Anda di halaman 1dari 11

Tugas Individu

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


“Faktor Penyebab Korupsi”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : APRILIA FITRAYANI TANGKE MANDA


NIM : PO713211171006
TK/SMT : II/IV (GENAP)

POLITEKNIK KESE HATAN MAKASSAR


P R O D I D.III K E B I D A N A N
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

A. Latar Belakang
Korupsi sudah sering kita dengar saat ini, baik di media masa maupun
media elektronik. Korupsi berada di sekitar kita, bahkan mungkin kita tidak
menyadarinya. Korupsi bisa terjadi mulai dari hal yang sangat kecil dan sepele
sampai dengan hal yang besar. Korupsi juga bisa terjadi di rumah, di sekolah, di
masyarakat, maupun di insatansi tertinggi serta dalam pemerintahan. Mereka
yang melakukan korupsi terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu.
Hal ini sangat menghawatirkan, sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi
dibangun dari korupsi akan dapat merusaknya.
Maraknya praktek korupsi di Indonesia tampaknya sudah sangat parah.
Korupsi terlanjur kuat, tak terkendali, dan menjadi sistem tersendiri yang
mengakar di Indonesia. Orang yang awalnya baik, dapat dengan mudah berubah
menjadi korup. Hal ini menyebabkan kepercayaan publik terhadap instansi
pemerintah menurun drastis.
Celah hukum dan pengawasan yang lemah sering dianggap sebagai
penyebab utama terjadinya korupsi. Namun demikian sebenarnya sikap individu
dan masyarakat yang menganggap remeh praktek korupsi merupakan pendorong
yang sangat kuat untuk melakukan tindakan korupsi. Sering kali oknum pejabat
mau menerima pemberian dari orang lain berupa makanan atau oleh-oleh.
Memang hal itu sangatlah sepele, namun apabila dibiarkan dan diremehkan
secara terus menerus, nantinya pemberian tersebut berubah menjadi parcel, uang
saku, atau lebih besar lagi dan jadilah tindakan penyuapan. Kebiasaan-kebiasaan
seperti inilah yang menyebabkan tindakan korupsi tumbuh subur di Indonesia.
Nampaknya pengajaran atau pengetahuan mengenai penanggulangan
korupsi ini kurang ditekankan dalam pendidikan di Indonesia. Atau bisa jadi
metode yang digunakan kurang tepat. Hal ini membuat kita sering menganggap
remeh bahkan malas untuk mempelajari penanggulangan korupsi, karena
kurangnya motivasi pada diri sendiri, sehingga sering sekali berasumsi “untuk
apa mempelajari “ padahal itu sangat penting untuk diketahui agar tahu hak dan
kewajiban kita untuk Negara ini. Oleh karena itu penulis merasa perlu membuat
makalah berjudul Pemberantasan Korupsi Di Indonesia ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana factor internal yang dapat menyebabkan korupsi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui factor internal penyebab korupsi yang salah satunya
adalah malas atau tidak mau bekerja
D. Materi (Terlampir)
E. Sasaran
Mahasiswa
F. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat penyuluhan adalah sebagai berikut:
Waktu : Jumat, 2 Mei 2019
Pukul : 09.00-09.30 WITA
Tempat : Aula Kebidanan Poltekkes Makassar
G. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
H. MEDIA
1. LCD
2. leaflet
I. Kriteria Evaluasi
a. Struktural
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Aula Kebidanan Poltekkes
Makassar.
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1 hari
sebelumnya (Satuan Acara Penyuluhan)
4) Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai
b. Proses
1) Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan
2) Peserta bertanya tentang materi penyuluhan
3) Peserta antusis mengikuti rangkaian kegiatan sampai selesai
4) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
c. Hasil
1. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti dan
memahami tentang factor internal penyebab korupsi yaitu malas atau
tidak mau bekerja
2. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta dapat
menjauhi perbuatan Korupsi.

J. Kegiatan Penyuluhan
No Tahapan Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta

1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam


2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan maksud dan memperhatikan
tujuan penyuluhan 3. Mendengarkan dan
4. Membuat kontrak waktu memperhatikan
5. Menggali pengetahuan 4. Meyetujui kontrak
tentang Korupsi waktu
6. Memberikan apresiasi 5. Mengutarakan
kepada audiens yang pengetahuan tentang
telah menjawab imunisasi
pertanyaan 6. Mendengarkan
2. Pelaksanaan 10 menit Menjelaskan tentang: Mendengarkan dan
1. Factor internal memperhatikan
a. Penyajian
penyebab korupsi penjelasan penyuluh
yaitu sifat malas
atau tidak mau
bekerja
b. Diskusi 5 menit a. Memberikan 1.Menanyakan materi
kesempatan audiens yang belum di mengerti
untuk bertanya 2. Mendengrkan
tentang materi 3.Mendengarkan dan
penyuluhan yang memperhatikan
belum di mengerti
b. Memberi apresiasi
kepada audiens yang
bertanya
c. Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
audiens
c. Kesimpulan 5 menit Memberikan Mendengarkan
kesempatan Ketua
Jurusan untuk
memberikan masukan
tentang penyuluhan
d. Evaluasi 5 menit 1. Memberikan 1. Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepada yang diberikan
audiens tentang apa penyuluh
yang sudah dijelaskan
2. Memberikan apresiasi 2. Mendengarkan
kepada audiens yang
telah mampu mejawab
pertanyaan
3. Penutup 1. Menyimpulkan materi 51. Mendengarkan
m
penyuluhan kepada 2. Menjawab
e salam
audiens tentang apa n
yang sudah dijelaskan i
2. Menutup penyuluhan t
dengan mengucapkan
terima kasih dan salam
3. Memberikan absen
peserta
MATERI

Faktor Internal Penyebab Korupsi

Menurut beberapa sumber, malas adalah rasa ketidakinginan seseorang untuk


melakukan sesuatu baik yang sudah menjadi rutinitasnya ataupun yang menjadi
aktivitas sekali-kali dengan berbagai penyebab. Yang dimaksudkan ketidakinginan
disini adalah kita tidak mau melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan. Rasa
malas seharusnya seharusnya tidak ada dalam kehidupan kita. Karena rasa malas
hanya akan membuang waktu kita karena dengan waktu tersebut kita tidak
menghasilkan apa-apa. penyebab yang menjadikan newsfriend malas. Secara teori
penyebab rasa malas itu disebabkan karena dua faktor, yaitu faktor intern (sangat
berbahaya) dan faktor ekstern. Yang paling sulit diatasi adalah faktor yang timbul
dari sendiri, artinya kalau rasa malas itu ada, dimotivasi sebesar apapun oleh orang
lain, sulit untuk mengembalikan ke kondisi awal.
Siapa pun bisa terkena penyakit Malas. Dari pelajar, mahasiswa, hingga
karyawan, ibu rumah tangga, bahkan pengangguran sekalipun. Malas dalam psikologi
sudah dimasukkan sebagai salah satu bentuk perilaku. Menunda pekerjaan atau
menyelesaikan tugas tapi tidak sesuai waktu yang sudah ditetapkan saja sudah bisa
disebut perilaku malas. Muara perilaku ini sudah tentu penurunan produktivitas yang
bersangkutan. Kabar baiknya, perilaku ini bukanlah kartu mati yang tidak bisa
diubah.
Seseorang bisa berperilaku malas terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan
karena dia tidak memiliki motivasi untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan itu.
Dalam psikologi, seseorang berperilaku tertentu karena adanya energi yang
mendorongnya untuk berperilaku. Energi inilah yang disebut motivasi, yakni hal yang
mendorong seseorang bertingkah laku mencapai suatu tujuan2.
Motivasi dipengaruhi oleh suatu sikap yang terdapat dalam diri orang itu.
Sikap yang bisa positif atau negatif itu timbul lantaran adanya persepsi atau
pemberian makna terhadap suatu objek atau peristiwa. Persepsi atau pemberian
makna tersebut ditentukan oleh suatu sistem nilai, yakni suatu patokan untuk
berperilaku yang berlaku pada suatu lingkungan tertentu. Sistem nilai yang tertanam
dalam diri seseorang ini dipengaruhi oleh budaya, masyarakat, dan orang tua.
Salah satu etnis di Indonesia terkenal rajin dan serius dalam bekerja. Perilaku
ini muncul lantaran mereka memiliki suatu sistem nilai bahwa kalau ingin hidup
layak, mereka harus bekerja keras. Sistem nilai itu telah ditanamkan oleh orang tua
sejak kecil dalam perilaku sehari-hari, baik dalam memarahi, memberi nasihat, atau
memberi suatu contoh. Lingkungan budaya etnis ini juga memberikan teladan.
Mereka yang hidup layak ya karena mereka bekerja keras. Sebaliknya, yang hidupnya
berkekurangan lantaran tidak mau bekerja keras.
Pada budaya kantor, karyawan yang “menganut” nilai RMS (rajin malas sama
saja) bakal menjadi malas melakukan tugasnya. Akan tetapi berbanding terbalik
ketika ia bekerja pada kantor yang nilai profesionalismenya dijunjung tinggi. Prinsip
‘Jika kamu bekerja baik, imbalannya akan baik. Jika kamu tidak bekerja baik atau
prestasi rendah, imbalannya juga rendah, kalau perlu di-PHK’ tentu akan memberikan
motivasi positif dalam pekerjaannya.

Kalau seseorang malas terhadap suatu pekerjaan, artinya motivasi dia


terhadap pekerjaan tersebut sangat rendah. Sikapnya terhadap pekerjaan itu negatif
akibat persepsi yang diberikannya terhadap pekerjaan itu kurang baik. Ini lantaran
sistem nilai yang ada dalam dirinya membuat dia berperilaku malas untuk melakukan
pekerjaan itu. Sementara terhadap pekerjaan lainnya mungkin tidak begitu. Jadi,
perilaku malas merupakan hasil suatu bentukan. Artinya, perilaku itu bisa dibentuk
kembali menjadi baik atau tidak malas.
Pembentukan kembali perilaku seseorang tadi sebetulnya sangat besar
dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya, bisa orang tua, teman, atau orang lain di
sekitarnya. Lingkungan yang bisa memberi pengaruh lebih kuatlah yang bisa
membentuk seseorang. Dalam mengubah perilaku seseorang, yang paling mendasar
adalah mengubah persepsinya. Untuk itu, perlu mempelajari dan mengambil sistem
nilainya yang bisa mengubah persepsinya atau memberikan sistem nilai lain yang
baru baginya.
Lalu bagaimana cara mengurangi atau mengatasi penyakit malas? Berikut ini
adalah solusinya sebagai berikut :
1. MEMBUAT TUJUAN
Orang yang malas biasanya TIDAK MEMILIKI MOTIVASI untuk
berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang
tidak memiliki motivasi biasanya TIDAK MEMILIKI TUJUAN HIDUP
yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-
tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah
menuliskan resolusi atau komitmen pencapaian hidup.

Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen-komitmen pencapaian hidup, maka


seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat rentan diombang-
ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini membuatnya menjadi
pasif, menunggu, TERGANTUNG PADA SITUASI, dan cenderung
menyerah pada nasib. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup
menyebabkan kemalasan. Supaya motivasi muncul, seseorang harus berani
memutuskan tujuan hidupnya.
2. MENGASAH KEMAMPUAN
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat
resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi
tinggi. Akan lebih baik lagi jika tujuan dilengkapi dengan AKTIVITAS
PEMBELAJARAN, seperti mencari cara yang efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan tersebut. Kita juga perlu mengasah kemampuan secara
berkala supaya langkah yang diambil itu akan membawa kita pada
pencapaian tujuan.
Contoh : jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi
konsultan, maka sejak sekarang aktivitas kita sudah harus difokuskan ke
arah tujuan tersebut. Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa
masalah, menemukan penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan
gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan presentasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
malas adalah rasa ketidakinginan seseorang untuk melakukan sesuatu
baik yang sudah menjadi rutinitasnya ataupun yang menjadi aktivitas sekali-
kali dengan berbagai penyebab. Yang dimaksudkan ketidakinginan disini
adalah kita tidak mau melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan. Rasa
malas seharusnya seharusnya tidak ada dalam kehidupan kita. Karena rasa
malas hanya akan membuang waktu kita karena dengan waktu tersebut kita
tidak menghasilkan apa-apa. penyebab yang menjadikan newsfriend malas.
Secara teori penyebab rasa malas itu disebabkan karena dua faktor, yaitu
faktor intern (sangat berbahaya) dan faktor ekstern. Yang paling sulit diatasi
adalah faktor yang timbul dari sendiri, artinya kalau rasa malas itu ada,
dimotivasi sebesar apapun oleh orang lain, sulit untuk mengembalikan ke
kondisi awal.

B. SARAN
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.
Dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Dengan cara kita
harus membuang rasa malas yang ada pada diri kita dan kita harus
menenamkan pada diri kita untuk giat dalam mengapai impian ataupun cita-
cita kita dengan usaha kita sendiri bukan usaha dari orang lain.

Anda mungkin juga menyukai