Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus


Sub Pokok Bahasan :
1. Komplikasi neuropati pada diabetes melitus
2. Gejala komplikasi neuropati
3. Pencegahan komplikasi neuropati

Sasaran : Individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat beresiko


Waktu Pertemuan : 1 x 25 menit
Hari, Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Pemateri : Rizka Mutmainnah

A. Tujuan Penyuluhan Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat
mengerti tentang diabetes melitus dengan komplikasi neuropati
B. Tujuan Penyuluhan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat
mampu menjelaskan :
1. Komplikasi neuropati pada diabetes melitus
2. Gejala komplikasi neuropati
3. Pencegahan komplikasi neuropati
C. Isi Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / Tanya – jawab
E. Media
Power Point

1| P a g e
F. Proses Pelaksanaan

No Kegiatan Respon Peserta Waktu


1. Pendahuluan :
 Memberikan Salam  Menjawab Salam
 Memperkenalkan diri  Menyimak 3 menit
 Menyampaikan pokok bahasan  Menyimak
 Menyampaikan tujuan  Menyimak
2. a) Inti : Memperhatikan dan
Menyampaikan isi materi mendengarkan 15 menit

3. a. Mengajukan beberapa Menjawab pertanyaan


pertanyaan mengenai materi
yang telah diberikan untuk 7 menit
mengevaluasi.
b. Menyimpulkan materi yang telah Mendengarkan
disampaikan.
c. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

G. Evaluasi
Prosedur : Test pada akhir penyuluhan
Jenis : Lisan
Bentuk : Tes Subjektif

2| P a g e
Lampiran Materi
MATERI PENYULUHAN

A. DEFINISI

Neuropati diabetik adalah jenis kerusakan saraf yang terjadi karena penyakit diabetes.
Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kerusakan
pada serabut saraf di seluruh tubuh, seperti tungkai kaki, peredaran darah, jantung, sistem
pencernaan, dan saluran kemih. Neuropati diabetik termasuk komplikasi serius dari
penyakit diabetes
B. GEJALA

neuropati perifer bervariasi, tergantung kepada saraf apa yang terganggu.

1. Jika seseorang mengalami neuropati motorik atau gangguan pada saraf yang mengatur
gerakan tubuh, maka salah satu atau beberapa gejala yang bisa terjadi adalah kedutan,
kram, lemah, atau bahkan lumpuh pada salah satu otot atau lebih. Sering kali kaki
bagian depan seseorang yang mengalami neuropati motorik sulit untuk diangkat,
sehingga harus diseret ketika berjalan. Selain itu, gejala lain dari neuropati motorik
adalah penipisan otot.

2. Jika seseorang mengalami neuropati sensorik atau gangguan pada saraf yang
membantu tubuh merasakan nyeri, suhu, dan sentuhan, maka salah satu atau beberapa
gejala yang bisa terjadi adalah kesemutan, alodinia (mudah merasakan sakit meski
hanya tersentuh sedikit), nyeri yang terasa menusuk atau panas, kesemutan, atau
hilang keseimbangan.

3. Jika seseorang mengalami neuropati otonom atau gangguan pada saraf yang mengatur
kinerja di luar kesadaran (misalnya detak jantung dan pencernaan), maka salah satu
atau beberapa gejala yang bisa dirasakan adalah:

a. Detak jantung meningkat

b. Disfagia atau sulit menelan

c. Perut kembung

d. Sering bersendawa

3| P a g e
e. Mual

f. Konstipasi

g. Diare

h. BAB yang sulit dikontrol (inkontinensia ani)

i. Beser atau sering buang air kecil

j. Tubuh jarang berkeringat atau sebaliknya (terus-menerus berkeringat)

k. Gangguan fungsi seksual

l. Hipotensi ortostatik (penurunan darah yang terjadi secara tiba-tiba ketika seseorang
berdiri dari duduk sehingga menyebabkan pusing dan lemas)

C. PENYEBAB NEUROPATI PERIFER

Berikut ini beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya neuropati perifer, di
antaranya:
1. Penyakit diabetes

2. Infeksi bakteri dan virus (misalnya HIV, cacar, difteri, kusta, dan hepatitis C)

3. Penyakit hati kronik

4. Penyakit ginjal kronik

5. Penyakit autoimun (misalnya sindrom Guillain-Barré, lupus, sindrom Sjogren, dan


rheumatoid arthritis)

6. Gangguan saraf motorik dan sensorik yang diturunkan (misalnya penyakit Charcot-
Marie-Tooth)

7. Hipotiroidisme

8. Peradangan pembuluh darah (vaskulitis)

9. Penyakit amiloidosis (penumpukan protein amiloid di dalam organ atau jaringan


tubuh)

4| P a g e
10. Tekanan atau kerusakan pada saraf (misalnya akibat cedera berat atau efek samping
operasi)

11. Kanker sumsum tulang

12. Kanker kelenjar getah bening

13. Defisiensi vitamin B1, B6, B12, dan vitamin E

14. Paparan racun (misalnya merkuri dan arsenik)

15. Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan

16. Efek samping penggunaan jangka panjang antibiotik nitrofurantoin dan


metronidazole

17. Efek samping obat thalidomide dan amiodarone

18. Efek samping penggunaan jangka panjang phenytoin (obat antiepilepsi)

19. Efek samping obat-obatan kemoterapi

D. PENGOBATAN NEUROPATI PERIFER

Penanganan neuropati perifer berfokus untuk menangani penyebab yang mendasari serta
meredakan gejala yang diderita, antara lain:
1. Menjaga pola makan yang sehat, menjaga berat badan ideal, berolahraga secara
teratur, menggunakan insulin sesuai dosis yang dianjurkan jika neuropati perifer
disebabkan oleh diabetes.

2. Pemberian suntikan immunoglobulin untuk meningkatkan antibodi tubuh.


3. Pemberian obat immunosuppressant untuk mengurangi aktivitas sistem kekebalan
tubuh apabila neuropati perifer disebabkan oleh penyakit autoimun.
4. Pemberian obat kortikosteroid jika neuropati perifer disebabkan oleh inflamasi.
5. Operasi apabila neuropati perifer disebabkan oleh saraf yang tertekan.
6. Mencari alternatif lain dari obat-obat yang sedang dikonsumsi jika penyebab
neuropati perifer adalah obat tersebut.
7. Mengonsumsi makanan dan suplemen vitamin B1, B6, B12, atau vitamin E apabila
neuropati perifer disebabkan oleh defisiensi zat-zat tersebut.

5| P a g e
8. Menghentikan konsumsi minuman beralkohol atau menjauhkan diri dari paparan
toksin apabila neuropati perifer disebabkan oleh zat tersebut.

Pada kasus neuropati perifer yang menimbulkan gejala nyeri yang mengganggu saraf,
biasanya dokter akan meresepkan obat-obatan pereda rasa sakit seperti:
1. Paracetamol dan Obat Antiinflamasi Non Steroid (misalnya ibuprofen)

2. Gabapentin

3. Amitriptyline
4. Pregabalin
5. Duloxetine
6. Koyo dengan kandungan lidocaine
7. Salep dengan kandungan capsaicin
8. Tramado

Obat-obatan pereda rasa sakit tersebut akan diberikan oleh dokter sesuai dengan tingkat
keparahan atau letak nyeri. Sebagai contoh, jika nyeri masih tergolong tingkat ringan,
maka paracetamol dan ibuprofen menjadi pilihan utama. Namun sebaliknya, dokter akan
meresepkan tramadol jika nyeri sudah tergolong tingkat parah dan tidak bisa diatasi oleh
obat lain. Umumnya pasien akan memerlukan obat antinyeri yang lebih kuat daripada
paracetamol dan ibuprofen.

Untuk mengatasi nyeri ringan yang hanya dirasakan pada bagian-bagian tertentu saja,
maka penggunaan koyo lidocaine atau salep capsaicin bisa disarankan.

Pada kasus neuropati perifer yang telah membuat penderita menjadi sulit bergerak akibat
gejala lemas atau lumpuh otot, maka dokter akan menyarankan penggunaan tongkat atau
kursi roda, disamping melakukan terapi fisik.

E. KOMPLIKASI NEUROPATI PERIFER

Terutama pada kasus neuropati sensorik, gejala mati rasa bisa mengakibatkan penderita
tidak menyadari ketika kulitnya terluka atau terbakar. Jika luka tersebut dibiarkan
(terlebih lagi jika penderita memiliki penyakit diabetes yang membuat penyembuhan
luka menjadi melambat ), maka bisa berkembang menjadi infeksi.

6| P a g e

Anda mungkin juga menyukai