Anda di halaman 1dari 17

PENGENDALIAN KEASAMAN (pH)

LARUTAN BUFFER
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam pekerjaan kadang-kadang diperlukan suatu larutan dengan pH
tertentu yang dapat disimpan tanpa mengalami perubahan pH. Dalam
penyimpanan zat dapat mengalami perubahan pH karena berbagai hal. Larutan
dapat menyerap CO2 dari udara sehingga pH larutan akan turun. Bila larutan
disimpan dalam botol kaca, alkali (basa) yang tercuci dari bahan kaca akan
menaikkan harga pH larutan tersebut.
Misalkan dalam suatu pekerjaan diperlukan larutan yang mempunyai
pH 4. Apabila larutan semula bersifat netral, maka hal ini dapat dilakukan
dengan menambahkan asam klorida (HCl) pada larutan tersebut sedemikian
rupa, sehingga konsentrasi ion hydrogen(H+) dalam larutan tersebut 0,0001 M
(10-4 M), maka pH larutan = 4. Misalkan volume larutan 10 mL, ini berarti
harus ada 0,036 mg asam klorida bebas, jumlah ini tentulah sangat kecil dan
dapat ada di atmosfir maka dari itu tidaklah mungkin dapat mempertahankan
harga pH dalam larutan yang sedikit asam, netral atau sedikit basa, hanya
dengan menambahkan asam kuat atau basa kuat sejumlah yang dihitung.
Keadaan ini dapat dihindari bila digunakan larutan buffer atau larutan
penyangga.
Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer
adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai pH apabila larutan tersebut
ditambahkan sejumlah asam atau basa maupun diencerkan dengan menambah
sejumlah volume air.
1.2 TUJUAN PRATIKUM
1. Menjelaskan pentingnya larutan buffer.
2. Membuat larutan buffer.
3. Membedakan larutan buffer dengan larutan non buffer.
4. Mengetahui system kerja buffer dalam mempertahankan Ph.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

Larutan buffer adalah larutan yang pHnya relatif tetap (tidak berubah)
pada penambahan sedikit asam, Basa , atau pengenceran. Ditinjau dari komposisi
zat penyusunnya terdapat dua sistem larutan yaitu larutan penyangga asam dan
larutan penyangga basa.
1. Larutan penyangga asam
Larutan penyagga asam dapat dibuat secara langsung dari asam lemah denagn
garam yang mengandung basa konjugasi pasangan dari asam lemah tersebut,
misalnya larutan CH3COOH dicampur dengan larutan CH3COOHNa. Larutan
penyangga tersebut mengandung CH3COOH (asam lemah) dan CH3COO (basa
konjugasi).
2. Larutan penyangga basa
Larutan penyangga basa dibuat secara langsung dengan mencampurkan basa
lemah dengan garam yang mengandung asam konjugasi dari basa tersebut,
misalnya larutan NH4OH dengan larutan NH4Cl. Larutan penyangga tersebut
mengandung NH4OH (basa lemah) dan NH4+ (asam konjugasi)
(Sulistyorini,2006).
Kita ambil contoh pasangan antara asam lemah CH3COOH dengan
garamnya CH3COONa.

Reaksi antara asam lemah dengan Basa kuat


CH3COONa ⇄ CH3COO- + Na+ (Garam)

CH3COOH ⇄ CH3COO- + H+ (Asam lemah)

Dalam larutan terdapat CH3COOH merupakan asam dan CH3COO basa


konyugasi.

Kehadiran senyawa dan ion ini yang dapat menetralisir adanya asam dan basa
dalam larutan. Jika larutan ini ditambahkan asam, terjadi reaksi netralisasi,

H+ + CH3COO - ⇄ CH3COOH
Kehadiran basa dinetralisir oleh CH3COOH

OH- + CH3COOH ⇄ CH3COO- + H2O

Untuk larutan buffer dengan komposisi lain adalah campuran antara garam
dengan basa lemahnya, seperti campuran NH4Cl dengan NH4OH.

Reaksi antara basa lemah dengan Asam kuat


NH4Cl ⇄ NH4+ + Cl-

NH4OH ⇄ NH4+ + OH-

Dalam larutan garam terdapat pasangan basa dan asam konyugasi dari
NH4OH dan NH4+, adanya molekul dan ion ini menyebabkan larutan mampu
mempertahankan pH larutan. Tambahan H+ dapat dinetralisir oleh NH4OH sesuai
dengan reaksi :

NH4OH + H+ ⇄ NH4+ + H2O

Demikian pula adanya tambahan basa OH- dinetralisir oleh ion amonium dengan
reaksi :

NH4+ + OH- ⇄ NH4OH

Larutan buffer yang terdiri dari garam dan asam lemahnya atau basa
lemahnya memiliki harga pH yang berbeda dari garamnya ataupun dari asam
lemahnya, karena kedua larutan terionisasi. (Zulfikar, 2010)

Larutan buffer dapat bersifat :


1. Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan penyangga yang bersifat asam adalah sesuatu yang memiliki pH
kurang dari 7. Larutan penyangga yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam
lemah dan garammya – acapkali garam natrium.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam
larutan. Pada kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang
sebanding antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH
4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya
memiliki konsentrasi yang sama. Anda dapat mengubah pH larutan penyangga
dengan mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam yang
berbeda dan salah satu garamnya.
2. Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan penyangga yang bersifat basa memiliki pH diatas 7. Larutan
penyangga yang bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah dan garamnya.
Seringkali yang digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan amonia dan
larutan amonium klorida. Jika keduanya dalam keadaan perbandingan molar yang
sebanding, larutan akan memiliki pH 9.25. Sekali lagi, hal itu bukanlah suatu
masalah selama konsentrasi yang anda pilih keduanya sama.
3. Konsep dari cara kerja larutan buffer
Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dengan garamnya
yang berasal dari basa kuat atau basa lemah dengan garamnya yang berasal dari
asam kuat. Seperti pada larutan Natrium Asetat yang merupakan larutan yang
dapat berdisosiasi secara sempurna. Namun, pada larutan asam asetat tidak
terdisosiasi secara sempurna
CH3COOH ⇌ CH3COO- + H+
Karena adanya ion – ion asetat dalam jumlah banyak (yang berasal dari
disosiasi natrium asetat), akan menggerser kesetimbangan kea rah pembentukan
asam asetat yang tidak terdisosiasi (yaitu, kea rah ruas kiri persamaan di atas).
Larutan ini akan memiliki pH yang tertentu dan pH ini akan bertahan baik sekali,
bahkan jika ditambahkan asam atau basa. Jika ion hidrogen (yaitu, suatu asam
kuat) ditambahkan, ini akan bergabung dengan ion asetat dalam larutan untuk
membentuk asam asetat yang tidak terdisosiasi :
CH3COO- + H+ → CH3COOH
Karena konsentrasi ion hidrogen tidak berubah, apa yang terjadi hanyalah bahwa
jumlah ion asetat berkurang, sementara jumlah asam asetat yang tidak terdisosiasi
bertambah. (Anonim, 2013)
4. Manfaat Larutan Penyangga
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam
analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit.
Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang
sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai
kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan
menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran
pHnya dengan larutan penyangga. (Fauzan, 2011)

5. Sifat Larutan Penyangga

Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan
yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol
dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit
pada penambahan sedikit asam kuat. Disamping itu larutan penyangga merupakan
larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya
ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai
reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan
komponen-komponen pembentuknya. (Rizki, 2012)

6. Cara kerja Larutan Penyangga

Pada point sebelumnya telah disebutkan bahwa larutan penyangga


mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya,
sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan
sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan.
Berikut ini cara kerja larutan penyangga:

1. Larutan penyangga asam

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung
CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses
sebagai berikut:

Pada penambahan asam


Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+
yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul
CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan
bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen
asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi
dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)

2. Larutan penyangga basa

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung
NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-.
Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini
menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam
yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.

NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)

Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri,
sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu
bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan
air.

NH4+ (aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

(Rizki, 2012)
Menghitung pH Larutan Penyangga/Buffer

1. Larutan penyangga asam

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam


suatu l arutan dengan rumus berikut:

[H+] = Ka x a/g

atau pH = p Ka – log a/g

dengan Ka = tetapan ionisasi asam lemah


a = jumlah mol asam lemah

g = jumlah mol basa konjugasi

2. Larutan penyangga basa

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam


suatu larutan dengan rumus berikut:

[OH-] = Kb x b/g

atau pH = p Kb – log b/g

dengan,

Kb = tetapan ionisasi basa lemah

b = jumlah mol basa lemah

g = jumlah mol asam konjugasi (Rizki, 2012).


BAB III
METODOLOGI
3.1 ALAT DAN BAHAN
ALAT :
 Gelas piala
 Pipet ukur 5 ml
 Gelas ukur
 Botol semprot
 Corong kaca
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
BAHAN :
 NaOH
 HCH3COO
 HCl
 NaCH3COO
 NH4OH
 NH4Cl
3.2 PROSEDUR KERJA
3.2.1 Laruran Bukan Buffer
3.2.1.1 Penentuan pH larutan bukan buffer
Menyediakan tiga buah tabung reaksi yang bersih, mengisi ketiga tabung
reaksi tersebut dengan : Tabung pertama + 1 mL larutan HCl 0,0001 M
Tabung kedua + 1 ml air
Tabung ketiga + 1 ml larutan NaOH 0,001 M
Menentukan dan mencatat pH larutan dengan indikator universal.
3.2.1.2 Penentuan pH larutan bukan buffer setelah ditambah asam
Mengambil ketiga tabung reaksi yang berisi larutan diatas (3.2.1.1) yang telah
diketahui pHnya. Kedalam masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 1
tetes HCl 1M, menentukan pH larutan dengan indicator universal.
3.2.2 Larutan Buffer
3.2.2.1 Penentuan pH larutan buffer
a. Menyediakan dua buah gelas piala atau erlemeyer,masing-masing gelas
diisi dengan 25 ml asam asetat (HCH3COO) 1 M dan 25 ml natrium asetat (
NaCH3COO) 1 M. Gelas digoyang-goyang supaya larutan homogeny dan
menentukan pH larutan tersebut dengan indicator universal, mencatat hasil.
Larutan ini jangan dibuang karena akan dipakai untuk percobaan selanjutnya.
b. Menyediakan dua buah gelas piala atau erlemeyer, masing-masing gelas
diisi dengan 25 ml ammonium hidroksida (NH4OH) 1M dan 25 ml natrium asetat
(NH4Cl) 1 M. Gelas digoyang-goyang supaya larutan homogeny dan menentukan
pH larutan tersebut dengan indicator universal, mencatat hasil. Larutan ini jangan
dibuang karrena akan dipakai uuntuk percobaan selanjutnya.
3.2.2.2 Penentuan pH larutan setelah penambahan asam/basa
a. Menyediakan larutan 3.2.2.1.a, ke dalam larutan tersebut ditambahkan :
 Untuk tabung pertama ditambah 5 ml HCl 0,1 M, mencatat pH larutan.
  Untuk tabung kedua ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M, mencatat pH
larutan.
b. Menyediakan larutan 3.2.2.1.b, ke dalam larutan tersebut ditambahkan :
  Untuk tabung pertama ditambah 5 ml HCl 0,1 M, mencatat pH larutan.
 Untuk tabung kedua ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M, mencatat pH larutan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


LARUTAN BUKAN BUFFER
pH (keasaman)
No Larutan Setelah ditambah 1 Setelah ditambah 1 ml
awal
ml HCl 0,1 M NaOH 0,1 M
1 HCl 0,0001 M 3 1
2 Air 7 1
3 NaOH 0,0001 M 10 1

LARUTAN BUFFER
pH (keasaman)
Setelah ditambah
No Larutan Setelah ditambah
awal 5 ml NaOH 0,1
5 ml HCl 0,1 M
M
25 ml HCH3COO 1 M +
1 5 5 5
25 ml NaCH3COO 1 M
25 ml NH4OH 1 M +
2
25 ml NH4Cl 1 M

4.2 Perhitungan
Larutan bukan buffer
1. HCl
[H+] = a x M
= 1 x 10-4
= 10-4
pH = 4

2. Air
H2O + HCl HCl + H2O
Mula-mula : 1 mmol 1 mmol
Bereaksi : 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
Sisa : 0 mmol 0 mmol 1 mmol 1mmol

Dari hasil perhitungan didapat pH = 7

3. NaOH
NaOH + HCl NaCl + H 2O
Mula-mula : 0,001 mmol 1 mmol
Bereaksi : 0,001 mmol 0,001 mmol 0,001 mmol 0,001 mmol
Sisa : 0 mmol 0,999 mmol 0,001 mmol 0,001 mmol

[H+] = ka x (Ma)
= 1 x 10-7 x 0,999
= 9,99 x 10-8
pH = - log [H+]
= 8 – log 9,99
= 7,01

LARUTAN BUFFER
 pH larutan awal
[a] = 1 M x 25 ml = 25 mmol [g] = 1 M x 25 ml = 25 mmol
pH = - log 7,75 x 10-5
= 5-log 7,75
= 4,12

 Sesudah penambahan 5 ml HCl 0,1 M


CH3COO- + H+ CH3COOH
Mula –mula : 25 mmol 0,5 mmol 25 mmol
Reaksi : - 0,5 mmol - 0,5 mmol +0,5 mmol
Sisa : 24,5 mmol 0 mmol 25,5 mmol
pH = - log 8,06 x 10-5
= 5- log 8,06
= 4,1

 Setelah penambahan 5 ml NaOH 0,1 M


CH3COOH + OH- = CH3COO- + H2O
Mula –mula : 25 mmol 0,5 mmol 25 mmol
Reaksi : - 0,5 mmol - 0,5 mmol +0,5 mmol +0,5
mmol
Sisa : 24,5 mmol 0 mmol 25,5 mmol +0,5
mmol

pH = - log 8,06 x 10-5


= 5- log 8,06
= 4,1
4.3 PEMBAHASAN
Larutan buffer adalah larutan yang pHnya relatif tetap (tidak berubah)
pada penambahan sedikit asam, Basa , atau pengenceran. Dalam percobaan ini
kita dituntut untuk bisa membuat larutan buffer, mengetahui larutan buffer dan
non buffer, mengetahui pentingnya larutan buffer dalam kehidupan sehari-hari
dan sistem kerja buffer dalam mempertahankan pH.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan terdapat dua larutan,
yaitu larutan buffer dan larutan non buffer. Pembahasan yang pertama sdalah
larutan bukan buffer.
Dalam penentuan pH larutan bukan buffer, kami menyiapkan tiga tabung
reaksi yang sudah kami bersihkan sebelumnya. Kemudian kami mengisi tabung
tersebut dengan rincian ;
Tabung pertama diisi dengan larutan HCl 0,0001 M sebanyak 10 tetes.
Tabung kedua diisi dengan aquades sebanyak 10 tetes.
Tabung ketiga diisi dengan larutan NaOH 0,001 M sebanyak 10 tetes.
Setelah mengisi ketiga tabung reaksi tersebut, mencelupkan indicator universal
kedalam masing-masing larutan tersebut dan menyamakan pada tabel indikator,
pada larutan HCl 0,0001 M didapatkan pH 3, pada larutan aquades didapatkan
pH 7, dan pada larutan NaOH 0,0001 M didapatkan pH 10, dan mencatat pH pada
laporan sementara.
Setelah mencatat pH dalam laporan sementara, lalu menambahkan 1 tetes
HCl 1M kedalam masing-masing tabung yang berisi larutan tersebut dan
menggoyang-goyang tabung reaksi supaya larutan homogen, setelah itu
mencelupkan indicator universal kedalam masing-masing tabung reaksi dan
menyamakan pada tabel indikator, pada larutan HCl 0,0001 M didapatkan pH 1,
pada aquades didapatkan pH 1, dan pada larutan NaOH 0,001 M didapatkan pH 1,
kemudian mencatat pH dalam laporan sementara.
Dalam menentukan pH larutan buffer, kami menyiapkan dua buah gelas
piala, masing-masing gelas diisi dengan 25 ml asam asetat (HCH3COO) 1 M dan
25 ml natrium asetat (NaCH3COO) 1 M. Kemudian menggoyang-goyang gelas
supaya larutan homogeny dan mencelupkan indicator universal ke dalam masing-
masing larutan lalu menyamakan pada tabel indikator, 25 ml asam asetat
(HCH3COO) 1 M didapatkan pH 5 dan 25 ml natrium asetat (NaCH3COO) 1 M
didaptkan pH 5, kemudian mencatat pH.
Percobaan kedua yaitu menyediakan dua buah gelas piala dan pada
masing-masing gelas piala diisi dengan 25 ml ammonium hidroksida (NH 4OH) 1
M dan 25 ml natrium asetat (NH4Cl) 1 M. Kemudian menggoyang-goyang gelas
supaya larutan homogeny lalu mencelupkan indicator universal kedalam masing-
masing larutan dan menyamakan pada tabel indikator sekaligus mencatat pada pH
pada laporan sementara.
Setelah kedua percobaan selesai, menentukan pH larutan setelah
penambahan asam/basa. Percobaan pertama menyediakan larutan asam asetat
(HCH3COO) 1 M dan 25 ml natrium asetat (NaCH3COO) 1 M yang telah dibuat
pada percobaan sebelumnya. Lalu menambahkan 5 ml HCl 0,1 M kedalam larutan
asam asetat (HCH3COO) 1 M, menentukan pH dengan indikator universal dan
mencatatnya. Kedua menambahkan 5 ml NaOH 0,1 M ke dalam 25 ml natrium
asetat (NaCH3COO) 1 M, didapatkan 5 Ph dan mencatatnya
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat
mempertahankan nilai pH tertentu dan pentingnya larutan buffer

Kami juga dapat membuat larutan buffer, membedakan larutan buffer


dengan larutan non buffer dan mengetahui system atau cara kerja buffer dalam
mempertahankan pH

5.2 SARAN
Dalam menentukan pH larutan buffer ini, sebaiknya praktikan berhati-hati
dalam mengukur volume sebuah larutan. Dan larutan tidak boleh tercampur
dengan larutan yang lain, karena dapat mempengaruhi nilai pH.
JAWAB PERTANYAAN

1. Jelaskan pengaruh penambahan larutan asam atau basa terhadap ph larutan buffer !
2. Jelaskan dengan persamaan reaksi, mengapa larutan natrium asetat dengan asam
asetat berfungsi sebagai larutan buffer !
3. Jelaskan pengertian kapasitas buffer, beri contoh !
JAWABAN :
1. Pengaruh penambahan larutan asam atau basa terhadap pH larutan buffer
adalah tetap, dari awalnya mempunyai pH 5, setelah di homogen tetap
mempunyai pH 5.
2. Jika dilihat pada persamaan reaksi sebagai berikut
CH3COOH + H+ → CH3COO- +H2O
Pada reaksi tersebut, sebenarnya larutan buffer dibuat dari asam lemah dengan
garamnya yang berasal dari asam kuat atau basa lemah dengan garamnya yang
berasal dari Basa kuat. Larutan buffer dapat mempertahankan pH karena dalam
larutan larutan natrium asetat dapat berdisosiasi dengan sempurna. Tetapi,
disosiasi asam asetat dapat diabaikan
CH3COOH CH3COO- + H+
Karena adanya ion – ion asetat dalam jumlah banyak yang berasal dari disosiasi
natrium asetat akan bergeser kesetimbangannya ke ruas kiri ke dalam
pembentukan asam asetat yang tidak berdisosiasi. Larutan demikian akan
memiliki pH tertentu dan juga baik sekali dalam mempertahankan pH jika
ditambahkan asam atau basa dalam jumlah banyak. Jika ion hidrogen (asam kuat)
ditambahkan akan membentuk asam asetat yang tidak berdisosiasi.
CH3COO- + H+ → CH3COOH
Oleh karena itu, konsentrasi ion hidrogen tidak berubah, tetapi bahwa jumlah ion
asetat akan berkurang sedangkan jumlah asam asetat yang tidak berdisosiasi
bertambah. Disisi lain, apabila ditambahkan ion hidroksil (OH-), ion hidroksil
akan bereaksi dengan asam asetat.
CH3COOH + OH- → CH3COO- + H2O
Dengan demikian, konsentrasi ion hidrogen (dan hidroksil) tidak akan berubah,
tetapi jumlah asam asetat akan berkurang sedangkan jumlah ion asetat akan
bertambah. Maka, dari prinsip inilah dikatakan bahwa larutan penyangga dapat
menunjukkan ketahan terhadap asam maupun basa.
3. Jelaskan pengertian kapasitas buffer, beri contoh.
Kapasitas penyangga merupakan ukuran keefektifannya dalam menahan
perubahan pH pada penambahan asam atau basa. Semakin besar konsentrasi asam
dan basa konjugasinya, semakin besar kapasitas penyangga.
Contoh :
Jumlah mol basa kuat yang dibutuhkan untuk mengubah pH 1 liter larutan sebesar
1 pH satuan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Larutan Penyangga, Larutan dengan Dua Sisi Kepribadian.


http://belajarkimia.com/larutan-penyangga-larutan-dengan-dua-sisi-kepribadian/.
Diakses pada 13 November 2015 pukul 19 : 30
Fauzan. 2011. Manfaat Larutan Penyangga. http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-
xi/semester-ii/6-larutan-penyangga/manfaat-larutan-penyangga/. Diakses pada 13
November 2015 pukul 19:37
Rizki. 2012. Larutan Penyangga. http://rizki2812.wordpress.com/2012/02/05/larutan-
penyangga-2/. Diakses pada 13 November 2015 pukul 20:00
Sulystyorini, Heni. 2006. Pokok bahasan larutan penyangga : semarang. Universitas
semarang
Zulfikar. 2010. Larutan Penyangga atau Buffer. http://www.chem-is
try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/larutan/larutan-penyangga-atau-buffer/.
Diakses pada 13 November 2015 pukul 20:27

Anda mungkin juga menyukai