Anda di halaman 1dari 19

TURBIN GAS

1. Turbin Gas

Turbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan gas sebagai fluida

kerja. Didalam turbin gas energi kinetik dikonversikan menjadi energimekanik berupa

putaran yang menggerakkan roda turbin sehingga menghasilkan daya. Bagian turbin

yang berputar disebut rotor atau roda turbin dan bagian turbin yang diam disebut stator

atau rumah turbin. Rotor memutar poros daya yang menggerakkan beban (generator

listrik, pompa, kompresor atau yang lainnya). Turbin gas merupakan salah satu

komponen dari suatu sistem turbin gas. Sistem turbin gas yang paling sederhana terdiri

dari tiga komponen yaitu kompresor,ruang bakar dan turbin gas.

Turbin gas merupakan Pesawat kalori yang tergolong dalam Internal

Combusition Engine ( ICE) atau sering disebut dengan mesin pembakar didalam.

Sebagai sumber energy dan turbin gas adalah fluida gas yang diperoleh, dan gas hasil

pembakaran bahan bakar diruang bakar ( Combustion Chambers). Bahan bakar yang

digunakan untuk turbin gas antar lain bahan bakar cair (Distilate) seperti HSD atau IDO

juga dapat digunakan gas bumi atau gas alam ( LNG = Lequid Natural Gas).
Gambar 1. Turbin Gas

Untuk mendapat proses pembakaran yang baik pada combustion chambers

diperlukan 3 ( tiga ) komponen utama, antara lain :

1. Udara pembakaran

2. Bahan bakar

3. Ignition/ busi

Udara pembakaran didapat dari kompresor utama yang seporos dengan turbin

dan digerakkan oleh turbin. Bahan bakar yang dimasukkan kedalam ruang bakar yang

jumlahnya diatur oleh governor agar dapat diperoleh putaran yang konstan atau tetap

walaupun beban mesin berubah-ubah, naik atau pun turun.


Sedangkan untuk mendapatkan temperatur pembakaran yang pertama sekali

adalah dari penyala busi yang akan menyala pada saat permulaan pembakaran atau

periode firing.

2. Prinsip Kerja Turbin Gas

Udara masuk kedalam kompresor melalui saluran masuk udara (inlet).

Kompresor ini berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut,

akibatnya temperatur udara juga meningkat. Kemudian udara yang telah dikompresi ini

masuk kedalam ruang bakar. Di dalam ruang bakar disemprotkan bahan bakar sehingga

bercampur dengan udara tadi dan menyebabkan proses pembakaran. Gambar Skema

dari suatu instalasi gas turbin untuk industry dapat dilihat seperti gambar berikut ;

Gambar 2. Skema dari suatu instalasi gas turbin untuk indsutri

Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam keadaan tekanan konstan


sehingga dapat dikatakan ruang bakar han ya untuk menaikkan temperatur. Gas
hasil pembakaran tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang berfungsi
untuk mengarahkan aliran tersebut ke sudu-sudu turbin. Daya yang dihasilkan oleh
turbin gas tersebut digunakan untuk memutar kompresornya sendiri dan memutar
beban lainnya seperti generator listrik, dll. Setelah melewati turbin ini gas tersebut
akan dibuang keluar melalui saluran buang (exhaust).

Secara umum proses yang terjadi pada suatu sistim turbine gas adalah sebagai berikut:
1. Pemampatan(compression) udara di hisap dandimampatkan.
2. Pembakaran (combustion) bahan bakar dicampurkan ke dalam ruang bakar
dengan udara kemudian di bakar.
3. Pemuaian (expansion) gas hasil pembakaran memuai dan mengalir keluar
melalui nozel(nozzle).
4. Pembuangan gas (exhaust) gas hasil pembakaran dikeluarkan lewat saluran
pembuangan.

Adapun keuntungan - keuntungan dari turbin gas adalah :

a) Jumlah komponen jauh lebih sedikit dan tidak memerlukan daerah luas,
sehingga. menguntungkan.
b) Getaran halus.
c) Dapat dioperasikan pada jarak dekat.
d) Mudah dan cepat diopersikan.
e) Biaya investasi rendah.
f) Fleksibel dalam memenuhi kebutuhan instalasi.

Adapun kelemahan dari tubin gas :

a) Effisiensi turbin gas sangat rendah ( 20-30 % ).


b) Suaranya sangat bising, sehinnga menimbulkan lingkungan kerja yang kurang
baik.

3. Siklus-Siklus Turbin Gas


Tiga siklus turbin gas yang dikenal secara umum yaitu:
a. Siklus Ericson
Merupakan siklus mesin kalor yang dapat balik (reversible) yang terdiri dari dua
proses isotermis dapat balik (reversible isotermic) dan dua proses isobarik dapat balik
(reversible isobaric). Proses perpindahan panas pada proses isobarik berlangsung di
dalam komponen siklus internal (regenerator), dimana effisiensi termalnya adalah : hth
= 1 – T1/Th, dimana T1 = temperatur buang dan Th = temperatur panas.
b. Siklus Stirling
Merupakan siklus mesin kalor dapat balik, yang terdiri dari dua proses isotermis
dapat balik (isotermal reversible) dengan volume tetap (isokhorik). Efisiensi termalnya
sama dengan efisiensi termal pada siklus Ericson.
c. Siklus Brayton
Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin gas,
sehingga saat ini siklus ini yang sangat populer digunakan oleh pembuat mesin turbine
atau manufacturer dalam analisa untuk performance upgrading. Siklus Brayton ini
terdiri dari proses kompresi isentropik yang diakhiri dengan proses pelepasan panas
pada tekanan konstan. Pada siklus Bryton tiap-tiap keadaan proses dapat dianalisa
secara berikut.
Proses 1 ke 2 (kompresi isentropik). Kerja yang dibutuhkan oleh kompresor: Wc
= ma (h2 – h1). Proses 2 ke 3, pemasukan bahan bakar pada tekanan konstan. Jumlah
kalor yang dihasilkan: Qa = (ma + mf) (h3 – h2). Proses 3 ke 4, ekspansi isentropik
didalam turbin. Daya yang dibutuhkan turbin: WT = (ma + mf) (h3 – h4). Proses 4 ke 1,
pembuangan panas pada tekanan konstan ke udara. Jumlah kalor yang dilepas: QR =
(ma + mf) (h4 – h1)
TEKNOLOGI PANAS BUMI

Kegiatan pemanfaatan energi panasbumi di lndonesia tidak akan terlepas dari


penguasaan, penerapan, dan pengembangan teknologi. Kegiatan-kegiatan tersebut
secara umum menyangkut tiga unsur pokok, yaitu eksplorasi, eksploitasi dan sistem
konversi pembangkit tenaga.

1. Teknik Eksplorasi
a. Status Teknologi dan Permasalahan
Di lndonesia, di dalam bidang eksplorasi, untuk mempelajari lokasi gejala Panas
bumi, mengidentifikasi lapangan produksi prospek, estimasi ukuran reservoir,
penentuan jenis sistem, penentuan letak zona produksi, penentuan enthalpi fluida
keluar dari sumber panasbumi, saat ini digunakan beberapa teknik eksplorasi, yaitu
teknik geologi dan hidrologi, teknik geokimia, teknikgeofisika dan survai udara.
Program eksplorasi ,dimulai dengan berdasar pada pengetahuan, data dan
informasi yang telah diketahui tentang lokasi tersebut. Ahli geologimelaksanakan
studi rekonaisens, menggunakan teknik pemetaan dasar,menghitung dan
mengidentifikasi semua aktivitas termal panasbumimembandingkan dengan latar
belakang geologi lokal. Gambaran umum hidrologi terbentuk, demikian pula
stratigrafi dan perhitungan kasar kehilangan panas alami terutama atas dasar air
permukaan.
lnformasi geokimia yang dikumpulkan tahap ini sangat menentukan. Hasil
geotermometri kimia digunakan untuk estimasi temperatur reseruoir, salinitas
discharge
permukaan,' dan kesuksesan teknik resistivity selanjutnya: Oleh karena studi
geokimia dan studi geologijauh lebih murah, kedua studi ini harus ditakukan pada
tahap awal sebelum survei geofisika rinci dilakukan.
Sejumlah informasi tentang karakteristik lapangan seperti suhu
subsuffaceditentukan oleh analisis geokimia ini. Estimasi ini berdasarkan
padaketergantungan konsentrasi komponen-komponen kimia tertentu pada
suhu,keseimbangan kimia antara mineral, air dan gas terlarut, reaksi kimia dan
distribusi isotop antara fasa air dan fasa mineral.
Metoda geofisika yang dikenal antara lain metoda termal, resistivity,
elektromagnetik, magnetotellurik, seismik, gravitasi, dan magnetik.
Metoda termal sangat berguna untuk estimasi ukuran dan potensi system
panas bumi. Pengukuran ini antara lain mencakup suhu permukaan, gradiensuhu dan
fluksi panas konduktif. Metoda resistivity meliputi resistivity soundingdan profiling,
untuk mengestimasi variasi resistivitas terhadap kedalaman dan dalam arah lateral.
Metoda elektro magnetik mengunakan medan magnetik bervariasi terhadap
waktu dan mengukur medan listrik ataupun medan magnit akibat induksi aruslistrik
dalam bumi. Untuk menghindari kebutuhan sumber maknit yangmemerlukan fasilitas
ukuran besar, acapkali digunakan pula metodamagnetotellurik dengan menggunakan
medan elektromagnetik alami frekuensi audio, yang bersumber pada kilat alam.
Metoda seismik aktif menggunakan sinyal seismik buatan, sedangkan seismik
pasif menggunakan sumber alami seperti gempabumi, mikroseismik dan derau
seismik. Metoda aktif ini, baik refraksi maupun refleksi sangat
terbataspemakaiannya. Survei dengan seismik ground noise dilakukan antara
sekelompok stasiun pengamat seismik yang berdekatan untuk mengukur anomali
akibat lapangan panasbumi. Time travel delay merupakan indikasi keberadaan
lapangan panas bumi.
Hasil yang diperoleh dari teknik eksplorasi ini adalah sebuah gambaran
petastratigrafi dan rekonstruksi pola suhu dan aliran fluida sebagai produk
langkahmodeling konseptuat yang masih bersifat kualitatif. Model ini merupakan
dasar utama dalam menentukan lokasi drilling fesf. Hal ini merupakan kendala
utama untuk peningkatan success ratio dalam pencarian sumur produktif entalpi
tinggi. Apalagi untuk mendapatkan jaminan aspek lingkungan yang timbul
misalnya jaminan untuk tidak mengganggu objek wisata air panas, atau
kemungkinan pengeringan danau yang dihuni ikan-ikan jenis langka. Hal ini sulit
untuk dilaksanakan.
2. Teknik Eksploitasi
Teknik eksploitasi meliputi unsur-unsur dilling, reservoir physics
andengineering dan pioduction technology. Teknologi pengeboran di lndonesiatetih
mencapai suatu tingkatan yang relatif mantap mengingat bekal pengalaman awal
dalam perminyakan dan telah dikembangkan dalam dua dasa warsa. persoalan yang
masih dihadapi adalah dalam bidang reservoir phyicsdan engineering.
Daltm tahap eksploitasi, reseruoir physics dan engineering meliputi
pengukuran besaran fisis, modeling dan studi laboratorium untuk estimasi kondisi
resenyoir bawah permukaan. Hal ini diperlukan untuk mengetahuisecara lebih
akurat besar daya yang bisa dieksploitasi, kurun waktu produktif,dan sistematika
eksploitasi. Pengukuran yang dilakukan meliputi suhu, tekanan, sifat fisis fluida
dan batuan, serta analisis transien tekanan untuk mengetahuiukuran reservoir, dan
sifat fisis reservoir.
lndonesia memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menghasilkan
sarjana dan ahti panasbumi dalam jumlah yang memadai, yang memahami baik
bidang earth science maupun bidang energy. Hal ini merupakan kendala mendasar
lain mengingat sarjana earth science pada umumnya kurang mendalami bidang
energy, sebaliknya sarjana bidang energy umumnya kurang memahami bidang earth
scl'ence seperti stratigrafi, petrofisik dan sebagainya.

Pemanfaatan Energi Panas Bumi

Panas bumi atau geothermal merupakan energi panas yang tersimpan di dalam
permukaan bumi. Istilah geothermal diambil dari bahasa Yunani, geo berarti bumi dan
therme berarti panas. Energi ini banyak dimanfaatkan untuk memproduksi listrik,
menghangatkan bangunan dan mencairkan salju dari jalanan.
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas,
uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik
semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk
pemanfataannya diperlukan proses penambangan . Panas bumi adalah sumber daya
alam yang dapat diperbarui, berpotensi besar serta sebagai salah satu sumber energi
pilihan dalam keanekaragaman energi. Panas Bumi merupakan sumber energi panas
yang terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi. Sumber energi tersebut berasal
dari pemanasan batuan dan air bersama unsur-unsur lain yang dikandung Panas Bumi
yang tersimpan di dalam kerak bumi.
Energi primer ini di Indonesia tersedia dalam jumlah sedikit (terbatas)
dibandingkan dengan cadangan energi primer dunia. Semakin ke bawah, temperatur
bawah permukaan bumi semakin meningkat atau semakin panas. Panas yang berasal
dari dalam bumi dihasilkan dari reaksi peluruhan unsur-unsur radioaktif seperti uranium
dan potassium. Reaksi nuklir yang sama saat ini masih terjadi di matahari dan bintang-
bintang yang tersebar di jagad raya. Reaksi ini menghasilkan panas hingga jutaan
derajat celcius. Permukaan bumi pada awal terbentuknya juga memiliki panas yang
dahsyat. Namun setelah melewati masa milyaran tahun, temperatur bumi terus menurun
dan saat ini sisa-sisa reaksi nuklir tersebut hanya terdapat dibagian inti bumi saja. Pada
kedalaman 10.000 meter atau 33.000 feet, energi panas yang dihasilkan bisa mencapai
50.000 kali dari jumlah energi seluruh cadangan minyak bumi dan gas alam.

Gambar 3. Proses Pembentukan Energi Panas Bumi


Terbentuknya panas bumi, sama halnya dengan prinsip memanaskan air (erat
hubungan dengan arus konveksi). Air yang terdapat pada teko yang dimasak di atas
kompor, setelah panas, air akan berubah menjadi uap air . Hal serupa juga terjadi pada
pembentukan energi panas bumi. Air tanah yang terjebak di dalam batuan yang kedap
dan terletak di atas dapur magma atau batuan yang panas karena kontak langsung
dengan magma, otomatis akan memanaskan air tanah yang terletak diatasnya sampai
suhu yang cukup tinggi ( 100 – 250 C). Sehingga air tanah yang terpanaskan akan
mengalami proses penguapan.Apabila terdapat rekahan atau sesar yang menghubungkan
tempat terjebaknya air tanah yang dipanaskan tadi dengan permukaan maka pada
permukaan kita akan melihat manifestasi thermal. Salah satu contoh yang sering kita
jumpai adalah mata air panas, selain solfatara, fumarola, geyser yang merupakan contoh
manifestasi thermal yang lain. Uap hasil penguapan air tanah yang terdapat di dalam
tanah akan tetap tanah jika tidak ada saluran yang menghubungkan daerah tempat
keberadaan uap dengan permukaan. Uap yang terkurung akan memiliki nilai tekanan
yang tinggi dan apabila pada daerah tersebut kita bor sehingga ada saluran penghubung
ke permukaan, maka uap tersebut akan mengalir keluar. Uap yang mengalir dengan
cepat dan mempunyai entalpi inilah yang kita mamfaatkan dan kita salurkan untuk
memutar turbin sehingga dihasilkanlah energi listrik (tentunya ada proses-proses lain
sebelum uap memutar turbin).

Dipermukaan bumi sering terdapat sumber-sumber air panas, bahkan sumber uap panas.
Panas itu datangnya dari batu-batu yang meleleh atau magma yang menerima panas dari
inti bumi. Magma yang terletak di dalam lapisan mantel memanasi suatu lapisan batu
padat. Di atas lapisan batu padat terletak suatu lapisan batu berpori yaitu batu yang
mempunyai lubang-lubang kecil. Bila lapisan batu berpori ini berisi air yang berasal
dari air tanah atau air resapan hujan atau resapan air danau maka air itu turut dipanaskan
oleh lapisan batu padat yang panas. Bila panasnya besar maka terbentuk air panas
bahkan dapat terbentuk uap dalam lapisan batu berpori. Bila di atas lapisan batu berpori
terdapat satu lapisan batu padat maka lapisan batu berpori berfungsi sebagai boiler. Uap
dan juga air panas bertekanan akan berusaha keluar. Dalam hal ini ke atas yaitu
permukaan bumi. Gejala panas bumi pada umumnya tampak pada permukaan bumi
berupa mata air panas, geyser, fumarola dan sulfatora.

Gambar 4. Proses Pembentukan Energi Panas Bumi Air Panas

Jenis-Jenis Energi Panas Bumi

Energi panas bumi merupakan sumber energi lokal yang tidak dapat di ekspor
dan sangat ideal untuk mengurangi peran bahan bakar fosil guna meningkatkan nilai
tambah nasional dan merupakan sumber energi yang ideal untuk pengembangan daerah
setempat. Selain itu, energi panas bumi adalah energi terbarukan yang tidak tergantung
pada iklim dan cuaca, sehingga keandalan terhadap sumber energinya tinggi. Dari segi
pengembangan sumber energi ini juga mempunyai fleksibilatas yang tinggi karena
dalam memenuhi kebutuhan beban dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan.Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu uap alam, air panas, dan batuan kering panas. Sejauh ini ketiga jenis
panas bumi itu keberadaannya masih belum dimanfaatkan secara maksimal di
Indonesia. Pemanfaatan energi panas bumi memang tidak mudah. Energi panas bumi
yang umumnya berada di kedalaman 1.000-2.000 meter di bawah permukaan tanah sulit
ditebak keberadaan dan “karakternya”. Untuk mengeksplorasi ke tiga jenis energi panas
bumi diperlukan sumber daya yang tidak sedikit.

Energi Uap Basah


Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang keluar
dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung untuk
menggerakkan turbin generator listrik. Namun uap kering yang demikian ini jarang
ditemukan termasuk di Indonesia dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah
yang mengandung sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum digunakan
untuk menggerakkan turbin. Jenis sumber energi panas bumi dalam bentuk uap basah
agar dapat dimanfaatkan maka terlebih dahulu harus dilakukan pemisahan terhadap
kandungan airnya sebelum digunakan untuk menggerakan turbin. Uap basah yang
keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi yang pada saat
menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas
dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator
untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke
turbin untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali ke
dalam bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.
Energi Panas Bumi Air panas
Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas
yang disebut “brine” dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya kandungan
mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung sebab dapat menimbulkan
penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat
memanfaatkan energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem biner (dua buah sistem
utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa
alat penukar panas (heat exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan
turbin. Energi panas bumi “uap panas” bersifat korosif, sehingga biaya awal
pemanfaatannya lebih besar dibandingkan dengan energi panas bumi jenis lainnya.
Energi Panas Bumi Batuan Panas
Energi panas bumi jenis ketiga berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi
terjadi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas bumi ini
harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan
dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali
sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada umumnya
terletak jauh di dalam perut bumi, sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik
pengeboran khusus yang memerlukan biaya cukup tinggi.
Energi yang berada pada Hot Dry Rock ( HDR ) ini disebut juga sebagai energi
petrothermal, yang merupakan sumber terbesar dari energi panas bumi. HDR terletak
pada kedalaman sedang dan bersifat impermeabel. Untuk menggunakan energi yang
dimiliki HDR, perlu menginjeksikan air pada HDR dan mengembalikannya kembali ke
permukaan. Hal ini membutuhkan mekanisme transportasi untuk dapat membuat batuan
impermeabel menjadi struktur permeabel dengan luas permukaan perpindahan panas
yang besar. Permukaan yang luas ini diperlukan karena sifat batu yang memiliki
konduktivitas termal yang kecil. Proses perubahan batuan permeabel dapat dilakukan
memecahkan batuan tersebut dengan menggunakan air bertekanan tinggi ataupun
ledakan nuklir .Proses eksplorasi yang dilakukan terhadap jenis ini lebih aman
dibandingkan dengan jenis hydrothermal yang kemungkinan besar memiliki fluida, baik
berupa uap maupun air panas. Hal ini disebabkan jenis energi panas bumi ini memiliki
tingkat korosi, erosi serta zat-zat beracun yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis
hydrothermal.
Sistem Pemanfaatan Energi Panas Bumi
Air dan uap panas yang keluar ke permukaan bumi dapat dimanfaatkan secara
langsung sebagai pemanas. Selain bermanfaat sebagai pemanas, panas bumi dapat
dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik. Air panas alami bila bercampur dengan
udara akan menimbulkan uap panas (steam). Air panas dan uap inilah yang kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi dapat
dikonversi menjadi energi listrik maka diperlukan pembangkit (power plants). Reservoir
panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu yang bersuhu rendah
(150ºC). Yang dapat digunakan untuk sumber pembangkit tenaga listrik dan
dikomersialkan adalah yang masuk kategori high temperature. Namun dengan
perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga
dapat digunakan asalkan suhunya melebihi 50ºC. Pembangkit listrik dari panas bumi
dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 50 s/d 250ºC.
Gambar 5. Sketsa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sistem Binary Cycle

Sebagian besar pembangkit listrik menggunakan uap. Uap dipakai untuk


memutar turbin yang kemudian mengaktifkan generator untuk menghasilkan listrik.
Banyak pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil untuk mendidihkan
air guna menghasilkan uap. Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada
prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja pada
PLTU, uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap
berasal dari reservoir panas bumi. Pembangkit yang digunakan untuk merubah panas
bumi menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan
power plant lain yang bukan berbasis panas bumi, yaitu terdiri dari generator, turbin
sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Ada tiga
macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi yaitu dry steam, flash steam,
dan binary cycle. Ketiga system yang diterapkan untuk mengeksplorasi sumber energi
panas bumi pada dasarnya bersifat relatif yang penerapannya dapat disesuaikan dengan
kondisi di lapangan.
Gambar 6. Sketsa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sistem Dry Steam

Penggunaan energi panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik sudah mulai
dilirik oleh pemerintah. Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya
sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di
permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas
bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat
dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi
menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi
listrik.Apabila fluida panas-bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua
fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada
fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga
fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator
inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.
Gambar 7. Sketsa pembangkit listrik tenaga panas bumi sistem Flash Steam
THE WATER GAS SHIFT REACTION (WGSR)

Reaksi Pergeseran Gas Air (WGSR) adalah reaksi tradisional yang digunakan
untukproduksi Hidrogen dari gas sintesis yang selanjutnya digunakan untuk amonia
produksi di industri pupuk, kilang minyak untuk berbagai operasi dan baru-baru ini
sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik dan transportasi. Menggunakan gasifikasi
untuk pembangkit listrik juga meningkatkan penggunaan pergeseran gas air reaktor
berlipat ganda. Rekaman paling awal dari reaksi tanggal kembali ke 1888[Rhodes et al.,
1995], dan keunggulannya datang dengan sintesis amonia Haberproses dan
pengembangan katalis oleh Bosch dan Wilde pada tahun 1912 [Twigg, 1989]. Katalis
yang dikembangkan mengandung besi dan kromium mampu mengkatalisasi reaksi pada
4000C hingga 5000C dan mengurangi kandungan karbon monoksida keluar menjadi
sekitar 2%.
Reaksi pergeseran gas air adalah reaksi reversibel dan eksotermik sedang
diungkapkan oleh

Konstanta kesetimbangan reaksi menurun dengan meningkatnya suhu.Reaksi


termodinamika disukai pada suhu rendah dan kinetikdisukai pada suhu tinggi. Karena
tidak ada perubahan volume dari reaktan terhadap produk, reaksi tidak dipengaruhi oleh
tekanan. WGSR bisadikatalisasi oleh logam dan oksida logam. Secara historis, di pabrik
amonia, yangKatalis oksida besi oksida dalam reaktor tunggal adiabatik menghasilkan
jalan keluarkomposisi karbon monoksida pada 2 - 4% ketika suhu meningkat di
sepanjangpanjang reaktor dan pendekatanesequilibrium [Twigg, 1989]. Lebih rendah
temperatur, katalis ini kehilangan aktivitasnya dan karenanya mengurangi tingkat CO
hingga kurang dari 1%, beberapa tempat tidur dengan pendingin antar diperlukan.
Karena iniKatalis hanya dapat bekerja pada temperatur tinggi, oksida besi - kromium
oksidaKatalis disebut Katalis Pergeseran Suhu Tinggi (HT). Kemudian berbasis
tembagakatalis dikembangkan untuk beroperasi pada suhu yang lebih rendah di kisaran
2000C dan reactor ini dapat mencapai konsentrasi CO keluar 0,1 hingga 0,3%. Itu
pembatasan suhu diberlakukan karena titik embun dari campuran gas. Katalis ini
dikenal sebagai katalis pergeseran Suhu Rendah (LT). Secara komersial reaksi
pergeseran gas air dilakukan dalam dua tahap adiabatik, yaitu pergeseran suhu tinggi
diikuti oleh pergeseran suhu rendah dengan antar pendinginan untuk mempertahankan
suhu saluran masuk [Twigg, 1989]. Konfigurasi ini adalahdiperlukan karena, katalis
berbasis tembaga dapat dengan mudah diracuni oleh belerang senyawa yang berasal dari
sumber batu bara atau hidrokarbon sedangkan besi katalis berbasis toleran belerang.
Jika sulphuris tersedia dalam pakan, tempat tidur pelindung juga harus digunakan untuk
berkonsentrasi dan menghilangkan senyawa sulfur untuk melindungi katalis. Pasel et al.
(2005) telah menyarankan penggunaan reaktor isotermal berdasarkanmeksperimennya.
Baik katalis suhu tinggi dan suhu rendah tersedia secara komersial dan setiap
vendor memiliki komposisi dan karakteristik khusus untuk katalisnya. Penelitian aktif
juga dilakukan di seluruh dunia untuk berkembang lebih baik katalis untuk reaksi.
Dengan komersialisasi bertenaga sel bahan bakar kendaraan dan pembangkit listrik
berbasis sel bahan bakar, kebutuhan untuk pergeseran gas air aktif Katalis dirasakan
karena reaksi ini menghabiskan persyaratan ruang massal dalam daya sistem
pembangkitan. Selain itu merancang reaktor untuk reaksi ini membutuhkan prediksi laju
reaksi yang pada gilirannya diprediksi oleh kinetika reaksinya. Oleh karena itu sangat
penting bahwa kinetika reaksi diketahui desainer. Mengingat persyaratan ini, pencarian
literatur dilakukan untuk buatlah daftar berbagai ekspresi kinetik yang tersedia dalam
literatur terbuka yang dapat membantu dalam menentukan laju reaksi. Meskipun
fokusnya adalah pada kinetic parameter, perincian katalis dan kondisi operasi di mana
model-model ini dikembangkan juga dikonsolidasikan untuk membantu memahami
kondisi reaksi.

High Temperature Shift Catalysts


Katalis suhu tinggi dapat beroperasi pada kisaran suhu 3100C ke 4500C dan
disebut katalis ferrokrom karena komposisi mereka [Rhodes et al., 1995]. Reaksi
dioperasikan secara adiabatik dalam skala industri di mana suhu meningkat di sepanjang
reaktor. Karenanya untuk mencegah suhu unggun katalis dari semakin tinggi yang
merusak katalis, inlet suhu biasanya dipertahankan pada 3500C. Suhu saluran masuk ini
dapat menghasilkan suhu maksimum sekitar 5500C di pintu keluar. Newsome (1980)
memilikimelaporkan komposisi khas dari katalis pergeseran suhu tinggi sebagai 74,2%
Fe2O3,10,0% Cr2O3, 0,2% MgO dan sisanya volatile. The Cr2O3 sebagai menstabilkan
dan mencegah sintering oksida besi dan konten optimalnya dalam katalis dilaporkan
oleh Newsome (1980) menjadi 14%. Untuk mencegah kompromi pada luas permukaan,
8% digunakan secara industri [Rhodes et al., 2002]. Yang tinggi reaktor suhu mampu
mengurangi konsentrasi CO hingga 3%, yaitu konsentrasi kesetimbangan pada 4500C.
Reaktor industri dapat beroperasi dari tekanan atmosfer hingga 8375 kPa dan berbagai
komposisi gas dengan CO Komposisi mulai dari 3% hingga 80% [Newsome, 1980].
Rase (1977) telah terdaftar garam anorganik, Boron, Minyak, Senyawa fosfor, air cair
(sementara racun) dan senyawa sulfur lebih besar dari 50 ppm sebagai racun bagi zat
besi katalis kromia.
Pretreatment dari katalis pergeseran HT dilakukan dengan mengurangi sebagian
Hematit (Fe2O3) ke Magnetit (Fe3O4) menggunakan penambahan gas proses campuran
untuk mengaktifkan katalis [Rhodes et al., 1995]. Ini juga mengonversi apa saja CrO3
hadir dalam katalis untuk Cr2O3. Reaksinya adalah

Low Temperature Shift Catalysts


Reaksi pergeseran suhu rendah terjadi pada 2000C hingga 2500C dan katalisnya
adalah campuran ZnO, CuO dan Cr2O3 / Al2O3 pada komposisi yang bervariasi
tergantung pada pabrikan. Komposisi khas dari katalis adalah 68 - 73% ZnO, 15 -20%
CuO, 9 - 14% Cr2O3, 2 - 5% Mn, Al dan Mg oksida [Newsome, 1980] dan 32-33%
CuO, 34-53% ZnO, 15-33% Al2O3 [Callaghan et al., 2003 dan Rhodes etal., 1995].
Katalis terbaru juga dapat dioperasikan pada suhu sedang sekitar 3000C. Spesies aktif
dalam katalis adalah kristalit logam tembaga. ZnO dan Cr2O3 memberikan dukungan
struktural untuk katalis dan Al2O3 sebagian besartidak aktif dan membantu dalam
dispersi dan meminimalkan penyusutan pelet. Tembaga adalah lebih rentan terhadap
sintering termal dan karenanya tidak boleh dioperasikan pada suhu yang lebih tinggi
suhu [Twigg, 1989]. Suhu operasi yang lebih rendah dibatasi olehtitik embun campuran
dalam kondisi industri. Katalisnya adalah belerang, Halogen dan tidak toleran terhadap
hidrokarbon tidak jenuh dan karenanya perlu dilindungi dari senyawa ini [Rase, 1977].
ZnO efektif dalam mengurangi keracunan tembaga oleh sulfur [Twigg and Spencer,
2001]. Untuk mencegah keracunan belerang biasanya tempat tidur pelindung ZnO
selalu digunakan sebelum rendah reaktor perubahan suhu. Konsentrasi keluar CO dari
suhu rendah reaktor akan 0,1% yang diinginkan dalam praktik industri. Keuntungan dari
katalis LT adalah selektivitasnya dan lebih sedikit reaksi samping yang terjadi pada
tingkat yang lebih tinggi tekanan operasi. Waktu hidup normal dari katalis suhu rendah
adalah 2 – 3 tahun [Rase, 1977]. Mirip dengan katalis HT, katalis LT perlu diaktifkan
dan karenanya katalis terpapar pada aliran proses dengan H2 encer [Rhodes et al.,
1995]. CuO direduksi menjadi tembaga dengan reaksi berikut dan katalis mendapat
diaktifkan.

Karena reaksi reduksi adalah eksoterm, katalis harus terpapar pada aliran proses
pada suhu 2300C dan suhu yang lebih tinggi akan menyebabkansintering katalis
[Callaghan etal., 2003]. Apalagi aliran proses harus mengandung Hidrogen dan uap
tidak disukai karena kondensasi dapat mempengaruhi katalis. Tanaka et al. (2003)
menemukan CuMn2O4 dan CuAl2O4 campuran oksida katalis memiliki konversi CO
lebih dari katalis komersial. Henrik Kusar et al. (2006) telah menemukan katalis
tembaga ceria menjadi non-piroforik dan stabil. Studi tentang Mn mempromosikan Cu /
Al2O3 oleh Dinesh et al. (2006) menunjukkan itu dengan 8,55% berat Mn, 513 K dan
waktu ruang 5,33 jam, Konversi CO 90% bisa diraih. Banyak lagi penelitian tentang
berbagai modifikasi pada katalis sedang diusulkan secara rutin dalam literatur. Namun
menjadi andalan dari semua katalis masih tembaga.

Anda mungkin juga menyukai