16.“Akan tetapi di akhirat, maka tidak mendapatkan apapun kecuali api neraka.” kata
Allah.
Lihatlah saudaraku.. Allah menyebutkan bahwa orang yang menginginkan dunia dari amalannya,
Allah akan berikan apa yang ia inginkan bagi siapa yang Allah kehendaki. Tapi di akhirat ia
tidak mendapatkan apapun dari pahala kecuali api neraka saja
Dalam satu riwayat yang lain, “Ada tiga orang yang pertama kali dibakar dalam api neraka”
Yang pertama adalah orang yang alim dan qari’ (pembaca Al-Qur’an yang baik), yang kedua
orang yang mati syahid, yang ketiga orang yang berinfak.
Maka orang yang alim dan qari’ dipanggil oleh Allah dan Allah pun mengingatkan nikmatnya
atas dia. Lalu Allah berfirman, “Apa yang engkau amalkan.” Si Alim ini berkata, “Ya Allah,
dahulu di dunia aku menuntut ilmu dan aku membaca Al-Qur’an karena Engkau, ya Allah.”
Maka Allah berfirman:
َ ت اْلقُ ْر
آن َ ْعا ِل ٌم َوقَ َرأ
َ :ت ْال ِع ْل َم ِليُقَا َل
َ َولَ ِكنَّ َك تَعَلَّ ْم,ْت
َ َكذَب
فَقَ ْد قِيْل، ٌٌ ارى ٌء ِ َِليُقَا َل ُه َو ق
“Kamu berdusta. Kamu dahulu menuntut ilmu karena ingin disebut alim, kamu dahulu membaca
Qur’an karena ingin disebut qari’, dan kamu sudah mendapatkan predikat itu.” Lalu iapun diseret
dan dilemparkan ke dalam api neraka, kata Rasulullah.
Dipanggil orang yang mati syahid, lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa amalmu?” Dia (orang
yang mati syahid) berkata, “Aku berperang sampai meninggal dunia karena Engkau, ya Allah.”
Allah berfirman:
َ َف َق ْد قِ ْي,ي ٌء
ل َ ت ِألَ ْن ُي َقا
ْ ل ج َِر َ ك َقاتَ ْل ِ َت وَل
َ ك َّن َ َك َذ ْب
“Kamu dusta. Kamu dahulu berperang karena angin disebut pahlawan, kamu berperang karena
ingin disebut pemberani, dan kamu sudah mendapatkan predikat itu.” Lalu iapun diseret dan
dimasukkan ke neraka.
Demikian pula orang yang dermawan, ternyata ia bukan karena Allah, ia pun diseret ke dalam
api neraka.
Lihatlah saudaraku sekalian, akibat terlalu mengharapkan dunia, mengharapkan pujian manusia,
mengharapkan ketenaran dan yang lainnya, sehingga akhirnya amalannya pun sia-sia, tidak
diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. KEHILANGAN QANA’AH
Hati yang senantiasa mengharapkan dunia akan kehilangan qana’ah. Sementara qana’ah adalah
merupakan kekayaan hati. Sementara kekayaan hati adalah bekal yang terbaik dalam kehidupan
dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tentang siapa orang yang kaya.
Orang yang kaya, kata Rasulullah adalah orang yang kaya hatinya
Orang yang tidak qana’ah, saudaraku, dia tidak akan zuhud dalam kehidupan dunia
KHUTBAH KEDUA
Inilah bulan Ramadhan, mendidik kita demikian. Dengan kita berpuasa sebulan penuh, kita
menjadi orang yang senantiasa mengharapkan kehidupan akhirat, kita mengharapkan apa yang
ada di sisi Allah berupa pahala yang besar, kita pun juga merasakan bahwa dunia itu sesuatu
yang hina. Sehingga orang yang diwaktu siangnya ia berpuasa, diwaktu malamnya ia shalat
tarawih, lalu waktu-waktunya ia gunakan untuk membaca Al-Qur’an dan beribadah. Maka disaat
itu hatinya akan menjadi hati yang cinta kepada kehidupan akhirat, menjadi hati yang
memandang dunia adalah sesuatu yang hina. Ia pun hidup di dunia bagaikan pelayar yang
berlayar di atas lautan.
Lihatlah perahu yang berlayar di atas lautan itu. Apabila perahu itu dipenuhi oleh air laut, ia akan
tenggelam. Tapi selama perahu itu tidak dipenuhi oleh air laut, ia akan terus berlayar, saudaraku
sekalian. Demikian pula hati kalau sudah dipenuhi oleh cinta dunia, maka hati akan tenggelam
dalam kehidupan dunia ini dan berpaling daripada kehidupan akhirat. Tapi selama hati itu tidak
dipenuhi dengan cinta dunia, InsyaAllah dia kan bisa berlayar menuju pantai akhirat yang ia
inginkan
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin
Alhamdulillahirobbil’alamin
Allohummaghfir, lilmukminiina walmukminaat, walmuslimiina walmuslimaat,
alakhyaaiminhum walamwaat, innaka samii’un qoriibummujibudda’awaat.
Robbana dzolamna anfusana, wailamtaghfirlana watarkhamna lanakunanna minalkhosiriin.
Robbana atina fidunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina
adzabannar.Walhamdulillahirobbil’alamin.
Ibaadalloh, innalloha ya’muru bil’adli wal ihsaani waiitaaidzil qurbaa, wayanha ‘anilfahsyaaii
walmunkar, walbaghyi yaidzukum la’allakum tadzakkaruun
Fadzkuruulloohal’adziim yadzkurkum wasykuruuhu ’ala ni’matihi yazidkum
waladzikrullohiakbar.