Anda di halaman 1dari 15

Error Loading Feed!

Kumpulan Contoh Makalah Lengkap

Cari Makalah Disini..

☰ NAVIGATION

Home Unlabelled makalah Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan

makalah Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Kemerdekaan

Unknown 6/07/2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak dan kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah kita pelajari. Dengan masuknya Islam,
Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua/lebih kebudayaan karena
percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu
kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha
hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat
kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peradaban Islam di Indonesia pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan?
2. Bagaimana perkembangan Islam di Indonesia?

3. Bagaimana perkembangan Islam masa modern di Indonesia?

4. Bagaimana perkembangan seni budaya Islam di Indonesia?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peradaban Islam di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

a. Sebelum Kemerdekaan

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke delapan
masehi. Ini mungkin di dasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama
Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan
seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri
Cina pada tahun 1345 M. Agam Islam yang bermahzab Syafi’i telah mantap disana selama se abad, oleh
karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama Islam ke Indonesia.

Daerah yang pertama-tama dikunjungi ialah:

1. Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa
mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.

2. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat
kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit,

Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk Islamnya penguasa kerajaan Mataram,yaitu Sultan Agung
maka kemenangan agam Islam hampir meliputi sebagai besar wilayah Indonesia.

Sejak pertengahan abad ke XIX, agama Islam di Indonesia secara bertahap mulai meninggalkan sifat-
sifatnya yang singkretik(mistik). Setelah banyak orang Indonesiayang mengadakan hubungan dengana
Mekkah dengan cara menunaikan ibadah haji, dan sebagiannya ada yang bermukim bertahun-tahun
lamanya.

Ada tiga tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakkan sebelum kemerdekaan, yakni:

1. Pada Masa Kesultanan

2. Pada Masa Penjajahan

3. Pada Masa Kemerdekaan

b. Sesudah kemerdekaan

1. Pra Kemerdekaan

Ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja. Berdasarkan
pengalaman melwan penjajahan yang tak mungkin tak dihadapi dengan perlawan fisik, tetapi harus
melalui pemikiran-pemikiran dan kekuatan organisasi, seperti :

Ø Budi Utomo (1980) – Taaman Siswa (1992)

Ø Sarikat Islam (1911) – Nahdhatul Ulama (1926)

Ø Muhammadiyah (1912) – Partai Nasional Indonesia (1927)


Ø Partai Komunis Indonesia (1914)

Menurut Deliar Noer, selain yang tersebut diatas masih ada organisasi Islam lainnya yang berdiri pada
masa itu, diantaranya:

Ø Jamiat Khair (1905)

Ø Persyarikatan Ulama (1911)

Ø Persatuan Islam (1920)

Ø Partai Arab Indonesia (1934)

Organisasi perbaharu terpenting dikalangan organisasi tersebut diatas adalah Muhammadiyah yang
didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, dan Nahdhatul Ulama yang dipelopori oleh K.H Hasyim Asy’ari.

Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum penjajah, maka Muhammadiyah dan
Nahdhatul Ulama bersama-sama menjadi sponsor pembentukan suatu federasi islam yang baru yang
disebut Majelis Islan Ala Indonesia (Majelis Islam Tertinggi di Indonesia) yang disingkat MIAI, yang
didirikan di Surabaya pada tahun 1937.

Masa pemerintahan Jepang ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh pemerintahan Jepang yang
menguntungkan kaum muslimin di Indonesia, yaitu:

a) Shumbu, yaitu kantor urusan agama yang menggantikan kantor urusan pribumi zaman Belanda, yang
dipimpin oleh Hoesein Djayadiningrat pada 1 Oktober 1943.

b) Masyumi, (Majelis Syura Muslimin Indonesia) menganntikan MIAI yang dibubarkan pada bulan
Oktober 1943, tujuan didirikannya adalah selain untuk memperkokoh persatuan umat islam di Indonesia,
juga untuk meningkatkan bantuan kaum muslimin kepada usaha peperangan Jepang.

c) Hizbullah, (Partai Allah atau Angkatan Allah) semacam organisasi militer untuk pemuda-pemuda
muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin. Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional
Indonesia (TNI).

2. Pasca Kemerdekaan

Organisasi-organisasi yang muncul pada masa sebelum kemerdekaan masih tetap berkembang di masa
kemerdekaan, seperti Muhammadiyah, Najdhatul Ulama, Masyumi dan lain-lain. Namun ada gerakan-
gerakan islamyang muncul sesudah tahun 1945 sampai akhir orde lama. Gerakan ini adalah DI/TII yang
berusaha dengan keras untuk merealisasikan cita-cita negara islam Indonesia.
Gerakkan kekeraasan yang bernada islam ini terjadi diberbagai daerah di Indonesia diantaranya:

1. Di Jawa Barat, pada tahun 1949-1962

2. Di Jawa Tengah, pada tahun1965

3. Di Sulawesi, berakhir pada tahun 1965

4. Di Kalimantan,berakhirpada tahun 1963

5. Dan di Aceh, pada tahun 1953 yang berakhir dengan kompromi pada tahun 1957

B. Perkembangan Islam di Indonesia

a. Kedatangan islam di Indonesia

Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang snaggup
mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan
antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah dartan asia tenggara.wilayah barat nusantara dan
sekitar malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil
bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina
dan India. Sementara pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku, dipasarkan di Jawa dan Sumatera,
untuk kemudian dijual kepada pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa
antara abad ke-1 dan ke-1 M sering disinggahi pedagang asing. Sperti lamuri (Aceh) Barus dan
Palembang di Sumatera, (Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa).

Pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), islam pertama kali berkembang diTimur Tengah. Malaka,
jauh sebelum ditaklukkan Portugis (1511), merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan
pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh plosok Nusantara dibawa ke
Cina dan India, terutama Gujarat yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada
waktu itu. Dengan demikian, Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke Barat lagi dari
Gujarat, perjalanan laut melintasi laut Arab. Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalanpertama di
sebelah Utara menuju teluk Oman, melalui selat Ormuz ke teluk Persia. Jalan keuda melalui teluk Aden
dan laut merah, dan dari kota Suez jalan perdagangan harus melalui daratan ke Kairo dan Iskandariah.
Melalui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal Arab, Persia dan India mondar mandir dari Barat ke Timur
dan terus ke negeri Cina dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya.

Ada indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan tersebut sesudah abad ke-9 M tetapi tidak lama
kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai Barat India, karena barang-barang yang
diperlukan sudah dapat dibeli di sini. Kapal-kapal Indonesia juga mengambil bagian dalam perjalanan
niaga tersebut. Pada zaman Sriwijaya, pedagang-pedagang Nusantara mengunjugi pelanuhan-pelabuhan
Cina dan pantai Timur Afrika.

Sampai berdirinya kerjaan-kerajaan islam itu, perkembangan agama islam di Indonesia dapat dibagi
menjadi tiga fase. (1) singgahnya pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara.
Sumbernya adalah berita luar negeri, terutam Cina, (2) adanya komunitas-komunitas islam dibeberapa
daerah di kepulauan Indonesia. Sumbernya,disamping berita-berita asing juga makanan-makanan islam,
dan (3) berdirinya kerajaan-kerajaan islam.

b. Kondisi dan situasi politik kerajaan-kerajaan di Indonesia

Cikal bakal kekuasaan islam telah dirintis pada periode abad 1-5 H/ 7-8 M,tetapi semua tenggelam dalam
hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan Majapahit di Jawa Timur. Pada periode ini
para pedagang dan mubaligh muslim membentuk komunitas-komunitas islam. Mereka memperkenalkan
islam yang mengajarkan toleransi dan kesamaan derajat di antara sesama, sementara ajaran Hindu-Jawa
menekankan perbedaan derajat manusia. Ajaran islam ini sangat menarik perhatian penduduk setempat.
Karena itu, islam tersebar kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski dengan damai.

Masuknya islam kedaerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu,
keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika datang islam juga berlainan. Pada abad ke-7
samapai ke-10 M, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah semenanjung Malaka sampai
Kedah. Hal itu erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci bagi
pelayaran dan perdagangan internasioanl. Datangnya orang-orang muslim ke daerah itu sama
sekalibelum memperhatikan dampak-dampak politik, karena mereka datang hanya memang untuk usaha
pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang islam dalam bidang politik terlihat pada abad ke-9
M, ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa
pemerintahan kaisar Hi-Tsung (878-889 M). Akibat pemberontakkan itu, kaum muslimin banyak yang
dibunuh. Sebagian lainnya ke Kedah, wilayah yang masuk ke kuasaan Sriwijaya,bahkan ada yang ke
Palembang dan membuat perkampungan Muslim disini. Kerajaan-kerajaan Sriwijaya pada waktu itu
memang melindungi orang-orang muslim di wilayah kekuasannya.

Dikerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi politik
pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah dikepulauan Nusantara mengakui berada
dibawah perlindungannya. Tetapi sejak Gajah mada meninggal dunia (1364M) dan di susul Hayam Wuruk
(1389M), situasi Majapahit kembali mengalami kegoncangan. Perebutan kekuasaan antara
Wikramawhardana Da Bhre Wirabumi berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Setelah Bhre Wirabumi
meninggal, perebutan kekuasaan dikalangan istana kembali muncul dan berlarut-larut. Pada tahun
1468M, Majapahit diserang Girindrawardhana dan Kediri. Sejak itu, kebesaran Majapahit dapat
dikatakan sudah habis. Tome Pires (1512-1515 M), dalam tulisannya suma oriental, tidak lagi menyebut-
nyebut nama Majapahit. Kelemahan-kelemahan yang semakin lama semakin memuncak akhirnya
menyebabkan keruntuhannya.

c. Munculnya pemukiman-pemukiman muslim di kota-kota Pesisir

Seperti disebutkan diatas, menjelang abad ke-13M, pesisir Aceh sudah ada pemukiman muslim.
Persentuhan antara penduduk pribumi dengan muslim di Arab, Persia, dan India memang pertama kali
terjadi di daerah ini. Karena itu, diperkirakan proses islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu
terjadi. Dengan demikian, dapat dipahami mengapa kerajaan islam pertama di kepulauan Nusantara ini
berdiri di Aceh, yaitu kerajaan Pasai yang didirikan pada pertengahan abad ke-13 M, setelah kerajaan
islam ini berdiri, perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas dan pada awal
abad ke-15 M, didaerah ini lahir kerajaan islam kedua di Asia Tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang,
bahkan dapat mengambil alih dominasi pe;ayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudra Pasai yang
kalah bersaing. Lajunya perkembangan masyarakat muslim ini berkaitan erat dengan keruntuhan
Sriwijaya.

Setelah Malaka jatuh ketangan Portugis (1511 M), mata rantai penting pelayaran beralih ke Aceh,
kerajaan islam yang melanjutkan kejayaan Samudra Pasai. Dari sini, proses islamisasi di kepulauan
Nusantara berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Untuk menghindari gangguan Portugis yang
menguasai Malaka, untuk sementara waktu kapal-kapal pemilih berlayar menelusuri pantai Barat
Sumatera. Aceh kemudian berusaha melebarkan kekuasannya ke Selatan sampai ke Pariaman dan Tiku.
Dari pantai Sumatra, kapal-kapal memasuki selat Sunda menuju pelabuhan-pelabuhan dipantai Utara
Jawa.

Berdasarkan berita Tome Pires(1512-1511), dalam suma orientalnya dapat diketahui bahwa daerah-
daerah dibagian pesisir Sumatra Utara dan Timur selat Makala yaitu dari Aceh sampai Palembang sudah
banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan islam. Akan tetapi, menurut berita itu, daerah-daerah
yang belum islam juga masih banyak, yaitu palembang dan daerah-daerah perdalaman. Proses islamisasi
kedaerah-daerah pedalaman Aceh, Sumatra Barat, terutama terjadi sejak Aceh melakukan ekspansi
politiknya pada abad ke-16 dan ke-17M.

Sementara itu, di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung,sejak abad ke-11M, meskipun belum
meluas, terbukti dengan ditemukanya makan Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang

berangka tahun 475 H (1082M). Berita tentang islam di Jawa pada abad ke-11 dan 12 M memang masih
sangat langka. Akan tetapi, sejak akhir abad ke-13M dan abad-abad berikutnya, terutama ketika
Majapahit mencapai puncak kebesarannya, bukti-bukti adanya proses islamisasi sudah banyak,dengan
ditemukannya beberapa puluhan nisan kubur di Troloyo, Trowulan dan Gresik. Bahkan, menurut berita
Ma-huan tahun 1416M, dipusat Majapahit maupun dipesisir, terutama dikota-kota pelabuhan, telah
terjadi proses islamisasi dan sudah pula terbentuknya masyarakat muslim.

Pertumbuhan masyarakat islam disekitar Majapahit dan terutama dibeberapa kota pelabuhan di Jawa
erat hubungannya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang islam
yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di Samudra Pasai, Malaka dan Aceh.

Tome Pires juga mennyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak islam, yaitu Demak,
dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, disamping masih
ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu.

Melihat makam-makam muslim yang terdapat disitus-situs Majapahit, diketahui bahwa islam sudah
hadir di ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu sudah mencapai puncaknya. Meskipun demikiran, lazim
dianggap bahwa islam di Jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnya kerajaan Hindu-
Budha. Islam menyebar ke posisi pulau Jawa melalui hubungan perdagangan, kemudian dari pesisir ini,
agak belakang menyebar ke pedalaman pulau itu. Dibeberapa tempat, raja-raja Jawa yang kafir menjadi
muslim, sementara para mullah dan para pedagang muslim mendapat posisi di sana. Yang lain
mengambil jalan membangun benteng di sekitar tempat-tempat mereka tinggal dan mengambil
masyarakat-masyarakat pribuminya, yang berlayar dikapal-kapal mereka. Mereka mebunuh raja-raja
Jawa serta menjadikan diri mereka sebagai raja. Dengan cara ini, mereka menjadikan diri mereka sebagai
tuan-tuan di pesisir itu serta mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di Jawa.

Perkembangan islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal
itu memberi peluang kepada raja-raja islam pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang
independen. Dibawah bimbingan spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua dari wali songo,
Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat.

Pengaruh islam masuk ke Indonesia bagian Timur, khususnya daerah Maluku , tidak dapat dipisahkan
dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat lalulintas pelayaran internasional di Malaka. Raja
Ternate yang keduabelas, Molomatea (1350-1357M) bersahabat karib dengan orang Arab yang
memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam kepercayaan. Hal ini
menunjukkan bahwa di Ternate sudah ada masyarakat islam sebelum rajanya masuk islam. Demikian
juga di Banda, Hitu, Makyan, dan Bacan. Menurut Tome Pires, orang masuk islam di Maluku kira-kira
tahun 1460-1465M. Hal itu sejalan dengan berita Antonio Galvao. Orang-orang islam datang ke Maluku
tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan sebagaimana halnya di Jawa.
Mereka datang dan menyebarkan agama islam melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan.

Proses islamisasi pada taraf pertama dikerajaan Gowa dilakukan dengan cara damai, oleh Dato’ Ri
Bandung dan Dato’ Sulaeman keduanya memberikan ajaran-ajaran islam kepada masyarakat dan raja.
Setelah secara resmi memeluk agama islam, Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng. Wajo, dan
terakhir Bone. Kerajaan-kerajaan itupun masuk islam, Wajo 10 Mei 1610 M, dan Bone 23 November
1611 M.
Proses islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam tetapi terus berlangsung
intensif dengan berbagai cara dan saluran.

d. Saluran dan cara-cara islamisasi di Indonesia

Kedatang islam dan penyebaran kepada golongan bangsawan dan rakyat umumya, dilakukan secara
damai. Apabila situasi politik dalam kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perbutan
kekuasaan dikalangan keluarga istana, maka islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau
pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim
yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Apabila kerajaan islam
sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan non-islam. Hal itu bukanlah
persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya.

Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam yaitu:

1. Saluran perdagangan

2. Saluran perkawinan

3. Saluran tasawuf

4. Saluran pendidikan

5. Saluran kesenian

6. Saluran politik

C. Perkembangan Islam pada masa modern di Indonesia

a. Sejarah latar belakang perkembangan islam masa modern di Indonesia

Di Indonesia terdapat pembaharu atau partai politik besar yang menentang penjajahan diantaranya:

v Sarekat Islam (SI) dipimpin oleh H.O.S Tjokrominoto berdiri pada tahun 1912 dan merupakan
kelanjutan dari sarikat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911.

v Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Sukarno (1927)

v Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-baru) didirikan oleh Mohammad Hatta (1931)

v Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) menjadi partai politik tahun 1932 yang dipelopori oleh Muktar
Luthfi
Munculnya gagasan nasionalisme yang diiringi oleh berdirinya partai-partai politik tersebut merupakan
aset utama umat islam dalam perjuangan untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh
politik barat. Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan dari parati-partai politik yang
penduduknya mayoritas muslim adalah Indonesia. Indonesia merupakan negara yang mayoritas muslim
yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Negara
kedua yang bebas dari penjajahan yaitu Pakistan. Merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947 dengan
presiden pertamanya Ali Jinnah.

b. Gerakan Modern Islam di Indonesia

Pembaharuan oleh islam atau gerakan modern islam yang lahir di Timur Tengah sangat berpengaruh
terhadap gerakan kebangkitan islam di Indonesia. Pengaruh tersebut seperti munculnya berbagai
organisasi dan kelembagaan modern di Indonesia pada awal abad ke-20. Organisasi atau kelembagaan
dimaksud yaitu Jamiatul Khair (1905) yang bertujuan izzul islam wal muslimin kejayaan islam dan
umatnya dengan gerakannya yaitu mendirikan sekolah tingkat dasar dan mengirimkan anak muda
berprestasi ke Turki. Al Irsyad, yaitu bergerak dalam bidang pendidikan pendirinya adalah Syekh Ahmad
Sorkati dan para pedagang. Muhammadiyah, yaitu didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan tanggal 8 November
1912 di Jogjakarta dengan tujuan menggapai surga dengan ridha Allah swt dan mencapai masyarakat
yang aman, damai, makmur, sejahtera dan bahagia disertai dengan nikmat Allah yang melimpah ruah
dengan baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur.

Persatuan islma didirikan oleh Ahmad Hasan dan M. Natsir di Bandung tahun 1920, kegiatan utamanya
tabligh, khotbah dan penerbitan guna memurnikan syari’at islam. SDI (Syarikat Dagang Islam) didirikan
oleh Haji Samanhudi di Solo tahun 1911. SDI diubah menjadi PSI (Partai Serikat Islam) dan tahun 1929
diubah lagi menjadi PSII (Partai Serikat Islam Indonesia), semula bergerak dalam ekonomi dan
keagamaan kemudian berubah menjadi kegiatan politik. NU yaitu didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari
tanggal 13 Januari 1926 di Surabaya dengan tujuan membangkitkan semangat juang para ulama di
Indonesia. Matla’ul Anwar, pendirinya adalah KH Yasin pada tahun 1905 di Banten dengan kegiatannya
berupasosial keagamaan dan pendidikan. Perti (Partai Tarbiyah) didirikan oleh Syeikh Sulaiman Ar Rasuli
pada tahun 1928 di Sumatra Barat. Kegiatannya bergerak dalam bidang pendidikan, memberantas bid’ah,
khurafat dan takhayul serta taklid umat islam.

c. Beberapa Hikmah Mempelajari Sejarah Perkembangan Islam Pada Abad Modern

1. Sejarah dikemukakan dalam Al-Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang dialami umat manusia
dimasa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikamh dari sejarah mendapat kecaman karena mereka
tidak mendapat pelajaran apapun dan kisah dalam Al-Qur’an. Melalui sejarah, kita dapat mencari upaya
antisipasi agar kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan dimasa lalu tidak terulang di masa yang akan
datang.

2. Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika mengambil sikap. Bagi
orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan petujunk-Nya, orang tersebut akan mendapat
keselamatan.
3. Pembaharuan akan memberi manfaat berupa inspirasi untuk mengadakan perubahan-perubahan
sehingga suatu pekerjaan akan menjadi lebih efektif dan efisien.

4. Dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat dikalangan bangsa-
bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaran ketika menghadapi
permasalahan yang mungkin akan pengaruh gerakan modernisasi islam terhadap perkembangan islam di
Indonesia.

d. Perjalan Peta Politik Islam Indonesia

Islam mulai memasuki wilayah politik Indonesia sejak pertama kali negara Indonesia mengadakan
pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat suatu wadah, yaitu mendirikan partai politik. Pada
waktu itu partai yang berasaskan islam yaitu ada dua, pertama partai Masyumi dan partai NU. Melalui
wadah ini umat islam memainkan perannya sebagai seorang politikus yang ingin mnanamkan nilai-nilai
islam. Dalam tesisi Harun Nasution yang berjudul The Islamic State in Indonesia. The Rise Of Ideology,The
Movement for its Creation and The Theory of the Masjumi. Beliau mengemukakan bahwa ada
perbadaan besar antara NU dan Masyumi.kaum mdernis di dalam Masyumi pada umumnya mereka
hendak membangun suatu masyarakat muslim dan sebagai akibatnya mereka mengharapkan suatu
negara islam. Kelompok yang diwakili NU lebih sering memperjuangkan suatu negara sebaagai langkah
pertama dan melalui negara islam ini mereka hendak mewujudkan suatu masyarakat islam. Suatu
perbedaan lain adalah, bahwa mereka tidak begitu menonjol dalam pemikiran kaum Masyumi.

e. Perkembangan Pendidikan Islam Indonesia

Pendidikan islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Pada
awal kemerdekaan pendidikan islam dianggap sebagai musush oleh kaum penjajah. Sebab pendidikan
islam kerap mengajarkan melawan akan kebatilan yang dilakukan oleh para penjajah. Kini pendidikan
islam berkembang subur, laksana rumput ditanah yang luas tersiram air hujan. Tumbuh tiada
terbendung.

Kemajuan dari pendidikan islam di Indonesia dapat kita lihat dari, semakin lausnya persebaran
pondokpesantren, yang merupakan basis penyebaran islam di Indonesia. Sebutan pesantren hanya
dipakai dipulau Jawa. Sementara di daerah lain, istilah pesantren untuk di Aceh dikenal dengan sebutan
dayah, di Padang dengan istilah surau.

Disamping pesantren, lembaga formal pendidikan islam pun, mulai banyak bermunculan di Indonesia.
Dari mulai Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah,dan perguruan Tinggi Islam.
Walaupun dari segi kauntitas banyak, akan tetapi kalau kita melihat dari segi kualitas belum tentu
sebanyak jumlahnya.
D. Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia

a. Peradaban Seni Budaya di Indonesia

Seni adalah suatu hasil karya manusia yang indah, baik dalam betuk materil maupun non materil.
Sedangkan budaya adalah salah satu hasil peradaban seni. Islam pun mengenal yang namanya seni, yang
pada hakikatnya merujuk pada sesuatu yang bagus dan indah.

Budaya islam Indonesia tidak sehebat seperti kerajaan Mughal di India dengan Taj Mahal-nya. Hal ini
disebabkan islam mauk ke Indonesia dengan jalan damai sehingga seni islam harus menyesuaikan diri
dengan kebudayaan lama, dan nusantara adalah negeri yang merupakan jalur perdagangan
internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan dari pada kessenian.
Keseniannya sangat sederhana dan miskin. Kekuatan himmah seperti mendorong muslim di negara lain
untuk menciptakan pekerjaan besar, tidak muncul di Indonesia. Kalaupun muncul, biasanya berasal dari
negara luar atau peniruan yang tidak lengkap. Walaupun demikian, masuknya islam ke Indonesia
membawa tamaddun (kemajuan) dan kecerdasan bagi bangsa Indonesia. Islam datang ke Indonesia
memberikan perubahan dalam bidang seni, misalnya, pengguna batu nisan, seni bangunan,senisastra,
dan seni ukir.

b. Macam-macam Seni Budaya Islam di Indonesia

1. Batu Nisan

2. Arsitektur

3. Seni Rupa

4. Aksara dan Seni Sastra

c. Pengaruh Masuknya Islam terhadap Bangsa Indonesia

Jauh sebelum islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agam Hindu dan Budha
disamping keprcayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme. Setelah islam
masuk ke Indonesia, islam berpengaruh besar baik dalam bidang politik,sosial, ekonomi, maupun bidang
kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini:

1. Pengaruh bahasa dan nama


2. Penagruh budaya, adat istiadat dan seni

3. Pengaruh dalam bidang politik

4. Pengaruh dibidang ekonomi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 M dengan berimannya orang perorang. Saat itu sudah ada jalur
pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang
di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad ke-7. Kerajaan-kerajaan
islam yang ada di Indonesia adalah:

Ø Sumatera: kerajaan Samudra Pasai, kerajaan Malaka, dan kerajaan Aceh

Ø Jawa: kerajaan Demak, kerajaan Pajang, kerajaan Mataram, kerajaan Banten, dan kerajaan Cirebon

Ø Kalimantan: kerajaan Bnajar dan kerajaan Kutai

Ø Sulawesi: kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan Bone, kerajaan Wajo, kerajaan Soppeng, dan kerjaan Luwu.

Pada zaman modern kebangkitan islam semakin berkembang di Indonesia membetuk organisasi-
organisasi sosial keagamaan, seperti Sareka Dagang Islam (SDI), Muhammadiyah, Persatuan Islam,
Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan partai-partai politik, seperti Sarekat
Islam (SI), Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), dan partai Islam Indonesia (PII). Organisasi-organisasi
sosial keagamaan islam dan organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar baru, menandakan
tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.

Peradaban-perdaban islam sbeelum kemerdekaan adalah birokrasi keagamaan, ulama dan ilmu-ilmu
pengetahuan, dan arsitek bangunan. Sedangkan peradaban islam setelah kemerdekaan adalah
Departemen Agama, Pendidikan, Hukum Islam, haji, Majelis Ulama Indonesia (MUI).

DAFTAR PUSTAKA

http://makalahpendidikanagamaislamtarbiyah.blogspot.co.id/2014/02/sejarah-peradaban-islam-di-
indonesia.html

http://spistai.blogspot.co.id/2009/03/sejarah-peradaban-islam-di-indonesia.html

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2014

Anda mungkin juga menyukai