
Penebar Swadaya, Jakarta. Influence of fermentation conditions on
ethanol yields from sugar beet molasses
Stanburry, P. F. and Whitaker, A. 1990.
and fodder beet juice using
Principles of Fermentation Technology.
Saccharomyces cerevisiae strains. Irish
Pergamon Press, Oxford.
Journal Food Science and Technology,
Suliantari dan Rahayu, W.P. 1990. Teknologi 11: 119-133.
Fermentasi Umbi- Umbian dan Biji-
Bijian. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi IPB,
Bogor.
Suwasono, S., Fauzi, M., Lindriati, T. 2002.
Teknologi Fermentasi. Fakultas
Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian Universitas Jember,
Jember.
Walker, G. M. 1998. Yeast Physiology and
Biotechnology. John Willey & Son.
Chicester NY Weinheim Brisbane
Toronto.
Wasito. 2005. Proses pembuatan etanol.
(http://www.suaramerdeka.co.id)
[Diakses tanggal 25 September 2014].
Winarno, F.G. dan Fardiaz, S. 1984.
Biofermentasi dan Biosintesa Protein.
Angkasa, Bandung.
Xin, Yongfei, Zouying dan Zouygui. 2003.
The Effect of Effect of Different
Substrate Concentration on Ethanol
Fermentation. Fd Fermen Indus,29:21-
23.
Yan, L., Tiansheng, Q., Naikun, S., Mingzhe,
G., Yanling, G., dan Hai, Z. 2009.
Improvement of ethanol concentration
and yield by initial aeration and
agitation culture in very high gravity
fermentation. Chin J Appl Environ
Biol., 15 (4): 563-567.

192

Anda mungkin juga menyukai