Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK KIMIA PARSIAL NIRA PADA BEBERAPA

INTERVAL WAKTU PENGAMBILAN DENGAN VARIASI LAMA


PELAYUAN DARI BATANG POHON KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq) YANG DITUMBANGKAN

Characteristic of Neera Partial Chemical at Some Intervals of Collecting Time


with Aging Time Variations from Felled oil Palm (Elaeis guineensis Jacq)
Trunk

Jaswan Litana, Terip Karo-Karo, dan Era Yusraini


Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian USU Medan
email : Swan_lie11@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama pelayuan batang pohon kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq) dengan interval waktu pengambilan air nira terhadap mutu air nira beserta
dengan interaksinya. Penelitian ini terdiri dari lima tahap yaitu penumbangan pohon kelapa sawit
dilakukan dengan menggunakan gergaji, pembersihan pelepah dilakukan dengan menggunakan
kampak, batang pohon kelapa sawit dilayukan (0 hari, 5 hari, dan 10 hari), penyadapan dilakukan
setiap hari pada bagian umbut (titik tumbuh) kelapa sawit sampai nira habis, dan sampel yang
digunakan untuk pengamatan dan pengukuran data adalah interval waktu pengambilan air nira hari
ke-0, 5, 10, 15, 20, dan 25. Parameter yang di analisa adalah pH, kadar air (%), kadar abu (%), total
asam (%), total padatan terlarut (oBrix), dan kadar alkohol (%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lama pelayuan batang pohon kelapa sawit terhadap nira memberi pengaruh berbeda nyata (P<0,05)
terhadap pH, kadar air, total asam, total padatan terlarut, dan kadar alkohol; namun memberi
pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu. Interval waktu pengambilan air nira
memberi pengaruh berbeda (P<0,05) terhadap pH, kadar air, total asam, total padatan terlarut, dan
kadar alkohol; namun memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar abu. Interaksi antara
lama pelayuan dengan interval waktu pengambilan air nira memberi pengaruh berbeda nyata
(P<0,05) terhadap pH, kadar air, total asam, dan kadar alkohol; namun memberi pengaruh berbeda
tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu, dan total padatan terlarut. Mutu nira terbaik berdasarkan
keseluruhan parameter terdapat pada perlakuan lama pelayuan 5 hari dan interval pengambilan air
nira hari ke-15.
Kata kunci: Kelapa Sawit, Umbut, Pelayuan, Interval Waktu Pengambilan Air Nira,

ABSTRACT
This research was aimed to determine the effect of aging time, collecting time and their interaction
on felled oil palm (Elaeis guineensis Jacq) trunk on neera quality. This research had five steps i.e:
felling of oil palm tree was done with a chainsaw, cleansing midrib with a hatchet, observation of
aging time of palm trunk was done at day-0, 5, and 10, the tapped neera from the palm pith was
collected every day until the neera ran out, and data were collected from observed palm trunk
tapping time at day-0, 5, 10, 15, 20, and 25. Parameters analyzed were pH, water content (%), ash
content (%), total acidity (%), total suspended solid (oBrix), and alcohol content (%). The results
showed that the aging time had significant effect (P<0.05) on pH, water content, total acidity, total
suspended solid, and alcohol content. However, the effect was not significant (P>0.05) on ash
content. Collecting time had significant effect (P<0.05) on pH, water content, total acidity, total
suspended solid, and alcohol content. However, the effect was not significant (P>0.05) on ash
content. The interaction between aging time and collecting time had significant effect (P<0.05) on
pH, water content, total acidity, and alcohol content. However, the effect was not significant
(P>0.05) on ash content and total suspended solid. The best quality of neera based on all
parameters was neera obtained from palm trunk of 5-day aging time and 15-day collecting time.

Keywords: Oil Palm, Palm Pith, Aging Time, Collecting Time, and Neera.
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

PENDAHULUAN sebagainya; dan pengawet buatan seperti


Kelapa sawit (Elaeis quineensis natrium metabisulfit, asam askorbat, air
Jacq) berasal dari negara Afrika dan hanya kapur, dan sebagainya.
dapat tumbuh di negara beriklim tropis,
salah satunya adalah Indonesia. BAHAN DAN METODE
Perkebunan kelapa sawit saat ini sangat
berkembang pesat di Indonesia. Pada Bahan penelitian yang digunakan
tahun 2010 - 2014, Indonesia merupakan adalah pohon kelapa sawit jenis tenera
penghasil minyak kelapa sawit terbesar di berumur 20 tahun yang tumbuh pada
dunia (Suwandi, dkk., 2016). Potensi ketinggian 20 m - 22 m di atas permukaan
batang pohon kelapa sawit yang dihasilkan laut yang berasal dari Desa Bingkat
oleh perkebunan kelapa sawit terbilang Kelurahan Bingkat Pasar 11 Kecamatan
cukup besar terutama pada saat periode Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai,
replanting. Ciri-ciri pohon kelapa sawit Perbaungan.
yang akan memasuki periode replanting
adalah pohon kelapa sawit yang sudah tua Proses Pengambilan Air Nira
dan tidak produktif. Pucuk pohon kelapa sawit yang
Potensi batang pohon kelapa sawit telah ditumbangkan dibersihkan terlebih
ini masih sangat sedikit dimanfaatkan, dahulu (dikupas pelepahnya) dengan
padahal potensi ini menurut BPPSDMP menggunakan kampak atau pisau parang
(2010) dapat menghasilkan air nira yang sampai umbutnya kelihatan. Batang pohon
terbilang cukup banyak yaitu lebih kurang kelapa sawit dilayukan selama 0 hari, 5
10 L per hari selama 1 bulan untuk 1 hari, dan 10 hari; setelah dilayukan, bagian
pohon kelapa sawit yang ditumbangkan. umbutnya dilakukan penderesan dengan
Potensi lainnya berupa bahan pembuatan pisau yang tajam dan air nira sawit akan
plastik, papan partikel, pembangkit listrik mengalir keluar melalui umbutnya.
biomassa, pupuk, dan bioetanol (Haryanti, Pengertian pelayuan dalam penelitian ini
dkk., 2014). Setiap tahunnya luas areal adalah batang pohon kelapa sawit yang
perkebunan kelapa sawit semakin telah ditumbangkan, dibersihkan
bertambah, dalam 1 hektar kebun terdapat pelepahnya, lalu didiamkan sesuai taraf
136-180 pohon kelapa sawit. Menurut perlakuan. Air nira yang keluar ditampung
Suwandi, dkk (2016) keseluruhan luas dengan ember 5 liter. Penderesan
areal perkebunan kelapa sawit pada tahun dilakukan pagi dan sore hari (12 jam
2016 sekitar 11,30 juta Ha dan memiliki sekali) sampai umbut tidak lagi
sekitar 1,5 miliar pohon kelapa sawit. mengeluarkan air nira. Pemberian
Selama ini perkebunan kelapa sawit pengawet natrium metabisulfit 350 ppm ke
menyimpan banyak potensi yang belum dalam botol penampung air nira dilakukan
digali atau dimanfaatkan secara maksimal. 2 jam setelah penyadapan. Setelah itu,
Air nira kelapa sawit masih jarang botol yang berisi air nira diletakkan di
dimanfaatkan di Indonesia karena belum dalam kardus yang berisi es batu agar tidak
ada penelitian dan informasi yang jelas terjadi kerusakan pada air nira selama
tentang hal itu. Air nira yang telah rusak perjalanan menuju Laboratorium Analisa
atau mengalami fermentasi akan memiliki Kimia Bahan Pangan. Air nira yang akan
rasa asam dan pahit karena adanya di analisa hanya penderesan pada hari ke-
kandungan alkohol yang dihasilkan selama 0, 5, 10, 15, 20, dan 25. Mutu air nira di
proses fermentasi, serta berbuih putih dan analisa dan untuk setiap perlakuan diulang
berlendir (Ngoc, dkk., 2014). Menurut sebanyak 3 kali. Selama pelayuan dan
Pontoh (2012) untuk meningkatkan umur penyadapan dilakukan, batang pohon
simpan air nira dapat ditambahkan kelapa sawit ditutup dengan pelepahnya,
pengawet alami seperti kulit manggis dan hal ini bertujuan untuk melindungi batang

78
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

kelapa sawit dari hujan dan teriknya Sampel keseluruhan berjumlah 54 sampel.
matahari yang nantinya akan Apabila diperoleh hasil yang berbeda
mempengaruhi kadar air nira. nyata antar perlakuan maka uji dilanjutkan
dengan uji lanjut menggunakan Tabel
Pengamatan Tambahan dan Mutu Air Duncan dengan membandingkan nilai
Nira beda rata-rata (Least Significant Range).
Pengamatan tambahan berupa
pengukuran diameter batang pohon kelapa HASIL DAN PEMBAHASAN
sawit, panjang batang pohon kelapa sawit,
lama penyadapan (penyadapan dilakukan 2 Pengamatan Tambahan
kali sehari yaitu 2x12 jam sampai umbut Karakteristik batang pohon kelapa
tidak meneteskan air nira lagi), dan sawit yang diamati memiliki panjang rata-
produksi total air nira. Pengamatan mutu
rata 785 cm - 832 cm, diameter rata-rata
air nira berupa pH (Sudarmadji, dkk.,
1997), kadar air (AOAC, 1995), kadar abu batang bagian pangkal, tengah, dan bawah
(Sudarmadji, 1997), total asam (AOAC, adalah 40 cm - 64 cm. Lama penyadapan
1995), total padatan terlarut (AOAC, rata-rata yang dilakukan sampai umbut
1995), dan kadar alkohol (Mirza dan tidak mengeluarkan nira lagi adalah 34
Mulyani, 2013). hari - 39 hari sedangkan produkti total air
nira rata-rata adalah 198,83 kg - 220,37
Analisis Data
kg. Menurut Ali dan Kurniawan (2013)
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan acak lengkap pada umumnya tinggi pohon kelapa sawit
(RAL) split plot in time dengan asumsi yang sudah tua dan tidak produktif
bahwa kondisi keseluruhan unit percobaan berkisar antara 9 m - 12 m dan
adalah homogen, yang terdiri dari petak diameternya berkisar antara 45 cm - 65
utama dan anak petak, yaitu: cm. Menurut Fauzi, dkk (2012)
Petak utama: Lama pelayuan (L) penyadapan biasanya dapat berlangsung
L1 = 0 Hari
selama 1 bulan dan air nira yang
L2 = 5 Hari
L3 = 10 Hari dihasilkan dari batang pohon kelapa sawit
Anak petak: Interval waktu pengambilan yang ditumbangkan adalah 3,4 L - 146,7
air nira atau pengamatan L. Hal ini bertolak belakang dengan hasil
berulang (T) penelitian ini karena beberapa faktor yaitu
T1 = 0 Hari intensitas hujan, suhu, kelembaban udara,
T2 = 5 Hari
kondisi tanah dan faktor genetis (Suwandi,
T3 = 10 Hari
T4 = 15 Hari 1993).
T5 = 20 Hari Pengaruh Lama Pelayuan Batang
T6 = 25 Hari Pohon Kelapa Sawit terhadap mutu air
Banyaknya ulangan pada penelitian nira
ini adalah 3 kali. Jumlah unit percobaan Hasil penelitian menunjukkan
adalah jumlah petak utama dikalikan perlakuan lama pelayuan batang pohon
ulangan sehingga diperoleh 9 unit kelapa sawit memberi
percobaan. Pengamatan berulang pada pengaruh terhadap pH, kadar air, kadar
anak petak yaitu interval pengambilan air abu, total asam, total padatan terlarut, dan
nira (time) dilakukan pada unit percobaan kadar alkohol yang dapat dilihat pada
yang sama untuk mendapatkan pola Tabel 1.
perubahan mutu air nira pada beberapa Pengaruh Interval Pengambilan Air
interval waktu pengambilan, sehingga Nira terhadap Parameter yang Diamati

79
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

Hasil penelitian menunjukkan asam, total padatan terlarut, dan kadar


bahwa interval waktu pengambilan air nira alkohol yang dapat dilihat pada Tabel 2.
yang dihasilkan memberikan pengaruh
terhadap pH, kadar air, kadar abu, total

Tabel 1. Pengaruh lama pelayuan batang pohon kelapa sawit terhadap mutu air nira
Lama pelayuan (hari)
Parameter
L1 = 0 L2 = 5 L3 = 10
a b
pH 5,71 5,66 5,66b
Kadar air (%) 85,57a 81,99b 82,21b
Kadar abu (%) 0,36 0,36 0,36
b ab
Total asam (%) 0,81 0,85 0,88a
Total padatan terlarut (oBrix) 13,14b 16,65a 16,60a
Kadar alkohol (%) 2,53b 3,07a 3,12a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda dalam satu baris menunjukkan berbeda nyata pada
taraf 5% (huruf kecil) dengan uji LSR.

Tabel 2. Pengaruh interval pengambilan air nira terhadap mutu air nira
Interval waktu pengambilan air nira (hari)
Parameter
T1 = 0 T2 = 5 T3 = 10 T4 =15 T5 = 20 T6 = 25
pH 5,82a 5,68 b 5,66b 5,67b 5,64b 5,58c
Kadar air (%) 85,77a 84,60b 82,71c 81,39d 81,58d 83,49c
Kadar abu (%) 0,36 0,37 0,35 0,36 0,35 0,37
Total asam (%) 0,64d 0,81 c 0,85 bc 0,86 bc 0,90b 1,01a
Total padatan
terlarut (oBrix) 12,94d 14,28c 15,99b 17,22a 17,19a 15,17bc
Kadar alkohol (%) 2,00d 2,98c 3,04bc 3,07bc 3,12ab 3,23a
Keterangan:Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda dalam satu baris menunjukkan berbeda
nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dengan uji LSR.

pH diizinkan adalah 350 ppm (deMan, 1997).


Penambahan pengawet natrium
Pengaruh lama pelayuan batang pohon metabisulfit 350 ppm dalam penelitian ini
kelapa sawit terhadap pH air nira belum efektif untuk meminimalkan
Hasil pengujian menunjukkan kerusakan yang diakibatkan oleh mikroba
bahwa pH nira menurun pada lama pada air nira kelapa sawit. Mikroba yang
pelayuan 0 hari sampai 5 hari, turut memberikan pengaruh asam pada air
namun meningkat pada hari ke-5 sampai nira yakni Saccharomyces cerevisiae
ke-10. Hal ini terjadi karena adanya (khamir), Lactobacillus plantarum dan
kontaminasi mikroba yang dapat berasal Leuconostoc mesenteroides (bakteri asam
dari tandan maupun udara bebas ketika laktat),
proses penyadapan berlangsung (Mussa, dan bakteri asam asetat (Amoa-awua, dkk.,
2014). Pada konsentrasi 200 ppm, 2006). Lactobacillus lactis dan
pengawet natrium metabisulfit sudah dapat Lactobacillus casei juga turut memberikan
menghambat pertumbuhan bakteri, kapang pengaruh kerusakan terhadap air nira
dan khamir (Chichester dan Tanner, 1975) (Chooklin, dkk., 2011).
dan konsentrasi sulfur dioksida (SO2) yang

80
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

Pengaruh interval waktu pengambilan dengan adanya penelitian Karamoko, dkk


air nira terhadap pH air nira (2016) yaitu pH air nira sawit jenis tenera
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pH semakin menurun seiring dengan semakin
nira menurun pada interval waktu lama interval waktu pengambilannya
pengambilan air nira hari ke-0 sampai ke- (tanpa pemberian pengawet dan
10, meningkat pada hari ke-10 sampai ke- penyimpanan dingin) yakni hari ke-1
15, dan menurun pada hari ke-15 sampai (4,64 ± 0,2) sampai ke-25 (4,17 ± 0,11).
ke-25. Pada saat penyadapan hari ke-0, air
nira yang dihasilkan masih sedikit Pengaruh interaksi lama pelayuan
terkontaminasi karena adanya penambahan batang pohon kelapa sawit dan interval
bahan pengawet yaitu natrium waktu pengambilan air nira terhadap
metabisulfit, jumlah kontaminan pH air nira
cenderung meningkat sampai penyadapan Hasil pengujian dapat dilihat pada
terakhir sehingga menyebabkan nilai pH Gambar 1.
cenderung menurun. Hal ini dibuktikan
6.2
6.1 Pelayuan 0 hari
6 ŷ = 0,002T2 - 0,067T + 6,097
5.9 R = 0,848
pH

5.8 Pelayuan 5 hari


5.7 ŷ = -0,000T2 + 0,018T + 5,607
5.6 R = 0,852
5.5 Pelayuan 10 hari
5.4 ŷ = -0,000T2 + 0,005T + 5,673
5.3 R = 0,988

0 5 10 15 20 25
Interval Waktu Pengambilan Air Nira (hari)
Gambar 1. Hubungan interaksi lama pelayuan batang pohon kelapa sawit dan interval waktu pengambilan air
nira dengan pH

Hasil pengujian menunjukkan


bahwa antara perlakuan tanpa pelayuan Kadar Air
dengan pelayuan memiliki pH nira yang Pengaruh lama pelayuan batang pohon
tidak stabil pada interval waktu kelapa sawit terhadap kadar air nira
pengambilan air nira hari ke-0 dan stabil Hasil pengujian menunjukkan
pada hari ke-5 sampai ke-25. Hal ini bahwa kadar air nira menurun pada lama
terjadi karena semakin banyaknya pelayuan 0 hari sampai 5 hari, namun
kontaminan yang beraktivitas di bagian meningkat pada hari ke-10. Proses
umbut dan telah menjalar sampai ke penebangan pohon (tanpa akar) dilakukan
bagian dalam batang pohon kelapa sawit. agar pohon tidak dapat menerima atau
Pada umumnya kontaminan tersebut menyerap air lagi yang kemudian dapat
berasal dari tanah seperti Azotobacter spp., mempengaruhi kadar air nira. Proses
Bacillus spp., dan Lactobacillus spp. pelayuan dilakukan agar kadar gula nira
(Panggabean, dkk., 2016). pH awal air nira yang masih berada di bagian bawah batang
berkisar 6,60 dan saat pertama kali dapat bergerak dan berkumpul pada bagian
menetes pH air nira akan terus menurun titik tumbuh batang kelapa sawit atau
hingga mencapai kestabilannya yaitu pada umbut. Berkumpulnya kadar gula nira
pH 3,30 setelah 24 jam (Eze dan Ogan, pada bagian umbut akan mempengaruhi
1987). kadar air nira, apabila kadar gula semakin
tinggi maka kadar air akan semakin

81
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

menurun dan total mikroba semakin berada pada bagian bawah batang terus
meningkat. Menurut Suwandi (1993) bergerak menuju ke umbut dan akan
pelayuan batang pohon kelapa sawit mempengaruhi kadar air (Suwandi, 1993).
bertujuan untuk membiarkan nira Titik terendah dan titik teroptimal gula
berkumpul di bagian titik tumbuh. bergerak menuju ke umbut adalah pada
penyadapan hari ke-0 (T1) dan ke-20 (T4).
Pengaruh interval waktu pengambilan
air nira terhadap kadar air nira Pengaruh interaksi lama pelayuan
Hasil pengujian menunjukkan batang pohon kelapa sawit dan interval
bahwa kadar air nira akan semakin waktu pengambilan air nira terhadap
menurun pada interval waktu pengambilan kadar air nira
air nira hari ke-0 sampai ke-15, namun Hasil pengujian dapat dilihat pada
meningkat pada hari ke-20 sampai ke-25. Gambar 2.
Hal ini terjadi karena gula yang masih
89
88 Pelayuan 0 hari
87
86 ŷ = 0,012T2 - 0,484T + 88,86
R = 0,799
Kadar air (%)

85
84 Pelayuan 5 hari
83 ŷ = 0,020T2 - 0,566T + 84,38
82 R = 0,773
81 Pelayuan 10 hari
80
ŷ = 0,018T2 - 0,591T + 85,41
79
R²= 0,899
78
0 5 10 15 20 25
Ipan (hari)
Gambar 2. Hubungan interaksi lama pelayuan batang pohon kelapa sawit dan interval waktu pengambilan air
nira dengan kadar air

Hasil pengujian menunjukkan lamanya proses pelayuan. Awalnya pada


bahwa kadar air nira cenderung menurun saat pelayuan 0 hari dan interval waktu
pada interaksi lama pelayuan 0 hari, 5 hari, pengambilan air nira 0 hari, bagian umbut
dan 10 hari dan interval waktu masih segar dan belum terfermentasi.
pengambilan air nira hari ke-0 sampai ke- Setelah 2-3 hari kemudian pada batang
15, kemudian meningkat pada hari ke-15 pohon yang sedang dilayukan dan juga
sampai ke-25. Menurut suwandi (1993) disadap, bagian umbut telah terfermentasi
perlakuan tanpa pelayuan memiliki kadar sehingga pada bagian umbut berbusa dan
air yang lebih tinggi pada nira berlendir. Menurut Amoa-awua, dkk
dibandingkan dengan adanya perlakuan (2006) air nira terfermentasi menjadi asam
pelayuan. karena adanya aktivitas yang dilakukan
oleh bakteri asam laktat dan bakteri asam
Total Asam asetat.
Pengaruh lama pelayuan batang pohon
kelapa sawit terhadap total asam air Pengaruh interval waktu pengambilan
nira air nira terhadap total asam air nira
Hasil pengujian menunjukkan Hasil pengujian menunjukkan
bahwa semakin lama waktu pelayuan, bahwa semakin lama interval waktu
maka total asam nira semakin meningkat. pengambilan air nira, maka total asam nira
Hal ini terjadi karena aktivitas mikroba semakin meningkat. Hal ini terjadi karena
semakin meningkat seiring semakin aktivitas mikroba dari waktu ke waktu

82
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

terakumulasi menjadi semakin banyak,


sehingga semakin cepat pula proses Pengaruh interaksi lama pelayuan
perubahan gula menjadi asam. batang pohon kelapa sawit dan interval
Berdasarkan penelitian dari Nwachukwu, waktu pengambilan air nira terhadap
dkk (2006) tentang isolasi khamir dari total asam air nira
fermentasi air nira kelapa sawit, bahwa Hasil pengujian dapat dilihat pada
kadar asam laktat dan asam asetat pada Gambar 3.
saat penyadapan berlangsung adalah 0,1%
- 0,3% dan 0,2% - 0,4%.
1.1
1
0.9
Pelayuan 0 hari
Total asam (%)

0.8
0.7 ŷ = -0,0024T2 + 0,0825T + 0,3165
0.6 R = 0,8616
0.5 Pelayuan 5 hari
0.4
0.3 ŷ = 0,0011T2 - 0,0225T + 0,8791
0.2 R = 0,783
0.1 Pelayuan 10 hari
0
ŷ = 0,0006T2 - 0,0059T + 0,8227
0 5 10 15 20 25
R = 0,9993
Ipan (hari)
Gambar 3. Hubungan interaksi lama pelayuan batang pohon kelapa sawit dan interval waktu pengambilan air
nira dengan total asam

Hasil pengujian menunjukkan lagi zat-zat yang diperlukan untuk


bahwa semakin lama waktu pelayuan dan pertumbuhan sehingga tidak mengubah
interval waktu pengambilan air nira, maka kandungan karbohidrat yang terkandung di
total asam nira cenderung semakin dalamnya. Proses pelayuan dilakukan
meningkat. Hal ini terjadi karena semakin bertujuan agar nira dapat terkumpul di
lama waktu proses pelayuan dan waktu bagian titik tumbuh sehingga aliran nira
penyadapan maka aktivitas mikroba akan yang mengalir cukup banyak (Suwandi,
semakin tinggi sehingga mengakibatkan 1993).
kadar total asam air nira semakin tinggi.
Menurut Amoa-awua, dkk (2006) kadar Pengaruh interval waktu pengambilan
total asam nira sawit jenis tenera akan air nira terhadap total padatan terlarut
meningkat seiring semakin lama interval air nira
waktu pengambilan ya (tanpa pemberian Hasil pengujian menunjukkan
zat pengawet dan penyimpanan dingin) bahwa total padatan terlarut nira akan
yakni hari ke-1 (0,6% ± 0,1%) sampai ke- semakin meningkat pada interval waktu
25 (1,48% ± 0,06%). pengambilan air nira hari ke-0 sampai ke-
15, namun menurun pada hari ke-15
Total padatan terlarut sampai ke-25. Kadar gula air nira di dalam
Pengaruh lama pelayuan batang pohon batang pohon kelapa sawit masih
kelapa sawit terhadap total padatan mengalami perjalanan menuju umbut atau
terlarut air nira titik tumbuh kelapa sawit. Titik optimal
Hasil pengujian menunjukkan total padatan terlarut air nira diperoleh dari
bahwa total padatan terlarut nira interval waktu pengambilan air nira hari
meningkat pada lama pelayuan 0 hari ke-15 dan ke-20. Nilai rata-rata total gula
sampai 5 hari dan menurun pada hari ke-5 (terutama sukrosa) yang terkandung di
sampai ke-10. Hal ini terjadi karena batang dalam air nira kelapa sawit adalah 10% -
pohon kelapa sawit yang telah 20% (Dalibard, 1999).
ditumbangkan (tanpa akar) tidak menerima

83
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

Pengaruh interaksi lama pelayuan berubah menjadi asam, serta asam asetat
batang pohon kelapa sawit dan interval juga dihasilkan oleh kegiatan Acetobacter
waktu pengambilan air nira terhadap aceti.
total padatan terlarut air nira
Dari daftar sidik ragam dapat Pengaruh interval waktu pengambilan
dilihat bahwa interaksi lama pelayuan air nira terhadap kadar alkohol air nira
batang pohon kelapa sawit dan interval Hasil pengujian menunjukkan
waktu pengambilan air nira memberi bahwa semakin lama interval waktu
pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) pengambilan air nira, maka kadar alkohol
terhadap total padatan terlarut air nira. nira semakin meningkat. Bagian titik
tumbuh kelapa sawit atau umbut telah
Kadar Alkohol mengalami kontaminasi sejak hari pertama
Pengaruh lama pelayuan batang pohon pelayuan dan penyadapan sehingga
kelapa sawit terhadap kadar alkohol air mengakibatkan sedikit berbuih dan
nira berlendir pada bagian umbutnya dan akan
Hasil pengujian menunjukkan menjadi semakin banyak seiring
bahwa semakin lama waktu pelayuan, berjalannya waktu penyadapan. Semakin
maka kadar alkohol nira semakin bertambah hari penyadapan atau interval
meningkat. Bagian titik tumbuh kelapa waktu pengambilan air nira maka nilai
sawit atau umbut telah mengalami kadar alkohol akan menjadi semakin
kontaminasi sejak hari pertama pelayuan tinggi. Menurut Karamoko, dkk (2016)
sehingga mengakibatkan umbut tampak kadar alkohol nira sawit jenis tenera akan
sedikit berbuih dan berlendir. Semakin meningkat seiring semakin lama interval
lama proses pelayuan akan mengakibatkan waktu pengambilannya (tanpa pemberian
semakin banyak aktivitas mikroba zat pengawet dan penyimpanan dingin)
sehingga kadar alkohol yang dibentuk oleh yakni hari ke-1 (0,31% ± 0,04%) sampai
Saccharomyces akan menjadi semakin ke-19 (2,35% ± 0,06%).
tinggi yang kemudian fermentasi terus
berlangsung dengan bantuan bakteri asam Pengaruh interaksi lama pelayuan
asetat (Acetobacter aceti) mengubah batang pohon kelapa sawit dan interval
alkohol menjadi asam asetat. Menurut waktu pengambilan air nira terhadap
Leasa dan Matdoan (2015) apabila alkohol kadar alkohol air nira
dibiarkan kontak langsung dengan udara Hasil pengujian dapat dilihat pada
dan dibiarkan selama waktu tertentu akan Gambar 4.
4
Pelayuan 0 hari
ŷ = -0,0108T2 + 0,3657T + 0,4451
Kadar alkohol (%)

3
R = 0,8559
2 Pelayuan 5 hari
ŷ = 2E-06T2 + 0,0097T + 2,9522
R = 0,511
1
Pelayuan 10 hari
0 ŷ = 0,0014T2 - 0,0261T + 3,1231
R = 0,9002
0 5 10 15 20 25
Interval Waktu Pengambilan Air Nira (hari)
Gambar 4. Hubungan interaksi lama pelayuan batang pohon kelapa sawit dan interval waktu pengambilan air
nira dengan kadar alkohol

Hasil pengujian menunjukkan dengan pelayuan memiliki kadar alkohol


bahwa antara perlakuan tanpa pelayuan nira yang tidak stabil pada interval waktu

84
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

pengambilan air nira hari ke-0 dan stabil namun memberi pengaruh berbeda
pada hari ke-5 sampai ke-25. Pada tidak nyata terhadap kadar abu, dan
perlakuan lama pelayuan batang pohon total padatan terlarut.
kelapa sawit 0 hari dan interval waktu 4. Perlakuan terbaik berdasarkan
pengambilan air nira 0 hari, air nira yang kandungan gula pada nira, waktu
dihasilkan masih belum mengalami operasional (lamanya pengerjaan), dan
kontaminasi yang berarti. Setelah melewati total produksi nira yaitu pada
perlakuan L1T1 bagian titik tumbuh kelapa perlakuan lama pelayuan batang pohon
sawit atau umbut menjadi sedikit berbuih kelapa sawit 5 hari.
dan berlendir serta akan menjadi semakin 5. Interval waktu pengambilan air nira
banyak seiring berjalannya waktu pada penelitian ini memberikan
penyadapan. Menurut Ngoc, dkk (2014) pengaruh perubahan mutu air nira dari
selama proses fermentasi berlangsung, waktu ke waktu, sehingga mutu
kadar gula akan menurun dan maksimal yang diperoleh adalah pada
dikonversikan menjadi alkohol dan untuk hari ke-15 dan ke-20.
hasil akhir fermentasi yaitu asam asetat.
Nira kelapa sawit yang mengalami Saran
fermentasi akan memiliki warna seperti Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
putih keruh atau susu (Karamoko, dkk., tentang pemberian bahan pengawet pada
2016). bagian umbut atau titik tumbuh kelapa
sawit, tentang pelayuan batang pohon
Kesimpulan kelapa sawit sebelum dibersihkan
Dari hasil penelitian pengaruh lama pelepahnya, dan tentang penentuan taraf
pelayuan dan interval waktu pengambilan perlakuan lama pelayuan batang pohon
air nira dari batang pohon kelapa sawit kelapa sawit yang sebaiknya dibuat selang
(Elaeis guineensis Jacq) yang 2 hari dengan minimal 4 taraf (0 hari, 2
ditumbangkan terhadap mutu air nira, hari, 4 hari, dan 6 hari). Tujuan dari ke-3
maka dapat diambil kesimpulan sebagai poin tersebut adalah untuk mengurangi
berikut: kontaminan yang semakin banyak
1. Lama pelayuan batang pohon kelapa berkumpul pada bagian umbut atau titik
sawit memberikan pengaruh berbeda tumbuh kelapa sawit yang nantinya akan
nyata terhadap pH dan total asam serta mempengaruhi tetesan air nira, untuk
berbeda sangat nyata terhadap kadar mengetahui apakah sudah terjadi
air, total padatan terlarut, dan kadar kontaminasi atau belum pada saat
alkohol; namun memberi pengaruh pelayuan dilakukan, dan untuk melihat
berbeda tidak nyata terhadap kadar hasil parameter yang maksimal karena
abu. parameter yang diamati akan
2. Interval waktu pengambilan air nira menghasilkan kurva kuadratik.
memberikan pengaruh berbeda sangat
nyata terhadap pH, kadar air, total Daftar Pustaka
asam, total padatan terlarut, dan kadar
alkohol; namun memberi pengaruh Ali, M. dan R. Kurniawan. 2013. Kaji
berbeda tidak nyata terhadap kadar eksperimental konduktivitas termal
abu. isolator dari serbuk batang kelapa
3. Interaksi lama pelayuan batang pohon sawit. Jurnal Desiminasi
kelapa sawit dan interval waktu Teknologi. 1(1): 59-68.
pengambilan air nira memberikan
pengaruh berbeda nyata terhadap kadar AOAC. 1995. Official Methods of
air serta berbeda sangat nyata terhadap Analysis. Association of Official of
pH, total asam, dan kadar alkohol;

85
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

Analytical Chemist, Washington D. 2012. Kelapa Sawit. Penerbar


C. Swadaya, Jakarta.

Amoa-awua, W. K., E. Sampson, dan K. Haryanti, A., Norsamsi, P. S. F. Sholiha,


Tano-debrah. 2006. Growth of dan N. P. Putri. Studi pemanfaatan
yeasts, lactic and acetic acid limbah padat kelapa sawit. Jurnal
bacteria in palm wine during Konversi. 3(2): 20-29.
tapping and fermentation from
felled oil palm (Elaeis guineensis) Karamoko, D., N. D. T. Deni, J. L. A.
in Ghana. Journal of Applied Moroh, K. M. J. P. Bouatenin, dan
Microbiology. 102: 599-606. K. M. Dje. 2016. Biochemical and
microbial properties of palm wine:
BPPSDMP. 2010. Cara Pembuatan Gula effect of tapping length and
Merah dari Nira Kelapa Sawit. varietal differences. Food and
Http://cybex.pertanian.go.id/materi Nutrition Sciences.
lokalita/detail/1165 (14 April 7(9): 763-771.
2017).
Leasa, H. dan M. N. Matdoan. 2015.
Chichester, C. E. and F. W. Tanner, 1975. Pengaruh lama fermentasi terhadap
Anti Microbial and Food total asam cuka aren (Arenga
Additives. Chemical Rubber, pinnata Merr). Biopendix. 1(2):
Amsterdam. 135-140.

Chooklin, S., L. Kaewsichan, dan J. Mirza, D. M dan S. Mulyani. 2013.


Kaewsrichan. 2011. Potential Produksi alkohol dari hasil
utilization of sap from oil palm sampingan pembuatan keju (whey)
(Elaeis guineensis) for lactic acid yang disubsitusi dengan limbah
production by Lactobacillus cair tapioka yang difermentasi oleh
casei. Journal of Sustainable S. cereviciae. Jurnal Aplikasi
Energy & Environment 2(3): 99- Teknologi Pangan.
104. 2(2): 80-85.

Dalibard, C. 1999. Overall view on the Mussa, R. 2014. Kajian tentang lama
tradition of tapping palm tree and fermentasi nira aren (Arenga
prospects for animal productions. pinnata) terhadap kelimpahan
Livestock Research for Rural mikroba dan kualitas organoleptik
Development. 11(1): 1-2. tuak. Biopendix. 1(1): 54-58.

deMan, J. M., 1997. Kimia Makanan Ngoc, N. T. M., N. P. Minh, dan D. T. A.


Penerjemah: K. Padmawinata. Dao. 2014. Different processing
ITB-Press, Bandung. conditions affect palm (Thot Not)
wine fermentation. American
Eze, M. O. dan A. U. Ogan. 1987. Sugars Journal of Research
of the unfermented sap and the Communication. 2(1): 142-157.
wine from the oil palm, Elaeis
guineensis, tree. Plant Foods for Nwachukwu, I. N., V. I. Ibekwe, R. N.
Human Nutrition. 38(2): 121-126. Nwabueze, dan B. N. Anyanwu.
2006. Characterisation of palm
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. wine yeast isolates for industrial
Satyawibawa, dan R. H. Paeru. utilization. African Journal of

86
JFLS 2018 Vol 2 No 2: 77 – 87.
Karakteristik Nira Sawit

Biotechnology. 5 (19):
1725-1728.

Panggabean, N., T. Sabrina, dan K. S.


Lubis. 2016. Populasi bakteri tanah
pada piringan tanaman kelapa
sawit akibat pemberian pupuk NPK
komplit. Jurnal Agroekoteknologi.
4(3): 2069-2076.

Pontoh, J. 2012. Aren Untuk Pangan dan


Alternatif Energi Terbarukan.
Prosiding Seminar Nasional Aren,
Manado.

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi.


1997. Prosedur Analisa Untuk
Bahan Makanan dan Pertanian:
Edisi Keempat. Liberty,
Yogyakarta.

Suwandi, T. 1993. Karakterisasi nira


kelapa sawit (Elaeis guineensis,
Jacq.) yang disadap melalui bunga
jantan dan pohon tumbang. IPB-
Press, Bogor.

Suwandi, L. Nuryati, A. Yasin, dan E.


Respati. 2016. Outlook Kelapa
Sawit. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Sekretariat
Jenderal, Jakarta.

87

Anda mungkin juga menyukai