Anda di halaman 1dari 1

Bahasa, Sastra, dan Budaya Rakyat Sultra

SENIN, 20 Mei 2019 4


KERJA SAMA KANTOR BAHASA SULAWESI TENGGARA DAN HARIAN RAKYAT SULTRA

PUISI ARTIKEL
- Iwan Konawe - Oleh:
Dimas Indiana Senja
D Ibu Puisi
Selembar Daun awal, Ibu bagi saya adalah pahlawan
sehingga pada banyak kesempatan,
doa dan kerja kerasnya. Tanpa Ibu,
saya tiada. Ia tak henti memberi
karakter anak. Ini adalah alasan logis
mengenai kedekatan anak laki-laki
Di sepi pengasingan saya menjawab pertanyaan mengenai dukungan kepada saya untuk segala dengan ibunya secara umum sehingga
Selembar daun akasia siapakah sosok paling berpengaruh di hal positif yang ingin saya lakukan memengaruhi pembentukan karakter
Disapu kencang angin kehidupan saya: ibu. Dialah Saadah, dan capai. Ibu hanya menamatkan anak laki-lakinya. Senada dengan
seorang perempuan desa yang hebat, sekolah sampai SMP dan lebih banyak statement terkenal dari Ralph Waldo
Melayang-layang ke udara, lalu ke bumi pekerja keras, pemimpi besar yang menghabiskan usia muda di pesantren. Emerson “Men are what their mother
Ia tanggalkan segala cengkeram diri rajin berdoa dan ibadah untuk anak Itulah mengapa ia menjadi sosok made them”. Saya sangat merasakan
satu-satunya. Melalui tangan dan peneduh yang tak pernah berhenti keberpengaruhan “kecerewetan” ibu,
Wahai tanah didikannya, lahirlah sesosok saya memproduksi doa. hingga saya menjadi lelaki dewasa
Perkenankalah diriku mengabdi padamu yang kuat dan hebat. Ibu mengajari Bagi saya, Ibu adalah puisi itu saat ini.
saya tentang hidup yang harus dijalani sendiri. Ibu yang mengajarkan tentang Semua yang ada pada diri saya,
Menjadi kompos bagi cucu buyutku nanti dengan semangat dan optimisme. Ibu bagaimana menyikapi hidup dan saya rasakan adalah wujud dari doa
Atau diurai rumpun ulat dan waktu senantiasa membimbing saya hingga kehidupan. Meski ibu tidak mengajari dan kasih sayang ibu. Saya berhutang
Semua ihklas bagiku, berserah ia menjadi seperti malaikat yang tahu cara menulis puisi, tetapi ibu mengajari kepada ibu, sebagaimana adagium
segala aktivitas dan rencana-rencana tentang hal-hal substantif dari hidup terkenal dari Abraham Lincoln All
Kendari, 2017 saya. Ibu adalah teman curhat dan yang perlu ditulis dan dihayati, ibulah that I am, or hope to be, I owe to my
muara segala penat, karena ia yang itu bidadari yang berselendang angel mother. Segala rencana-rencana
meredam semua lelah, memantik bianglala/sesekali datang padaku/ senantiasa saya sampaikan kepada Ibu,
Mo Basa-Basa #1 /1/
semangat jika saya dalam keadaan
lemah.
DZI menulis bahwa ibu adalah
menyuruhku menulis langit biru/
dengan sajakku. Ibu menjadi alasan
saya terus menulis puisi dan menoreh
berharap bisa mendapatkan restu dan
arahan. Meski saya sadar, semakin
banyak saya bercerita semakin
Kalau aku ikut ujian gua pertapaanku/dan ibulah yang prestasi. Ibu menjadi orang pertama banyak hutang saya kepada Ibu. Dan
(Ritus sesudah Magrib) Lalu ditanya tentang pahlawan meletakkan aku di sini/saat bunga tempat saya cerita dan meminta solusi. pada akhirnya saya terjebak pada
Namamu, Ibu, yang kusebut paling kembang menyerbak bau sayang/ Bahkan, ibu adalah museum puisi. kebingungan untuk mencari cara untuk
Aroma gula terbakar dari asap dupa dahulu ibu menunjuk ke langit, kemudian Puisi-puisi yang saya tulis dan dimuat membayar hutang-hutang itu, lantaran
Berkeliaran di ruang tengah Lantaran aku tahu ke bumi/aku mengangguk meskipun di koran, selalu saya berikan padanya hutangku padamu tak kuasa kubayar,
Doa-doa dan mantra syukur Engkau ibu dan aku anakmu kurang mengerti. Ibu menjadi institusi untuk dikoreksi dan dikoleksi. kata DZI.

S
bermekaran di dalam rumah pendidikan pertama bagi setiap anak. /2/ Saya menyadari dengan sepenuh
udah sangat banyak puisi Oleh karena itu, pendidikan informal Buku pertama hati, ibulah yang selalu ada di
mengenai Ibu dituliskan para keluarga menjadi sedemikian penting, yang kubaca dalam hidupku baik suka maupun
Imam desa melafal ayat-ayat tuhan penyair, sebutlah D. Zawawi sebelum seorang anak menghadapi ialah ibuku duka. Pernah suatu kali saya ingin
Suara dan nafasnya berseirama menuntun Imron yang menulis “Ibu”, Rendra dunia pendidikan dalam institusi Puisi Joko Pinurbo ini benar-benar menuliskan puisi tentang Ibu. Tapi
Mereka yang mendengarkan yang menulis “Ibu”, “Ibu di atas sekolah dan masyarakat. Di sinilah merepresentasikan perasaan saya justru Ibu—yang sedemikian dekat
Debu”, dan “Jangan Takut Ibu”, ibu menepati posisi urgensi di dalam mengenai ibu. Bagi saya, ibulah buku itu—belum bisa saya tuliskan puisi
Merunduk dan mengaminkan Chairil yang menulis “Puisi Ibu”, pengalaman-pendidikan bagi saya. yang pertama kubaca, meski terbata, panjang sebagaimana DZI menulis
Seperti berharap, yang mereka mohonkan Taufik Ismail “Dari Ibu seorang Banyak arahan darinya yang menjadi perlahan saya menemukan makna yang puisi “Ibu” selama dua tahun prosesnya
Akan tiba ke tujuan Demonstran”, atau juga Linus Suryadi semacam petunjuk jalan bagi kesalikan luar biasa di dalam setiap hal yang dan selalu memberikan getar setiap
AG “Ibunda”, dan masih ada banyak anaknya. ada pada diri ibu. Saya merasakan dibacakan di panggung namun, saya
Inilah ritus sesudah magrib penyair lain—bahkan bisa jadi semua Ia bukan orang berada, tapi ia ketenangan yang hakiki jika berada punya puisi pendek berjudul “Ibu”:
penyair pernah menuliskan puisi selalu mengada. Ia melewati banyak di samping ibu, barangkali ini latar Ibu/adalah amin/di setiap akhir/doaku.
Upacara orang-orang serumpun ibu(?) namun, dari semua penyair kondisi pekerjaan agar saya bisa belakang Eric Fromm menyatakan
Dibawah cahaya lampu yang gaib tersebut, saya memiliki kecenderungan sekolah tinggi. Pernah ia menjadi baby Mother’s love is peace. It need not be Rumah Kertas, 2019
apresiatif terhadap puisi Ibu karya D. sitter, pedagang kue, buruh pabrik acquired, it need not be deserved. *Nama pena dari Dimas Indianto
Diatas tikar pandan Zawawi Imron (selanjutnya disingkat kayu, hingga tukang masak di sebuah Dalam buku Great Mom, Strong S., penulis, dosen, dan peneliti.
Ragam hidangan jerih payah di sajikan DZI). Entah bagaimana puisi Ibu DZI, rumah makan. Ia melewati semua Son (Bety dan Jessica, 2018), Alumni UWRF 2016. Instruktur
bagi saya, mampu menjadikan aku- letih dan lelah agar kelak dibalas dijelaskan bahwa hubungan antara literasi nasional 2019. Founder BCCF
Anak-anak berhambur berebut nasi ketan lirik sebagai aku-publik. Demikian Tuhan dengan anak yang berhasil dan orang tua dengan anak yang berbeda (Bumiayu Creative City Forum),
Di ujung doa, berebut kesyukuran pula dengan yang saya rasakan. membanggakan. Dan saya percaya, jenis kelamin ternyata memegang Rumah Kertas, dan Perpustakaan
Sebagaimana kutipan puisi DZI di 99% dari keberhasilan saya adalah peran penting dalam membentuk Halaman Indonesia.
Konawe, 2017

Mo Basa-Basa #2 CERPEN
Oleh: Wa Ode Mustika Daratu
Tentang Luka
(Seusai kami belajar)
“Hal terindah apa yang ingin kau kita bahas selalu menimbulkan gelak masalahmu. Aku bahagia ketika kau segala kenangan indah ini. Aku akan
Dipilihlah waktu yang terbaik rasakan sepanjang hidupmu?” tawa darimu walau itu hanya lewat mengeluh padaku. Aku bahagia ketika mempertahankan semua yang telah
Siang ini, seusai kami belajar “Mengingatnya! Mengingat adalah media sosial. Pernah suatu ketika, kita kau menganggapku ada. Aku harus terjadi walau kenyataannya aku akan
Mengenal angka-angka besar rasa terindah yang ingin kunikmati berjalan bersama dan saat itu tengah bagaimana? tetap terluka.
Dan kata-kata bijak di bangku didik sepanjang hidup.” gerimis. Kau bersenandung lalu aku Jika benar, menyerah adalah kunci ***
“Hanya itu?” mengatakan padamu untuk berhenti dari semuanya, siapa yang mampu “Izinkan aku menyapa sebelum
“Ya, karena aku tak tahu cara melakukannya karena aku akan jatuh berhenti dari harapan yang begitu nyata kau benar-benar terlelap. Lega
Siang dengan rona matahari teduh melupakannya.” cinta untuk detik berikutnya. Kau ada di depanmu? Saat cinta itu semakin rasanya bisa berjumpa sebelum kau
Ritus moyang turun menyapa Itu jawabanku jika seseorang akan mengingatnya? Aku begitu berani besar, bisakah aku lari dari kenyataan benar-benar terlelap. Lega rasanya
Orang-orang menabur doa bertanya tentangmu. Mungkinkah aku bukan? Dan tetap saja kau anggap aku hati yang semakin merindu? Tak bisa berjumpa kembali denganmu.
Menyebutkan harapannya secara terenyuh bisa melupakan dengan sempurna? hanya bercanda. bisakah sedikit saja, waktu memberiku Saling menyapa lewat senyuman. Ah,
Agar beragam keinginannya yang gaib Sementara setiap kedip matamu terus Ketika jarak menjadi satu-satunya ruang untuk merelakan? rasanya setiap kata yang ingin aku
Selekasnya terpenuhi bermain di kelopak mataku. Renyah alasan aku merindu. Ketika rasa Ada keputusasaan yang memenuhi lontarkan selalu gagal jika bersama
tawamu yang lembut membelai menjadi satu-satunya alasan aku benakku tentang dirimu. Ada beribu dirimu. Ingin rasanya menunggu esok
gendang telingaku. Cara menatapmu mencinta. Merelakan menjadi satu- pertanyaan yang selalu membawa untuk menulis kisah ini. Hanya saja,
Asap dupa mengembun di jemari yang bijak selalu membuatku harus satunya cara untuk melupakan. Begitu diriku pada imaji: itu hanya sebuah entah mengapa aku terlalu bahagia
Aroma hidangan memadu dengan bau tubuh meyakinkan diri bahwa kedua kakiku menyakitkan bukan? Kaki ini tetap kebetulan. Dia sama sekali tidak sekaligus terluka pada waktu yang
Berkelindan dengan lafal ritus sederhana benar-benar sedang berpijak pada melangkah dan mata tetap menatap merasakan getaran yang sama sama. Mengapa rasa ini seakan
Yang belum usai memuji tanah. lurus ke depan. Aku baik-baik saja seperti hal nya dirimu. Aku selalu menjadi beban tersendiri dalam
Saat rasa tak mampu untuk seperti yang kau saksikan saat ini. membenarkan kenyataan itu. Hanya setiap langkah. Helaan napas setiap
Konawe, 2017 merelakan, akan selalu ada hal yang Semua berjalan seperti yang kau saja, aku bingung dengan semua ini. memandang dirimu dari belakang
membuat kita untuk terus bertahan harapkan. Tertawa lepas tanpa beban. Bisakah sedikit saja kau menunjukkan membuktikan keputusasaanku tentang
dalam ketidakpastian. Rasa yang Kau melihatnya? Aku rasa sekadar hal demikian? Ya, bahwa kau memang dirimu. Mengapa kau seakan di
membuat kita tak pernah rela untuk melihat tanpa ada rasa ingin tahu lebih tidak memiliki rasa yang sama. Kau langit dan aku di bumi. Mengapa
berhenti. Sungguh, melepasmu dari jauh, bukan? Berbeda dengan diriku. tahu? Aku lelah. Aku lelah tentang Tuhan selalu menciptakan “rasa”
benakku sangat sulit kulakukan. Setiap aktivitas yang kau lakukan ketidakadilan rasa yang selalu yang membawa luka yang sama.
Terlebih lagi, media sosial yang selalu selalu menjadi tanya bagiku. Apa pun membawa pada jarak tentangmu. Ingin rasanya aku menggapai dirimu.
bercerita tentangmu melalui segala yang ada dalam dirimu selalu menjadi Jarak yang tercipta dari alasan klasik: Namun, kembali lagi aku tersadar
postingan itu, justru membuat ingatan pemandangan setiap hari bagi diriku. dia tidak menyukaiku. Lalu, mengapa akan tempatku. Kau terlalu jauh.
tentangmu semakin melekat sempurna. Sangat berlebihan? Aku rasa cinta tak semua hanya seperti gambaran luka Sangat jauh dari jangkauanku. Kau
Kau adalah ketidakmungkinan itu selalu mengajarkan untuk menjadi yang tidak akan nyata? Kalian juga tahu? aku ingin berdiri di sampingmu
dan dalam setiap langkah yang kau manusia yang normal. tahu, kalau aku tetap bertahan dalam sekadar menikmati lagu yang sama.
lakukan tanpa sadar telah menjadi Perlahan kupejamkan mata situasi apa pun tentang dirinya. Hanya Bersenda gurau dan tertawa lepas
pembatas bagi rasa yang aku miliki. menikmati deru angin yang terbawa saja, ini berbeda. bersama. Saling menatap dan bertukar
Aku memahami bahwa tak semua oleh ombak. Ini sangat membantu, Ada banyak cara untuk pikiran. Namun, aku terpaksa memilih
harus tergenggam. Termasuk dirimu. batinku. Tak ada yang dapat mengubah menghapus segala rasa. Namun, menjauh. Kembali memberi jarak
Selalu ada cerita yang setiap harinya semuanya. Termasuk hatiku yang tetap saja ruang kosong itu selalu yang kesekian kalinya membunuh
terangkai. Kau tahu? Dalam setiap sudah terlanjur tersakiti oleh harapan tentangnya. Aku tak dapat pungkiri diriku. Tidak ada yang lebih sakit dari
detiknya semua tentangmu. yang aku ciptakan sendiri. Perasaan bahwa aku mengharapkan takdir itu mencintai seorang laki-laki yang tidak
Waktu bercerita. Seperti halnya yang selalu menjadi luka dalam setiap bersama diriku. Aku, mencintainya. pernah sekadar menengok kepadamu,
kemarin saat kau dan aku begitu langkah. Seperti halnya hari ini. Ketika Tak apa. Aku sudah merasakan luka bukan?”
terlihat dekat. Mungkin bagimu itu aku ke kampus, kembali aku bertemu lebih dari ini. Ketika aku tengah (@mustyka_daratuwaode)
hanya sekadar bercengkrama layaknya dirimu. Kau datang dari tangga ujung memperjuangkan cinta yang tepat
seorang teman. Namun mengapa aku sebelah kanan sedangkan diriku ada di depan mataku, cinta itu tengah
selalu saja menganggapnya lebih. Entah berada di depan tangga ujung sebelah mempertahankan cinta yang tepat di
Iwan Konawe lahir di Kendari, Oktober mengapa aku selalu berpikir bahwa kiri sedang bercengkrama bersama depan matanya dan bahkan tengah di
1980. Awalnya belajar kesenian sejak bergiat kau juga nyaman bersama denganku. seorang teman. Hanya melihatmu genggamnya.
di Teater Sendiri Kendari tahun 1999. Saat itu, untuk pertama kalinya juga sekilas, lalu aku beranjak pergi. Selang Aku termenung di depan pintu.
Bersama Teater Sendiri telah melakukan aku tertawa lepas bersamamu dan beberapa waktu, aku kembali untuk Menatap tetesan hujan yang jatuh
pertunjukan teater di Kendari, Banjarmasin, aku bahagia. Bagaimana aku harus masuk ke ruang kelas dan kembali tepat di pecahan batu. Orang-orang
Bali, Mataram, Surabaya, Solo, Yogyakarta, berhenti mencintai dan belajar untuk bertemu dirimu. Kau tahu? Aku lalu-lalang untuk datang lalu pergi.
merelakanmu? Terkadang, aku merasa kembali berpura-pura tidak mengenal Meninggalkan jejak yang hampir tak
Bandung dan Jakarta. Puisinya juga dimuat
lelah dengan rasa yang aku miliki. dirimu. Menjadi orang yang asing. berbekas. Akan tetap ada luka dari
di berbagai media yaitu Kendari Pos, majalah Mengapa seakan sangat sulit hanya Hal ini tentunya sangat menyiksa setiap tawa. Membawa pergi hati
Gong Yogyakarta, dan Ruang Puisi – Rumah untuk merelakanmu bersamanya. Aku diriku. Bagaimana tidak? Kau adalah yang tak bertuan. Walaupun catatan-
Lebah Yogyakarta. Buku puisinya, Ritus tahu, kau telah berusaha menggenggam kepingan rindu yang berada tepat di catatan tentangnya masih basah di
Konawe, masuk dalam 15 besar anugerah kembali hati yang pernah kau miliki sampingku. kertasku. Logika selalu memaksa
buku puisi terbaik oleh Yayasan Hari Puisi dan kau tengah memperjuangkannya. Satu hal lagi yang ingin aku untuk melepaskan, tetapi rasa enggan
tahun 2015. Logikanya, mengapa aku masih saja sampaikan. Mengapa ketika rasa itu untuk sekadar beranjak menikmati
mengharapkanmu sementara luka tepat berangsur-angsur menghilang, kau setiap cerita. Ada banyak perjuangan Wa Ode Mustika Daratu,
lahir di Bone-Bone, 14 Agustus
ada di depan mataku. Lantas dengan datang kembali dengan berbagai yang tak bisa diungkapkan tentangnya. 1997. Mahasiswa Jurusan
semua luka itu, mengapa rasa yang alasan klasik yang sulit untuk Bisakah ruang memberikanku sedikit Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Redaksi menerima kiriman naskah puisi, cerpen, aku miliki seakan abadi dan tak akan aku terima. Setelah pertemuan di waktu untuk sekadar bercengkerama Universitas Halu Oleo. Aktif
dan esai yang belum pernah dipublikasikan ke pos-el: pernah goyah? kampus yang berakhir tak saling bersama masa kini? Kau tahu? Aku di berbagai kegiatan organisasi
bastra.kbsultra@gmail.com Pernahkah kau melihatku sedetik tegur sapa, aku kira hatiku akan bahagia! kemahasiswaan, menangani
saja? Bukan untuk mencintaiku namun benar-benar berakhir. Hingga malam Aku bahagia dengan keadaan saat bidang media sosial di Kelas
Susunan Redaksi mengagumiku. Aku seakan kehilangan menyambut, mengapa kau hadir ini. Bercengkerama bersama dirinya Inspirasi Kendari, dan IKA Duta
arah. Sahabatku berkata, sangat sulit kembali menyapaku lewat komentar dan saling mengkhawatirkan satu Bahasa Sulawesi Tenggara tahun
Penanggung Jawab : Kepala Kantor Bahasa Sultra
untuk bisa dekat denganmu. Aku WhatsApp. Kau tahu, aku kembali sama lain membuat hatiku bergetar 2019. Penulis dapat dihubungi
Pemred/Redaktur/Penyunting Puisi : Syaifuddin Gani
Redaktur/Penyunting Cerpen : Zakiyah Mustafa Husba
percaya padanya, mengingat dia adalah percaya diri untuk mempertahankan untuk kesekian kali. Aku paham bahwa melalui Instagram: @mustyka_
Redaktur/Penyunting Artikel : Rahmawati teman yang dekat denganmu. Namun harapan tentangmu. Hatiku kembali semua hanya imaji yang aku cipta daratuwaode dan Facebook:
Sekretaris Redaksi : Rahim Jamal entah mengapa aku rasa kau berbeda bergetar untuk kesekian kalinya. Aku sendiri bahwa dia akan bersamaku. Mustika Daratu Waode.
ketika bersamaku. Apa pun yang bahagia, ketika kau bercerita tentang Tak apa. Aku akan menikmati

Anda mungkin juga menyukai