TUJUAN KOMUNIKASI
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik
sebagai berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain
DASAR KOMUNIKASI
Komunikasi mempunyai dasar sebagai berikut: Niat, Minat, Pandangan, Lekat, Libat.
Niat menyangkut :
Apa yang akan disampaikan
Siapa sasarannya
Apa yang akan dicapai
Kapan akan disampaikan
Minat, ada dua factor yang mempengaruhi yaitu:
Faktor obyektif : merupakan rangsang yang kita terima
Faktor subyektif : merupakan faktor yang menyangkut diri si penerima stimulus
Pandangan, merupakan makna dari informasi yang disampaikan pada sasaran,
menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada pendidikan, pekerjaan, pengalaman
dan kerangka pikir seseorang.
Lekat, merupakan informasi yang disimpan oleh si penerima.
Libat, merupakan keterlibatan panca indera sebanyak-banyaknya.
JENIS KOMUNIKASI
Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu
dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang
dipakai serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
3. Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan
sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah
dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk
menulis.
4. Bermain
Bermain alat efektif pada Anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini
hubungan interpersonal antara anak dan orang sekitarnya dapat terjalin dan pesan-pesan
dapat disampaikan.
Perkembangan Komunikasi
1. Infant
Infant berasal dari kata latin infans, yang berarti "Tidak dapat berbicara". Jadi
masa Infant adalah masa saat seorang bayi belum dapat berbicara, kira-kira
sampai 2 tahun. Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah
dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi
yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non
verbal, dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, mengendong, memangku dan
lain-lain.
• Tangisan
• Isyarat
• Ungkapan emosional
• Pada fase ini bayi sudah mengerti bahwa benda atau manusia mempunyai
nama.
• Ia dapat mengikuti perintah sederhana
• Ia mulai mengucapkan kalimat pendek dengan irama tertentu (immature
jargoning) Ia mulai mengucapkan kalimat pendek dengan irama tertentu
(immature jargoning)
• menunjuk kepada sesuatu yang menarik minatnya
• Ia mengatakan kata yang belum tentu sesuai dengan nama bendanya, misalnya
ia menunjuk kepada kacamata ayahnya dan berkata "Papa" bukan
"Kacamata". Ia mengucapkan kombinasi kata yang sering didengarnya,
misalnya "Ma kasih".
• Kemudian muncul bicara telegrafis. Ia mengucapkan kalimat pendek yang
singkat, misalnya "Ke luar" berarti "Saya mau keluar rumah".
• Setelah umur 2 tahun, fungsi berbicara dan berbahasa berkembang dengan
cepat.
• Marah ; hindari bicara keras &otoriter, kurangi kontak mata jika respon anak
meningkat.
• Keasadaran diri ; hindari konfrontasi langsung, beri dorongan, penerimaan dan
persetujuan jika diperlukan
• Sentuhan ; jangan sentuh anak tanpa izin dari anak.salaman akan menurunkan
rasa stres & cemas anak.
• Mendengarkan
• Diam sejenak
• Bersikap empati
• Meyakinkan
• Menentukan masalah
• Memecahkan masalah
• Mengadaptasi bimbingan
• "Tuh, kan tadi Mama bilang juga apa. Enggak denger, sih!" (Menyalahkan)
• "Sudah, diam, jangan nangis!" (Memerintah)
• "Benar, kan. Ini akibat kamu enggak mendengarkan mama. Lain kali kalau
Mama bilang, nurut ya." (Menasehati ,tanpa pilihan)
• "Nakal, sih, enggak bisa diam." (Melabel/Mencap)
• "Coba sini Mama lihat lukanya. Ah, kayak begini aja masa sakit." (Meremehkan)
• "Coba pikir, kenapa sampai terjatuh? Kan kamu enggak dengerin Mama? Kamu
dorong-dorongan sama adik?" (Menganalisa), sambil terus mencecar kesalahan
anak.
• "Lain kali main dorong-dorongan lagi saja. Kan enak...!" (menyindir)
DAMPAK
kepercayaan diri anak bisa hilang, anak merasa tidak punya harga diri, perasaan anak
selalu tertekan, emosinya tak tersalurkan, dan komunikasi antara anak dan orang tua
sesungguhnya tak pernah berjalan.
• Tempat komunikasi tidak pada tempat yang baru dan asing bagi lansia.
Disusun Oleh: